Anda di halaman 1dari 17

PERILAKU MEDIA SOSIAL GEN Z: Tiktok Sebagai sarana Edukasi dan Aktivisme

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk mendiskripsikan perilaku media sosial TikTok sebagai sarana
edukasi dan aktivisme Generasi Z. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui
penggunaan TikTok dalam ranah edukasi dan aktivisme. Metode yang digunakan dalam
penelitian yakni metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yakni dengan melakukan
pengamatan terhadap perilaku Gen Z dalam menggunakan aplikasi TikTok sebagai sarana
edukasi dan aktivisme. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa TikTok dapat digunakan
sebagai bentuk pendidikan informal atau sarana edukasi dan juga aktivisme. Kesimpulan
yang didapatkan yakni penggunaan media sosial di bidang pendidikan memang sangat
bermanfaat. Namun, perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi dalam
kegiatannya.

Kata Kunci : Media Sosial, TikTok, Gen Z

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi internet dan informasi saat ini berkembang begitu pesat
sehingga memungkinkan penggunanya untuk mengakses berbagai informasi dari manapun.
Saat ini, teknologi informasi telah dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat mulai dari
anak – anak, remaja, hingga kaum dewasa. Untuk dapat mengakses teknologi, diperlukan
perangkat seperti gadget atau smartphone. Smartphone sangat berperan penting bagi
kehidupan manusia guna berkomunikasi, memperbanyak relasi, menambah wawasan dan
pengetahuan, pendidikan, dan bisnis. Di zaman sekarang, anak – anak mampu menggunakan
smartphone bahkan diusianya yang masih sangat muda yakni pada usia 5 tahun (Kurnia,
2020).

Dunia dengan populasi yang terus bertambah melahirkan beberapa generasi. Mulai
dari Generasi Baby Boomers (1946-1960) hingga generasi yang memegang peranan penting
saat ini, yaitu Generasi Z atau Gen Z (1995-2010). Gen Z adalah generasi pertama yang
terpapar teknologi sejak usia dini. Teknologi tersebut datang dalam bentuk komputer atau
media elektronik lainnya seperti telepon seluler, jaringan internet dan aplikasi jejaring sosial.
Generasi Z menggunakan smartphone dalam kehidupan sehari-hari, menggunakannya untuk
berbagai kebutuhan, mulai dari sekedar mencari informasi, jual beli online, hingga sesuatu
yang tidak bisa lepas dari generasi ini yaitu akses media sosial. Media sosial yang diakses
generasi ini beragam, pada umumnya, whatsapp, instagram, twitter, facebook dan lain-lain.

Generasi z menggunakan smartphone untuk mengakses berbagai hal berdampak


langsung pada gaya hidup mereka sehari-hari. Generasi ini sudah terbiasa memanfaatkan
kemajuan teknologi Dampak yang diperoleh pada generasi z dalam hal pembelajaran yaitu
mengakses informasi dan menggunakannya sebagai sumber daya pendidikan. Generasi z
terbiasa mencari informasi menggunakan mesin pencari Google dalam kehidupan sehari-hari.
Bahkan, generasi ini mengakses banyak jejaring sosial dan menggunakannya sebagai bahan
pendidikan. Hal ini juga didukung oleh fakta bahwa saat ini ada banyak beredar konten
pendidikan yang diposting di media sosial. Generasi Z di Indonesia memiliki ciri atau
karakteristik sebagai berikut; hemat, berpikiran terbuka, menyukai bentuk advokasi
kontemporer, melek teknologi, bersedia berkompromi, menginginkan perubahan sosial.
Jumlah generasi ini diperkirakan 34,05% dari total populasi di dunia saat ini. Pada tahun
2050, populasi akan mencapai 40% dari total orang di dunia. Dengan karakteristik Gen Z
tersebut, maka Gen Z akan akan memainkan peran penting dalam dalam pembangunan
negara Indonesia ini (Pratikto, 2018).

Penggunaan kemudahan akses internet melalui handphone berjalan beriringan di era


globalisasi. Generasi Z telah melahirkan generasi manusia yang bergantung pada internet.
Dampak kemudahan dalam mengakses internet menjadikan internet sebagai sumber utama
untuk mencari informasi. Ketika konektivitas global meningkat, perubahan generasi
mungkin memainkan peran yang lebih besar dalam menentukan perilaku daripada perbedaan
sosial ekonomi. Kaum muda memiliki pengaruh yang kuat bagi orang - orang dari segala usia
dan pendapatan, dan bagaimana cara orang-orang ini mengkonsumsi dan berhubungan
dengan mereka (Francis & Hoefel, 2018). Penggunaan media sosial seperti Facebook,
Twitter, Instagram, hingga TikTok dipenuhi oleh berbagai generasi. Jika Facebook lebih
sering digunakan oleh Generasi X, maka TikTok lah yang didominasi oleh Generasi Z.

TikTok adalah salah satu dari aplikasi paling populer dan paling banyak diminta di
dunia. TikTok memungkinkan pengguna membuat video 15 detik dengan musik, filter, dan
fitur kreatif lainnya. Aplikasi ini dirilis oleh perusahaan asal Tiongkok, China, dan
ByteDance pertama kali merilis aplikasi jangka pendek yang disebut Douyin. Hanya dalam
satu tahun, Douyin memiliki 100 juta pengguna dan 1 miliar penayangan video setiap hari.
Popularitas tinggi Douyin membuatnya melakukan perluasan di luar China yang disebut
TikTok. Menurut laporan oleh Sensor Tower, 700 juta kali aplikasi ini pada tahun 2019. Hal
ini membuat TikTok mengungguli beberapa dari aplikasi yang disponsori oleh Facebook Inc.
Aplikasi ini berada di urutan kedua setelah Whatsapp dengan 1,5 miliar pengunduh
(Kusuma, 2020).

Gambar 1. Logo Aplikasi TikTok

Di Indonesia, TikTok dinobatkan sebagai Play Store Best App oleh Google pada tahun
2018. Selain itu, TikTok juga menjadi kategori aplikasi terpopuler paling menghibur (Imron,
2018). Aplikasi buatan China ini juga sempat diblokir oleh Kementerian Komunikasi dan
Informasi (Kominfo) di pertengahan 2018 karena konten negatif bagi anak-anak.
Pemblokiran aplikasi ini berlangsung satu minggu sejak 3 - 10 Juli 2018 (Kusuma, 2020).

Media sosial yang sedang hangat dan banyak dibicarakan oleh Gen Z yakni TikTok.
TikTok yang berisikan konten akan membuat penonton tertarik untuk melihatnya. Mayoritas,
media sosial digunakan oleh para promotor untuk mempromosikan produknya dibandingkan
para pendidik, namun media sosial banyak digunakan oleh para pendidik dan siswa saat ini.
Perilaku Generasi Z menggunakan TikTok sebagai sarana mengakses pendidikan dan
aktivisme adalah perilaku manusia pada tahap pemuda inovasi dan kreativitas. Upaya untuk
mengintervensi perilaku ini adalah dengan mengubah persepsi terhadap jejaring sosial yang
masih dianggap negatif akibat perilaku adiktif yang dapat ditimbulkan oleh jejaring sosial.
Namun, kreativitas menonjol di TikTok oleh pengguna adalah salah satu cara dapat mengubah
perspektif itu menjadi positif. Tujuan penulisan artikel yang disajikan adalah untuk
menginformasikan kepada pembaca bahwa media sosial bukan hanya sarana hiburan, tetapi
dapat digunakan sebagai sarana pendidikan dan aktivisme di dunia baru yakni dunia secara
tradisional telah mengglobal. Manfaat yang didapatkan yakni mampu mengubah perspktif
seseorang terhadapmedia sosial TikTok sebagai sarana edukasi maupun aktivisme sehingga
mampu mengubah pemahaman seseorang terhadap penggunaan TikTok.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yakni


mengetahui perilaku media sosial Gen Z pada penggunaan situs TikTok sebagai saran edukasi
dan aktivisme. Penelitian dilakukan secara online dengan fokus utama pemilik akun TikTok
yang digunakan sebagai media edukasi dan akun yang digunakan sebagai aktivisme. Sampel
dalam penelitian dengan metode purposive sampling yaitu memilih sampel akun TikTok yang
memiliki viewer banyak. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
kepustakaan atau berbasis literatur yakni dengan mencari sumber data dari jurnal bereputasi,
google scholar dan observasi situs resmi TikTok terkait edukasi dan aktivisme. Data yang
diperoleh akan dianalisis kemudian diolah secara deskriptif kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Generasi Z

Generasi Z merupakan salah satu generasi yang harus mempersiapkan diri dalam tumbuh
dan berkembang di era revolusi 4.0 ini karena generasi ini memiliki ciri pribadi yang senang
mengekpresikan diri, berfikir global, berkomunikasi secara digital, serta menyukai hal – hal
yang sifatnya visual (Hinduandkk, 2017). Gen Z merupakan generasi dengan konsumen
utama dalam penggunaan smartphone. Smartphone sebagai bentuk perkembangan teknologi
saat ini yang dilengkapi dengan berbagai akses internet dan mudah dibawa kemana – mana
(Younarti dan Hidayah, 2018). Generasi Z memiliki ciri – ciri sebagai berikut :

a. Phubbing
Phubbing berasal dai kata Phone dan Snubing. Phone berarti telepon dalam artian,
generasi ini berkembang seiring dengan maraknya smartphone sebagai kebutuhan pokok
bahkan lebih lebih penting dari pada kebutuhan pokok lainnya. Dahulu, telepon hanya
digunakan sebatas komunikasi jarak jauh, sedangkan sekarang smartphone adalah telepon
yang digunakan sebagai internet, game, kalkulator, musik, film, medsos dan masih banyak
lagi. Sedangkan snubing yakni menghina atau meremehkan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa phubbing merupakan sikap acuh terhadap sekitar karena lebih focus terhadap
smartphone. Sikap ini akan membuat orang lain merasa diacuhkan/diremehkan (Youarti,
dkk 2018). Vetsera & Laras (2019) juga mengungkapkan bahwa dampak phubbing
memunculkan perasaan tidak dihargai, gangguan dalam berkomunikasi serta akan paling
sering memunculkan perasaan negatif.
b. Demam Medsos
Generasi Z sangat intens dengan media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,
Youtube, TikTok, Line, Whasapp dan lainnya. Mereka sudah menjadi warga di dunia maya
dan merasa nyaman berada dalam media sosial tersebut
c. Individualistik
Sikap individualistik akan muncul ketika semua keperluan di smartphone mereka
tercukupi. Apabila ingin menghibur diri mereka bisa membuka aplikasi youtube dan game.
Mereka juga dengan mudah melakukan pembelian secara online di aplikasi tertentu tanpa
harus mengeluarkan tenaga yang besar untuk membeli di toko. Mereka juga diberikan
kemudahan dalam melakukan pekerjaan secara Work From Home dengan menggunakan
google meet, zoom, dan lain sebagainya. Kemudahan dalam mendapatkan semuanya tentu
dapat membentuk sifat individualistic dalam dirinya.
d. Cenderung Ekshibionist
Menurut Shidawati (2020) menyatakan ekshibisionisme merupakan kelainan jiwa yang
ditandai dengan adanya kecenderungan untuk memperlihatkan atau mempertunjukkan hal-
hal yang tidak senonoh seperti alat kelamin kepada lawan jenis di muka umum. Gejala
ekshibisionis di kalangan generasi Z ini tidak mengada-ada. Tidak sedikit remaja putri
yang mengekspose bagian auratnya di publik melalui media. Atau bergaya erotis yang
tidak pantas dilakukan. Diantara mereka menyamarkan identitasnya namun banyak yang
tidak menutupi identitasnya. Ledakan ekshibisionis melalui media ini terjadi karena
perbuatan ini sulit untuk dicegah dan ditindak. Faktor lain karena mudahnya akeses media
dan longgarnya regulasi cyber-crime oleh penegak dan pembuat hukum
e. Net – jurnalisme
Menginformasikan kejadian atau peristiwa ke publik merupakan salah satu ciri Generasi
Z. Peristiwa tersebut bisa berupa pengalaman prbadi mereka, kecelakaan, bencana alam,
perselisihan dan lain sebagainya. Kegiatan yang awalnya hanya sekedar ingin memberikan
informasi kepada khalayak umum, bisa berubah menjadi gaya hidup dan mencari
popularitas untuk mengdapatkan rating tinggi comment, like, followers, dan viewer.
f. Demam celebritis media
Fenomena terbaru di zaman sekarang yaitu munculnya selebritis di jejaring sosial. Tidak
sedikit banyak orang yang memanfaatkan media sosial untuk sekedar mencari popularitas
agar bisa menjadi selebritis yang terkenal. Apalagi sekarang ini, pihak pembuat aplikasi
memberikan insentif sejumlah uang bagi pemilik viewer dan follower yang banyak seperti
di youtube. Sehingga tidak menutup kemungkinan banyak youtuber dan selebgram artis
dunia maya yang memiliki penggemar dan pengikut yang fanatik.
g. Ekspresionist
Media sosial dapat digunakan sebagai alat untuk mengeksresikan sesuatu. Dikalangan
netizen (warga internet) mengungkapkan kekesalan, kamarahan dan cemooh kepada orang
sering melampaui batas wajar. Banyak aib dan kehormatan orang lain dijelek – jelekkan
tanpa memikirkan efek yang ditimbulkan. Tidak jarang juga mengandung pelecehan atau
penistaan terhadap seseorang meskipun hanya lewat media sosial (dunia maya). Meeka
dengan bebas mengungkapkan isi pikirannya tanpa beban sedikitpun.

Perilaku Media Sosial Gen Z

Media sosial bisa didefinisikan sebagai media yang digunakan seseorang untuk
bersosialisasi (Kurnia, 2020). Media sosial menggunakan teknologi berbasis aplikasi ataupun
situs web akan menciptakan platform yang sangat interaktif dan efesien untuk
memungkinkan orang – orang dalam berkomunikasi, berbagi, atau bahkan memodifikasi
konten yang dibuat. Berdasarkan kajian media sosial yang didapat, generasi Z mampu
bermedia sosial selama 11,6 jam per harinya, belum lagi penggunaan internet untuk bermain
game atau lain sebagainya. Menurut Shatto & Erwin (2017) bahwa Generasi Z memiliki
karakteristik yang unik untuk tumbuh dewasa di Era Gidital. Dalam beberapa hal, Gen Z
mengandalkan perangkat elektronik dan keterampilan sosial mereka. Namun, kemajuan
teknologi telah berdampak besar terhadap perilaku dan pemikiran mereka yang membuat
mereka berbeda dengan generasi sebelumnya.

Tabel 1. Generasi Abad 20 dan 21

Abad Generasi Rentang Tahun Kejadian Penting


Kelahiran
20 Baby boomers 1946 - 1964 Eksplorasi ruang angkasa
Counter culture modern
pertama
Woodstock
Gerakan pembebasan
wanita
Kemakmuran ekonomi
Generasi X 1965 - 1983 Perang vietnam
Perang dingin
Kemandirian / tanpa
pengawasan setelah sekolah
/ perawatan diri pada usia
muda
Bangkitnya media massa
Mengurangi ketegangan
Perang Dingin
Lulus saat resesi
Ketidakstabilan keluarga
Masa kanak – kanak analog
dan dewasa digital
Menjembatani kesenjangan
generasi
Generasi Y 1978 - 2000 Munculnya informasi
Umur/internet
Perang melawan terror /
perang irak
Naiknya harga gas dan
makanan
Penembakan di sekolah
Mode komunikasi baru
21 Generasi Z 1994 - 2012 Gelembung dot com
Globalisasi digital
Cyber Bullying
Tingkat
kelahiran/kesuburan
menurun
Gerakan menuju
nasionalisme
Resesi hebat
Waktu online tidak aktif
secara fisik
Generasi Alpha 2010 - 2015 Pergeseran populasi global
Iklim konektivitas baru
(Swanzen, 2018)

Berdasarkan tabel telah diketahui bahwa pada Generasi Z terjadi globalisasi digital.
Sebagai akibatnya, mereka akan memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi, sangat
menyadari trend, dan mahir secara teknologi karena pengenalan awal mereka terhadap
teknologi. Menurut Swanzen (2018) terlihat perbedaan antara generasi abad 20 dan 21 yakni
perlunya anggotan yang lebih tua dari Gen Y dan Gen Z untuk melibatkan diri mereka
kedalam masyarakat dengan cara yang bermakna dan menerima keberagaman. Millennial dan
Gen Z adalah generasi pertama yang memiliki komputer, dicirikan dengan kecenderungan
mereka melakukan banyak tugas dari sekolah (Shatto & Erwin, 2017). Gen Z secara konstan
akan terlibat dalam berbagai informasi dengan memanfaatkan banyak platform seperti
Facebook, Youtube, Twitter, Blog, Whastapp, Wechat, Telegram, Instagram dan masih
banyak lagi. Di Indonesia sendiri berdasarkan jenisnya sebanyak 99% generasi Z ini memiliki
smartphone, 66% memiliki notebook, 42% memiliki computer pribadi, 36% memiliki tablet
dan 15% memiliki laptop. Jenis sosial media yang sering mereka gunakan ada 97% memiliki
akun WhatsApp, 91% memiliki akun Facebook, 98% memiliki akun Instagram, 82%
memiliki akun Path, dan 78% memiliki akun Twitter. Pada umumya generasi Z ini
menggunakan smartphone untuk media sosial 98%, akademik 93,5%, nonton film 85%, email
84%, main games 74%, pesan barang dagang 68%, dan online banking 16,5% (Hinduan, dkk
2017). Sejak tahun 2018, muncullah aplikasi TikTok yang digunakan sebagai sarana promosi
dan dapat memberikan informasi yang tidak memerlukan biaya tinggi, tidak memerlukan
tenaga banyak dan dapat dilakukan dengan waktu yang singkat. Tiktok menjadi salah satu
platform yang digemari saat ini. Sebagai salah satu media sosial yang memberikan berbagai
konten yang sangat bervariasi dari segi kreatifitas, video challenge, lipsync, bernyanyi, dan
lain sebagainya (Dewa, dkk., 2021)

Penggunaan Media Sosial di Bidang Edukasi

Media memiliki arti penting dalam dunia pendidikan. Kata media berasal dari bahasa
latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah memiliki makna
perantara atau pengantar. Medium merupakan perantara atau pengantar pesan dari pengirim
ke penerima pesan (Ainiyah, 2018). Dalam konteks pembelajaran, media diartikan sebagai
segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan atau materi yang diajarkan guru sebagai
komunikator kepada siswa sebagai komunikan.

Media sosial menggunakan teknologi seluler dan berbasis web untuk menciptakan platform
yang interaktif dimana seseorang atau sekelompok orang bisa berbagi, berdiskusi, atau
memodifikasi konten yang dibuat leh pengguna. Banyak kelompok orang yang
memanfaatkan media sosial dalam berbagai konten misalnya konten untuk memasak,
komunitas berbagi pengetahuan, hingga komunitas aktivisme. Menurut Mao dalam
Firamadhina (2021) menjelaskan bahwa penggunaan media sosial dalam bidang pendidikan
yaitu penggunaan media sosial oleh guru dalam pengajaran dan pembelajaran di kelas
sifatnya jarang, sementara penggunaan oleh siswa sendiri untuk tujuan pembelajaran sangat
banyak digunakan. Sebagai contoh, di masa lalu web digunakan sebagai alat transfer
informasi satu arah karena sebagian konten dibuat oleh ahlinya yakni mereka yang
menerbitkan informasi faktual dan memiliki keterampilan dalam membuat web. Contohnya
adalah web dari situs “cnn.com” pengguna hanya bisa melihat isi web tetapi tidak bisa
memperbaiki, mengubah ataupun menambahkan konten lagi didalamnya. Seiring
berkembangnya teknologi, web menjadi saluran yang interaktif dan partisipatif sehingga
pengguna diizinkan untuk menjadi produsen sekaligus konsumen konten digital seperti yang
umum dilihat saat ini adalah Wikipedia. Bisa dikatakan bahwa Wikipedia merupakan
ensiklopedia pengetahuan yang paling lengkap di dunia maya. Selain Wikipedia masih
banyak fitur – fitur bermanfaat lainnya yang dapat menunjang pola fikir siswa dalam aspek
pendidikan seperti e-learning, e-kamus, Al – Qur’an digital, dan sebagainya.

Penggunaan media sosial di bidang edukasi yang saat ini terjadi yakni saat pandemi
Covid-19 dimana pembelajaran tatap muka di pendidikan formal ataupun non formal beralih
ke pembelajaran daring melalui berbagai platform seperti google meet, zoom, google
classroom dan lain sebagainya. Sebelum adanya peralihan ini, pendidikan non formal yang
berupa lembaga bimbingan belajar, terdapat bimbingan belajar secara online seperti Ruang
Guru atau Zenius Education. Ruang guru sejauh ini merupakan aplikasi dengan fitur paling
komplit dengan menggabungkan semua fitur dalam satu kemasan. Konten yang digunakan
Ruang Guru menggunakan animasi namun tidak berjenis animasi graphic visual (Efendi,
2018). Ruang guru merupakan sebuah wadah yang menghubungkan pelajar dengan pengajar.
Pelajar dapat mencari dan menemukan pengajar berdasarkan kebutuhan yang mereka
inginkan begitupun sebaliknya pengajar akan memberikan ilmu yang ia miliki. Situs ruang
guru saat ini telah mengelola lebih dari 4 juta pengguna dan 27.000 guru menawarkan jasa
dari 100 bidang pelajaran di seluruh Indonesia sejak didirikan pada tahun 2014. Konten yang
ditawarkan pun sangat beragam dan menarik sehingga memudahkan penggunanya untuk
lebih mudah memahami materi yang di sampaikan. Sehingga, apabila siswa kurang dalam
pengelolaan waktu antara sekolah dengan bimbingan tatap muka secara langsung membuat
bimbingan belajar non formal seperti ruang guru memiliki nilai unggul yang mampu
menjadikan platform pembelajaran yang efektif walaupun secara online. Namun, tidak perlu
diragukan lagi bahwa tenaga pendidik untuk bimbingan non formal sudah pasti unggu yakni
pendidik dari lulusan universitas ternama yang memiliki keunggulan masing – masing.

Penggunaan media sosial di lingkup formal sebenarnya sudah sering dilakukan yakni
dalam mencari sumber daya pembelajaran yang tidak teratas dari sumber yang terpercaya.
Pencarian yang tidak terbatas ini dilakukan oleh siswa untuk melengkapi kebutuhan mereka
entah dalam mecari materi presentasi, melengkapi esai, atau hanya sekedar mencari materi
yang belum atau kurang dipahami saat belajar disekolah. Apabila penggunaan media sosial
dilakukan didalam kelas, guru harus selalu memantau masalah apa yang sedang di alami oleh
siswa tersebut. Memahami masalah, ketakutan siswa dalam belajar akan membantu siswa
saat merasa kesulitan dalam belajar. Contoh media sosial yang sering digunakan oleh siswa
saat ini adalah situs web “brainly”. Brainly merupakan situs web belajar dimana siswa
sebagai pengguna mengajukan pertanyaan yang ingin mereka ketahui sedangkan pengguna
lain yang mengetahui jawabannya akan menjawab pertanyaan tersebut, begitupun sebaliknya.
Sesuai dengan penelitian Tondang (2020) bahwa brainly merupakan situs tempat belajar
secara online di internet. Siswa juga merasa bahwa brainly memberikan konten – konten yang
mudah dipahami dan diakses oleh siswa seperti penelitian Abdillah (2019) bahwa brainly
adalah aplikasi jejaring sosial untuk siswa. kemudahan dalam mengakses juga menjadi alasan
siswa lebih sering dan banyak memanfaatkan sumber belajar online brainly.
Gambar 2. Grafik Pemanfaatan Sumber Belajara Online

Dari grafik diatas, diketahui bahwa pemanfaatan sumber belajar online paling banyak
digunakan siswa adalah brainly. Dari penelitian yang dilakukan Ramadhani (2020), sebanyak
91 siswa memanfaatkan lebih dari sumber belajar online sedangkan 8 siswa hanya
memanfaatkan satu jenis sumber belajar online. Aplikasi brainly akan memungkinkan
penggunanya untuk mengajukan pertanyaan mengenai pekerjaan rumah yang mereka dapat
dari sekolah. Tidak hanya berfungsi sebagai pembelajaran daring secara online, brainly juga
mencakup tanya jawab langsung yang mengedepankan interaksi sosial antar pengguna.
Brainly dipercaya sebagai media sosial interaktif untuk membantu siswa dengan slogan
mereka dari siswa untuk siswa.

Namun, penggunaan media sosial di bidang edukasi juga memiliki beberapa


kelebihan kekurangan. Dampak positif media sosial di bidang pendidikan antara lain sebagai
sarana infromasi yang edukatif, sebagai media pembelajaran yang asik dan menyenangkan,
sebagai media komunikasi yang luas, sebagai media sosialisasi yang baik, sebagai media
penyalur pendapat dan masih banyak lagi. Tentunya, dari dampak positif media sosial di
bidang pendidikan apabila digunakan dengan bijak maka dapat menunjang perkembangan
kehidupan mereka kearah yang positif.

TikTok Sebagai Sarana Edukasi dan Aktivisme

Teknologi yang terus berkembang dan keperluan manusia yang semakin tinggi
menyebabkan media sosial terus berkembang sesuai dengan permintaan yang ada. TikTok
akan membuat penggunanya menjadi terkenal dengan video yang mereka buat. Menurut
Hasiholan, dkk (2020), aplikasi TikTok memiliki antar muka yang mudah dan penggunaannya
ramah. Aplikasi TikTok memungkinkan penggunanya untuk menambahkan efek khusus
seperti slow motion, beauty effect, green screen, transisi, stiker, teks, GIF, emoji dan efek
lainnya. Selain pngguna, juga dapat menentukan musik apa yang mereka pilih sesuai dengan
keinginan dan keserasian konten. Tiktok memiliki banyak pengguna seperti penelitian Pratiwi
(2020) bahwa pada Agustus 2020 aplikasi TikTok dinobatkan sebagai aplikasi paling laris
dengan jumlah unduhan sebesar 63,3 juta baik di apple store maupun play store.

Gambar 3. Data Aplikasi dengan unduhan tertinggi seluruh dunia pada Agustus 2020

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa pengguna terbanyak adalah TikTok yang
paling diminati. TikTok digunakan sebagai ajang promosi produk, ajang mencari
pengetahuan, ajang hiburan dan lain sebagainya. Aplikasi ini juga banyak digunakan oleh
selebriti untuk melakukan eksistensi ke publik sehingga tidak heran banyak masyarakat yang
juga mengikuti trend tersebut. Dalam bidang edukasi atau pendidikan, TikTok tentu memiliki
banyak sisi positif dalam memberikan informasi kepada penggunanya. Salah satu akun
TikTok yang terus memberikan informasi edukatif dan informatif yakni pemilik akun TikTok
Peppo dengan hastag #samasamabelajar mendapatkan viewer kurang lebih 20 juta penonton.
Gambar 4. Screenshoot Akun TikTok Peppo

Akun tersebut memberikan edukasi berupa penggunaan segala sesuatu yang berhubungan
dengan bahasa yang baik dan benar. Dari profil yang tertera, diketahui bahwa pemilik akun
merupaka seorang dosen bahasa Indonesia sehingga memang tidak perlu diragukan lagi di
aplikasi TikTok banyak sekali pengetahuan yang didapatkan apabila penggunanya
menggunakan dengan baik dan bijak.
Gambar 5. Salah Satu Unggahan TikTok Akun Peppo

Seperti salah satu uanggahan diatas mengenai cara membuat latar belakang masalah,
akun tersebut menjelaskan secara detail dan jelas sehingga mudah dipahami oleh pengguna
TikTok. Dari banyak komentar yang tertera sebagian besar mereka sangat terbantu dalam
mengerjakan suatu laporan yang memerlukan latar belakang masalah. Masih banyak lagi
konten edukasi yang ada di TikTok yang sangat membantu penggunanya dalam hal
pengetahuan. Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Dewanta (2020) bahwa aplikasi
TikTok dengan penggunaan dan metode yang tepat dapat dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran yang menarik, interaktif, dan inovatif. Sedangkan dalam hal aktivisme,
pengaruh generazi Gen Z sangat vital karena adanya globalisasi dan teknologi yang masif. Di
Indonesia sendiri, penggunaan aktivisme digital terjadi beberapa waktu lalu dengan hastag
#reformasidikorupsi dengan jumlah tayang sebanyak lebih dari 60 juta kali tayangan.

Gambar 6. Tagar Reformasi di TikTok


Dilansir dari Alinea.id, Generasi Z yang dikira apolitis akhirnya terlibat dalam
aktivisme diginal yang mengangkat kasus korupsi, HAM dan isu politik lainnya. Bahkan,
Gen Z juga ikut turun ke jalan dan melakukan aksi yang disebut sebagai aksi mahasiswa
terbesar setelah reformasi 1998. Hasil yang didapatkan, sejumlah rancangan undang – undang
ditunda. Telebih saat pandemi Covid-19 ini, keterlibatan Gen Z dalam aktivisme digital
begitu tampak. Kebijakan dari rumah akan meningkatkan pengguna internet dan memberikan
banyak ruang untuk beraktivitas di media sosial. Hal tersebut akan memperbesar kesempatan
Gen Z menjadi partisipan dalam aktivisme digital.

KESIMPULAN

Penggunaan media sosial TikTok dalam bidang edukasi memang sangat


menguntungkan, namun diperlukan penelitian dan model lebih lanjut untuk
penerapannya.penggunaan media sosial tidak selalu berdampak buruk atau negatif. Apabila
memiliki tujuan yang positif dalam penggunannya seperti melakukan aktivisme dengan
menyebarluaskan informasi. Penggunaan media TikTok oleh Generasi Z mampu berinteraksi
secara sosial sesama penggunanya. TikTok sebagai media edukasi memiliki peranan penting
dalam perkembangan pengetahuan Gen Z karena di dalamnya mengandung banyak konten
yang mengedukasi. Sedangkan dari sisi aktivisme, TikTok mampu menjadi plaform ajang
mengekspresikan diri di publik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Z.A. &Rusticawaty, R. (2019).Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Resource


Based-Learning (Rbl) Dengan Memanfaatkan Internet Terhadap Hasil Belajar
Biologi Siswa Kelas X Sma N 4 Padang Tahun Pelajaran 2008/2009. Jurnal
Ta’dib,13(2): 114-121.

Ainiyah, Nur. 2018. Remaja Millenial Dan Media Sosial: Media Sosial Sebagai Media
Informasi Pendidikan Bagi Remaja Millenial. JPII, Vol. 2, No. 2

Dewa, C.B, dkk. 2021. Pemanfaatan Media Sosial Tiktok Sebagai Media Promosi Industri
Kuliner Di Yogyakarta Pada Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Akun TikTok
Javafoodie). Jurnal Pariwisata Dan Budaya, Vol. 12, No. 1
Dewanta. 2020. Pemanfaatan Aplikasi Tik Tok Sebagai Media Pembelajaran Bahasa
Indonesia. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa. Vol.9, No. 2

Efendi, Neng Marlina. 2018. Revolusi Pembelajaran Berbasis Digital ( Penggunaan Animasi
Digital Pada Starup Sebagai Metode Pembelajaran Siswa Belajar Aktif). Jurnal
Pendidikan Sosiologi Dan Antripologi. Volume 2. Nomor 2.

Firamadhina, dkk. 2021. Perilaku Generasi Z Terhadap Penggunaan Media Sosial Tiktok.
Social Work Jurnal, Vol 10, No.2, hal 199-208.

Francis, T., & Hoefel, F. (2018). ‘True Gen’: Generation Z and its implications for
companies. Retrieved from https://www.mckinsey.com/industries/consumer-
packaged-goods/our-insights/true-gen-generation-z-and-its-implications-for-
companies

Hasiholan, dkk. 2020. Pemanfaatan Media Sosial Tik Tok Sebagai Media Kampanye
Gerakan Cuci Tangan Di Indonesia Untuk Pencegahan Corona Covid-19.
Communiverse : Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 5 No. 3 Juni 2020

Hinduan, Z.r., M.I. Agia, dan S. Kholiq. (2017). Generation Z in Indonesia: Psychological
Capital, Work Value, and Learning Style. Universitas Padjadjaran

Imron, R. M. (2018). TikTok Jadi Aplikasi Terbaik di Play Store.


https://inet.detik.com/mobile-apps/d4329137/tiktok-jadi-aplikasi-terbaik-di-play-
store.

Kurnia, Awal. 2020. Integrasi Media Sosial Dalam Pembelajaran Generasi Z. Jurnal
Teknologi Informasi dan Pendidikan. Vol. 3, No. 1, Maret 2020

Kusuma, P. W. (2020). Di Balik Fenomena Ramainya TikTok di Indonesia,


https://tekno.kompas.com/read/2020/02/25/11180077/di-balik-fenomena-
ramainya-tiktok-di-indonesia?page=all

Pertiwi, Wahyunanda Kusuma. 2020. Indonesia Sumbang Angka Unduhan TikTok


Terbanyak di Dunia.
https://tekno.kompas.com/read/2020/09/11/15010037/indonesia-sumbang-angka-
unduhan-tiktok-terbanyak-di-dunia (diakses pada tanggal 16 September 2020)

Praktikto,R. G. 2018. Literasi Media Digital Generasi Z (Studi Kasus Pada Remaja Social
Networking Addiction Di Jakarta). Jurnal Komunikasi . Vol. 9, No. 2
Ramadhani, S, dkk. 2020. Analisis Pemanfaatan Brainly Sebagai Sumber Belajar Online
Pada Materi Sistem Koordinasi. Seminar Nasional Biologi dan Pembelajarannya.
Jurusan Biologi, FMIPA, Unimed

Shatto, B., & Erwin, K. (2017). Moving On From Millennials: Preparing for Generation Z.
Journal of Continuing Education in Nursing, 47(6).

Shidawati, Dhea Putri. Aksi Ekshibisionisme Menurut Hukum Positif Indonesia. Diss.
Universitas Wiraraja, 2020.

Swanzen, R., 2018, Facing The Generation Chasm: The Parenting And Teaching Of
Generations Y And Z. International Journal of Child, Youth and Family Studies
(2018) 9(2): 125–150

Tondang, Y. S., & Arwita, W. (2020). Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Pembelajaran
Biologi. Jurnal Pelita Pendidikan, 8(2):151-159

Vetrera RN &Skarasih L. (2019). Gambaran penyebab perilaku phubbing pada pelanggan


restaurant. Jurnal Psikologi Sosial. Vol 17, No 02, 86-95. Doi: 10.7454/jps.2019.12

Younarti IE dan Hidayah Nur. (2018). Perilaku phubbing Sebagai Karakter Remaja Generasi
Z. Jurnal Fokus Konseling. Volume 4, No.1. IssnCetak : 2356-2102, ISSN
Online :2346-2099. Doi: https://doi.org/10.26638/jfk.552.2099

Anda mungkin juga menyukai