Anda di halaman 1dari 12

PUBLIC ADMINISTRATION JOURNAL OF RESEARCH

Volume 3 (1), Januari-Maret 2021

http://paj.upnjatim.ac.id/index.php/paj

VOLUME 3 NOMOR 1 JANUARI-MARET 2021

KESIAPAN KEBIJAKAN DIGITAL TALENT DI INDONESIA


Binti Azizatun Nafi’ah
ABSTRAK
Transformasi digital menyebabkan bermunculannya skill digital baru. McKinsey &
company memperkirakan pada tahun 2030 sedikitnya 23 juta pekerjaan akan hilang dan
tergantikan oleh otomatisasi. Namun di waktu yang sama, 27-46 juta pekerjaan baru dapat
tercipta dengan adanya teknologi tersebut. Hal ini menyebabkan kesenjangan skill akibat
permintaan skill digital baru pada pasar angkatan kerja. Penelitian ini berfokus pada analisis
kesiapan pemerintah Indonesia dalam mengatasi gap skill digital tersebut. Penelitian ini
berjenis penelitian kualitatif dengan pengumpulan data primer maupun sekunder. Hasilnya,
pemerintah Indonesia kurang siap dalam menyelesaikan gap skill digital. Hal ini dapat
dilihat dari belum tuntasnya pembangunan infrastruktur IT di desa-desa dan pelatihan yang
DOI:
https://doi.org/10.33005/paj.v3i1.75 ada belum maksimal dengan belum disertai praktik/magang.
Submitted : 26-02-2021 Kata Kunci : Kesiapan, Kebijakan, Digital Talent, Transformasi
Revised : 10-03-2021
Accepted : 12-03-2021 ABSTRACT
Digital transformation creates new digital skills. McKinsey & company estimates that by
AFFILIATION: 2030 at least 23 million jobs will be lost and replaced by automation. But at the same time,
Program Studi Administrasi Publik, 27-46 million new jobs can be created with this technology. This causes a skill gap due to
UPN “Veteran” JawaTimur the demand for new digital skills on the labor market. This research focuses on analyzing
the readiness of the Indonesian government in overcoming this digital skill gap. This
Co-Responding E-mail:
research is a qualitative research with primary and secondary data collection. As a result,
binti.azizatun.adneg@upnjatim.ac.id
the Indonesian government is not ready to solve the digital skill gap. This can be seen from
the incomplete development of IT infrastructure in the villages and the existing training has
not been maximized and has not been accompanied by an internship.
Keywords: Readiness, Policies, Digital Talent, Transformation

e-ISSN 2685-9866
Diterbitkan oleh:

Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur
berkolaborasi dengan

Indonesia Association of Public


Administration Jawa Timur
17
Kesiapan Kebijakan Digital Talent Di Indonesia…
Nafi’ah, B. A, (2021)

I. PENDAHULUAN

Era revolusi industri 4.0 merupakan sebuah era yang menekankan pada pola digital
ekonomi, artificial intelligence (kecerdasan buatan), big data, dan robotik. Pada Forum
Ekonomi Dunia (World Economic Forum) juga telah disepakati bahwa kecerdasan buatan
(artificial intelligence), pembelajaran mesin (machine learning), teknologi seluler, robotika,
teknologi biologi, komputasi kuantum, dan inovasi teknologi lainnya membutuhkan
transformasi digital pada organisasi. Transformasi digital merupakan pelaksanaan model
bisnis yang menekankan penggunaan teknologi digital di seluruh proses bisnis (Morman,
2019). Jika dilihat dari kesiapan organisasi menghadapi transformasi digital ini, berdasarkan
laporan MIT Sloan Management Review/Deloitte University Press (2016) menunjukkan 90%
responden menyadari bahwa tren digital akan mengganggu industri mereka. Namun hanya
44% yang percaya diri, mereka siap menghadapi transformasi digital tersebut.
Imbas dari transformasi digital yaitu mengubah pasar tenaga kerja di seluruh dunia
(OECD, 2019). Untuk memahami masa depan pekerjaan di era digital, kita perlu beralih dari
klasifikasi ekonomi tradisional di sektor manufaktur dan non-manufaktur. Pembeda utama di
era digital adalah tugas rutin dan tugas non-rutin. Pekerja berketerampilan menengah yang
melakukan tugas-tugas rutin, menghadapi risiko digantikan oleh komputer yang melakukan
pekerjaan mereka secara lebih efisien (Marcolin et al., 2019). Sementara pangsa pasar
pekerjaan dalam tugas-tugas non-rutin terus meningkat.
Penelitian tentang "Masa Depan Pekerjaan di Era Digital" oleh KU Leuven dan
Universitas Utrecht, menguraikan saat ini terjadi transisi di pasar tenaga kerja. Peneliti
menilai terjadi dua fenomena terkait yaitu deindustrialisasi dan polarisasi pekerjaan di negara-
negara OECD (OECD, 2019). Fenomena ini menunjukkan pergeseran komposisi pasar tenaga
kerja. Di samping penurunan manufaktur di negara-negara maju, pertumbuhan dalam jasa
dapat diuraikan menjadi pekerjaan berteknologi rendah, bergaji rendah dan berteknologi
tinggi, dengan upah tinggi, yang mengungkapkan tren polarisasi pekerjaan saat ini. Imbas dari
fenomena ini adalah jenis pekerjaan akan semakin berorientasi ke arah digital dan talenta
digital sangat dibutuhkan.
Terdapat gap/ kesenjangan antara permintaan tinggi keterampilan digital dengan
talenta digital yang ada (Karaboğa et al., 2021). McKinsey & company (2019)
memperkirakan pada tahun 2030 sedikitnya 23 juta pekerjaan akan hilang dan tergantikan
oleh otomatisasi. Namun di waktu yang sama, 27-46 juta pekerjaan baru dapat tercipta dengan
adanya teknologi tersebut.

18
PUBLIC ADMINISTRATION JOURNAL OF RESEARCH
Volume 3 (1), Januari-Maret 2021

1. Kesenjangan ini tidak hanya diantisipasi pihak swasta. Di Indonesia, pemerintah telah
bersiap akan transformasi digital pada angkatan kerja. Artikel ini berfokus pada
analisis kesiapan kebijakan Indonesia dalam mengembangkan kemampuan digital
angkatan kerja saat ini. Hasil dari analisis kebijakan ini berguna dalam rekomendasi
pemerintah.

II. TINJAUAN PUSTAKA


TRANSFORMASI DIGITAL
Teori tentang digital di beberapa sumber artikel jurnal dibedakan menjadi dua yaitu
digitization dan digitalization. Digitization adalah hubungan orang, proses, data dan hal-hal
untuk memberikan kecerdasan dan wawasan yang dapat ditindaklanjuti yang memungkinkan
hasil bisnis (Surber, 2016). Digitalization yaitu penggunaan teknologi digital dan data untuk
menciptakan pendapatan, meningkatkan bisnis, mengganti / mengubah proses bisnis dan
menciptakan lingkungan untuk bisnis digital, di mana informasi digital merupakan inti.
Digitalisasi merupakan perubahan fundamental pada operasional bisnis dan model bisnis
berdasarkan pengetahuan baru untuk mendapatkan nilai tambah dari inisiatif tersebut.
Transformasi digital menggambarkan transformasi mendasar dari seluruh dunia bisnis
melalui pembentukan teknologi baru berbasis internet dengan dampak mendasar pada
masyarakat secara keseluruhan (Schallmo & Williams, 2018). Transformasi Digital adalah
evolusi digital yang disengaja dan berkelanjutan dari sebuah perusahaan, model bisnis, proses
ide, atau metodologi, baik secara strategis maupun taktis (Mazzone, 2014).

POLARISASI TALENTA DIGITAL


Berbicara tentang transformasi digital bukanlah tentag teknologi, namun transformasi
digital berkaitan dengan talenta manusia (Frankiewicz & Premuzic, 2020). Pernyataan ini
mencerminkan bahwa secanggih apapun teknologinya, bila manusia tidak terampil dalam
menggunakan teknologi canggih tersebut, maka teknologi tersebut tidak berguna.
Implikasinya utamanya adalah ketika para pemimpin berpikir tentang investasi dalam
teknologi, pertama-tama mereka harus berpikir tentang berinvestasi pada orang-orang yang
dapat membuat teknologi itu berguna.
Di sisi lain, sebagai konsekuensi dari digitalisasi, organisasi di semua industri
bertujuan untuk mendigitalkan produk, layanan, dan proses, yang menyebabkan peningkatan
permintaan akan talenta digital secara signifikan. Talenta digital merupakan

19
Kesiapan Kebijakan Digital Talent Di Indonesia…
Nafi’ah, B. A, (2021)

Dalam penelitian Cardenas (2019), dilema digital terjadi pada pertarungan


membangun talenta digital. Terjadi kesenjangan antara penawaran dan permintaan untuk
keterampilan dan bakat digital menimbulkan dilema serius bagi banyak perusahaan: apakah
mereka mengakuisisi perusahaan rintisan teknologi sebagai strategi bakat atau menemukan
kembali perusahaan sebagai perusahaan teknologi, merekrut talenta digital baru, dan melatih
ulang karyawan saat ini. Beberapa alternatif pilihan penyelesaian adalah rekrutmen baru
untuk skill digital baru, dan melatih kembali sumber daya manusia sesuai skill digital yang
diperlukan.

KESIAPAN PEMERINTAH DALAM TALENTA DIGITAL


Kesiapan pemerintah menggambarkan seberapa siap atau mampu pemerintah untuk
melakukan kebijakan (Zheng & Jiang, 2011). Adapun kesiapan pemerintah dapat dilihat dari
kesiapan perangkat peraturan (UNDESA, 2016), infrastruktur IT (UNDESA, 2016), sumber
daya manusia bidang IT (Adjei-Bamfo et al., 2020), strategi, organisasi, lingkungan (Choucri,
2003). Pada artikel ini, peneliti akan berfokus pada kesiapan pemerintah dari segi kesiapan
perangkat peraturan untuk pengembangan talenta digital.

III. METODOLOGI
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hal ini terlihat jelas pada fokus
penelitian ini adalah untuk menganalisis kebijakan digital talent di Indonesia. Analisis
kebijakan yang dilakukan meliputi analisis ketersediaan kebijakan dan analisis isi kebijakan.
Output penelitian ini berupa rekomendasi untuk masukan pemerintah terkait pengembangan
pelaksanaan kebijakan digital talent.
Teknik penentuan informan dalam penelitian ini dengan purposive. Teknik ini
mempertimbangkan keterlibatan langsung informan pada program dasawisma sebagai kader.
Peneliti mewawancarai dua informan dari kementeriaan komunikasi dan informatika pada
bidang penelitian dan pengembangan aplikasi teknologi dan telekomunikasi.
Prosedur-prosedur pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini melibatkan tiga
jenis strategi (Creswell, 2010, p. 267) yaitu observali kualitatif, wawancara kualitatif, dan
dokumen kualitatif. Setelah data terkumpul, pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik
triangulasi. Peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik
pengumpulan data. Data-data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data melalui proses
wawancara kemudian disajikan dan dianalisa. Analisa data menggunakan teknik analisasi
kualitatif pendekatan Miles dan Huberman, meliputi tahapan reduksi data, model data, dan

20
PUBLIC ADMINISTRATION JOURNAL OF RESEARCH
Volume 3 (1), Januari-Maret 2021

penarikan kesimpulan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


KEBIJAKAN TRANSFORMASI DIGITAL INDONESIA
Kementerian komunikasi dan informatika telah mencanangkan kebijakan transformasi
digital dalam rangka pembangunan sumber daya manusia bidang digital. Tahap pertama yaitu
basic digital skill atau sering disebut literasi digital. Intermediate digital skill atau level
teknisi untuk kebutuhan talenta digital. Terakhir ada advance digital skill untuk chief level
sebagai kepala pengambil kebijakan bidang digital (Permadi, 2020).
Salah satu faktor penting dalam transformasi digital adalah talenta digital. Pemerintah
telah memiliki banyak program untuk menyiapkan sumber daya manusia yang siap memiliki
talenta digital. Kementerian kominfo mengadakan program Digital Talent Scholarship (DTS).
Digital Talent Scholarship (DTS) merupakan program beasiswa pelatihan intensif dengan
berbagai tema (seperti big data, artificial intelligence, coding) yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan dan daya saing SDM bidang TIK (Rizkinaswara, 2020).
Kementerian pendidikan dan kebudayaan juga memiliki program pembelajaran daring.
Serta program yang baru diluncurkan oleh Kemenko Perekonomian, yaitu kartu prakerja
sebagai bantuan biaya pelatihan bagi masyarakat untuk memiliki atau meningkatkan
keterampilan. Untuk memudahkan memahami kebijakan apa saja yang telah dicanangkan
pemerintah, berikut peneliti rangkum dalam tabel dibawah ini.
Tabel 1. Kebijakan pemerintah dalam rangka transformasi digital untuk mendukung
pengembangan talenta digital
No Program Tujuan Tahu
Lembaga Kebijakan Keterangan
. pendukung program n
1. Kementerian Pemerataan Indonesia 5G Untuk Mulai Pembahasa
Komunikasi akses Forum memfasilitasi tahun n soal
dan intenet kelancaran 2020 regulasi 5G
Informatika berbasis 4G pengembangan masih
LTE talenta digital dalam
berkualitas tahap awal.
dari Sabang Peraturan
sampai turunan :
Merauke Aturan-
dalam aturan
rangka 2020 seperti
merdeka TKDN dan
sinyal pajak
Program palapa penyediaan 2018 Palapa
ring koneksi Ring
internet dibangun

21
Kesiapan Kebijakan Digital Talent Di Indonesia…
Nafi’ah, B. A, (2021)

No Program Tujuan Tahu


Lembaga Kebijakan Keterangan
. pendukung program n
antardesa di dengan
daerah 3 T jaringan
kabel laut
sepanjang
250
kilometer
dan lebih
dari 1000
kilometer
kabel darat,
termasuk
microwave
(gelomban
g mikro).
Program dana Badan 2019 Untuk
Universal Aksesibilitas 5.000 desa
Service Telekomunika di 3T
Obligation (US si dan
O) Informasi
(BAKTI) dan
kominfo
mengajak
seluruh
operator
penyedia jasa
telekomunikas
i yang ada di
Indonesia
untuk turut
membangun
infrastruktur
internet
melalui USO
kebijakan Daerah 3T 2018 2700 titik
keberpihakan/ fokus untuk akses
Afirmatif pengembangan internet
pendidikan khususnya
(non-komersil) sekolah.
226 ribu
sekolah
baik SMP
dan SMA
ada 80 ribu
lebih yang
belum
terhubung
Program satelit memastikan 2019 Kominfo
terbaru untuk internet cepat bersama

22
PUBLIC ADMINISTRATION JOURNAL OF RESEARCH
Volume 3 (1), Januari-Maret 2021

No Program Tujuan Tahu


Lembaga Kebijakan Keterangan
. pendukung program n
daerah 3T dapat diakses BAKTI
menyiapka
n satelit
terbaru,
satelit high
throughput
Pembangunan Menyediakan 2016
BTS untuk desa- akses internet
desa
Desa Broadband Menyediakan 2016
Terpadu akses internet
2. Kementerian Pembelajara Merombak Meningkatkan 2020
pendidikan n daring kurikulum skill ekonomi
dan pendidikan digital
kebudayaan dengan lebih
menekankan
pada Science,
Technology,
Engineering, the
Arts, dan
Mathematics
(STEAM) serta
meningkatkan
kualitas sekolah
kejuruan
3 Kemenko Kartu Menyediakan Meningkatkan 2020
Perekonomia Prakerja pelatihan skill
n berbasis digital
Sumber : Data Sekunder, 2021
Di tingkat dunia, penyedia 5G telah siap menyediakan jaringan tercanggih ini.
Qualcomm, Ericsson, Nokia, dan ZTE, gencar menyuarakan manfaat dari implementasi 5G di
bidang sosial dan ekonomi. Di sisi lain, pemerintah Indonesia tidak mau terburu-buru dalam
mengimplementasikan jaringan 5G karena bukan merupakan produsen teknologi. Sikap ini
kurang mendukung usaha-usaha startup dan perusahaan yang bergerak di bidang digital.
Sedangkan dalam program pemerataan akses internet, pemerintah Indonesia telah
berusaha maksimal menyediakan akses internet di desa-desa melalui banyak program. Bahkan
tekad penyediaan akses internet yang membutuhkan dana tinggi juga ditunjukkan dengan
program kolaborasi operator dan pemerintah. Masing-masing operator wajib menyetor dana
USO yang nilainya sebesar 1,25% dari total bruto revenue atau pendapatan kotor mereka
guna membangun infrastruktur untuk pemerataan akses telekomunikasi.

23
Kesiapan Kebijakan Digital Talent Di Indonesia…
Nafi’ah, B. A, (2021)

Program penyediaan akses internet tidak cukup hanya dengan mengandalkan APBN,
pemerintah juga perlu membuat regulasi baru yang sudah dimasukkan dalam Undang-undang
Cipta Kerja untuk memberikan ruang bagi industri berinovasi dalam mempercepat proses
transformasi digital. UU Cipta Kerja dapat menjadi ruang dalam membuka kesempatan
kerjasama dalam menggunakan infrastruktur operator telekomunikasi. Kerjasama ini akan
menciptakan bisnis berbasis digital yang tujuannya penghematan biaya dan membuka ruang
revenue baru.
Di sisi lain, jika dilihat dari indek Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(IP-TIK) Indonesia dari Badan Pusat Statistik, IP-TIK Indonesia tahun 2017 sebesar 4,99,
meningkat dibanding IP-TIK tahun 2016 sebesar 4,34. Namun, ada persoalan nyatayaitu
kesenjangan antarwilayah. Pemerataan infrastruktur IT mulai gencar dilaksanakan tahun
2019, hal ini menunjukkan bahwa terdapat sedikit keterlambatan pemerintah dalam merespon
perubahan digital dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya. Beberapa permasalahan
seperti kondisi medan menjadi alasan utama ditambah dengan kebutuhan anggaran yang tidak
sedikit.

ANALISIS KESIAPAN KEBIJAKAN DIGITAL TALENT INDONESIA


Saat ini pasar tenaga kerja kekurangan keterampilan digital. Kekurangan sumber daya
manusia dengan keterampilan digital belum pernah terjadi sebelumnya (Spitzer et al., 2013).
Lebih dari 4,4 juta pekerjaan TI tercipta pada subbidang Big Data pada tahun 2015, namun
hanya sepertiga dari pekerjaan baru ini yang telah terisi SDM. Di Inggris, lebih dari 16 juta
orang kekurangan keterampilan digital dasar.
Dampak teknologi digital saat ini tidak hanya dirasakan oleh departemen TI namun
dirasakan seluruh organisasi. Skill digital menciptakan permintaan yang sangat besar akan
keterampilan digital (Spitzer et al., 2013). Capgemini Consulting Analysis menjelaskan
tentang evolusi skill untuk anak-anak di masa digital adalah talenta teknis harus memiliki
pemahaman yang kuat terhadap bisnis. Kemudian, pebisnis yang profesional harus memahami
bahasa IT. Jadi, SDM masa depan perlu menggabungkan keterampilan spesialis digital yang
sangat baik dengan pengetahuan bisnis fungsional yang mendalam.
Untuk mengurai gap talenta digital tersebut, sangat perlu menganalisis kesiapan
pemerintah Indonesia dalam mempersiapkan talenta digital di masa mendatang. Serangkaian
kebijakan IT telah dicanangkan. Jika dilihat pada uraian kebijakan yang telah ada, pemerintah
telah mengantisipasi era transformasi digital dengan beberapa kebijakan walaupun terkesan
lamban. Era digital telah dimulai pada tahun 2013, namun pemerintah masih menggencarkan

24
PUBLIC ADMINISTRATION JOURNAL OF RESEARCH
Volume 3 (1), Januari-Maret 2021

pemerataan akses internet pada tahun 2019. Meskipun sedikit lamban, pemerintah telah
berupaya menyediakan payung hukum dalam kebijakan transformasi digital seperti
mengadakan digital talent untuk mengembangkan bakat digital, memperluas jangkauan
internet untuk bidang pendidikan sosial ekonomi daerah 3T, dan mengembangkan program-
program peningkatan skill lainnya. Kelambanan pemerintah dalam merespon era digital tidak
dapat disalahkan sepenuhnya karena keterbatasan sumberdaya anggaran dan lemahnya
peraturan.
Di sisi lain, program pemerintah untuk mengembangkan skill digital melalui program
kartu prakerja dan program digital talent scholarship, belum sempurna jika belum
dilaksanakan dengan sistem magang/bermitra praktik. Kedua program ini diselenggarakan
dengan cara melakukan pelatihan tanpa adanya praktik langsung atau magang pada tempat
kerja yang sebenarnya. Kelemahan ini membuat pembelajaran belum maksimal. Untuk itu,
peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut.
Terdapat beberapa strategi untuk mengatasi gap/ketimpangan skill digital yang
dibutuhkan seperti yang telah dilakukan pihak swasta. Pertama, yaitu program pelatihan.
Praktik baik dalam memenuhi skill digital dapat dilihat pada perusahaan P & G meluncurkan
program pertukaran pegawai yang bekerjasama dengan google. Bidang skill yang diajarkan
google adalah cara meningkatkan pemasaran digital/ internet marketing. Kedua, metode
rekrutmen yang inovatif, seperti yang dilakukan Loreal menggunakan digital untuk menjaring
talenta digital terbaik untuk bergabung dengan perusahaannya. Situs web L'Oréal ‘Reveal’
menyediakan rekrutmen dengan cara pelamar dapat berinteraksi dan ambil bagian dalam
perusahaan seperti bermain game. Pengguna dengan poin tertinggi bersaing untuk
mendapatkan hadiah dan peluang kerja dengan L’Oréal. Ketiga, menjalin kemitraan dengan
platform keterampilan online untuk memfasilitasi pengembangan produk yang inovatif seperti
contohnya perusahaan Boehringer Ingelheim, sebuah perusahaan farmasi bermitra dengan
kaggle, sebuah perusahaan prediksi data. Kemitraan yang terjalin untuk menciptakan prediksi
model untuk penelitian klinis. Keempat, mengakuisisi perusahaan yang bergerak bidang
digital. Kelima, membentuk inkubator bisnis untuk pengembangan ide bisnis baru seperti
yang dilakukan perusahaan Nike. Nike berpartner dengan Techstars, perusahaan startup untuk
membentuk produk Nike+.
Roadmap sukses dalam pengembangan skill digital pada sebuah organisasi (2013)
adalah (1) mengidentifikasi visi dan mengidentifikasi keperluan skill yang akan datang. (2)
mencatat dan melakukan penilaian kesenjangan skill. (3) beri solusi kesenjangan skill yang
ada. (4) Serta mengevaluasi perkembangan secara kontinu. Maka lembaga terkait secara aktif

25
Kesiapan Kebijakan Digital Talent Di Indonesia…
Nafi’ah, B. A, (2021)

mengidentifikasi skill baru yang muncul pada masa akan datang, kemudian mengasesmen
gap skill yang ada. Kemudian memberikan pelatihan yang tepat untuk menguasai skill baru
tersebut dengan cara pelatihan serta magang. Evaluasi secara berkelanjutan sangat diperlukan
untuk memberikan feedback perkembangan skill digital yang terus berkembang.

V. KESIMPULAN
Kebutuhan akan skill digital tidak dapat terelakkan. Di Indonesia masih terdapat gap
yang timpang antara skill yang ada dengan skill digital yang dibutuhkan. Pemerintah telah
memberikan kebijakan peningkatan skill digital melalui program digital talent scholarship dan
kartu prakerja. Di sisi lain, pemerintah juga memperbaiki jaringan internet dalam rangka
merdeka sinyal dari sabang hingga merauke tahun 2020. Respon pemerintah terhadap gap
talenta digital sedikit lamban akibat fokus memperbaiki jaringan internet yang menguras dana
tinggi. Sedangkan pelatihan yang ada sekarang belum mendapatkan hasil yang maksimal
karena tidak adanya magang atau praktik langsung di perusahaan.
Rekomendasi pengembangan era skill digital saat ini adalah dahulukan meningkatkan
skill sumber daya manusia untuk dapat mengoperasionalkan digital. Peningkatan skill dapat
dilakukan dengan pertukaran pegawai, inovasi rekrutmen, menjalin kemitraan dengan
platform digital, mengakuisisi perusahaan digital, dan membentuk inkubator bisnis berbasis
digital.

DAFTAR PUSTAKA

Adjei-Bamfo, P., Domfeh, K. A., Bawole, J. N., Ahenkan, A., Maloreh-Nyamekye, T., Adjei-
Bamfo, S., & Darkwah, S. A. (2020). An e-government framework for assessing
readiness for public sector e-procurement in a lower-middle income country.
Information Technology for Development, 26(4), 742–761.
https://doi.org/10.1080/02681102.2020.1769542
Cardenas-Navia, I., & Fitzgerald, B. K. (2019). The digital dilemma: Winning and losing
strategies in the digital talent race. Industry and Higher Education, 33(3), 214–217.
https://doi.org/10.1177/0950422219836669
Choucri, Na. (2003). Global e-readiness: For what? E-Business A Research And Education
Initiative At the MIT Sloan School Of Management., Paper 177.
Creswell, J. W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
Pustaka Pelajar.
Frankiewicz, B., & Premuzic, T. C. (2020). Digital Transformation is About Talent, Not
Technology. https://hbr.org/2020/05/digital-transformation-is-about-talent-not-
technology

26
PUBLIC ADMINISTRATION JOURNAL OF RESEARCH
Volume 3 (1), Januari-Maret 2021

G.C, K., D., P., A.N, P., D., K., & N., B. (2016). Aligning the organization for its digital
future. MIT Sloan Management Review. Available: https://
sloanreview.mit.edu/digital2016
Karaboğa, T., Gürol, Y., Binici, C. M., & Sarp, P. (2021). Sustainable Digital Talent
Ecosystem in the New Era: Impacts on Businesses, Governments and Universities.
Istanbul Business Research. https://doi.org/10.26650/ibr.2020.49.0009
Marcolin, L., Miroudot, S., & Squicciarini, M. (2019). To be (routine) or not to be (routine),
that is the question: A cross-country task-based answer†. Industrial and Corporate
Change, 28(3), 477–501. https://doi.org/10.1093/icc/dty020
Mazzone, D. (2014). Digital or death: Digital transformation: The only choice for business to
survive. Smashbox Consulting.
McKinsey & company. (2019). The Last pit stop? Time for Bold late-cycle moves: McKinsey
Global Banking Annual Review 2019.
https://www.mckinsey.com/~/media/mckinsey/industries/financial%20services/our%
20insights/global%20banking%20annual%20review%202019%20the%20last%20pit
%20stop%20time%20for%20bold%20late%20cycle%20moves/mckinsey-global-
banking-annual-review-2019-vf.pdf
Morman, L. M. (2019). How Do We Prepare the Next Generation for a Career in Our Digital
Era? Computer, 52(5), 72–74. https://doi.org/10.1109/MC.2019.2903328
OECD. (2019). Preparing for the changing nature of work in the digital era (OECD Going
Digital Policy Note). OECD. https://www.oecd.org/going-digital/changing-nature-of-
work-in-the-digital-era.pdf
Permadi, D. (2020, Agustus). Mempercepat transformasi digital. In Talkshow Primetalk
Metrotv. https://aptika.kominfo.go.id/2020/08/empat-fokus-kebijakan-pemerintah-
untuk-percepatan-transformasi-digital/
Rizkinaswara, L. (2020, April 17). Talenta Digital jadi Faktor Penting Transformasi Digital.
https://aptika.kominfo.go.id/2020/04/talenta-digital-jadi-faktor-penting-transformasi-
digital/
Schallmo, D. R. A., & Williams, C. A. (2018). Digital Transformation Now! Springer
International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-319-72844-5
Spitzer, B., Morel, valerie, Buvat, J., & KVJ, S. (2013). The Digital Talent Gap Developing
Skills for Today’s Digital Organizations. Capgemini Consulting.
https://www.capgemini.com/wp-content/uploads/2017/07/the_digital_talent_gap27-
09_0.pdf
Surber, K. (2016). The drive to digitization and the impact on your business and customers.
http://blogs. cisco.com/partner/the-drive-to-digitization-and-the-impact-on-your-
business-and-customers.

27
Kesiapan Kebijakan Digital Talent Di Indonesia…
Nafi’ah, B. A, (2021)

United Nations Department of Economic and Social Affairs (UNDESA). (2016). Nations E-
Government Survey 2016: E-Government in support of sustainable development.
United Nations.
Zheng, L., & Jiang, Y. (2011). Assessing e-government readiness of local governments in
China: Developing a bottom-up approach. Proceedings of the 5th International
Conference on Theory and Practice of Electronic Governance - ICEGOV ’11, 91.
https://doi.org/10.1145/2072069.2072085

28

Anda mungkin juga menyukai