1
L. Erawan, “Sejarah Internet” (September 2014), tersedia dari
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/modul01teori-Sejarah_Internet.pdf, diakses 4 Desember 2019.
adalah generasi yang menyukai budaya instan dan kurang peka terhadap esensi privat
karena secara konstan mengunggah hidupnya di media sosial.2 Adapun generasi Alpha
belum terlalu banyak dieksplorasi karena usia mereka yang terbilang masih sangat muda.
4
Dahniar W. Afiandini, “Perilaku pengaksesan dan Pemanfaatan Internet Dalam Kegiatan Akademik di
Kalangan Siswa SD” (2017), tersedia dari http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
palim276ac3428f2full.pdf, diakses 5 Desember 2019.
BAB II
ISI
A. Media Sosial
Media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial. Sosial media
menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif.
Beberapa situs media sosial yang populer sekarang ini antara lain : Blog, Twitter, Facebook,
Instagram, Path, dan Wikipedia. Media sosial sendiri dapat digunakan sebagai aplikasi berbagi
foto (Instagram), berbagi jaringan sosial (Google) dan profesional (Scribd), mikroblog
(Facebook dan Twitter), dan berbagi video atau video sharing (Youtube).5
Kehadiran media sosial memberi dampak positif bagi para penggunanya. Media sosial
memperluas interaksi sosial manusia menggunakan internet dan teknologi web,
mentransformasi praktik komunikasi searah media siaran dari satu institusi media ke banyak
audience (“one to many”) menjadi praktik komunikasi dialogis antar banyak audience (“many
to many”), mendukung demokratisasi pengetahuan dan informasi dan mentransformasi
manusia dari pengguna isi pesan menjadi pembuat pesan itu sendiri.
B. Youtube
Dewasa ini, siapa yang tak mengenal Youtube. Nampaknya, Youtube telah menjadi
sesuatu yang sangat fenomenal, walaupun tak dapat dipungkiri masih ada pula sebagian
besar orang yang tidak mengetahuinya. Youtube sendiri merupakan sebuah situs berbagi
video yang dibuat oleh tiga mantan karyawan Paypal, yaitu Chad Hurley, Steve Chen,dan
Jawed Karim pada Februari tahun 2005.6 Situs web ini memungkinkan pengguna
mengunggah, menonton dan berbagi video. Perusahaan ini berkantor pusat di San Bruno,
California, dan memakai teknologi Adobe Flash Video dan HTML 5 untuk menampilkan
berbagai macam konten video buatan pengguna/kreator, termasuk klip film, klip TV dan
video musik. Selain itu, konten amatir seperti blok video, video orisinal pendek dan video
pendidikan juga ada dalam situs ini.
Dilansir dari statistik dalam situsnya sendiri, Youtube memiliki lebih dari satu milyar
pengguna yang merupakan hampir sepertiga semua pengguna internet. Hingga Maret 2015,
pembuat konten di Youtube sudah mengunggah 10.000 video, karena membuat akun atau
channel di Youtube dan meraih pelanggan atau penayangan yang bisa menghasilkan uang.
Oleh karena itu, Youtube juga banyak digunakan sebagai sarana mata pencaharian.
5
N. Nurkarima, “Landasan Teori: Penggunaan Media Sosial” (2018), tesedia dari
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/7912/5/Bab%20II.pdf, diakses 5 Desember 2018.
6
Alois Wisnudhardana, Anak Muda dan Medsos, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2018), 54.
Bahkan, tak sedikit orang yang bercita-cita menjadi seorang Youtuber (pegiat Youtube).
Tiap hari pengguna Youtube bisa menonton ratusan juta jam video dan menghasilkan miliaran
kali penayangan. Youtube menjangkau pemirsa rata-rata berusia 18 sampai 34 tahun. Namun,
kini Youtube perlahan menjangkau semua usia. Beragam konten video bisa diakses dalam
Youtube, mulai dari Musik, Film, Berita dan Informasi, Olahraga, Gaya hidup, Gaming, dan
Vlog.7
7
Eribka R. David, dkk, “Pengaruh Konten Vlog dalam Youtube terhadap Pembentukan Sikap Mahasiswa Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi”, tersedia dari https://media.neliti.com,
diakses 5 Desember 2019.
8
Alois Wisnudhardana, Anak Muda dan Medsos, 56.
berita 18%, dan radio sebanyak 17% serta koran, majalah, tabloid, hanya mencapai 9%. 9
Generasi ini selalu mendapatkan informasi secara cepat dan hal itu memang wajar.
Namun, tingkat memahami, merefleksikan dan mengaktualisasikan dalam kehidupan
masih belum ditampakkan. Generasi yang hidup di zaman ini, yaitu Z dan Alpha selalu
berpendapat bahwa sistem internet (media sosial; Youtube) harus selalu diakses dimanapun
berada setiap hari dan media sosial adalah tempat belajar dan berkomunikasi dengan orang
lain setiap hari. Oleh karena itu, sudah tidak relevan lagi jika orang tua atau instansi
sekolah membatasi bahkan mengisolasi anak muda dari internet. Sudah saatnya semua
anak muda harus mendapat kebesan yang bertanggung jawab dalam menggunakannya.
9
Alois Wisnudhardana, Anak Muda dan Medsos, 57.
10
Wawancara dengan guru Les, 25 November 2019
11
Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Kanisius Gayam, 4 Desember 2019
Selain itu, dari hasil wawancara juga ditemukan bahwa penggunaan Youtube tidak
hanya membantu dari segi menggali pengetahuan saja. Bu Endang misalnya menggunakan
Youtube sebagai sarana pendampingan anak-anaknya sehari-hari. Beliau
memanfaatkannya untuk menjalin kedekatan keluarga dengan menonton bersama film
yang terdapat di Youtube. Selain itu ia juga mencari solusi dari permasalahan-
permasalahan yang tampak dari sikap dan tingkah laku anak. Film-film yang terdapat di
Youtube cukup membantu beliau untuk melihat psikis anak dan mengatasinya12.
Penggunaan aplikasi, laman maupun konten-konten internet juga bisa membuat
perubahan tingkah anak sama seperti yang disampaikan bu Nur, salah satunya anak
menjadi anti-sosial. Anak bisa menjadi hanya fokus pada gadget dan isinya dan tidak
mempedulikan sekelilingnya. Hal ini pernah ditemuinya dari kasus saat menjadi pengajar
SMP13.
Perubahan ini juga pernah terjadi pada anak dari Bu Endang. Sang anak emosinya jadi
meledak-ledak. Kasus lain ketika sang anak tidak mau mengerjakan PR karena ingin
menonton salah satu series yang terdapat di Youtube khususnya anak terakhir yang masih
kelas 5 SD14. Jadwal kegiatan yang seharusnya untuk mengerjakan tugas maupun istirahat
malah terlewatkan dengan menonton series yang jumlahnya berpuluh-puluh. Ini tantangan
yang juga dihadapi para pendamping dalam pemanfaatannya.
Tantangan ini justru bisa dihadapi dengan perhatian dari orang tua. Caranya
membiasakan anak akrab dengan fasilitas tersebut sambil di damping. Membiasakan anak
tidak berarti membebaskan anak untuk mengeksplor tanpa pendampingan dan seterusnya
24 jam sehari. Dua narasumber mengatakan bahwa perlu dibangun komitmen bersama
dalam keluarga perihal memanfaatkan media internet (Youtube). Keluarga jadi tempat
anak menghabiskan banyak waktu dibandingkan sekolah. Komitmen yang dimaksud
adalah batasan-batasan yang jelas dan dipatuhi bersama perihal penggunaannya.
Tujuannya agar sang anak tidak tergantung dan malah dikendalikan oleh teknologi dan
membantu anak yang belum mampu mengambil keputusan.
12
Wawancara dengan Bu Endang Donoroto, 28 November 2019
13
Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Kanisius Gayam, 4 Desember 2019
14
Wawancara dengan Bu Endang Donoroto, 28 November 2019
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Youtube adalah media sosial yang sangat digandrungi oleh kaum muda. Ada banyak
manfaat yang bisa didapat dalam pendampingan anak. Pemanfaatan Youtube untuk
pendampingan anak sangat relevan dengan kehidupan zaman ini. Youtube mengatasi
masalah belajar bagi anak dengan gaya belajar audio-visual. Keluarga memegang peran
paling besar dalam pemanfaatan media ini bagi anak. Youtube bisa membantu anak untuk
belajar juga membantu para pendamping untuk mendidik anak di zaman ini.
B. Saran
Penelitian ini belum dilengkapi dengan pendapat dari para ahli teknologi dan pegiat
media sosial (Youtube). Maka saran untuk penelitian lanjutan perlu mewawancarai para
ahli dalam bidang ini.
C. Daftar Pustaka
Alois Wisnudhardana, Anak Muda dan Medsos, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2018
Eribka R. David, dkk, “Pengaruh Konten Vlog dalam Youtube terhadap Pembentukan
Sikap Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Sam Ratulangi”, tersedia dari https://media.neliti.com
Murti Ningsih, “Pengaruh Perkembangan Revolusi Industri 4.0 Dalam Dunia Teknologi
di Indonesia” (2019), tersedia dari https://osf.io/pswmu
Ranny Rastati, “Media Literasi Bagi Digital Natives: Perpektif Generasi Z di Jakarta”
(2018), tersedia dari https://media.neliti.com/media/publications/286903-media-
literasi-bagi-digital-natives-pers-af96c5d7.pdf