Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Ganjil Matakuliah Bimbingan Konseling
Oleh :
Bimbingan Konseling D
FAKULTAS PSIKOLOGI
2021
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
1. a. Jelaskan sejarah, tokoh, dan konsep konseling Cognitive Behaviour Therapy dengan
merujuk dari beberapa buku, jurnal, atau sumber lain serta tambahkan uraian
penjelasan secara rinci dengan bahasamu sendiri? Tuliskan rujukan yang kau
gunakan.
b. Paparkan prinsip dasar dan karakteristik konseling Cognitive Behaviour Therapy
dengan merujuk dari beberapa buku, jurnal, atau sumber serta tambahkan uraian
penjelasan secara rinci dengan bahasamu sendiri? Tuliskan rujukan yang kau
gunakan.
c. Kemukakan secara tertulis teknik, proses, langkah konseling Cognitive Behaviour
Therapy dengan merujuk dari beberapa buku, jurnal, atau sumber lain serta
tambahkan uraian penjelasan secara rinci dengan bahasamu sendiri? Tuliskan rujukan
yang kau gunakan.
d. Susunlah skrip atau skenario konseling Cognitive Behaviour Therapy dengan
memperhatikan beberapa hal yang ada prinsip dasar, karakteristik, teknik, proses,
langkah konseling Cognitive Behaviour Therapy?
2. a. Jelaskan sejarah, tokoh, dan konsep konseling Rational Emotif Behaviour Therapy
dengan merujuk dari beberapa buku, jurnal, atau sumber lain serta tambahkan uraian
penjelasan secara rinci dengan bahasamu sendiri? Tuliskan rujukan yang kau
gunakan.
b. Paparkan prinsip dasar dan karakteristik konseling Rational Emotif Behaviour
Therapy dengan merujuk dari beberapa buku, jurnal, atau sumber serta tambahkan
uraian penjelasan secara rinci dengan bahasamu sendiri? Tuliskan rujukan yang kau
gunakan.
c. Kemukakan secara tertulis teknik, proses, langkah konseling Rational Emotif
Behaviour Therapy dengan merujuk dari beberapa buku, jurnal, atau sumber lain serta
tambahkan uraian penjelasan secara rinci dengan bahasamu sendiri? Tuliskan rujukan
yang kau gunakan.
d. Susunlah skrip atau skenario konseling Rational Emotif Behaviour Therapy dengan
memperhatikan beberapa hal yang ada prinsip dasar, karakteristik, teknik, proses,
langkah konseling Rational Emotif Behaviour Therapy?
3. a. Jelaskan sejarah, tokoh, dan konsep konseling Solution Focused Brief Therapy
dengan merujuk dari beberapa buku, jurnal, atau sumber lain serta tambahkan uraian
penjelasan secara rinci dengan bahasamu sendiri? Tuliskan rujukan yang kau
gunakan.
b. Paparkan prinsip dasar dan karakteristik konseling Solution Focused Brief Therapy
dengan merujuk dari beberapa buku, jurnal, atau sumber serta tambahkan uraian
penjelasan secara rinci dengan bahasamu sendiri? Tuliskan rujukan yang kau
gunakan.
c. Kemukakan secara tertulis teknik, proses, langkah konseling Solution Focused
Brief Therapy dengan merujuk dari beberapa buku, jurnal, atau sumber lain serta
tambahkan uraian penjelasan secara rinci dengan bahasamu sendiri? Tuliskan rujukan
yang kau gunakan.
d. Susunlah skrip atau skenario konseling Solution Focused Brief Therapy dengam
memperhatikan beberapa hal yang ada prinsip dasar, karakteristik, teknik, proses,
langkah konseling Solution Focused Brief Therapy?
JAWABAN
1.
A. SEJARAH DAN TOKOH COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY
Terapi Cognitive Behavior sendiri teknik modifikasi perilaku dan mengubah
keyakinan maladaptif. Ahli terapi membantu individu mengganti interpretasi yang
irasional terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik. Atau,
membantu pengendalian reaksi emosional yang terganggu, seperti kecemasan dan depresi
dengan mengajarkan mereka cara yang lebih efektif untuk menginterpretasikan
pengalaman mereka. Cognitive Behavior Therapy sendiri dikembangkan oleh beberapa
ahli, antara lain Albert Ellis dengan Rational Emotive Therapy, Aaron T. Beck dengan
Cognitive Therapy, Donald Meichenbaum dengan Cognitive Behavior Modification, dan
Arnold Lazarus dengan Multimodal Therapy. Sumbangan yang tidak kalah berharga
diberikan pula oleh Michael Mahoney, Vittorio Guidano dan Giovanni Liotti.
Ellis memberikan argumentasi bahwa manusia cenderung berbicara pada diri
sendiri, menilai diri sendiri dan defensif. Mereka mulai bermasalah dalam emosi dan
tingkah laku ketika mereka tertarik untuk memilih kebutuhan tertentu (kebutuhan akan
cinta, pengakuan, atau keberhasilan) dan membuat kesalahan dengan menganggap
kebutuhan tersebut sebagai mutlak dipenuhi. Kata-kata harus, mesti, berhak, menuntut,
perintah, dan sejenisnya akan meningkatkan keinginan seseorang untuk menjadi dogmatis
dan irrasional. Pola pikir yang tidak rasional dan tidak logis akan menimbulkan gangguan
perasaan dan selanjutnya menghasilkan gangguan tingkah laku pula.
a) CBT didasarkan pada model kognitif dari respon emosional. CBT didasarkan
pada fakta ilmiah yang menyebabkan munculnya perasaan dan perilaku, situasi
dan peristiwa. Keuntungan dari fakta ini adalah seseorang dapat mengubah cara
berpikir, cara merasa, dan cara berperilaku dengan lebih baik walaupun situasi
tidak berubah.
b) CBT lebih cepat dan dibatasi waktu. CBT merupakan konseling yang
memberikan bantuan dalam waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan dengan
pendekatan lainnya. Rata-rata sesi terbanyak yang diberikan kepada konseli hanya
16 sesi. Berbeda dengan bentuk konseling lainnya, seperti psikoanalisa yang
membutuhkan waktu satu tahun. Sehingga CBT memungkinkan konseling yang
lebih singkat dalam penanganannya
c) Hubungan antara konseli dengan terapis atau konselor terjalin dengan baik.
Hubungan ini bertujuan agar konseling dapat berjalan dengan baik. Konselor
4
Idat Muqodas, Cognitive-Behavior Therapy : Solusi Pendekatan Praktek Konseling Indonesia,
http://idatmuqodas.blogspot.com/2012/02/cognitive-behaviortherapy-solusi.html, diakses tanggal 23 Desember
2016.
meyakini bahwa sangat penting untuk mendapatkan kepercayaan dari konseli.
Namun, hal ini tidak cukup bila tidak diiringi dengan keyakinan bahwa konseli
dapat belajar mengubah cara pandang atau berpikir sehingga akhirnya
konselidapat memberikan konseling bagi dirinya sendiri.
d) CBT merupakan konseling kolaboratif yang dilakukan terapis atau konselor dan
konseli. Konselor harus mampu memahami maksud dan tujuan yang diharapkan
konseli serta membantu konseli dalam mewujudkannya. Peranan konselor yaitu
menjadi pendengar, pengajar, dan pemberi semangat.
e) CBT didasarkan pada filosofi stoic (orang yang pandai menahan hawa nafsu).
CBT tidak menginformasikan bagaimana seharusnya konseli merasakan sesuatu,
tapi menawarkan keuntungan perasaan yang tenang walaupun dalam keadaan sulit
f) CBT mengunakan metode sokratik. Terapis atau konselor ingin memperoleh
pemahaman yang baik terhadap hal-hal yang dipikirkan oleh konseli. Hal ini
menyebabkan konselor sering mengajukan pertanyaan dan memotivasi konseli
untuk bertanya dalam hati, seperti “Bagaimana saya tahu bahwa mereka sedang
menertawakan saya?” “Apakah mungkin mereka menertawakan hal lain”.
g) CBT memiliki program terstruktur dan terarah. Konselor CBT memiliki agenda
khusus untuk setiap sesi atau pertemuan. CBT memfokuskan pada pemberian
bantuan kepada konseli untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Konselor CBT tidak hanya mengajarkan apa yang harus dilakukan oleh konseli,
tetapi bagaimana cara konseli melakukannya.
h) CBT didasarkan pada model pendidikan. CBT didasarkan atas dukungan secara
ilmiah terhadap asumsi tingkah laku dan emosional yang dipelajari. Oleh sebab
itu, tujuan konseling yaitu untuk membantu konseli belajar meninggalkan reaksi
yang tidak dikehendaki dan untuk belajar sebuah reaksi yang baru. Penekanan
bidang pendidikan dalam CBT mempunyai nilai tambah yang bermanfaat untuk
hasil tujuan jangka panjang.
i) CBT merupakan teori dan teknik didasarkan atas metode induktif. Metode
induktif mendorong konseli untuk memperhatikan pemikirannya sebagai sebuah
Jawaban sementara yang dapat dipertanyakan dan diuji kebenarannya. Jika
Jawaban sementaranya salah (disebabkan oleh informasi baru), maka konseli
dapat mengubah pikirannya sesuai dengan situasi yang sesungguhnya.
j) Tugas rumah merupakan bagian terpenting dari teknik CBT, karena dengan
pemberian tugas, konselor memiliki informasi yang memadai tentang
perkembangan konseling yang akan dijalani konseli. Selain itu, dengan tugas
rumah konseli terus melakukan proses konselingnya walaupun tanpa dibantu
konselor. Penugasan rumah inilah yang membuat CBT lebih cepat dalam proses
konselingnya.
6
A.Kasandra Putranto, Aplikasi Cognitive Behaviour dan Behaviour Activation dalam Intervensi Klinis,
(Jakarta:Grafindo Books Media,2016),235-239
5. Pencegahan Relapse dan Training Self-Help 5
Keterangan :
Sesi 2: Mencari emosi negatif, pikiran otomatis, dan keyakinan utama yang
berhubungan dengan gangguan
Beberapa tokoh meyakini bahwa sesi ini sebaiknya dilakukan di sesi (paling tidak) 8-10.
Namun pada prakteknya sesi ini lebih mudah dilakukan segera setelah asesmen dan
diagnosa, selain karena tuntutan klien akan gambaran yang lebih jelas dalam waktu yang
singkat, klien juga menuntut adanya manfaat terapi yang dapat segera dirasakan dalam
pertemuan kedua, dalam sesi ini, terapis diharapkan mampu :
a) Memberikan bukti bagaimana sistem keyakinan dan pikiran otomatis sangat erat
hubungannya dengan emosi dan tingkah laku, dengan cara menolak pikiran
negatif secara halus dan menawarkan pikiran positif sebagai alternatif untuk
dibuktikan bersama.
b) Memperoleh komitmen klien untuk melakukan modifikasi secara menyeluruh,
mulai dari pikiran, perasaan sampai perbuatan, dari negatif menjadi positif
Pada umumnya, dalam sessi ini klien cukup dapat menerima penjelasan terapis
dan tertarik untuk mencoba bereksperimen dengan pikiran dan perasaannya. Namun
seringkali, mereka melaporkan kesulitan dalam menerapkan teknik-teknik modifikasi
pikiran dan perasaan, karena sistem keyakinan meeka sudah membentuk semacam rajutan
yang kokoh dalam ingatannya. Semakin negatif pikiranseseorang semakin gelap dan tebal
pula rajutan distorsi kognitifnya. Oleh karena itu, hipnoterapi sudah dapat dilkukan
dalam sesi ini, karena umumnya klien akan dapat langsung merasakan manfaat
hipnoterapi segera setelah menyelesaikan sessi ini, terutama terhadap perasaanya. Klien
juga diberikan rekomendasi untuk melakukanlatihan di rumah, demi mencapai
keterampilan “auto hypnose” yang diharapkan dapat meningkatkan potensi keberhasilan
terapi
a) Komitmen klien untuk melanjutkan terapi dalam sesi yang lebih jarang dan
melakukan metode “self help” secara berkesinambungan.
b) Komitmen klien untuk secara aktif membentuk pikiran-perasaan-perbuatan positif
dalam setiap masalah yang dihadapi.
1. M
2. RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY
A. SEJARAH DAN TOKOH RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY
Pendekatan Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) adalah pendekatan behavior
kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku, dan pikiran.
Pendekatan Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) dikembangkan oleh Albert
Ellis melalui beberapa tahapan. Pandangan dasar pendekatan ini tentang manusia adalah
bahwa individu memiliki tendensi untuk berpikir irrasional yang salah satunya didapat
melalui belajar sosial. Di samping itu, individu juga memiliki kapasitas untuk belajar
kembali untuk berpikir rasional. Pendekatan ini bertujuan untuk mengajak individu untuk
mengubah pikiran-pikiran irasionalnya ke pikiran yang rasional melalui teori GABCDE.7
Rational Emotive Beavior Therapy (REBT) adalah sebuah aliran psikoterapi yang
berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir
rasional dan jujur maupun berfikir irasional yang jahat. Manusia memiliki
kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan
mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualkan
diri. Akan tetapi, manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan kearah
menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan-
kesalahan secara tak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme dan mencela
diri, serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri, untuk menghancurkan diri.10
Menurut George & Cristiani seperti yang dikutip oleh Hartono & Boy
Soedarmadji, menyatakan bahwa pendekatan Rational Emotive Therapy (RET) ini
menekankan pada proses berpikir konseli yang dihubungkan dengan perilaku serta
kesulitan psikologis dan emosional. Pendekatan RET lebih diorientasikan pada kognisi,
perilaku dan aksi yang lebih
7
Gantina Komalasari, dkk, Teori Dan Teknik Konseling, (Jakarta: PT Indeks, 2016), p.201
8
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana,
2011),p.175
9
Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung: Alabeta, 2014) h.75.
10
Gerald Corey, Terapi dan Praktik Konseling Psikoterapi….,h.238
mengutamakan berpikir, menilai, menentukan, menganalisis dan melakukan sesuatu.
Menurut pandangan pendekatan RET permasalahan yang dimiliki seseorang bukan
disebabkan oleh lingkungan dan perasaannya, tetapi lebih pada sistem keyakinan,
bagaimana dia menilai dan bagaimana dia menginterpretasi apa yang terjadi padanya.
Dapat disimpulkan bahwa jika emosi terganggu, maka pikiran juga akan terganggu
sehingga mucullah pemikiran yang irasional.11
1) Individu memiliki potensi yang unik untuk berpikir rasional dan irasional.
2) Pikiran irasional berasal dari proses belajar yang irasional yang didapat dari orang
tua dan budayanya.
3) Manusia adalah makhluk verbal dan berpikir melalui simbol dan bahasa, dengan
demikian, gangguan emosi yang dialami individu disebabkan oleh verbalisasi ide
dan pemikiran irasional.
4) Gangguan emosional yang disebabkan oleh verbalisasi diri (self verbalising) yang
terus menerus dan persepsi serta sikap terhadap kejadian merupakan akar
permasalahan, bukan karena kejadian itu sendiri.
5) Individu memiliki potensi untuk mengubah arah hidup personal dan sosialnya.
6) Pikiran dan perasaan yang negatif dan merusak diri dapat diserang dengan
mengorganisasikan kembali persepsi dan pemikiran, sehingga menjadi logis dan
rasional
11
Hartono & Boy Soedarmadji, Psikologi Konseling, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 131
12
Gantina Komalasari, dkk, Teori Dan Teknik Konseling….h.202
“Men are disturbed not by things, but by the views which they take of them”
(Manusia terganggu bukan karena sesuatu, tetapi karena pandangan terhadap sesuatu) 13
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) berasumsi bahwa berpikir logis itu
tidak mudah, kebanyakan individu cenderung ahli dalam berpikir tidak logis. Contoh
berpikir tidak logis yang biasanya banyak menguasai individu adalah :
Secara sistem nilai, terdapat dua nilai eksplisit dalam filosofi Rational Emotive
Behavior Therapy (REBT) yang biasanya dipegang oleh individu namun tidak sering
diverbalkan, yaitu:
1. Nilai untuk bertahan hidup (Survival)
2. Nilai kesenangan (enjoyment)
Kedua nilai ini didesain oleh individu agar ia dapat hidup lebih panjang,
meminimalisir stress emosional dan tingkah laku yang merusak diri serta
mengaktualisasi diri sehingga individu dapat hidup dengan penuh dan bahagia. Tujuan-
tujuan ini dipandang sebagai pilihan daripada kebutuhan. Hidup yang rasional terdiri
dari pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang berkontribusi terhadap pencapaian tujuan-
tujuan yang dipilih individu. Sebaliknya, hidup yang irrasional terdiri dari pikiran,
perasaan, dan tingkah laku yang menghambat pencapaian tersebut.15
Manusia dipandang memiliki tiga tujuan fundamental, yaitu: untuk bertahan hidup
(to survive), untuk bebas dari kesakitan (to be relatively free from pain) dan untuk
mencapai kepuasan (to be reasonably or content). Rational Emotive Behavior Therapy
(REBT) juga berpendapat bahwa individu adalah hedonistic, yaitu kesenangan dan
13
Gantina Komalasari, dkk, Teori Dan Teknik Konseling….h.203
14
Gantina Komalasari, dkk, Teori Dan Teknik Konseling….h.204
15
Gantina Komalasari, dkk, Teori Dan Teknik Konseling….h.204
bertahan hidup adalah tujuan utama hidup. Hedonisme dapat diartikan sebagai
pencarian
kenikmatan dan menghindari kesakitan. Bentuk hedonisme khusus yang membutuhkan
perhatian adalah penghindraan terhadap kesakitan dan ketidaknyamanan. Dalam
Rational
Emotive Behavior Therapy (REBT) hal ini menghasilkan Low Frustation Tolerance
(LFT). Individu yang memiliki LFT terlihat dari pernyataan-pernyataan verbalnya
seperti: ini terlalu berat, saya pasti tidak mampu, ini menakutkan, saya tidak bisa
menjalani ini.
Menurut Nelson dan Jones pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
memiliki tiga hipotesis fundamental yang menjadi landasan berpikir dari teori ini, yaitu:
Menurut Ellis, terdapat enam prinsip teori Rational Emotive Behavior Therapy
(REBT), antara lain:
C. PROSES BERPIKIR
Ellis membagi pikiran individu dalam tiga tingkatan, yaitu : dingin (Cool), hangat
(warm), dan panas (hot). Pikiran dingin adalah pikiran yang bersifat deskriptif dan
mengandung sedikit emosi, sedangkan pikiran yang hangat adalah pikiran yang mengarah
pada satu preferensi atau keyakinan rasional, pikiran ini mengandung unsur evaluasi yang
mempengaruhi pembentukan perasaan. Adapun pikiran yang panas adalah pikiran yang
mengandung unsure evaluasi yang tinggi dan penuh dengan perasaan.
D. PRINSIP DASAR
Prinsip dasar REBT adalah kognisi sebagai penentu proksimal paling penting dari
emosi manusia. Secara sederhana, kita merasakan apa yang kita pikirkan. Peristiwa dan
16
Gantina Komalasari, dkk, Teori Dan Teknik Konseling….h.207
orang lain tidak membuat kita "merasa baik" atau "merasa tidak enak"; Kita
melakukannya untuk diri kita sendiri, secara kognitif. Seolah-olah kita menulis naskah
untuk reaksi emosional kita, meski biasanya kita tidak sadar akan hal itu.
E. KARAKTERISTIK
Pendekatan REBT merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada
pemikiran rasional, menyelesaikan permasalahan menggunakan pemikiran yang logis dan
realistis, tehnik pendekatan REBT memiliki ciri khusus, ciri-ciri tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Dalam menelusuri masalah klien yang dibantunya, konselor berperan lebih aktif
dibandingkan klien. Maksudnya adalah bahwasannya peran konselor disini harus
bersikap efektif dan memiliki kapasitas untuk memecahkan masalah yang
dihadapi klien dan bersungguh-sungguh dalam mengatasi masalah yang dihadapi,
artinya konselor harus melibatkan diri dan berusaha menolong kliennya supaya
dapat berkembang sesuai dengan keinginan dan disesuaikan dengan potensi yang
dimilikinya.
2) Dalam proses hubungan konseling harus tetap diciptakan dan dipelihara hubungan
baik dengan klien. Dengan sikap yang ramah dan hangat dari konselor akan
mempunyai pengaruh yang penting demi suksesnya proses konseling sehingga
dengan terciptanya proses yang akrab dan rasa nyaman ketika berhadapan dengan
klien.
3) Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini dipergunakan oleh konselor untuk
membantu klien mengubah cara berfikirnya yang tidak rasional menjadi rasional.
4) Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak banyak menelusuri masa
lampau klien
F. TEKNIK
1) Teknik-teknik Kognitif
Teknik kognitif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien. Dewa
Ketut menerangkan ada empat tahap dalam teknik-teknik kognitif :
a) Tahap Pengajaran
Dalam pendekatan REBT, konselor mengambil peranan lebih aktif dari pelajar.Tahap
ini memberikan keleluasaan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu
kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana irasional berfikir itu secara langsung
menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
b) Tahap Persuasif
c) Tahap Konfrontasi
Konselor mengubah cara berfikir klien yang tidak logis dan membawa klien ke arah
berfikir yang lebih logika.
Konselor memberi tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu
dalam situasi nyata.Misalnya, menugaskan klien bergaul dengan anggota masyarakat jika
mereka merasa dikucilkan dari pergaulan, atau membaca buku untuk memperbaiki
kekeliruan cara berfikirnya.
2) Teknik-teknik Emotif
Teknik-teknik emotif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien.
Teknik yang sering digunakan antara lain ialah:
a) Teknik Sosiodrama
Memberi peluang mengekspresikan berbagai perasaan yang menekan klien itu
melalui suasana yang didramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas
mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan atau melalui gerakan dramatis.
b) Teknik Self Modelling
Dilakukan dengan meminta klien berjanji dengan konselor untuk menghilangkan
perasaan yang menimpanya. Klien diminta taatdan setia pada janjinya.
c) Teknik Assertive Training.
Digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien dengan pola perilaku
tertentu yang diinginkannya.
3) Teknik-teknik Behaviouristik
Terapi Rasional Emotif banyak menggunakan teknik behavioristik terutama dalam hal
upaya modifikasi perilaku negatif klien, dengan mengubah akar-akar keyakinannya yang
tidak rasional dan tidak logis, beberapa teknik yang tergolong behavioristik adalah:
a) Teknik Reinforcement
Teknik Social Modeling (pemodelan sosial), yaitu teknik untuk membentuk perilaku-
perilaku baru pada klien. Teknik inidilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model
sosial yang diharapkan dengan cara mutasi (meniru), mengobservasi dan menyesuaikan
dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan
masalah tertentu yang telah disiapkan konselor.
Teknik Live Models (mode kehidupan nyata), yaitu teknik yang digunakan untuk
menggambar perilaku-perilaku tertentu. Khususnya situasi-situasi interpersonal yang
kompleks dalam bentuk percakapan-percakapan sosial, interaksi dengan memecahkan
masalah-masalah.
1. Tahap 1
Proses di mana konseli diperlihatkan dan disadarkan bahwa mereka tidak logis dan
irasional. Proses ini membantu konseli memahami bagaimana dan mengapa dapat
menjadi
irasional. Pada tahap ini konseli diajarkan bahwa mereka memiliki potensi untuk
mengubah hal tersebut.
2. Tahap 2
Pada tahap ini konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran dan perasaan negatif
tersebut dapat ditantang dan diubah. Pada tahap ini konseli mengeksplorasi ide-ide untuk
menentuan tujuan-tujuan rasional. Konselor juga mendebat pikiran irasional konseli
dengan menggunakan pertanyaan untuk menantang validitas ide tentang diri, orang lain
dan sekitar. Pada tahap ini konselor menggunakan teknik-teknik konseling Rasional
17
Gantina Komalasari dkk, Teori Dan Teknik Konseling.… h.215-216
Emotive Behavior Therapy (REBT) untuk membantu konseli mengembangkan pikiran
rasional.
3. Tahap 3
Pada tahap akhir ini, konseli dibantu untuk secara terus menerus mengembangkan
pikiran rasional serta mengembangkan filosofi hidup yang rasional sehingga konseli tidak
terjebak pada masalah yang disebabkan oleh pemikiran irasional. Terdapat dua tugas
utama konselor pada tahap ini yaitu, yang pertama interpersonal adalah membangun
hubungan terapeutik, membangun rapport, dan suasana yang kolaboratif. Yang kedua
yaitu organizational adalah bersosialisasi dengan konseli untuk memulai terapi,
mengadakan proses asesmen awal, menyetujui wilayah masalah dan membangun tujuan
konseling.18
1. K
2. L
3. SOLUTION FOCUSS BRIEF COUNSELING
A. SEJARAH DAN TOKOH SOLUTION FOCUS BRIEF COUNSELING
SFBC (solution focus brief counseling) adalah salah satu teknik konseling pendekatan
postmodern. Terapi ini berorientasi pada penyelesaian masalah bukan pada masalah apa
yang terjadi. SFBC didirikan oleh dua orang tokoh, yakni Insoo Kim Berg dan Steve De
Shaver. Insoo Kim Berg merupakan direktur eksekutif pusat terapi keluarga yang singkat
di Milmaukee. Ia juga menghasilkan tulisan berupa jasa keluarga yang didasarkan pada
Pusat pendekatan solusi (1994), bekerja dengan masalah-masalah pemabuk (1992), Pusat
Pendekatan solusi (1992), dan Interviewing solution (2002).
SFBC berbeda dengan terapi tradisional yang mengulas masa lalu dalam membantu
proses terapi saat ini maupun masa depan. Konselor fokus pada apa yang mungkin, dan
18
Gantina Komalasari dkk, Teori Dan Teknik Konseling.… h.215-216
kurang mengeksplorasi masalah. De Shazer mengatakan bahwa tidak perlu mengetahui
penyebab masalah untuk menyelesaikannya dan tidak perlu menghubungkan antara
penyebab masalah dengan solusi. Pengumpulan informasi mengenai masalah tidak
dibutuhkan dalam mengubah keadaan yang terjadi.
Jika mengetahui dan memahami masalah itu tidak penting, maka selanjutnya adalah
mencari solusi yang tepat. Setiap orang mungkin mempertimbangkan banyak hal yang
akan terjadi karena yang baik menurutnya bukan berarti baik pula untuk orang lain.
Dalam SFBC, konseli memilih tujuan penyelesaian yang mereka harapkan dari sedikit
perhatian dalam memberikan diagnosis pembicaraan masa lalu atau eksplorasi
masalah.19
SFBC dibangun atas dasar asumsi optimis bahwa setiap manusia adalah sehat dan
kompeten serta memiliki kemampuan dalam mengkonstruk solusi yang dapat
meningkatkan kualitas hidupnya dengan optimal. Asumsi pokok dalam SFBC ini bahwa
kita memiliki kemampuan dalam mengatasi tantangan hidup, walaupun terkadang kita
seringkali kehilangan arah atau kesadaran tentang kemampuan kita. Tanpa
memperhatikan apa yang dibentuk konseliketika mereka memulai konseling. Mereka
percaya konseli yang kompeten dan tugas konselor bertujuan untuk membantu konseli
mengenali kompetensi yang mereka miliki. Esensi dari konseling ini melibatkan konseli
dalam membangun harapan dan optimis dengan membuat ekspektasi positif dalam
melakukan perubahan. SFBC adalah pendekatan non patologis yang menekankan
kompetensi daripada kekurangan, dan kekuatan dari pada kelemahan. Model SFBC
membutuhkan sikap filosofis dalam menerima konseli dimana mereka dibantu dalam
membuat solusi. O’Hanlon mendeskripsikan orientasi positif: “mencari solusi dan
meningkatkan kehidupan manusia dari fokus pada bagian-bagian patologi masalah dan
perubahan menakjubkan dapat terjadi dengan cepat”.
Karena konseli sering datang kepada konselor dengan pernyataan “orientasi masalah”,
bahkan sedikit solusi yang mereka pertimbangkan bersampul dalam kekuatan orientasi
masalah. Konseli sering memiliki cerita yang berakar dalam sebuah pandangan dalam
menentukan apa yang terjadi di masa lalu yang kemudian akan membentuk masa depan
19
Bannink, Soluction Focused Brief Therapy, Jurnal Konseling Indonesia, Vol.1, No.1 (Oktober, 2015), hal.36-37
mereka. Konselor SFBC menentang pernyataan konseli dengan percakapan optimis
yang mengacu pada keyakinan mereka dalam pencapaiannya dengan menggunakan
tujuan dari berbagai sudut. Konselor dapat menjadi perantara dalam membantu konseli
membuat perubahan dari pernyataan masalah pada kondisi dengan kemungkinan-
kemungkinan baru. Konselor dapat mendorong dan menantang konseli untuk menulis
cerita berbeda yang dapat menyebabkan akhir baru.20
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan Solution Focused Brief
Therapy adalah pendekatan yang berfokus pada solusi dan mencari yang dapat bekerja
atau kekuatan klien yang mengarahkan untuk mencari solusi. Dalam konseling
kelompok Solution Focused Brief Therapy difokokuskan untuk bagaimana
meningkatkan resiliensi akademik dan Self-Efficacy siswa di sekolah menegah atas.
Setiap orang menganggap pilihan ganda kuat, hal ini benar untuk seorang klien
namun belum tentu benar untuk orang lain. Dalam terapi ini, klien berharap untuk
menyelesaikan masalah dan sedikit perhatian untuk memberi diagnosis, bercerita atau
mengungkap masalah. 21
20
Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, (Belmont, CA : Brooks/Cole), hal. 378
21
Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, (Belmont, CA :Brooks/Cole), hal. 378
pendekatan SFBT, ada bebrapa konsep utama yang menjadi tujuan terapeutik
(Berg & Miller, 1992, Walter & Peller,1992 dalam Miller, Hubble dan Duncan, 1996;
Proschaska & Norcross, 2007 dalam Corey 2005). Adapun kriteria tersebut adalah:
a. Bersifat Positif
Ungkapan tujuan yang terapiutik tidak berpusat pada kata-kata negatif. Ia
mengandung kata “ maka, sebagai gantinya” (instead). Sebagai contoh:
ungkapan tujuan” saya akan meninggalkan kebiasaan minum-minuman keras”
atau “saya akan keluar dari depresi dan ansietas”, belum cukup mencerminkan
suasana positif. Suasana positif baru tergambar dengan jelas ketika ungkapan
tersebut bermuatan tindakan positif yang akan dilakukan, sehingga menjadi
“sebagai ganti kebiasaan minum-minuman keras, saya berolahraga teratur
lima kali dalam sepekan”, “ sebagai ganti depresi dan ansietas, saya mengikuti
perkumpulan rohani setiap malam jum`at”.
b. Mengandung Proses
Kata kunci mewakili proses bagaimana, pertanyaan bertajuk bagaimana,
semisal yang terwakili oleh pertanyaan “bagaimana anda akan melaksanakan
alternatif yang lebih sehat dan lebih membuahkan kebahagiaan ini?” perlu
terimplisitkan juga dalam tujuan terapeutik. Dalam tujuan terapeutik itu pula
perlu terkandung jawaban atas pertanyaan tersebut.
c. Merangkum Gagasan Tentang Kurun Waktu Kini
Perubahan terjadi kini, bukan kemarin, bukan pula esok. Pertanyaan sederhana
yang bisa membantu adalah, “ setelah anda meninggalkan hal yang lama hari
ini, dan kemudian anda tetap berada pada jaluryang tepat, hal apa yang akan
anda lakukan dengan cara yangberbeda? Apa dengan cara pula yang akan
anda katakan dengan carayang berbeda kepada diri anda sendiri, hari ini juga,
bukan esok?”
d. Bersifat Praktis
Sifat praktis itu terwakili oleh jawaban yang memadai atas pertanyaan “sejauh
mana tujuan anda bias dicapai?”. Kata kunci disini adalah dapat dicapai, dapat
dilaksanakan. Konseli-konseli yang hanya menginginkan pasangan meraka,
karyawan mereka, orang tua mereka, atau guru mereka berubah, tidak
memiliki solusi yang dapat dilaksanakan, dan mereka hanya akan ada dalam
kehidupan yang dimuati lebih banyak problem.
e. Berusaha Untuk Merumuskan Tujuan Spesifik Mungkin
Hal tersebut terwakili oleh jawaban yang memadai atas pertanyaan “ spesifik
apa andaikan melakukan pekerjaan anda?” tujuan yang bersifat umum, global,
abstrak atau ambigu, semisal yang terwakili oleh ungkapan “ menggunakan
waktu lebih banyak bersama keluargaku”, tidak spesifik “ aku akan
menggunakan waktu 15 menit untuk berjalan-jalan dengan ayahku setiap
sore”, atau “ aku akan secara sukarela melatih regu sepak bola anakku”.
f. Adanya Kendali Ditangan Konseli
Hal ini terwakili oleh jawaban yang memadai atas pertanyaan “ apa yang akan
anda lakukan ketika alternatif baru terwujud?”. Kata kunci disini adalah anda.
Artinya kata nada karena memiliki kemampuan, tanggung jawab, dan kendali
untuk mewujudkan hal-hal yang lebih baik.
g. Menggunakan Bahasa Konseli
Gunakan kata-kata konseli untuk membentuk tujuan, bukan bahasa teoritis
konselor, “ aku akan bercakap-cakap sebagai sesama orang dewasa dengan
ayahku lewat telepon seminggu sekali” (bahasa konseli) adalah lebih efektif
dari pada “ aku akan menyelesaikan konflik dengan ayahku”.
C. HAKIKAT KONSELING
Walter dan Peller berpikir mengenai konseling berfokus solusi sebagai model yang
menerangkan bagaimana orang berubah dan bagaimana mereka dapat meraih tujuan
mereka. Berikut ini beberapa asumsi dasar SFBC:
D. KARAKTERISTIK
Konselor
22
Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, (Belmont, CA : Brooks/Cole), hal. 379.
c. Terapis menciptakan iklim saling menghormati, dialog, pertanyaan, dan penegasan
di mana klien bebas untuk menciptakan, mengeksplorasi, dan menulis cerita-cerita
mereka yang berkembang (Walter & Peller, 1996).
d. Tugas utama terapeutik terdiri dari membantu klien membayangkan bagaimana
mereka akan menyukai hal-hal yang berbeda dan apa yang diperlukan untuk
membawa perubahan-perubahan ini (Gingericli & Eisengart, 2000). Beberapa
pertanyaan Walter dan Peller (2000) yang berguna adalah;
“Apa yang menjadi tanda-tanda bagi Anda bahwa perubahan yang Anda inginkan
terjadi?”
Konseli
Situasi Hubungan
a. Klien dan terapis secara bersama-sama mengidentifikasi masalah dan solusi. Klien
menyadari bahwa untuk mencapai tujuannya, usaha pribadi akan diperlukan.
b. Klien menggambarkan masalah tetapi tidak mampu berperan dalam membangun
sebuah solusi. Dalam situasi ini, mantan klien umumnya respek pada terapis untuk
mengubah orang lain kepada siapa klien masalah atribut.
c. Konselor memposisikan dirinya pada posisi tidak tahu tentang klien bahwa klienlah
yang ahli dalam kehidupannya sendiri.
d. Konselor menggunakan teknik empati, summarization, parafrase, pertanyaan
terbuka, dan keterampilan mendengarkan secara aktif untuk memahami situasi klien
secara jelas dan spesifik.
E. TEKNIK
1) Exception Questions adalah dasar dari dugaan atau maksud yang ada dalam
kehidupan klien dimana masalah yang teridentifikasi bukanlah sebuah problem
(ketika klien mengidentifikasi masalah mengatakan mereka tidak bermasalah),
Waktu-waktu ini disebut exception dan atau news of difference. Exception adalah
pengalaman-pengalaman masa lalu dalam kehidupan klien yang akan menjadi
alasan timbulnya sebuah masalah, tetapi terkadang tidak.
2) The miracle question hasil dari terapi adalah pengembangan dengan
menggunakan apa yang de Shazer katakan dengan The Miracle Question. Yang
ahli terapi katakan, “jika sebuah keajaiban terjadi dan masalah yang kalian miliki
terselesaikan dalam waktu semalam, bagaimana kamu tahu itu akan selesai /
terpecahkan? apa yang akan berbeda?” Kemudian klien didorong untuk
menetapkan “apa yang akan berbeda” terlepas dari masalah-masalah. Ini juga
merupakan cara bagi banyak klien untuk melakukan “latihan virtual” masa depan
yang mereka sukai.23
3) Scaling Question digunakan ketika perubahan dalam pengalaman manusia tidak
mudah diamati, seperti: perasaan, suasana hati, atau komunikasi. Terapis meminta
Skala miracle question: dari 0-10, dimana 0 berarti penunjukan ketika awal diatur
dan 10 berarti sehari setelah keajaiban, mana hal-hal yang sekarang?24
4) Coping Question, jika laporan klien bahwa masalah ini tidak lebih baik, terapis
kadang-kadang mengatasi dengan bertanya seperti, “Bagaimana Anda berhasil
mencegahnya semakin buruk? “atau” ini terdengar keras – Bagaimana Anda
mengelola untuk mengatasi hal ini pada level Anda “?
23
Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, (Belmont, CA : Brooks/Cole) , hal. 389.
24
Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, (Belmont, CA : Brooks/Cole) , hal. 390.
F. LANGKAH DAN PROSES
1) Membangun hubungan kolaboratif, penting bahwa terapis benar-benar percaya
bahwa klien adalah satu-satunya orang yang berhak atas kehidupan mereka
sendiri. Semua teknik yang dibahas di sini harus dilakspelajaran atas dasar
hubungan kerja kolaboratif.
2) Pretherapy change/ pre-session change, pada awal atau pada awal sesi terapi
pertama SFBT terapis biasanya bertanya, “Apa yang Anda inginkan datang ke
sini?”, “Bagaimana hal itu membuat perbedaan bagi Anda?”25
3) Solution-focused goals memiliki tujuan yang jelas, konkret, dan spesifik adalah
komponen penting dari SFBT, apabila terapis mencoba untuk memperoleh tujuan
yang lebih spesifik. Sebagai contoh, untuk memilih tujuan lebih baik, “Kami ingin
anak kami berbicara lebih baik kepada kita”.
4) Constructing solutions and exceptions, Terapis SFBT menghabiskan sebagian
besar sesi dengan mendengarkan penuh perhatian untuk berbicara tentang solusi
sebelumnya, exception, dan tujuan.
5) Taking a break and reconvening, banyak model terapi family telah mendorong
terapis untuk istirahat menjelang akhir sesi. Biasanya ini melibatkan percakapan
antara terapis dan tim dari rekan atau tim pengawasan yang telah menonton sesi
dan yang memberikan umpan balik dan saran kepada terapis.26
6) Experiments and homework assignments merupakan bentuk pekerjaan rumah
dari ahli terapi yang akan diberikan kepada klien untuk menyempurnakan antara
sesi kedua dan pertama mereka. Para ahli terapi berkata :” diantara hari ini dan
besok apa yang akan terjadi pada kehidupan (Keluarga, kehidupanmu, pernikahan,
dan hubungan-hubunganmu) yang kamu ingin untuk melanjutkannya “. Dalam
terapis SFBT konselor sering mengakhiri sesi dengan mengusulkan suatu
eksperimen bagi klien untuk mencoba antar sesi jika mereka menginginkannya.
7) Therapist feedback to clients adalah focus pemecahan masalah umumnya
membutuhkan 5 hingga 10 menit untuk maju hingga akhir sesi dan untuk
25
Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, (Belmont, CA : Brooks/Cole), hal. 383.
26
Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, (Belmont, CA : Brooks/Cole), hal. 385.
menyusun kesimpulan pesan dari para klien. Selama sela ini ahli terapi
memformulasi timbal balik yang akan diberikan kepada klien setelah jeda.27
8) Terminating dari focus pemecahan interview pertama kali, ahli terapi berfikir
penuh untuk mengakhiri dahulu. Sekali para klien dapat menyusun sebuah solusi
yang memuaskan, hubungan terapi dalam arti klien dan ahli terapi dapat
diahirkan. Formasi pertanyaan tujuan pertama yang sering kali ahli terapi
tanyakan adalah: apa yang diperlukan sehingga mengetahui apa yang anda
butuhkan untuk mengetahui fokus yang akan diambil dan hasil dari terapi yang
dilakukan
27
Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, (Belmont, CA : Brooks/Cole), hal. 386.