Oleh :
Farida Kustanti
(200401110180)
Andini Oktavia N.
(200401110185)
Muhammnad Rafly
(200401110191)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2022
Daftar Isi
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 3
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II KAJIAN TEORI 5
A. Youtube 5
1. Pengertian Youtube 6
2. Faktor-faktor pendorong penggunaan Youtube
3. Intensitas Penggunaan Youtube 7
B. Pemerolehan bahasa (speech delay) 7
1. Pengertian Speech Delay 7
2. Tahapan Perkembangan Berbicara dalam Pemerolehan Kata 7
3. Faktor Penyebab Speech Delay 8
C. Anak Usia Dini 9
1. Pengertian Anak Usia Dini 7
2. Aspek-Aspek Perkembangan pada Anak Usia Dini
a. Perkembangan Fisik-Motorik
b. Perkembangan Kognitif
c. Perkembangan Sosio Emosional
d. Perkembangan Bahasa 7
D. Pengaruh Youtube terhadap Pemerolehan bahasa (Speech Delay) 7
E. Pengaruh Youtube terhadap Anak Usia Dini 8
F. Kerangka Konseptual 9
G. Hipotesis Penelitian 9
DAFTAR PUSTAKA 11
BAB I
PENDAHULUAN
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentu bermanfaat untuk mencari dan
mengakses ilmu pengetahuan dengan lebih mudah. Sebelum adanya pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sulit bagi seseorang untuk mendapatkan informasi karena
keterbatasan pada waktu itu. Di masa lalu, informasi dan berita hanya dapat diperoleh
dari media TV, surat kabar, dan radio. Tetapi sekarang, berita dan informasi sangat
mudah didapat melalui Internet untuk pengembangan teknologi manusia. Pengembangan
teknologi internet menjadi semakin cepat, karena sekarang semua orang bisa akses
internet tanpa batas, berbeda dengan zaman dulu, dimana mengakses internet merupakan
hal yang istimewa dan hanya orang-orang tertentu yang bisa melakukannya.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, dan semua manusia selalu
membutuhkan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang-orang selalu
berkomunikasi hampir sepanjang waktu pada saat ini. Perkembangan teknologi informasi
dapat menghadirkan media yang sedemikian rupa, sehingga memudahkan komunikasi
bagi masyarakat. Salah satu media komunikasi adalah media sosial atau social media.
Media sosial adalah media online yang memungkinkan penggunanya untuk
berpartisipasi, berbagi, dan membuat konten. Salah satu jejaring sosial yang paling
populer adalah YouTube. YouTube memberikan layanan pada setiap orang untuk bisa
mengakses video yang tersedia di YouTube dan mereka juga bisa untuk membuat kreasi
mereka sendiri. Anda juga dapat menemukan video pendidikan dan berbagai tayangan di
YouTube. Maka, dengan hadirnya berbagai tayangan tersebut, hal ini tentunya sangat
membantu dalam berbagai proses, terutama dalam bidang pendidikan. Baik dari segi
pemahaman maupun contoh yang tersedia.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, hal ini tentunya juga berdampak
pada aspek-aspek dalam kehidupan manusia. Berbicara tentang kehidupan manusia, hal
ini tentunya tidak dapat dipisahkan dari perilaku manusia. Tingkah laku adalah tindakan,
aktivitas, tanggapan, reaksi, gerak, dan proses yang dilakukan oleh makhluk hidup.
Perilaku manusia dapat dilihat secara langsung karena perilaku manusia adalah tindakan,
aktivitas, reaksi, respon, gerakan, dan proses yang dilakukan manusia itu sendiri. Perilaku
manusia juga merupakan respon yang timbul untuk menanggapi rangsangan dari luar,
baik dari pengalaman manusia itu sendiri maupun dari lingkungan. Karena manusia
adalah makhluk sosial, maka perilaku manusia tentunya berkaitan dengan manusia
lainnya. Tindakan, kegiatan, reaksi, dan tanggapan yang dilakukan manusia sangat
berkontribusi atau mempengaruhi manusia lainnya. Hal inilah yang dimaksud dengan
tindakan atau perilaku sosial.
Manusia memiliki dua bentuk perilaku, yakni : perilaku positif dan perilaku negatif.
Perilaku positif artinya individu yang memberikan respon positif berupa perilaku, tingkah
laku, atau reaksi yang berdampak positif bagi diri sendiri dan orang lain. Dan sebaliknya,
yang dimaksud dengan perilaku negatif adalah reaksi negatif manusia berupa perilaku,
tingkah laku, atau reaksi yang merugikan diri bagi dirinya sendiri atau orang lain.
Anak-anak adalah individu yang tanggap reaksi terhadap setiap situasi. Oleh karena itu,
perlakuan pada anak harus sangat diperhatikan, perlakuan untuk satu anak belum tentu
cocok untuk anak yang lain. Anak bisa diibaratkan seperti gelas kosong, ketika gelas
kosong diisi dengan hal-hal positif, maka isi dari gelas tersebut adalah hal-hal yang
positif pula. Begitupun sebaliknya, ketika gelas tersebut diisi dengan hal-hal negatif,
maka isinya pun akan negatif. Sama halnya dengan pengkonstruksian perilaku anak,
ketika anak masih kecil, orang tua dapat dengan mudah mencontohkan berbagai contoh
dan kebiasaan yang positif. Namun seiring bertambahnya usia anak, hal ini menjadi
semakin sulit dilakukan oleh orang tua untuk mengembangkan kepribadiannya, karena
anak akan cenderung memiliki situasi khusus dan pendirian mereka sendiri.
Perilaku pun juga bisa anak berupa perilaku positif dan negatif, hal ini tentunya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor bawaan, faktor lingkungan dan faktor
diantara keduanya. Orang tualah yang memegang peranan kunci dalam membentuk
perilaku anak. Mereka merupakan panutan yang selalu mempengaruhi perilaku dan ditiru
perilakunya oleh sang anak. Selain itu, perilaku anak juga dipengaruhi oleh pengalaman
yang dimilikinya, sehingga perilaku tersebut merupakan respon terhadap rangsangan
eksternal anak. Idealnya dalam mendidik anak, orang tua harus berperan aktif dalam
memberikan bimbingan dan arahan kepada anak.
Di era digital seperti sekarang ini, tidak jarang ditemukan anak-anak yang sudah mulai
berkomunikasi melalui dunia maya. Saat ini kita sering melihat anak-anak pergi ke
warnet yang menawarkan internet gratis, tanpa adanya pendampingan dari orang tua.
Beberapa dari mereka menonton video pendidikan, bermain game, atau hanya sekedar
mencari hiburan. Menggunakan jejaring sosial dapat memiliki efek positif bagi anak,
diantaranya menambah teman, tempat menjalin silaturahmi, tempat berbagi, tempat
mengenal, tempat berpendapat dan menjadi diri sendiri. Sebaliknya, penggunaan jejaring
sosial juga bisa berdampak negatif bagi anak, antara lain maraknya penipuan dan fitnah,
banyak mata-mata, dan kecanduan internet. Youtube juga merupakan media sosial yang
sering diakses oleh anak-anak, entah itu untuk menonton video pendidikan, mencari
informasi tentang hobi atau idolanya, dan lain sebagainya. Lantas bagaimana pengaruh
media sosial youtube bagi perkembangan anak
B. Rumusan Masalah
A. Youtube
1. Pengertian Youtube
Smartphone adalah ponsel yang memiliki sistem operasi canggih untuk manusia.
Penggunaan smartphone tidak hanya untuk sarana komunikasi, tetapi juga digunakan
untuk berinteraksi ke sesama tanpa tatap muka bahkan dengan jarak jauh. Kecanggihan
smartphone yang hampir sama dengan komputer ini menawarkan berbagai macam fitur
dan aplikasi serta mampu mengakses internet yang dilengkapi juga kamera dengan
berbagai resolusi. Kehidupan manusia di era globalisasi sekarang ini tidak dapat
dipisahkan dengan smartphone dan internet. Kebutuhan informasi dan gaya hidup
masyarakat modern menjadi faktor pendorong manusia menggunakan smartphone. Fitur
yang tersedia pada smartphone juga dapat menyebabkan kecanduan bagi seseorang.
Youtube adalah situs video online yang menyediakan informasi, gambar, dan video
interaktif. Youtube dapat diakses oleh siapa saja. Pengguna youtube juga dapat
mengunggah video untuk dilihat oleh seluruh dunia. Jangkauan youtube sangat luas, tidak
hanya digunakan oleh pekerja tetapi juga berbagai kalangan dari berbagai usia. Youtube
bahkan digunakan oleh orang tua, mahasiswa, bahkan anak usia dini. Pada anak usia dini
orang tua memberikan sosial media terutama youtube sebagai alat pendampingan orang
tua. Hal ini dianggap dapat mengontrol anak agar tidak bermain jauh dari rumah, bermain
kotor, dan merusak barang atau sesuatu yang penting di rumah. Para orang tua
memberikan anak mereka sosial media terutama youtube agar anak diam menonton video
dan tidak mengganggu atau menyulitkan aktivitas orang tua.
2. Faktor-faktor Pendorong Penggunaan Youtube
YouTube merupakan salah satu platform video yang menyediakan
hiburan bagi masyarakat untuk mengisi waktu luang. Lalu apa alasan
masyarakat suka menonton video di platform ini?
1. Memiliki berbagai pilihan tontonan
Dengan banyak saluran yang disediakan, youtube menawarkan tampilan
menarik mulai dari hobi, pekerjaan, tutorial, hingga vlog harian. Youtube
juga memberikan rekomendasi video berdasarkan apa yang dilihat.
2. Iklan yang sedikit
Jika di televisi kita akan menemukan banyak iklan yang tidak bisa
dilewatkan. Sementara di youtube, iklan cenderung lebih singkat dan bisa
dilewati sehingga tidak merasa terganggu.
3. Bisa menonton kapan saja
Siaran di youtube bisa ditonton kapan saja sesuai keinginan selama
masih ada, tanpa batas waktu dan kativitas,
4. Dapat mengetahui tren
Youtube memiliki berbagai macam konten yang sedang tren atau yang
diikuti banyak orang. Bagian ini dapat ditemui di ekplorasi atau trending.
Hal ini yang memuat apa yang sedang dibicarakan orang di belahan
dunia, karena trending berdasarkan negara masing-masing.
5. Dapat ditonton berulang kali
Selama video tersebut belum dihapus, maka video dapat diputar berulang
kali sesuai keinginan pengguna youtube.
6. Dapat menonton dalam mode offline
Salah satu fitur youtube adalah dapat menyimpan video dalam keadaan
offline. Sehingga video tersebut dapat ditonton dalam keadaan offline
tanpa tersambung internet. Video tersebut harus di unduh dahulu,
kemudian akan disimpan setelahnya.
Ada banyak alasan penyebab keterlambatan berbicara, yang paling terkenal adalah
tingkat Intelegensi yang rendah yang membuat anak-anak tidak dapat memikirkan cara
berbicara serta rekan-rekan mereka yang biasa atau berpengetahuan tinggi; kurangnya
inspirasi karena anak-anak menyadari bahwa mereka dapat berdiskusi dengan baik
dengan struktur pra-wacana.
Salah satu tujuan yang tidak diragukan, paling terkenal dan paling tulus adalah
ketidakberdayaan untuk mendorong seorang anak untuk berbicara, dalam hal apa pun,
ketika anak itu mulai mengoceh. Jika anak tidak didesak untuk mengoceh, penggunaan
jargon akan menggagalkan dan mereka akan terus berlama-lama di belakang teman-
temannya yang didesak untuk lebih banyak bicara.
Tidak adanya dukungan adalah tujuan yang tidak main-main. Penundaan wacana harus
terlihat dari cara wali berbicara dengan anak-anak mereka serta menggunakan berbagai
macam kata, kemampuan wacana anak-anak akan tumbuh dengan cepat (Hurlock, 1997).
Awal masa remaja dikenal sebagai masa cerewet, karena begitu anak bisa berbicara
dengan baik, mereka tidak diam. Lagi pula, ada anak-anak yang berbeda yang umumnya
tenang, yang cukup tenang. Seperti yang ditunjukkan oleh Hurlock (1997), variabel yang
mempengaruhi jumlah anak berbicara adalah sebagai berikut
Inteligensi
Tingkat Intelegensi berpengaruh terhadap kemampuan pemerolehan bahasa
terhadap tiap tiap individu
1. Jenis disiplin
Anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang cenderung lemah lebih
banyak berbicara daripada anak-anak yang orang tuanya bersikap keras atau
otoriter dan berpandangan bahwa “anak-anak harus dilihat tetapi tidak
didengar”.
2. Posisi urutan
Anak sulung atau anak pertama lebih ditekan untuk lebih banyak bicara
daripada adiknya dan orang tua lebih mempunyai banyak waktu untuk
berbicara dengan adiknya.
3. Besarnya keluarga
Anak tunggal di dorong untuk lebih banyak bicara daripada anak-anak dari
keluarga lain yang memiliki saudara
4. Status sosial ekonomi
Dalam keluarga kelas rendah, aktivitas di dalam keluarga terkesan kurang
terorganisasi daripada keluarga kelas menengah dan atas.Pembicaraan antar
anggota keluarga juga jarang dan anak kurang didorong untuk berbicara.
5. Berbahasa dua
Meskipun anak dari keluarga yang menggunakan dua bahasa lebih banyak
belajar bahasa maka dari itu dia akan lebih banyak belajar kata yang akan
melatihnya berbicara.
6. Penggolongan peran seks
Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap pemerolehan bahasa pada anak
usia dini. Anak dengan jenis kelamin laki-laki cenderung lebih sedikit untuk
berbicara karena dia lebih emosional daripada perempuan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa “anak usia dini adalah populasi
individu antara usia 0-6 tahun”. Fadlillah, (2014:19) menyatakan bahwa “usia dini adalah
sekelompok anak-anak yang berada dalam proses tumbuh kembang yang unik”. Anak
usia dini adalah individu yang mengalami proses tumbuh kembang dengan sangat pesat,
bahkan dapat dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Hurlock (1999) menunjukkan
bahwa kategori yang bisa disebut anak usia dini atau taman kanak-kanak awal adalah
prasekolah dalam kelompok usia 2-6 tahun. dari beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak usia 0-6 tahun. Pada usia tersebut anak
mengalami proses tumbung kembang yang sangat pesat, sehingga muda diberikan
stimulus bagi perkembangan kecerdasan mereka.
Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perkembanga yang berhubungan dengan
kemampuan individu untuk mengolah informasi, dalam bahasa sehari-hari disebut
kemampuan berpikir. Dalam proses pengolahan informasi, pengalaman yang
sudah dimiliki akan berkolaborasi dengan pengalaman baru yang diperoleh,
sehingga terbentukklah kesimpulan baru tentang pengetahuan tersebut.
Kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan akan berubah seiring dengan proses
belajar dan pengalaman yang diperoleh.
Kostelnik (1999: 332) domain utama perkembangan kognitif adalah proses
kematangan dan kemampuan berpikir manusia yang berawal dari rasa ingin tahu,
karena rasa ingin tahu akan mendorong manusia untuk berpikir “akibat penasaran”
dan melakukan usaha untuk menjawab rasa ingin tahu tersebut.
Dikutip dari Don Hamachek, Psychology in Teaching, Learning, and Growth,
Fourth Edition. Perkembangan kognitif pada setiap tahapan usia berbeda-beda
tingkatannya. Pada usia 0-2 tahun perkembangan kognitif anak masih dalam
kemampuan koordinasi mata dengan jari-jari tangan dan manipulasi. Anak
berusaha untuk meraih dan memegang benda dengan satu atau kedua tangannya,
lalu menggunakan indera penglihatannya untuk melihat benda yang dipegang
tersebut. Pada usia 2-7 tahun anak sudah mulai mampu berpikir tentang benda,
orang, dan peristiwa yang terjadi secara konkrit dialami dan dilihat berdasarkan
sudut pandangnya sendiri. Pada usia tersebut rasa ingin tahu anak terhadap suatu
benda atau suatu peristiwa berkembang dengan pesat, karena dari rasa ingin tahu
tersebut anak akan membangun skematanya dan memperoleh pengetahuan baru.
Pada rentang usia 2-7 tahun anak sudah mulai mengembangkan kemampuan
bertanya tentang benda atau peristiwa yang dilihat, mencoba berbagai hal yang
membuatnya penasaran untuk menemukan jawaban, hingga proses menceritakan
hasil temuannya. Pada rentang usia 2-7 tahun anak sudah memiliki kemampuan
membedakan, mengelompokkan, mengenal bentuk, warna, ukuran, dan sifat,
membuat pola, menyusun kepingan puzzle, bermain maze, dan berbagai aktivitas
lain yang berhubungan dengan kemampuan mengolah informasi, memecahkan
masalah, dan berpikir kreatif.
Berikut adalah tabel lingkupperkembangan kognitif anak berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 Tentang
Standar Pendidikan Anak Usia Dini:
Usia
Lingkup Perkembangan
0-<2 tahun
Mengenal apa yang diinginkan, menunjukan reaksi terhadap rangsangan,
mengenali pengetahuan umum, mengenal konsep ukuran dan bilangan.
2-<4 tahun
Mengenal pengetahuan umum, mengenal konsep ukuran, bentuk, dan pola.
4-6 tahun
Pengetahuan umum dan sains. Konsep bentuk, warna, ukuran dan pola. Konsep
bilangan, lambang bilangan, dan huruf.
Kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan yang harus distimulasi sejak
usia dini. Kemampuan tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan
main yang dirancang untuk anak, baik di dalam maupun di luar kelas, atau ketika
anak berada di rumah. Kegiatan main yang dirancang disertai dengan penyediaan
berbagai media, sumber belajar, maupun alat permainan edukatif, yang akan
digunakan sebagi perantara untuk memudahkan anak dalam menggali pengetahuan
dan pengalaman. Adapun contoh kegiatan main yang dapat dirancang adalah
bermain puzzle, percobaan-percobaan sains sederhana, dan bermain maze.
Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan alat atau sarana untuk berkomunikasi antara individu yang satu
dengan individu lain secara pribadi maupun di dalam komunitas. Pentingnya
peranan bahasa bagi kehidupan manusia, sehingga kemampuan bahasa yang
dimiliki individu harus dikembangkan sejak usia dini. Kemampuan bahasa yang
dimiliki oleh individu akan terus berkembang sesuai tahapan usianya, dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang mendukung dan menghambat
perkembangan bahasa tersebut.
Pada anak usia dini, perkembangan bahasa mulai terlihat pada usia 1 tahun,
dimana anak sudah mulai berceloteh yang maknanya belum jelas. Seiring dengan
pertambahan usia dan stimulasi yang diberikan, maka kemampuan berbahasa anak
akan meningkat, karena kosa kata yang dimiliki terus bertambah. Perkembangan
bahasa memiliki beberapa aspek yang harus diperhatikan, yaitu mendengar,
berbicara, menulis, dan membaca. Kemampuan mendengar sudah distimulasi sejak
dalam kandungan melalui usaha untuk memperdengarkan kata atau kalimat-
kalimat yang baik untuk anak. Pada Ummat Muslim bentuk stimulasi mendengar
untuk anak yang baru lahir adalah dikumandangkannya suara adzan di telinga bayi
yang baru lahir oleh laki-laki dewasa yang memiliki hubungan kekerabatan
dengan bayi tersebut, bisa ayah, paman, atau kakak. Mulai pada usia 2-3 tahun,
anak sudah mulai memahami perintah sederhanayang ditujukan kepadanya, seperti
“ambil bola itu” dan seterusnya. Kemampuan anak dalam memahami perintah
akan terus berkembang. Pada usia 4-6 tahun, anak sudah mampu memahami
perintah dengan kalimat yang lebih kompleks, seperti “tolong berikan buku ini
kepada Ibu Guru” atau perintah lainnya yang diucapkan dengan kalimat yang
lengkap.
Kemampuan mendengar anak mempengaruhi kemampuan berbicaranya. Hasil
pendengaran anak akan diaplikasikan melalui ucapan bibirnya. Perkembangan
berbicara anak dimulai dari berceloteh dengan makna yang belum jelas, lalu
berceloteh dengan makna yang mulai jelas seperti: mama, dan seterusnya.
Sehingga pada kemampuan berbicara dengan bunyi yang jelas mengucapkan kata
demi kata sampai kepada kemampuan mengucapkan kalimat yang lengkap subjek,
predikat, dan objeknya.
Kemampuan membaca dan menulis pada anak usia dini dikembangkan melalui
langkah-langkah yang dirancang dalam kegiatan main. Kemampuan membaca
anak akan dikembangkan melalui kegiatan mengenal gambar, mengenal kata,
mengenal huruf, merangkai huruf menjadi satu kata, hingga merangkai huruf
membentuk kalimat yang sederhana. Adapun kemampuan menulis dikembangkan
melalui kegiatan latihan mencoret-coret, latihan memegang pensil, latihan
menyambung garis, latihan menulis garis, membuat berbagai bentuk, hingga ke
tahap menulis huruf dan angka.
Bahasa anak yang pertamakali berkembang atau distimulasi adalah bahasa ibu,
yaitu sebagai bahasa anak untuk berkomunikasi dengan orang-orang terdekat dan
lingkungan sekitarnya. Namun tidak berarti second language tidak distimulasi.
second language juga bagian terpenting dalam perkembangan bahasa anak yang
sangat bermanfaat dalam komunikasi anak dalam lingkungan yang lebih luas.
Stimulasi perkembangan second language sudah dapat dilakukan pada usia 3 tahun
melalui upaya mendengarkan secara berulang-ulang kata atau kalimat sederhana
yang dekat dengan aktivitas anak, bisa berupa perintah sederhana. Konisi (2014:
406) Perkembangan second language anak usia dini dipengaruhi oleh intensitas
anak mendengarkan bahasa tersebut, kemauan anak untuk mengenal second
language melalui benda-benda yang disukainya, anak interaktif dan responsive
terhadap bahsa tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.
Berikut adalah tabel lingkup perkembangan bahasa anak berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 Tentang
Standar Pendidikan Anak Usia Dini:
Usia
Lingkup Perkembangan
0-<12 bulan
Mengeluarkan suara untuk menyatakan keinginan atau sebagai reaksi atas
rangsangan
12-<24 bulan
Menerima bahasa, dan mengungkap bahasa,
2-<4 tahun
Menerima bahasa, dan mengungkap bahasa
4-6 tahun
Menerima bahasa, mengungkap bahasa, dan keaksaraan
Pada tabel di atas terdapat usia yang memiliki lingkup perkembangan bahasa yang
sama. Perlu diketahui, walaupun lingkup perkembangan bahasa pada usia tersebut
sama, tetapi kemampuan anak pada masing-masing usia tersebut berbeda. Contoh:
anak usia 12-<24 bulan sudah mampu mengungkapkan bahasa, tetapi bahasa yang
diungkapkan masih terdiri dari satu sampai dua kata, walaupun bahasa yang terdiri
dari dua kata pelafalan atau penyebutannya belum terlalu jelas, seperti
menyebutkan nama benda yang sedang dipegang saat ditanya, atau mengulang
kembali dua kata yang diperdengarkan berulang-ulang. Adapun pada anak usia 2-
<4 tahun kemampuan mengungkapkan bahasa sudah lebih kompleks dibandingkan
dengan anak usia di bawahnya, dan pengucapannya sudah terdengar lebih jelas.
Dengan puluhan ribu video anak yang muncul di YouTube, bisa jadi
dengan sekali perkenalan atau sekali percobaan, maka anak tersebut bisa jadi
kecanduan menonton. Rata-rata anak berusia 1-5 tahun pada zaman sekarang
senang menonton Youtube. Tontonan dari berbagai siaran dengan konten anak-
anak, dan konten kartun sudah menjadi kegemaran/kebiasaan yang membawa
kecanduan negative dan berbahaya bagi anak-anak jika tidak didampingi oleh
orang tua.
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang ditemui individu
sejak mereka lahir ke dunia. Lingkungan keluarga pertama adalah Ayah, Ibu
dan individu itu sendiri. Hubungan antara individu dengan kedua orangtuanya
merupakan hubungan timbal balik dimana terdapat interaksi di dalamnya.
Setiap orangtua tentunya ingin yang terbaik bagi anak-anak mereka. Keinginan
ini kemudian akan membentuk pola asuh yang akan ditanamkan orangtua
kepada anak-anak. Pola asuh menurut Diana Baumrind (1967), pada prinsipnya
merupakan parental control yaitu bagaimana orangtua mengontrol,
membimbing, dan mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-
tugas perkembangannya. Diana Baumrind (1967, dalam Santrock, 2009).
F. Kerangka Konseptual
Jenis tontonan
PERKEMBANGAN
KOGNITIF
PEMEROLEHAN BAHASA (SPEECH
Intensitas Waktu DELAY) ANAK USIA DINI
Pengucapan kata
Pengolahan tata
bahasa
Jenis Kelamin
Usia
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori serta review dari beberapa literatur yang tersedia.
Maka kami merumuskan hipotesis sebagai berikut :
Henniger, M.L. 2009. The Importance of Motor Skills. Pearson Allyn Bacon
Prentice Hall.
Kostelnik, M. J., et al. (1999). Developmentally Appropriate Curriculum. Upper
Saddle River: Prantice-Hall.
Konishi, Haruka, et al. (2014). Six Principles of Language Development:
Implications for Second Language Learners. Developmental
Neuropsychology, 39 (5), 404–420.
Menteri Pendidikan Nasional. (2009). Salinan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia
Dini.
Riddle, Elizabeth M. (1999). Lev Vygotsky’s Social Development Theory.
febrianti, W., & H. A. Y. G. Wibisono. (n.d.). Pengaruh intensitas Menonton
Video Youtube TERHADAP Perkembangan komunikasi interpersonal
siswa/I kelas 4 & 5 desa sukanagara RW 01 Cikupa kabupaten tangerang.
Nusantara Hasana Journal, 1(3), 40-47.
Admin. (2020, January 8). Penyebab speech delay Atau Keterlambatan Bicara
Pada Anak. BP PAUD dan Dikmas DIY.
Khoiriyati, S., & Saripah, S. (2018). Pengaruh media Sosial Pada perkembangan
Kecerdasan kognitif anak usia Dini. AULADA: JURNAL PENDIDIKAN
DAN PERKEMBANGAN ANAK, 1(1), 49–60.
https://doi.org/10.31538/aulada.v1i1.209
Ayu, I. G., & Triana, I. (2021). Pengenalan Literasi Digital melalui Cerita Narasi
Berbahasa Inggris pada Aplikasi Youtube sebagai Penanaman Karakter
Anak. Kajian Pendidikan FKIP, 12(1), 128–139.