Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Nurul Lisya (1191151011)
2. Rut Malem Br Ginting (1192451011)
3. Edy Andriarto Habib (1193151022)
4. Lidya Munawarah Siregar (1193151026)
5. Putri Tasyaa Muri Handayani (1193351032)
BK Reguler C 2019
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatnya sehingga
kami masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan mini riset ini tepat pada
waktunya. Mini riset ini kami buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah
Sosiologi dan Antropologi Pendidikan, semoga mini riset ini dapat menambah wawasan dan
pengatahuan bagi para pembaca. Dalam penulisan mini riset ini, kami tentu saja tidak dapat
menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada pihak–pihak yang telah membantu kami.
1. Orang tua kami, berkat dorongan dan semangat yang telah diberikan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
2. Bapak Ishaq Matondang, S.Psi., M.Si, Selaku dosen mata kuliah Sosiologi dan
Antropologi Pendidikan yang telah memberikan ilmu kepada kami.
3. Teman-teman yang telah membantu kami langsung ataupun tidak langsung dalam
pembuatan laporan mini riset ini.
Kami menyadari bahwa mini riset ini masih jauh dari kata sempurna karena masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan
kedepannya. Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca dan semoga dapat bermanfaat
sebagaimana mestinya bagi para pembaca.
Medan, Mei 2021
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 2
1.3. Batasan Masalah 2
1.4. Rumusan Masalah 2
1.5. Tujuan Survey 2
1.6. Manfaat Survey 2
BAB II. LANDASAN TEORI 3
2.1. Defenisi Fenomena Sosial 3
2.2. Penyebab Anak Putus Sekolah di Indonesia 3
2.3.Dampak yang di Timbulkan dari Anak Putus Sekolah 6
2.4. Upaya-upaya yang Dilakukan Untuk Mengatasi Anak Putus Sekolah 6
BAB III.METODE SURVEY 8
3.1.Metode Penelitian 8
3.2. Prosedur Penelitian 8
3.3. Sumber Data 8
3.4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 8
3.5 Teknik Analisis Data 8
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 10
4.1. Hasil 10
4.2. Pembahasan 11
BAB V. PENUTUP 13
5.1. Kesimpulan 13
5.2. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan menjadi sebuah kebutuhan yang tidak dapat dielakkan. Seluruh rakyat
Indonesia mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan memegang peranan
penting dalam kehidupan. Kehidupan manusia tidak akan lepas dari pendidikan. Dalam hal
ini ialah pendidikan formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang, terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan merupakan salah satu sarana meningkatkan keterampilan dan kecerdasan
manusia, pendidikan memegang peranan penting terhadap kemajuan pembangunan bangsa.
Kualitas sumber daya manusia yang mempunyai daya saing juga tidak lepas dari pendidikan,
hal ini berarti mencerminkan bahwa kondisi pendidikan suatu bangsa dapat diukur dari
kualitas sumber daya manusia di negara tersebut. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatakan bahwa “Warga negara yang berumur enam
tahun berhak mengikuti pendidikan dasar”. Sedangkan warga negara yang berumur tujuh
tahun berkewajiban untuk mengikuti pendidikan dasar atau pendidikan yang setara sampai
tamat.
Dengan begitu, pendidikan mampu merubah manusia menjadi seseorang yang
berbudi luhur, berwawasan luas, serta mampu merubah kehidupannya. Tanpa pendidikan,
manusia tidak dapat berkembang, maju, dan sejahtera. Oleh karenanya masyarakat berlomba-
lomba untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin, namun di sisi lain ada sebagian
masyarakat yang tidak dapat mengenyam pendidikan secara layak atau merasakan putus
sekolah, baik dari jenjang sekolah dasar maupun dari jenjang yang lebih tinggi. Anak putus
sekolah adalah murid yang tidak dapat menyelesaikan program belajarnya sebelum waktunya
selesai atau murid yang tidak tamat menyelesaikan program belajarnya. Putus sekolah
merupakan proses berhentinya siswa secara terpaksa dari suatu lembaga pendidikan tempat
dia belajar. Artinya adalah terlantarnya anak dari sebuah lembaga pendidikan formal, yang
disebabkan oleh beberapa faktor.
1
1.2 Indentifikasi Masalah
Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Fenomena sosial anak putus sekolah di Indonesia
2. Penyebab anak putus sekolah
3. Dampak fenomena sosial anak putus sekolah
4. Upaya fenomena anak putus sekolah
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Adapun untuk dampak positif fenomena sosial yakni mampu menumbuh kembangkan
pengetahuan dan wawasan dalam masyarakat. Adapun definisi fenomena sosial menurut para
ahli, antara lain;
1. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Pengertian fenomena sosial adalah kejadian
nyata yang dapat dilihat secara langsung melalui pancaindra dan dapat dijelaskan
dalam penelitian bersifat ilmiah. Dalam arti ini jelas bahwa fenomena sosial harus
bisa dibuktikan melalui langkah penelitian sosial yang sistematis agar apa yang
dilihanya dapat dipertanggung jawabkan.
2. Freddy Rangkuti (2011), Definisi fenomena sosial adalah fakta sosial atau kejadian
sosial yang terlihat di lapangan. Fenomena sosial ini mampu memberikan gambaran
3
masyarakat secara umum, dari dinamika kelompok sosialnya atau dapat
menciptakan integrasi sosialnya.
Adapun faktor penyebab putus sekolah, yang peneliti gunakan berdasarkan pendapat
Nana Syaodih Sukmadinata dan Ali Imron adalah: Faktor Internal yang meliputi:
1. Faktor Internal
a. Kemampuan Berpikir yang Dimiliki Siswa (Psikologi belajar siswa).
4
Psikologi belajar adalah sebuah frase yang mana di dalamnya terdiri dari dua
kata psikologi dan belajar. Menurut Crow and Crow “psichology is the study of
human behaviour and human relationship”.
b. Faktor Kesehatan dan Gizi.
Faktor kesehatan ini adalah faktor fisik yang ada di dalam tubuh siswa,
misalnya saja penyakit kulit, penyakit mata, atau sejenisnya yang mampu
menghambat kegiatan belajar siswa didik tersebut. Hal lain selain itu juga faktor
gizi, faktor pemberian makanan yang diberikan orangtua setiap harinya akan
berpengaruh pada asupan gizi pada siswa.
c. Tidak Menyukai Sekolah.
Tidak menyukai sekolah di sini dimungkinkan karena beberapa faktor
pendukung. Seorang siswa tidak menyukai sekolah dikarenakan lingkungan
sekolah yang tidak siswa suka, atau dari faktor teman sebaya bahkan dari guru
yang mengajar.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi ini adalah faktor yang datang dari pendapatan tiap keluarga.
Semakin rendah pendapat setiap keluarga dimungkinkan akan berpengaruh pada
pemenuhan kebutuhan setiap harinya. Begitu pula yang terjadi pada pemenuhan
kebutuhan pada pendidikan siswa. Sebagian besar siswa yang putus sekolah
dikarenakan faktor ekonomi.
b. Sistem atau Kebijakan yang Digunakan Sekolah
Sistem atau kebiajakan yang tidak sesuai dengan lingkungan sekolah sangatlah
bisa mempengaruhi angka partisipasi sekolah. Katakan saja masalah kurikulum,
kurikulum yang tidak sesuai dan target pendidikan yang terlalu tinggi akan
membuat siswa kehilangan motivasi untuk bersekolah. Selain kurikulum juga
dijelaskan mengenai kualitas guru yang kurang berkompeten akan menjadikan
siswa kehilangan gairah untuk meneruskan sekolah, pasalnya guru tersebut
pastinya tidak akan bisa menggunakan metode mengajar yang baik dan
menyenangkan yang bisa membuat siswa nyaman dan senang.
c. Kondisi Sekolah
5
Kondisi sekolah yang dimaksudkan disini adalah kondisi fisik yang ada di
suatu sekolah. Rendahnya partisipasi sekolah suatu wilayah juga sangat
dipengaruhi oleh terbatasnya ruang kelas dan gedung sekolah serta infrastruktur
lainnya.
d. Lingkungan Tempat Tinggal
Selain berada di sekolah, siswa juga akan berinteraksi dengan lingkungan
tempat tinggal mereka. Lingkungan tempat tinggal sangat menentukan pilihan
hidup seseorang atau keluarga. Banyak siswa yang mengalami putus sekolah
karena siswa-siswa di lingkungan sekitar tempatnya tinggal memilih untuk pergi
bekerja dari pada sekolah. Siswa yang tinggal di lingkungan siswa putus sekolah
akan rawan mengalami putus sekolah jika dibandingkan siswa yang tinggal di
lingkungan yang teratur dan lingkungan pembelajar.
6
belajar dan tidak membuat si anak bosan dalam mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan
disekolah, tidak membiarkan anak mencari uang dalam masa belajar, dan tidak memanjakan
anak dengan memberikan uang jajan yang terlalu banyak.”
Selain itu penanganan putus sekolah dapat dilakukan dengan :
1. Peningkatan peran Pemerintah dalam menyelesaikan masalah pendidikan, yaitu
dengan mengalokasikan anggaran pendidikn yang memadai disertai dengan
pengawasan pelaksanaan anggaran agar dapat benar-benar dimanfaatkan untuk
memperbaiki pendidikan di Indonesia.
2. Program pembangunan infrastruktur sekolah yang merata. Pendidikan yang baik tidak
hanya dilakukan di kota, namun dapat menjangkau pedesaan, daerah terpencil bahkan
daerah pedalaman yang tersebar di pulau-pulau yang ada di Indonesia. Harus ada niat
dan pengawawalan yang ketat untuk pembangunan infrastruktur pendidikan tersebut,
agar dana yang telah dialokasikan tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak atau oknum
tertentu yang ingin mendapatkan keuntungan pribadi.
3. Menyusun kurikulum yang lebih representatif yang dapat menggali potensi siswa,
tidak sekedar hardskillnamun juga softskill, sehingga anak-anak Indonesia dapat lebih
berkualitas, cerdas bermoral dan beretika.
4. Guru merupakan salah satu tonggak untuk berjalannya pendidikan, karena guru sangat
berperan dalam menciptakan siswa yang cerdas, terampil, bermoral dan
berpengetahuan luas. Sehingga pemerintah harus lebih memperhatikan kualitas,
distribusi dan kesejahteraan guru di Indonesia
5. Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Seharusnya pendidikan berkualitas
dapat dinikmati oleh seluruh anak-anak di Indonesia dari tingkat TK (Taman Kanak-
Kanak) sampai Perguruan Tinggi, baik miskin maupun kayadengan kualitas
pendidikan yang sama. Sehingga sepantasnya Pemerintah dapat membuat aturan
untuk menuju penyelenggaraan pendidikan berkualitas yang dapat dijangkau oleh
seluruh rakyat Indonesia. Karena jika kita lihat kembali UUD 1945, maka
Pemerintahklah yang wajib menjamin seluruh rakyat indonesia untuk mendapatkan
pendidikan.
6. Penguatan pendidikan non-Formal di keluarga. Saat ini banyak sekali orangtua yang
tidak memperhatikan pendidikan anak dirumah. Pendidikan keluarga dapat menjadi
dasar yang kuat bagi anak untuk membantu dalam pergaulan dan perkembangan anak
diluar rumah, terutama disertai dengan pendidikan agama yang cukup kuat.
7
Kurangnya kontrol dan pengawasan orangtua kepada anak, menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan anak di Indonesia, selain itu juga
komitmen orangtua untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk
putraputrinyasehingga dapat menjafi anak-anak yang cerdas dan berguna untuk
bangsa dan negara.
Pada intinya, pendidikan merupakan pondasi bagi generasi yang cerdas, bermoral dan
berkualitas bagi masa depan. Untuk itu marilah kita mulai turut berperan dalam memperbaiki
dan meningkatkan pendidikan di Indonesia dengan perannnya masing-masing.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
9
3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, makalah atau artikel, jurnal
dan sebagainya (Arikunto, 2010).
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Menurut Manan (2007) putus sekolah adalah Anak putus sekolah biasanya diartikan
sebagai anak yang berhenti sekolah akibat beberapa faktor yang antara lain faktor
ekonomi, faktor kelauraga dan faktor dari diri anak sendiri.
2. Menurut Menurut Mc Millen Kaufman dan Whitener dalam (Suryadi, 2014) faktor
putus sekolah ada dua yaitu faktor internal dan faktor ekstrnal. Faktor internal adalah
faktor yang berasal dari anak yang putus ekolah tersebut misalnya kemalasan anak,
hobi bermain akan, rendahnya minat untuk belajar anak, Sedangkan faktor eksternal
merupakan faktor yang berasal dari luar diri anak berasal dari orang tua yakni
keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua, hubungan orang tua yang kurang
harmonis, latar belakang pendidikan orang tua, ataupun lingkungan yang kurang
mendukung seperti jarak rumah dengan sekolah yang jauh.
3. Adapun faktor penyebab anak putus sekolah Menurut Sukmadinata (Suyanto, 2003)
adalah. Faktor utama Anak Putus Sekolah adalah kesulitan ekonomi atau karena orang
tua tidak mampu menyediakan biaya bagi sekolah anak-anaknya.
4. Sudjana, (1983: 67) mengemukakan bahwa manusia hanya dapat menjadi manusia
karena pendidikan. Nilai nilai yang perlu dikembangkan dalam proses pendidikan
adalah menumbuh kembangkan potensi peserta didik untuk dapat berkreativitas
karena kreativitas merupakan lambang suatu masyarakat yang mampu
mengungkapkan diri secara bebas, kritis terhadap lingkungannya, serta mampu
berfikir dan bertindak di dalam dan terhadap dunia kehidupannya.
5. Solusi yang di tawarkan terkait masalah putus sekolah ialah mindset atau pola pikir
tentang ekonomi adalah penentu pendidikan anak harus diluruskan dengan melakukan
edukasi kepada orang tua yang memiliki anak putus sekolah.
6. Anak tidak sekolah merupakan sebuah kondisi sosial dimana seseorang tidak pernah
memasuki sebuah lembaga pendidikan, baik pada tingkat SD, SMP dan jenjang
pendidikan di atasnya. Anak yang tidak bersekolah dengan kriteria usia 7-15 tahun
merupakan pengejawantahan dari kondisi anak tidak sekolah pada jenjang pendidikan
SD/MI dan SMP/MTs, atau sering dikenal dengan program Wajib Belajar Pendidikan
Dasar 9 tahun.
11
7. Sekolah menyediakan konselor dan melakukan sistem pelacakan longitudinal untuk
lebih jelas mengidentifikasi siswa yang mungkin putus sekolah, program yang
ditargetkan untuk digunakan dengan individu dan kelompok siswa yang berisiko
putus sekolah, dan menawarkan strategi di sekolah dapat membantu konselor sekolah
untuk lebih baik memenuhi kebutuhan putus sekolah potensial (Dockery, 2012)
8. Supaya siswa tidak putus sekolah, pihak sekolah perlu mengetahui siswa mana yang
paling berisiko. Pihak sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi
siswa yang paling mungkin untuk putus sekolah. Pemerintah harus dapat
mengidentifikasi sekolah menengah atas dengan tingkat putus sekolah yang sangat
tinggi. Dengan demikian, pemerintah melalui kementerian pendidikan dan
kebudayaan dapat melakukan intervensi baik pada tingkat siswa individual, maupun
di tingkat sekolah atau di tingkat kabupaten. Di adaptasi dari pembahasan Burrus dan
Roberts (2012).
4.2 Pembahasan
Landasan teori tersusun dalam hasil kajian diatas yang merujuk pada komponen-
komponen landasan teori yang meliputi : 1) Latar belakang fenomena anak putus sekolah, 2)
faktor penyebab anak putus sekolah, 3) Dampak yang ditimbulkan dari anak putus sekolah, 4)
Upaya yang dilakukan dalam mengatasi fenomena anak putus sekolah yang mengacu pada
komponen-komponen landasan teori dalam Freddy Rangkuti (2011), Muamalah (2017),
Menurut (2013).
Dalam proses mengkaji kepustakaan tentang fenomena social anak putus sekolah di
Indonesia ini kami menemui beberapa kendala yakni literatur yang diperlukan sulit untuk
ditemukan, sumber kajian yang digunakan kebanyakan mengutarakan hal yang bersifat
tersirat sehingga membuat pembahasan kurang mendalam. Oleh karena itu dalam
pembahasan kajian dalam sub bab yang ada kami mengambil dari penjelasan yang ada baik
yang bersifat tersurat maupun tersirat.
Kajian mengenai fenomena sosial anak putus sekolah yaitu bagaimanatingkat
tingginya putus sekolah pada pelajar-pelajar Sekolah Dasar di wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Sumber pustaka yang digunakan untuk mengkaji fenomena social anak putus sekolah yakni
jurnal yang dituliskan oleh Ayu Yeni Budi Lestari, Fariz Kurniawan, Rifal Bayu Ardi
(2020).
12
Kajian berisi mengenai hal bagaimana faktor penyebab dari fenomena sosial anak
putus sekolah. Sumber pustaka yang digunakan untuk mengkaji faktor penyebab yakni
djurnal yang ditulis oleh M. Rusdi, Astriyani A. Papuangan, Ismail, Radiatan Mardiah, Ade
Ariswildani Arifuddin (2020).
Kajian mengenai dampak fenomena social anak putus sekolah berisi tentang
pembahasan mengenai berbagai dampak yang ditimbulkan oleh anak putus sekolah terhadap
masyarakat. Sumber yang digunakan dalam mengkaji dampak fenomena sosial anak putus
sekolah yakni skripsi yang ditulis oleh Fitriani (2012)
Kajian mengenai solusi atau upaya yang dilakukan dalam menghadapi fenomena anak
putus sekolah. Sumber pustaka yang digunakan dalam solusi fenomena sosial anak putus
sekolah yakni, Agnesita Widi Larasati (2019).
Kajian mengenai contoh analisis kasus fenomena sosial anak putus sekolah. Sumber
pustaka yang digunakan dalam menganalisis kasus yakni berasal dari jurnal yang ditulis oleh
Denny Soetrisnaadisendjaja, Nurkartika Sari (2019).
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dapat disimpulkan jika ada beberapa faktor utama penyebab anak
mengalami putus sekolah di jenjang pendidikan dasar yang terbagi menjadi faktor eksternal
dan faktor internal. Permasalahan anak putus sekolah di akibatkan oleh faktor ekonomi
merupakan masalah yang sangat krisis di Indonesia, kondisi atau keadaan ekonomi suatu
keluarga sangat berdampak terhadap kelangsungan pendidikan anak anaknya, sehingga
muncullah berbagai macam spekulasi yang mendominasi di antara orang orang kurang
mampu, bahwa lebih penting bekerja dari pada mengenyam pendidikan
Solusi untuk mengatasi jumlah anak yang putus sekolah, bisa dilakukan dengan
melibatkan Pemerintah daerah, tokoh agama maupun tokoh masyarakat untuk
mengsosialisasikan beberapa kebijakan yang strategis khususnya di bidang pemerataan dan
perluasan akses di bidang pendidikan. Misalnya; subsidi pendidikan gratis, penyaluran dana
Bantuan Operasional Sekolah, dan program wajib belajar 9 tahun dan 12 tahun, termasuk
informasi-informasi tentang beasiswa bagi anak yang tidak mampu dan bagi siswa yang
berprestasi.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang diberikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Anak Putus Sekolah:
a. Anak putus sekolah perlu diberi pemahaman sejak dini agar termotivasi dan sadar
betapa pentingnya sekolah untuk masa depan yang lebih baik dan betapa ruginya
jika sampai putus sekolah; dan
b. Anak putus sekolah perlu menjaga diri dari pergaulan yang tidak baik, karena
pemilihan pergaulan dapat mempengaruhi perilaku dan pemikiran seorang anak.
14
3. Bagi Masyarakat Sekitar:
a. Masyarakat setempat harus ikut berperan dalam membantu pendidikan anak di
sekitarnya mengalami putus sekolah, dan
b. Masyarakat harus mengarahkan kepada anak yang mengalami putus sekolah untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat positif agar menghindari kegiatan-
kegiatan atau perilaku-perilaku negatif.
15
DAFTAR PUSTAKA
Dezer, BTK Lae. 15 Tahun Cilegon Berdiri, Masih Ada Anak Putus Sekolah.
http://www.detak.co.id/regional/cilegon/3120-15-tahun-cilegon-berdiri-masih-ada-anak-
putus- Sekolah(diakses pada 03 Mei 2021).
Fatimah, Siti. 2015. Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Pada Jenjang Pendidikan
Menengah (SMA/SMK) di Kecamatan Mijen Kota Semarang Kurun Waktu 2011-2014.
Skripsi. FIS, Geografi, Universitas Negeri Semarang.
Yanti, Salni. 2017. Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar
9 Tahun. Skripsi. FKIP, Universitas Halu Oleo.
16
LAMPIRAN
BUKU
17
Penerbit : Intelegensi Media
Kota terbit : Malang
Tahun terbit : 2021
Cetakan : Edisi I
ISBN : 978-623-7374-49-7
JURNAL
1. Lestari, Ayu Yeni Budi, fariz kurniawan, Rival Bayu Ardi. 2020. Penyebab Tingginya
Angka Anak Putus Sekolah Jenjang Sekolah Dasar (SD). Jurnal Ilmiah Sekolah
Dasar. Vol 1 (2). https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD/index (Diakses
tanggal 04 Mei 2021)
2. M, Rahmad. 2016. Perilaku Sosial Anak Putus Sekolah. Jurnal Equilibrum Pendidikan
Sosiologi. Vol 4 (2). https://media.neliti.com/media/publications/69262-ID-perilaku-
sosial-anak-putus-sekolah (Diakses tanggal 04 Mei 2021)
3. Rusdi, M, Astriyani A. Papuangan, Ismail , Radiatan Mardiah, Ade Ariswildani
Arifuddin. 2020. Problem Sosial Anak Putus Sekolah (studi Kasus di Desa Lala
Kabupaten Buruh). Jurnal Ilmiah Studi Keislaman. Vol 2 (1). http://e-
jurnal.stitqi.ac.id/index.php/contemplate/article (Diakses pada tanggal 04 Mei 2021)
4. Larasati, Agnesita Widi. 2019. Penanggulangan putus sekolah dengan pelibatan orang
tua. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah. Vol 13 (2). http://ejournal.uika-
bogor.ac.id/index.php/JPLS/article (Diakses pada tanggal 04 Mei 2021)
5. Denny Soetrisnaadisendjaja, Denny, Nurkartika Sari. 2019. Fenomena Anak Putus
Sekolah di Kawasan Kota Cilegon. Jurnal Heremeuntika. Vol 5 (2).
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Hermeneutika/article (Diakses pada tanggal 04
Mei 2021)
SKRIPSI
Fitriani. 2012. “Remaja Putus Sekolah dan Dampaknya Terhadap Masyarakat
di Desa Peccelekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa”. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. UIN
Alauddin. Makasar.
18