Anda di halaman 1dari 21

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KEMAMPUAN

STRESS MANAGEMENT PADA TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS


DINOYO MALANG

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

Isyti Munjidah (200401110034)

Arief Rahman Hafizh (200401110039)

Isrovi Wilda Maulidia (200401110044)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN 2022

i
Daftar Isi

COVER.......................................................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................4

C. Tujuan Penelitian..............................................................................................................4

D. Manfaat Penelitian............................................................................................................4

BAB II KAJIAN TEORI............................................................................................................5

A. Beban Kerja (workload)...................................................................................................5

1. Pengertian Beban Kerja (workload)......................................................................5

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja...................................................6

3. Indikator Beban Kerja...........................................................................................7

B. Stres....................................................................................................................................7

1. Pengertian Stres.....................................................................................................7

2. Jenis-jenis Stres.....................................................................................................8

3. Dampak Stres.........................................................................................................9

4. Faktor yang Menyebabkan Stres.........................................................................10

C. Stress Management.........................................................................................................12

1. Pengertian Stress Management............................................................................12

2. Langkah-langkah Stress Managament.................................................................13

D. Hubungan Variabel Utama dengan Variabel Penjelas 1.............................................14

E. Hubungan Variabel Utama dengan Variabel Penjelas 2.............................................16

F. Kerangka Konseptual......................................................................................................16

G. Hipotesis Penelitian........................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Beban kerja berlebihan dapat mengakibatkan dampak yang buruk bagi tenaga
kerja pada umumnya, salah satunya yakni dapat menimbulkan kelelahan secara fisik
maupun mental dan akan menimbulkan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala
atau pusing, gangguan pencernaan, dan mudah marah. Sedangkan beban kerja yang
sangat sedikit juga dapat mengakibatkan pengurangan gerak yang akan menimbulkan
rasa bosan. Rasa bosan dalam kerja yang dilakukan atau pekerjaan yang sangat sedikit
menimbulkan kurangnya perhatian terhadap pekerjaan sehingga secara potensial dapat
membahayakan tenaga kerja. Kemudian bisa menyebabkan stress, stress dapat dibagi
menjadi dua, yaitu internal dan eksternal, di mana salah satu penyebab stress berasal
dari factor eksternal yaitu beban kerja yang dialami individu. Beban kerja itu sendiri
misalnya target yang sudah ditetapkan perusahaan merupakan suatu beban kerja yang
harus ditanggung oleh para medical representative. Beban kerja yang dirasakan cukup
berat bisa mempengaruhi kondisi fisik dan psikis seseorang. Beban kerja merupakan
sekumpulan atau sejumlah kegiatan atu aktivitas yang harus diselesaikan oleh suatu
unit organisasi atau pemegang jabatan dalam kurun waktu tertentu.
Stres tidak hanya disebabkan oleh beban pikiran, tetapi juga oleh emosi.
Emosi yang terlalu dalam untuk mengalami atau melakukan sesuatu dapat
menyebabkan dan dapat menimbulkan stres pada diri seseorang. Emosi yang terlalu
eksplosif untuk dikendalikan juga dapat menyebabkan stres. Adanya tuntutan baik
dari diri sendiri, keluarga dan pekerjaan meningkatkan tingkat stres seseorang lebih
cepat. Stres merupakan suatu pengendalian ketegangan yang mempengaruhi emosi,
proses berpikir, dan keadaan seseorang. Setiap pekerjaan membawa serta stres,
kecemasan dan konflik yang muncul ketika melakukan pekerjaan. Stres yang di alami
tergantung pada persyaratan spesifik pekerjaan dan keterampilan yang di miliki pada
tempat kerja. Pekerjaan yang bertanggung jawab atas keselamatan orang lain, beban
kerja yang berlebihan, rutinitas yang menimbulkan kebosanan, dan terkadang keadaan
darurat dapat menyebabkan stres. Dalam pekerjaannya, karyawan berhubungan

1
dengan individu atau manusia yang memiliki berbagai macam karakter dan tuntutan
tanggung jawab pekerjaan yang sangat tinggi.
Akibat dari stres adalah kecemasan, agresi, ketidakpedulian, depresi,
kelelahan, frustrasi, perasaan bersalah dan malu, lekas marah dan mood, kemarahan
sederhana terhadap siswa, harga diri rendah, ketegangan dan ancaman,
Dapat berupa kegelisahan dan kesepian. Dari segi perilaku, stres
menyebabkan orang mengalami kecelakaan di tempat kerja, penggunaan narkoba,
emosi yang meledak-ledak, makan berlebihan dan kehilangan nafsu makan, merokok
dan minum berlebihan, kemarahan yang hebat, perilaku impulsif, bicara lemah, tawa,
ketenangan. kemungkinan besar akan cemas. Konsekuensi kognitif dari stres merusak
kemampuan untuk membuat keputusan dan fokus, sering kali melupakan kritik dan
bereaksi dengan sangat sensitif. Di sisi lain, secara organisasi, gejala stres tercermin
dari perilaku prajurit yang lebih memilih school refusal, tidak efisien, memiliki
tingkat kecelakaan yang tinggi, banyak orang yang ingin pindah, dan suasana
organisasi/unit yang tidak nyaman, hasil kerja kurang memuaskan, dan lain-lain.
Dalam menghadapi stress yang ditimbulkan dari berbagai kesulitan yang
diakibatkan oleh pengerjaan skripsi, mahasiswa membutuhkan kemampuan untuk
mengelola stress atau bisa disebut coping. Mengelola stress adalah sebuah cara untuk
mengatur stress sebagai pengendalian diri agar stress yang dialami tidak berujung
pada hal-hal negatif, melainkan sebaliknya. Dengan pengelolaan stress yang baik,
mahasiswa dapat mengendalikan stressor yang dihadapi. Kemampuan mengelola
stress sangat diperlukan oleh semua orang, utamanya mahasiswa semester akhir yang
tengah berjibaku dengan tugas skripsi. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya,
tuntutan-tuntutan yang diterima menjadi beban tersendiri yang dapat menimbulkan
stress, tuntutan dari lingkungan menjadikan tenaga kerja berpikir ekstra untuk
memenuhi hal tersebut. Dikhawatirkan ketika sesorang mahasiswa tidak mampu
memenuhi tuntutan dari lingkungannya menimbulkan dampak yang negatif.
Adapun cara mengendalikan dan menghilangkan stress yaitu Terapi meditasi
Terapi ini dilakukan dengan membuat pasien lebih rileks dan fokus untuk mengontrol
pernapasan dan kesadaran tubuh. Terapi perilaku kognitif (CBT) Terapi perilaku
kognitif Lewat terapi ini, terapis akan menanyakan pikiran negatif atau rasa cemas
yang kerap kali dihadapi dan membantu pasien untuk mengatasinya. Minum obat
dapat menimbulkan efek samping. Oleh karena itulah, pengobatan stres ini biasanya
menjadi pilihan terakhir, jika cara mengatasi stres yang sebelumnya dilakukan tidak
berhasil. Obat yang diresepkan biasanya disesuaikan dengan penyakit mental yang

2
mungkin juga dimiliki. Beberapa obat stres yang diresepkan antara lain antidepresan
dan anti kecemasan.
Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan adalah tenaga kesehatan (termasuk
tenaga kesehatan strategis) dan tenaga pendukung atau penunjang kesehatan yang
terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya dan manajemen
kesehatan. Peran tenaga kesehatan menjadi sangat penting dalam implementasi sistem
kesehatan. SDM merupakan faktor penting dalam pelayanan kesehatan yang bermutu
dan komprehensif serta dan kualitas pelayanan. Pengembangan SDM kesehatan harus
berfokus pada penerapan metode peningkatan kompetensi yang tepat dan
pengembangan sistem monitoring dan evaluasi dalam pemantauan kinerja. Di sisi lain
tantangan seperti rendahnya komptensi menjadi hambatan tersendiri dalam
pelaksanaan sistem kesehatan. Menurut Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Jenis tenaga kesehatan yang
harus ada di puskesmas minimal terdiri atas dokter atau dokter layanan primer, dokter
gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli
teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian.
Menurut Dikky Fahamsyah (2017) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
Beban kerja mental adalah beban kerja yang merupakan selisih antara tuntutan beban
kerja dari suatu tugas dengan kapasitas maksimum beban mental seseorang dalam
kondisi termotivasi, beban kerja yang berlebihan akan mengakibatkan adanya
kejadian stres. Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam
menghadapi pekerjaannya.
Moh Muslim (2015) memberikan bukti yang relevan bahwa stress harus di
kelola dengan baik, sehingga dapat mengubah kecemasan menjadi kesuksesan. Dan
menurut para ahli psikolog kesehatan mental harus di jaga agar tidak stres dan
mendapatkan tekanan dalam hidup.
Penelitian ini mengemukan tentang hubungan antara beban kerja dan
pengendalian stress terhadap tenaga kesehatan puskesmas dinoyo malang, alasan saya
mengangkat variable di atas karena menurut saya beban kerja dan pengendalian stress
sangat penting bagi kesehatan mental suatu orang oleh karena itu saya ingin
menelitinya lebih dalam agar bisa menghadapi masalah yang terjadi pada tenaga
kesehatan puskesmas dinoyo malang. Selain itu di masa pandemic covid-19 ini tenaga

3
kesahatan sangat di butuhkan dan pasti mendapatkan tekanan beban kerja yang lebih
banyak dan bisa menimbulkan terjadinya stress pada tenaga kesehatan. Oleh karena
itu, pengendalian stres di masa saat ini sangat di perlukan terutama pada tenaga
kesehatan.
Dengan adanya pemaparan di atas lalu di perolehlah keputusan menangkat judul
‘’Hubungan Antara Beban Kerja dengan Kemampuan Stress Management pada
Tenaga Kesehatan Puskesmas Dinoyo Malang’’.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengaruh beban kerja dan kemampuan stress management terhadap tenaga
kesehatan?
2. Bagaimana hubungan antara beban kerja terhadap tenaga kesehatan?
3. Bagaimana hubungan antara stress management terhadap tenaga kesehatan?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menemukan apa saja beban kerja dan kemampuan stress management
terhadap tenaga kesehatan
2. Untuk menemukan dan membuktikan hubungan antara beban kerja dengan tenaga
kesehatan
3. Untuk menemukan dan membuktikan hubungan antara kemampuan stress
management dengan tenaga kesehatan

D. Manfaat Penelitian
Temuan dari penelitian-penelitian sebelumnya mengungkapkan betapa
pentingnya pengaruh beban kerja dan kemampuan stress management bagi
mahasiswa dan karyawan. Penelitian-penelitian tersebut belum menyelidiki beban
kerja dan pengendalian setress pada tenaga kesehatan, lebih banyak pada mahasiswa
dan karyawan saja. Oleh sebab itu, penelitian ini akan berkontribusi pada pengelola
Puskesmas Dinoyo dan tenaga kesehatan tentang bagaimana pengaruh beban kerja
dan kemampuan stress management. Pemahaman yang mendalam tentang dampak
beban kerja dan pengendalian stress juga dapat diketahui, dimana sebelumnya belum
ada informasi empirik tentang dampak beban kerja dan kemampuan stress
management pada tenaga kesehatan, khususnya di Malang dan Indonesia. Mungkin
dengan adanya penelitian ini bisa menambah wawasan baru agar semua bisa lebih
memerhatikan mental health yang terjadi karena beban kerja yang bisa menghasilkan
stress dan mengetahui juga cara mengendalikan stress itu sendiri.

4
5
BAB II

KAJIAN TEORI
A. Beban Kerja (workload)
1. Pengertian Beban Kerja (workload)
Hart & Staveland dalam Tarwaka (2011:130) mengemukakan bahwa
beban kerja adalah suatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas,
lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, ketrampilan, perilaku,
dan persepsi dari pekerja.
Menurut Munandar (2011), beban kerja adalah tugas-tugas yang diberikan
pada tenaga kerja atau karyawan untuk diselesaikan pada waktu tertentu dengan
menggunakan keterampilan dan potensi dari tenaga kerja. Sedangkan menurut
Sunarso dan Kusdi (2010), beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah
kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang
jabatan dalam jangka waktu tertentu.
Beban kerja menurut Meshkati dalam Astianto dan Suprihhadi (2014)
dapat didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan
pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi. Mengingat kerja manusia
bersifat mental dan fisik, maka masing-masing mempunyai tingkat pembebanan
yang berbeda-beda. Tingkat pembebanan yang terlalu tinggi memungkinkan
pemakaian energi yang berlebihan dan terjadi overstress, sebaliknya intensitas
pembebanan yang terlalu rendah memungkinkan rasa bosan dan kejenuhan atau
understress. Oleh karena itu, perlu diupayakan tingkat intensitas pembebanan
yang optimum yang ada di antara kedua batas yang ekstrim tadi dan tentunya
berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya.

6
Menurut Moekijat (2010, p.28) beban kerja adalah volume dari hasil kerja atau
catatan tentang hasil pekerjaan yang dapat menunjukan volume yang dihasilkan oleh
sejumlah pegawai dalam suatu bagian tertentu. Jumlah pekerjaan yang harus
diselesaikan oleh sekelompok atau seseorang dalam waktu tertentu atau beban kerja
dapat dilihat pada sudut pandang obyektif dan subyektif. Secara obyektif adalah
keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Sedangkan
beban kerja secara subyektif adalah ukuran yang dipakai seseorang terhadap
pernyataan tentang perasaan kelebihan beban kerja, ukuran dari tekanan pekerjaan
dan kepuasan kerja. Beban kerja sebagai sumber ketidakpuasan disebabkan oleh
kelebihan beban kerja.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja


Secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja menurut
Tarwaka dalam Hariyati yang dikutip dari Astianto dan Suprihhadi (2014)
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat komplek, baik faktor internal
maupun faktor eksternal.
a) Faktor eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap beban kerja adalah
beban yang berasal dari luar tubuh karyawan. Termasuk beban kerja
eksternal adalah:
1) Tugas (task) yang dilakukan bersifat fisik seperti beban kerja,
stasiun kerja, alat dan sarana kerja, kondisi atau medan kerja, alat
bantu kerja, dan lain-lain.
2) Organisasi yang terdiri dari lamanya waktu kerja, waktu istirahat,
kerja bergilir, dan lain-lain.
3) Lingkungan kerja yang meliputi suhu, intensitas penerangan, debu,
hubungan karyawan dengan karyawan, dan sebagainya
b) Faktor internal
Faktor internal yang berpengaruh terhadap beban kerja adalah
faktor yang berasal dari dalam tubuh sendiri sebagai akibat adanya reaksi
dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal sebagai strain.
Berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun
subjektif. Penilaian secara objektif melalui perubahan reaksi fisiologis,
sedangkan penilaian subjektif dapat dilakukan melalui perubahan reaksi

7
psikologis dan perubahan perilaku. Karena itu strain secara subjektif
berkaitan erat dengan harapan, keinginan, kepuasan dan penilaian
subjektif lainnya. Secara lebih ringkas faktor internal meliputi:
1) Faktor somatis meliputi jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi
kesehatan, status gizi.
2) Faktor psikis terdiri dari motivasi, presepsi, kepercayaan, keinginan,
dan kepuasan.
3. Indikator Beban Kerja
Indikator beban kerja dalam penelitian ini akan diukur dengan
indikator sebagai berikut (Hart dan Staveland dalam Astianto, 2014):
a) Faktor tuntutan tugas (task demands)
Faktor tuntutan tugas (task demands) yaitu beban kerja dapat ditentukan
dari analisis tugas-tugas yang dilakukan oleh pekerja. Bagaimanapun
perbedaan-perbedaan secara individu harus selalu diperhitungkan.
b) Usaha atau tenaga (effort)
Jumlah yang dikeluarkan pada suatu pekerjaan mungkin merupakan suatu
bentuk intuitif secara alamiah terhadap beban kerja. Bagaimanapun juga,
sejak terjadinya peningkatan tuntutan tugas, secara individu mungkin tidak
dapat meningkatkan tingkat effort.
c) Performansi
Sebagian besar studi tentang beban kerja mempunyai perhatian dengan
performansi yang akan dicapai.

8
B. Stres
1. Pengertian Stres
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh
perubahan dan tuntutan kehidupan (Vincent Cornelli, dalam Jenita DT Donsu,
2017). Menurut Charles D. Speilberger, menyebutkan stres adalah tuntutantuntutan
eksternal yang mengenai seseorang misalnya objek dalam lingkungan atau sesuatu
stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga bias diartikan sebagai
tekanan, ketegangan, gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar
diri seseorang (Jenita DT Donsu, 2017).
Cofer & Appley (1964) menyatakan bahwa stres adalah kondisi organik
seseorang pada saat ia menyadari bahwa keberadaan atau integritas diri dalam
keadaan bahaya, dan ia harus meningkatkan seluruh energy untuk melindungi diri
(Jenita DT Donsu, 2017). Cranwell-Ward (1987) menyebutkan stres sebagai
reaksi-reaksi fisiologik dan psikologik yang terjadi jika orang mempersepsi suatu
ketidakseimbangan antara tingkat tuntutan yang dibebankan kepadanya dan
kemampuannya untuk memenuhi tuntutan itu (Jenita DT Donsu, 2017).
Anggota IKAPI (2007) menyatakan stres adalah reaksi non-spesifik
manusia terhadap rangsangan atau tekanan (stimulus stressor). Stres merupakan
suatu reaksi adaptif, bersifat sanga individual, sehingga suatu stres bagi seseorang
belum tentu sama tanggapannya bagi orang lain (Jenita DT Donsu, 2017). Stres
adalah segala sesuatu di mana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang
individu untuk merespons atau melakukan tindakan (Potter dan Perry, dalam Jenita
DT Donsu, 2017). Menurut Hawari (2008) bahwa Hans Selve menyatakan stres
adalah respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan beban
atasnya (Jenita DT Donsu, 2017).
Stres didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang
dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat
dapat mempengaruhi keadaan fisik manusia tersebut. Stres dapat dipandang dalam
dua acara, sebagaiu stres baik dan stres buruk (distres). Stres yang baik disebut
stres positif sedangkan stres yang buruk disebut stres negatif. Stres buruk dibagi
menjadi dua yaitu stres akut dan stres kronis (Widyastuti, Palupi, 2004). Menurut
WHO (2003) stres adalah reaksi/respon tubuh terhadap stressor psikososial
(tekanan mental/beban kehhidupan (Priyoto, 2014).

9
2. Jenis-jenis Stres
Menurut Jenita DT Donsu (2017) secara umum stres dibagi menjadi dua yaitu :

a. Stres akut Stres yang dikenal juga dengan flight or flight response. Stres akut
adalah respon tubuh terhadap ancaman tertentu, tantangan atau ketakutan.
Respons stres akut yang segera dan intensif di beberapa keadaan dapat
menimbulkan gemetaran.
b. Stres kronis Stres kronis adalah stres yang lebih sulit dipisahkan atau diatasi, dan
efeknya lebih panjang dan lebih.
Menurut Priyoto (2014) menurut gejalanya stres dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Stres Ringan
Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur, seperti
banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan. Situasi stres ringan
berlangsung beberapa menit atau jam saja. Ciri-ciri stres ringan yaitu semangat
meningkat, penglihatan tajam, energy meningkat namun cadangan energinya
menurun, kemampuan menyelesaikan pelajaran meningkat, sering merasa letih
tanpa sebab, kadangkadang terdapat gangguan sistem seperti pencernaan, otak,
perasaan tidak santai. Stres ringan berguna karena dapat memacu seseorang untuk
berpikir dan berusaha lbih tangguh menghadapi tantangan hidup.
b. Stres Sedang
Stres sedang berlangsung lebih lama daripada stress ringan. Penyebab stres
sedang yaitu situasi yang tidak terselesaikan dengan rekan, anak yang sakit, atau
ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga. Ciri-ciri stres sedang yaitu sakit
perut, mules, otot-otot terasa tengang, perasaan tegang, gangguan tidur, badan
terasa ringan.
c. Stres Berat
Stres berat adalah situasi yang lama dirasakan oleh seseorang dapat berlangsung
beberapa minggu sampai beberapa bulan, seperti perselisihan perkawinan secara
terus menerus, kesulitan financial yang berlangsung lama karena tidak ada
perbaikan, berpisah dengan keluarga, berpindah tempat tinggal mempunyai
penyakit kronis dan termasuk perubahan fisik, psikologis sosial pada usia lanjut.
Ciri-ciri stres berat yaitu sulit beraktivitas, gangguan hubungan sosial, sulit tidur,
negatifistic, penurunan konsentrasi, takut tidak jelas, keletihan meningkat, tidak
mampu melakukan pekerjaan sederhana, gangguan sistem meningkatm perasaan
takut meningkat.

10
3. Dampak Stres
Stres pada dosis yang kecil dapat berdampak positif bagi individu. Hal ini dapat
memotivasi dan memberikan semangat untuk menghadapi tantangan. Sedangkan stres
pada level yang tinggi dapat menyebabkan depresi, penyakit kardiovaskuler,
penurunan respon imun, dan kanker (Jenita DT Donsu, 2017). Menurut Priyono
(2014) dampak stres dibedakan dalam tiga kategori, yaitu:
a. Dampak fisiologik
1) Gangguan pada organ tubuh hiperaktif dalam salah satu system tertentu
a) Muscle myopathy : otot tertentu mengencang/melemah.
b) Tekanan darah naik : kerusakan jantung dan arteri.
c) Sistem pencernaan : mag, diare.
2) Gangguan system reproduksi
a) Amenorrhea : tertahannya menstruasi.
b) Kegagalan ovulasi ada wanita, impoten pada pria, kurang produksi semen
pada pria.
c) Kehilangan gairah sex.
3) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, rasa bosan, dll.
b. Dampak psikologik
1) Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merpakan tanda pertama dan punya
peran sentral bagi terjadinya burn-out.
2) Kewalahan/keletihan emosi.
3) Pencapaian pribadi menurun, sehingga berakibat menurunnya rasa kompeten
dan rasa sukses.
c. Dampak perilaku
1) Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dan sering terjadi
tingkah laku yang tidak diterima oleh masyarakat.
2) Level stres yang cukup tinggi berdampak negatif pada kemampuan mengingat
informasi, mengambil keputusan, mengambil klangkah tepat.
3) Stres yang berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif mengikuti
kegiatan pembelajaran.

4. Faktor yang Menyebabkan Stres


Wahjono, Senot Imam (2010) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan stres antara lain :
a. Faktor Lingkungan

11
Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi perancangan struktur organisasi,
ketidakpastian juga mempengaruhi tingkat stres di kalangan para karyawan dalam
sebuah organisasi. Bentuk_bentuk ketidakpastian lingkungan ini antara lain
ketidakpastian ekonomi berpengaruh terhadap seberapa besar pendapatan yang
diterima oleh karyawan maupun reward yang diterima karyawan, ketidakpastian
politik berpengaruh terhadap keadaan dan kelancaran organisasi yang dijalankan,
ketidakpastian teknologi berpengaruh terhadap kemajuan suatu organisasi dalam
penggunaan teknologinya, dan ketidakpastian keamanan berpengaruh terhadap
posisi dan peran organisasinya.
b. Faktor Organisasi
Beberapa faktor organisasi yang menjadi potensi sumber stres antara lain:
1) Tuntutan tugas dalam hal desain pekerjaan individu, kondisi kerja, dan tata
letak kerja fisik.
2) Tuntutan peran yang berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada
seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam sebuah
organisasi termasuk beban kerja yang diterima seorang individu.
3) Tuntutan antar-pribadi, yang merupakan tekanan yang diciptakan oleh
karyawan lain seperti kurangnya dukungan sosial dan buruknya hubungan
antar pribadi para karyawan.
4) Struktur organisasi yang menentukan tingkat diferensiase dalam organisasi,
tingkat aturan dan peraturan, dan di mana keputusan di ambil. Aturan yang
berlebihan dan kurangnya partisipasi individu dalam pengambilan keputusan
merupakan potensi sumber stres.
5) Kepemimpinan organisasi yang terkait dengan gaya kepemimpinan atau
manajerial dan eksekutif senior organisasi. Gaya kepemimpinan tertentu
dapat menciptakan budaya yang menjadi potensi sumber stres.
c. Faktor Individu
Faktor individu menyangkut dengan faktor-faktor dalam kehidupan pribadi
individu. Faktor tersebut antara lain persoalan keluarga, masalah ekonomi
pribadi, dan karakteristik kepribadian bawaan. Menurut Robbins (2006) Setiap
individu memiliki tingkat stres yang berbeda meskipun diasumsikan berada
dalam faktor-faktor pendorong stres yang sama. Perbedaan individu dapat
menentukan tingkat stress yang ada. Secara teoritis faktor perbedaan individu ini
dapat dimasukkan sebagai variable intervening. Ada lima yang dapat menjadi
variabel atau indikator yang dapat digunakan dalam mengukur kemampuan

12
individu dalam menghadapi stres yaitu pengalaman kerja merupakan pengalaman
seorang individu dalam suatu pekerjaan dan pendidikan yang ditekuninya,
dukungan sosial merupakan dukungan atau dorongan dari dalam diri sendiri
maupun orang lain untuk menghadapi masalah-masalah yang dialaminya
termasuk bagaimana motivasi dari dalam diri individu maupun dari luar individu,
ruang (locus) kendali merupakan cara bagi seorang individu mengendalikan diri
untuk menghadapi masalah yang ada, keefektifan dan tingkat kepribadian orang
dalam menyingkapi permusuhan dan kemarahan.

13
C. Stress Management
1. Pengertian Stress Management
Manajemen stress adalah suatu program untuk melakukan pengontrolan
atau pengaturan stress di mana bertujuan untuk mengenal penyebab stress dan
mengetahui tehnik-tehnik mengelola stress, sehingga orang lebih baik dalam
menguasai stress dalam kehidupan dari pada dihimpit oleh stress itu sendiri Schafer
(dalam Segarahayu, 2013: 5). Manajemen stress lebih dari pada sekedar
mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaptif dan efektif
Margianti (dalam Segarahayu, 2013: 5).
Stres merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari setiap individu,
karena stres dapat mempengaruhi setiap orang, namun stres memiliki sisi baik dan
sisi buruk. Dapat didefinisikan bahwa stres merupakan suatu keadaan dimana
individu tidak dapat menyesuaikan diri antara kemampuan diri dan tuntutan yang
diterima oleh individu sehingga menimbulkan kecemasan-kecemasan negatif
didalam diri. Hal ini diperkuat oleh Terry Gregson (2007: 29) yang menjelaskan
bahwa stres bisa diartikan sebagai status yang individu alami ketika muncul
ketidakcocokan antara tuntutan-tuntutan yang individu hadapi dengan kemampuan
yang di miliki. Inilah kesimbangan antara bagaimana individu memandang
tuntutan-tuntutan dan bagaimana mengira agar bisa menangani tuntutan-tuntutan
itu yang menentukan apakah individu merasa tidak stres, distres atau eustres. Hal
ini dijelaskan pula oleh Terry Looker dan Olga Gregson (2005: 44) yang
mendefinisikan stres sebagai suatu keadaan yang individu alami ketika ada sebuah
ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk
mengatasinya. Stres adalah keseimbangan antara bagaimana memandang tuntutan-
tuntutan dan bagaimana berpikir bahwa individu dapat mengatasi semua tuntutan
yang menentukan apakah tidak merasakan stres, merasakan distres atau eustres.
Menurut Novia Efrita, (2014:13) berpendapat bahwa stress adalah suatu
kondisi yang dinamis saat seseorang dihadapkan pada peluang dan tuntutan, stress
adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri.
Lebih lanjut Peter Tyler (dalam Lubis, 2009: 17) mengemukakan bahwa stres
adalah perasaan tidak enak yang disebabkan oleh persoalan-persoalan di luar
kendali, atau reaksi jiwa dan raga terhadap perubahan. Sementara itu, Kartini
Kartono (dalam Lubis, 2009: 17) mendefinisikan stres sebagai berikut: (1) Suatu
stimulus yang meneganggakan kapasitas (daya) psikologi atau fisiologi dari suatu

14
organisme, (2) sejenis frustrasi, dimana aktivitas yang terarah pada pencapaian
tujuan telah diganggu atau dipersulit, tetapi tidak terhalang-halangi; peristiwa ini
biasanya disertai oleh perasaan was-was (khawatir) dalam pencapaian tujuan, (3)
kekuatan yang ditetapkan pada suatu system berupa tekanan-tekanan fisik dan
psikologis yang dikenakan pada tubuh dan pada pribadi, dan (4) suatu kondisi
ketegangan fisik dan psikologis disebabkan oleh adanya persepsi ketakutan dan
kecemasan. Hal ini didukung oleh National Safety Council (2004: 2) yang
menjelaskan bahwa stres sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang
dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia, yang pada suatu saat
dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut.

Dari definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa stres merupakan
suatu ketidakstabilan antara tuntutan dan kemampuan individu, di mana tuntutan
yang diterima lebih besar dari kemampuannya. Stres tersebut sering dikaitkan
dengan stabilitas mental atau psikis individu dalam menangani suatu problematika
kehidupan. Oleh sebab itu apabila individu mengalami stres yang berkepanjangan
akan mempengaruhi stabilitas diri dan 9 produktivitas kerjanya, sedangkan
manajemen stress merupakan upaya yang dilakukan individu untuk menanggulangi
stress sehingga mampu mempelajari apakah stress itu dan bagaimana
mengidentifikasi stress dalam kehidupan individu itu sendiri.

15
2. Langkah-langkah Stress Managament
a) Prinsip Homeostatis
Stres merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan cenderung
bersifat merugikan. Oleh karena itu setiap individu yang mengalaminya pasti
berusaha mengatasi masalah ini. Hal demikian sesuai dengan prinsip yang
berlaku pada organisme, khususnya manusia, yaitu prinsip homeostatis. Menurut
prinsip ini organisme selalu berusaha mempertahankan keadaan seimbang pada
dirinya. Sehingga bila suatu saat terjadi keadaan tidak seimbang maka akan ada
usaha mengembalikannya pada keadaan seimbang.
Prinsip homeostatis berlaku selama individu hidup. Sebab keberadaan prinsip
pada dasarnya untuk mempertahankan hidup organisme. Lapar, haus, lelah, dll.
merupakan contoh keadaan tidak seimbang. Keadaan ini kemudian menyebabkan
timbulnya dorongan untuk mendapatkan makanan, minuman, dan untuk
beristirahat. Begitu juga halnya dengan terjadinya ketegangan, kecemasan, rasa
sakit, dst. mendorong individu yang bersangkutan untuk berusaha mengatasi
ketidak seimbangan ini.
b) Proses Coping terhadap Stres
Upaya mengatasi atau mengelola stress dewasa ini dikenal dengan proses
coping terhadap stress. Menurut Bart Smet, coping mempunyai dua macam
fungsi, yaitu: (1) Emotional-focused coping dan (2) Problem-focused coping.
Emotionalfocused coping dipergunakan untuk mengatur respon emosional
terhadap stress. Pengaturan ini dilakukan melalui perilaku individu seperti
penggunaan minuman keras, bagaimana meniadakan fakta-fakta yang tidak
menyenangkan, dst. Sedangkan problem-focused coping dilakukan dengan
mempelajari keterampilan-keterampilan atau cara-cara baru mengatsi stres.
Menurut Bart Smet, individu akan cenderung menggunakan cara ini bila dirinya
yakin dapat merubah situasi, dan metoda ini sering dipergunakan oleh orang
dewasa. Berbicara mengenai uapaya mengatasi Stres, Maramis berpendapat
bahwa ada bermacam-macam tindakan yangdapat dilakukan untuk itu, yang
secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu (1) cara yang berorientasi pada
tugas atau task oriented dan (2) cara yang berorientasi pada pembelaan ego atau
ego defence mechanism.

16
D. Hubungan Variabel Utama dengan Variabel Penjelas 1
Beban kerja berpengaruh terhadap kinerja tenaga kesehatan dikarenakan
kapasitas kerja seseorang yang bekerja dengan beban kerja maksimal akan
menyebabkan produktivitas menurun. Yang artinya dengan beban kerja yang di
lakukan mencapai batasnya akan mengurangi kecekatan dan juga keprofesionalan
seorang tenaga kesehatan. Menurut Sumakmur setiap pekerjaan merupakan beban
bagi pelakunya, beban dimaksud bisa fisik, mental, sosial. Menurut Pahlevi (2013),
ada beberapa faktor yang mempengaruhi beban kerja terhadap kepuasan pasien yaitu :
tugas pokok tenaga kesehatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing tenaga
kesehatan, tugas tambahan seperti kegiatan program, posyandu dan lain-lain, waktu
kerja dan jumlah kunjungan pasien.
Menurut Depkes 2009, fungsi puskesmas merupakan pelayanan kesehatan
pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan
pertama meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan meliputi pelayanan rawat jalan dan
rawat inap yang dilakukan di dalam gedung dan merupakan tugas pokok tenaga
kesehatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing petugas.
Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan kegiatan diluar gedung sebagai
program yang ditetapkan untuk mendukung program kesehatan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dapat di ketahui dari pendapat beberapa
ahli mengartikan banyak sekali fungsi dan tugas mereka yang sangat banyak dan itu
dapat menjadi beban kerja yang maksimal apabila di lakukan tidak sesuai dengan jam
kerja yang di perhitungkan.
Pembagian beban kerja diharuskan merata dan juga sesuai dengan porsi
masing masing agar tidak menurunkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan tenaga kesehatan. Jangan sampai terjadi Sebagian petugas lain hanya
bertugas melayani pasien di unit pelayanan tanpa bertanggungjawab atas pelayanan
pada unit tersebut. Pembagian tugas yang tidak merata membuat petugas kelelahan
dan sulit membagi waktu untuk melaksanakan kedua tugas tersebut sehingga petugas
memakai waktu istirahatnya untuk menyelesaikan tugas.

17
Kapasitas jumlah tenaga kesehatan dan pengaruh tidak koperatifnya para
pasien menjadi beban tambahan bagi para tenaga kesehatan, karena ketika pasien
tidak koperatif akan menyebabkan lamanya waktu pemeriksaan yang di lakukan oleh
para tenaga kesehatan dan membuat banyaknya waktu yang terbuang dan akan
membuat beban psikis bila petugas yang bersangkutan kurang pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya.

E. Hubungan Variabel Utama dengan Variabel Penjelas 2

Menurut International Labour Organization (ILO), beberapa tahun terakhir,


stres akibat kerja telah memberikan dampak psikososial yang serius bagi pekerja.
Tidak hanya itu saja, dampaknya juga meluas pada keselamatan pekerja dan sangat
berpengaruh pada perkembangan perusahaan, terutama dalam hal ekonomi. Maka
dari itu, manajemen terkait stres akibat kerja sangat penting dilakukan untuk
mengatasi atau meminimalkan stres di tempat kerja. Health and Safety Executive
(HSE) di Inggris membuat standar manajemen untuk menangani stres di tempat kerja.

Seiring dengan beban kerja yang semakin menumpuk membuat para tenaga
kesehatan di hadapi dengan kondisi stress yang berkepanjangan, stress yang
berkepanjangan akan mempengaruhi kinerja para tenaga kesehatan nantinya, maka
dari itu perlu pengendalian stress agar memulihkan kinerja mereka nantinya.
Dukungan sosial berperan dalam menurunkan tingkat stress dengan memberikan
dukungan pada subjek untuk menurunkan tingkat stresnya. Semua jenis dukungan
sosial berguna dan penting, nilai informasi, emosi, dalam dukungan sosial seringkali
bersifat praktis, begitupula dalam adivis.

18
F. Kerangka Konseptual
Seiring dengan beban kerja yang semakin banyak di masa pandemic perlu juga
pengendalian stress agar tetap menjaga tenaga kesehatan di performa terbaiknya,
Beban kerja di ruangan tidak selalu menjadi penyebab stress pada perawat, beban
kerja akan menjadi sumber stress bila banyaknya beban kerja tidak sebanding dengan
kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi perawat. Setiap
perawat mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas yang dibebankan
kepadanya. Kemampuan berkaitan dengan keahlian, pengalaman dan waktu yang
dimilikinya
Dalam mengendalikan stress agar tidak berpengaruh terhadap tenaga
kesehatan ada beberapa cara yang sering di lakukan seperti. Beban kerja fisik maupun
mental harus disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas kerja pekerja yang
bersangkutan dengan menghindarkan adanya beban berlebih maupun yang ringan.
Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung jawab
diluar pekerjaan, Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan
karier,mendapatkan promosi dan pengembangan kemampuan keahlian. Membentuk
lingkungan sosial yang sehat yaitu antara pekerja yang satu dengan yang lain,
supervisor yang baik dan sehat dalam organisasi.

Beban Kerja (workload)


(X1) Stress Management
(Y)
Stres
(X2)
Gambar 1. Kerangka Konseptual

G. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat pengaruh negatif stress terhadap stress management
2. Terdapat pengaruh negatif beban kerja terhadap stress management
3. Terhadap pengaruh negatif stress dan beban kerja secara bersama-sama terhadap
stress management.

19

Anda mungkin juga menyukai