Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PENGGUNAAN YOUTUBE DALAM PENDAMPINGAN

ANAK USIA KELAS 3-5 SD

KARANGAN ILMIAH METODOLOGI BELAJAR PT

Oleh kelompok VI:


Gregorius Dwiangga Galla’ Duapadang NIM.196114013
Laurensius Dwiyanto NIM.196114025
Emanuel Magai NIM.196114047
Thomas Brian Wicart NIM.196114069

PROGRAM STUDI FILSAFAT KEILAHIAN


FAKULTAS FILSAFAT KEILAHIAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
LATAR BELAKANG
Perubahan dan perkembangan merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari. Dewasa ini,
perkembangan dalam segala bidang kehidupan terpampang jelas di depan mata. Kehidupan
menjadi semakin muda dan cepat. Salah satu penyebannya adalah penemuan dan
pengembangan internet yang terjadi dalam setiap generasi. Internet memberi banyak dampak
positif namun tak jarang memberi dampak negatif pula.

A. Internet di Zaman Ini


Sejarah internet dimulai dengan pengembangan komputer elektronik pada 1950-an.
Awalnya internet hanya dimaksudkan sebagai sarana komunikasi oleh Departemen
Pertahanan Amerika. Akan tetapi, internet terus mengalami perkembangan dengan sangat
cepat.1 Saat ini, internet tidak hanya digunakan semata-mata sebagai sarana komunikasi.
Namun, fungsinya menjadi jauh lebih luas dan mencakup berbagai bidang kehidupan. Hal
ini membuat internet menjadi sesuatu yang sangat penting. Apalagi generasi yang
berkembang di zaman ini, yaitu generasi X, Y (millenial), terlebih khusus Z dan Alpha
yang dikatakan lahir bersama internet, telah menjadikan internet sebagai ‘darah daging’
mereka.

B. Generasi Zaman Now


Perkembangan generasi dari satu zaman ke zaman lain memang selalu menarik untuk
diperbincangkan. Sejauh yang pernah diteliti ada 6 jenis generasi, yaitu generasi
tradiosionalis (1992-1945), generasi baby boomers (1946-1964), generasi X (1965-1980),
generasi Y atau lebih dikenal sebagai milenial (1981-1994), generasi Z (1995-2010) dan
generasi alpha (>2010). Di zaman yang serba mengandalkan internet sekarang ini, ada tiga
generasi yang cukup mencolok, yaitu generasi Y, Z dan Alpha. Mereka merupakan
generasi internet.
Generasi Y sebenarnya merupakan generasi transisi dari teknologi menjadi internet.
Generasi Z-lah yang benar-benar dapat dikatakan sebagai generasi internet. Mereka lahir
pada zaman internet itu sudah tersedia dengan baik. Mereka ini memiliki karakter yang
menggemari teknologi, fleksibel, lebih cerdas, dan toleran pada perbedaan budaya. Mereka
juga terhubung secara global dan berjejaring di dunia virtual. Meskipun demikian, mereka

1
L. Erawan, “Sejarah Internet” (September 2014), tersedia dari
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/modul01teori-Sejarah_Internet.pdf, diakses 4 Desember 2019.
adalah generasi yang menyukai budaya instan dan kurang peka terhadap esensi privat
karena secara konstan mengunggah hidupnya di media sosial.2 Adapun generasi Alpha
belum terlalu banyak dieksplorasi karena usia mereka yang terbilang masih sangat muda.

C. Revolusi Industri 4.0


Istilah revolusi industri 4.0 pertama kali muncul pada 2012, ketika pemerintah Jerman
memperkenalkan strategi pemanfaatan teknologi yang disebut dengan Industrie 4.0.
sebagai salah satu pelaksanaan proyek Strategi Teknologi Modern Jerman 2020
(Germany’s High-Tech Strategy 2020). Strategi tersebut diimplementasikan melalui
peningkatan teknologi sektor manufaktur, penciptaan kerangka kebijakan strategis yang
konsisten, serta penetapan prioritas tertentu dalam menghadapi kompetisi global.3
Revolusi Industri ini merupakan sebuah era penerapan teknologi modern dalam fiber
(fiber technology) dan sistem jaringan terintegrasi (integrated network). Hal ini bertujuan agar
kesejahteraan hidup manusia menjadi lebih baik lagi. Orang yang hidup di zaman ini mau
tidak mau harus bisa menggunakan sarana teknologi yang ada terutama internet. Hampir
semua bidang kehidupan kini mengandalkan internet. Mulai dari hal komunikasi, jual-beli,
proses pembelajaran dan lain sebagainya dilakukan dalam jaringan internet. Maka, satu hal
yang pasti adalah generasi yang hidup di era ini tidak bisah alergi terhadap internet.

D. Internet dalam proses pembelajaran


Internet bukan lagi hal ekslusif, yang diperuntukkan untuk orang-orang tertentu.
Sekarang, semua orang mulai dari yang paling muda sampai paling tua bisa mengakses
jaringan internet. Dalam dunia pendidikan, internet dirasakan memiliki dampak positif
yang besar. Dalam setiap jenjang pendidikan, mulai dari PAUD hingga Universitas, sudah
memiliki akses internet. Internet biasanya digunakan untuk mencari sumber referensi
sebagai penunjang proses belajar siswa, misalnya dalam hal mengerjakan Pekerjaan
Rumah (PR).
Penggunaan internet bagi anak memang selalu harus mendapat pengawasan lebih.
Pasalnya segala hal menjadi transparan dalam dunia internet. Hal ini dikhawatirkan akan
menggangu psikologis anak. Berdasarkan penelitian yang dimuat dalam situs
techno.okezone.com menyatakan bahwa anak-anak mempunyai pengalaman negatif saat
2
Ranny Rastati, “Media Literasi Bagi Digital Natives: Perpektif Generasi Z di Jakarta” (Juni 2018), tersedia dari
https://media.neliti.com/media/publications/286903-media-literasi-bagi-digital-natives-pers-af96c5d7.pdf,
diakses 4 Desember 2019.
3
Murti Ningsih, “Pengaruh Perkembangan Revolusi Industri 4.0 Dalam Dunia Teknologi di Indonesia” (Januari
2019), tersedia dari https://osf.io/pswmu, diakses 4 Desember 2019.
daring, yaitu sebesar 96% (marah 50%, kecewa 40%, terganggu, kaget atau khawatir
(38%).4 Maka sepatutnya pengawasan anak dalam penggunaan internet meskipun dengan
alasan belajar perlu ditingkatkan.

4
Dahniar W. Afiandini, “Perilaku pengaksesan dan Pemanfaatan Internet Dalam Kegiatan Akademik di
Kalangan Siswa SD” (2017), tersedia dari http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
palim276ac3428f2full.pdf, diakses 5 Desember 2019.
BAB II
ISI
A. Media Sosial
Media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial. Sosial media
menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif.
Beberapa situs media sosial yang populer sekarang ini antara lain : Blog, Twitter, Facebook,
Instagram, Path, dan Wikipedia. Media sosial sendiri dapat digunakan sebagai aplikasi berbagi
foto (Instagram), berbagi jaringan sosial (Google) dan profesional (Scribd), mikroblog
(Facebook dan Twitter), dan berbagi video atau video sharing (Youtube).5
Kehadiran media sosial memberi dampak positif bagi para penggunanya. Media sosial
memperluas interaksi sosial manusia menggunakan internet dan teknologi web,
mentransformasi praktik komunikasi searah media siaran dari satu institusi media ke banyak
audience (“one to many”) menjadi praktik komunikasi dialogis antar banyak audience (“many
to many”), mendukung demokratisasi pengetahuan dan informasi dan mentransformasi
manusia dari pengguna isi pesan menjadi pembuat pesan itu sendiri.

B. Youtube
Dewasa ini, siapa yang tak mengenal Youtube. Nampaknya, Youtube telah menjadi
sesuatu yang sangat fenomenal, walaupun tak dapat dipungkiri masih ada pula sebagian
besar orang yang tidak mengetahuinya. Youtube sendiri merupakan sebuah situs berbagi
video yang dibuat oleh tiga mantan karyawan Paypal, yaitu Chad Hurley, Steve Chen,dan
Jawed Karim pada Februari tahun 2005.6 Situs web ini memungkinkan pengguna
mengunggah, menonton dan berbagi video. Perusahaan ini berkantor pusat di San Bruno,
California, dan memakai teknologi Adobe Flash Video dan HTML 5 untuk menampilkan
berbagai macam konten video buatan pengguna/kreator, termasuk klip film, klip TV dan
video musik. Selain itu, konten amatir seperti blok video, video orisinal pendek dan video
pendidikan juga ada dalam situs ini.
Dilansir dari statistik dalam situsnya sendiri, Youtube memiliki lebih dari satu milyar
pengguna yang merupakan hampir sepertiga semua pengguna internet. Hingga Maret 2015,
pembuat konten di Youtube sudah mengunggah 10.000 video, karena membuat akun atau
channel di Youtube dan meraih pelanggan atau penayangan yang bisa menghasilkan uang.
Oleh karena itu, Youtube juga banyak digunakan sebagai sarana mata pencaharian.

5
N. Nurkarima, “Landasan Teori: Penggunaan Media Sosial” (2018), tesedia dari
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/7912/5/Bab%20II.pdf, diakses 5 Desember 2018.
6
Alois Wisnudhardana, Anak Muda dan Medsos, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2018), 54.
Bahkan, tak sedikit orang yang bercita-cita menjadi seorang Youtuber (pegiat Youtube).
Tiap hari pengguna Youtube bisa menonton ratusan juta jam video dan menghasilkan miliaran
kali penayangan. Youtube menjangkau pemirsa rata-rata berusia 18 sampai 34 tahun. Namun,
kini Youtube perlahan menjangkau semua usia. Beragam konten video bisa diakses dalam
Youtube, mulai dari Musik, Film, Berita dan Informasi, Olahraga, Gaya hidup, Gaming, dan
Vlog.7

C. Remaja dan anak sebagai pengguna aktif Youtube


Dominasin anak remaja sangat terlihat jelas khususnya dalam penggunaan media sosial
misalnya; Facebook, Youtube, Istagram, dan Twitter. Dominasi anak muda remaja
Misalnya, dalam sebuah penelitian yang melibatkan UNICEF, kementerian komunikasi
dan informatika (Kemenkominfo), dan Harvard University pada tahun 2014
memperlihatkan bahwa sebanyak 79,5% anak muda remaja yang sudah menggunakan
internet dan hanya 2% yang tidak menggunakan internet. Dari hasil penelitian itu ada 30
juta jiwa yang selalu aktif menggunakan internet setiap hari, sedangkan yang 2% yang
tidak menggunakan internet dianggap sebagai ketiadaan jaringan internet dan larangan dari
orang tua dirumah.8 Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan alasan anak remaja
selalu mengakses internet karena mencari data dan informasi yang berhubungan dengan
tugas-tugas mereka di sekolah, mencari pertemanan baru dan berkomunikasi terus menerus
dengan teman lama dan dilanjutkan dengan teman yang baru serta menndapatkan dan
menikmati hiburan yang tersedia di internet. Lalu pada penelitian atau survei yang
dilakukan oleh Asosiasi penyelenggara jasa internet indonesia (APJII) pada tahun 2016
memperlihatkan ada 14,5 juta anak remaja dan anak muda yang menggunakan Youtube di
indonesia setiap hari. Melalui survei itu menunjukkan bahwa anak Indonesia adalah
pengguna aktif internet khususnya media sosial (Youtube) sangat banyak jumlahnya jika
dibandingkan dengan anak remaja dan anak muda di negara lain. Sehingga melalui survei
itu menunjukkan bahwa sampai tahun 2016 jumlah pengguna internet anak Indonesia
mencapai 50% dan tingkat itu yang paling tinggi di seluruh dunia. Pencapaian tingkat itu
diakibatkan oleh media sosial yang telah mampu menyediakan informasi dan data
terbanyak sebanyak 72% dibandingkan dengan media televisi 55%, lalu media portal

7
Eribka R. David, dkk, “Pengaruh Konten Vlog dalam Youtube terhadap Pembentukan Sikap Mahasiswa Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi”, tersedia dari https://media.neliti.com,
diakses 5 Desember 2019.
8
Alois Wisnudhardana, Anak Muda dan Medsos, 56.
berita 18%, dan radio sebanyak 17% serta koran, majalah, tabloid, hanya mencapai 9%. 9
Generasi ini selalu mendapatkan informasi secara cepat dan hal itu memang wajar.
Namun, tingkat memahami, merefleksikan dan mengaktualisasikan dalam kehidupan
masih belum ditampakkan. Generasi yang hidup di zaman ini, yaitu Z dan Alpha selalu
berpendapat bahwa sistem internet (media sosial; Youtube) harus selalu diakses dimanapun
berada setiap hari dan media sosial adalah tempat belajar dan berkomunikasi dengan orang
lain setiap hari. Oleh karena itu, sudah tidak relevan lagi jika orang tua atau instansi
sekolah membatasi bahkan mengisolasi anak muda dari internet. Sudah saatnya semua
anak muda harus mendapat kebesan yang bertanggung jawab dalam menggunakannya.

D. Pendapat para Pendamping


Salah satu narasumber yang kami wawancarai (Maria Adventia Disne) mengatakan ia
cenderung memanfaatkan konten pendidikan di Youtube untuk menunjang
pengajarannya10. Materi yang agak sulit disampaikan akan ditunjang dengan video dari
Youtube serta buku tematik. Hal ini lumrah dilakukan seperti yang disampaikan dua
narasumber lainnya. Youtube menawarkan konten yang mudah untuk dipahami anak
terutama bagi anak dengan gaya belajar audio-visual.
Belajar dari Youtube membuat anak lebih cepat menemukan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan yang membuat mereka penasaran. Pertanyaan-pertanyaan ini seringkali tidak
bisa dijawab oleh orang tua, karena keterbatasan waktu pendampingan ataupun kurangnya
pengetahuan menurut Bu Endang Donoroto. Hal-hal yang ditanyakan sering kali juga tidak
menjadi perhatian pendamping karena kreatifnya pikiran sang anak yang masih kelas 5
SD. Maka Youtube menjadi partner yang sangat membantu bagi para pendamping.
Ibu Nur Sukapti menyampaikan pendapat bahwa sudah tidak zamannya lagi melarang
siswa untuk akrab dengan teknologi (internet). Namun tidak berarti anak bebas mengakses
informasi apa saja. Sekolah yang pernah ditempati bu Nur misalnya, memberi kebijakan
untuk mengatur penggunaan gadget di area sekolah11. Hal ini berlaku untuk guru maupun
siswa. Ada waktu-waktu tertentu yang disepakati bersama antara siswa dan guru untuk
memanfaatkan gadget (serta semua aplikasinya) dalam pembelajaran. Cara ini terbukti
baik karena sang siswa belajar untuk mentaati komitmen bersama dengan melihat contoh
dari sang guru.

9
Alois Wisnudhardana, Anak Muda dan Medsos, 57.
10
Wawancara dengan guru Les, 25 November 2019
11
Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Kanisius Gayam, 4 Desember 2019
Selain itu, dari hasil wawancara juga ditemukan bahwa penggunaan Youtube tidak
hanya membantu dari segi menggali pengetahuan saja. Bu Endang misalnya menggunakan
Youtube sebagai sarana pendampingan anak-anaknya sehari-hari. Beliau
memanfaatkannya untuk menjalin kedekatan keluarga dengan menonton bersama film
yang terdapat di Youtube. Selain itu ia juga mencari solusi dari permasalahan-
permasalahan yang tampak dari sikap dan tingkah laku anak. Film-film yang terdapat di
Youtube cukup membantu beliau untuk melihat psikis anak dan mengatasinya12.
Penggunaan aplikasi, laman maupun konten-konten internet juga bisa membuat
perubahan tingkah anak sama seperti yang disampaikan bu Nur, salah satunya anak
menjadi anti-sosial. Anak bisa menjadi hanya fokus pada gadget dan isinya dan tidak
mempedulikan sekelilingnya. Hal ini pernah ditemuinya dari kasus saat menjadi pengajar
SMP13.
Perubahan ini juga pernah terjadi pada anak dari Bu Endang. Sang anak emosinya jadi
meledak-ledak. Kasus lain ketika sang anak tidak mau mengerjakan PR karena ingin
menonton salah satu series yang terdapat di Youtube khususnya anak terakhir yang masih
kelas 5 SD14. Jadwal kegiatan yang seharusnya untuk mengerjakan tugas maupun istirahat
malah terlewatkan dengan menonton series yang jumlahnya berpuluh-puluh. Ini tantangan
yang juga dihadapi para pendamping dalam pemanfaatannya.
Tantangan ini justru bisa dihadapi dengan perhatian dari orang tua. Caranya
membiasakan anak akrab dengan fasilitas tersebut sambil di damping. Membiasakan anak
tidak berarti membebaskan anak untuk mengeksplor tanpa pendampingan dan seterusnya
24 jam sehari. Dua narasumber mengatakan bahwa perlu dibangun komitmen bersama
dalam keluarga perihal memanfaatkan media internet (Youtube). Keluarga jadi tempat
anak menghabiskan banyak waktu dibandingkan sekolah. Komitmen yang dimaksud
adalah batasan-batasan yang jelas dan dipatuhi bersama perihal penggunaannya.
Tujuannya agar sang anak tidak tergantung dan malah dikendalikan oleh teknologi dan
membantu anak yang belum mampu mengambil keputusan.

12
Wawancara dengan Bu Endang Donoroto, 28 November 2019
13
Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Kanisius Gayam, 4 Desember 2019
14
Wawancara dengan Bu Endang Donoroto, 28 November 2019
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Youtube adalah media sosial yang sangat digandrungi oleh kaum muda. Ada banyak
manfaat yang bisa didapat dalam pendampingan anak. Pemanfaatan Youtube untuk
pendampingan anak sangat relevan dengan kehidupan zaman ini. Youtube mengatasi
masalah belajar bagi anak dengan gaya belajar audio-visual. Keluarga memegang peran
paling besar dalam pemanfaatan media ini bagi anak. Youtube bisa membantu anak untuk
belajar juga membantu para pendamping untuk mendidik anak di zaman ini.

B. Saran
Penelitian ini belum dilengkapi dengan pendapat dari para ahli teknologi dan pegiat
media sosial (Youtube). Maka saran untuk penelitian lanjutan perlu mewawancarai para
ahli dalam bidang ini.

C. Daftar Pustaka
Alois Wisnudhardana, Anak Muda dan Medsos, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2018

Dahniar W. Afiandini, “Perilaku pengaksesan dan Pemanfaatan Internet Dalam Kegiatan


Akademik di Kalangan Siswa SD” (2017), tersedia dari
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-palim276ac3428f2full.pdf

Eribka R. David, dkk, “Pengaruh Konten Vlog dalam Youtube terhadap Pembentukan
Sikap Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Sam Ratulangi”, tersedia dari https://media.neliti.com

L. Erawan, “Sejarah Internet” (2014), tersedia dari


http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/modul01teori-Sejarah_Internet.pdf

Murti Ningsih, “Pengaruh Perkembangan Revolusi Industri 4.0 Dalam Dunia Teknologi
di Indonesia” (2019), tersedia dari https://osf.io/pswmu

N. Nurkarima, “Landasan Teori: Penggunaan Media Sosial” (2018), tesedia dari


http://repo.iain-tulungagung.ac.id/7912/5/Bab%20II.pdf

Ranny Rastati, “Media Literasi Bagi Digital Natives: Perpektif Generasi Z di Jakarta”
(2018), tersedia dari https://media.neliti.com/media/publications/286903-media-
literasi-bagi-digital-natives-pers-af96c5d7.pdf

Anda mungkin juga menyukai