Anda di halaman 1dari 12

TRAINING MODUL

STRESS, TAHUKAH KAMU?

PT. RUANG RAYA INDONESIA: RUANG GURU

Disusun Oleh :

ALZA RIDHA RULYA 1708015187

DYAH MAHARANI 1708015207

DEWI FEBRIANA 1708015175

NABILA LUKMAN 1708015197

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan modul
training tentang “Stress, Tahukah Kamu?”. Modul ini bertujuan untuk memberikan
gambaran tentang stress pada pekerja dalam sebuah perusahaan. Selain itu, modul
ini berisikan bagaimana bentuk stress yang bisa terjadi pada tiap individu. Namun,
tidak semua stress memberikan dampak negatif pada seseorang justru akan
meningkatkan keporduktifitas individu tersebut.

Maka kami selaku yang membuat modul training, bermaksud untuk


mengajak para pekerja di PT. Ruang Raya Indonesia: Ruang Guru untuk menjadi
terampil dalam mengatur stress kerja pada diri. Selain itu, para pekerja di
perusahaan ini akan dilatih untuk terampil dalam mengenali diri saat dalam tekanan
maupun kondisi normal pada sehari-hari.

Kami menyadari modul training ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan modul training ini. Akhir kata kami sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan modul ini
dari awal sampai akhir.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 11 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER ..........................................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

Pengertian Stress ............................................................................................ 1

1
PENDAHULUAN

Banyak tenaga kerja yang selalu berusaha maksimal untuk meningkatkan hasil
kerjanya, imbalan yang diterima mungkin sepadan dengan seberapa besar hasil
kerja yang ditunjukkan oleh individu, baik secara team maupun individu itu sendiri.
Sebagai hasil atau akibat lain dari proses kerja tersebut, tanpa disadari tenaga kerja
dapat mengalami stress, yang dapat berkembang menjadi sakit, baik fisik maupun
mentalnya, sehingga tidak dapat bekerja lagi secara optimal. Manusia merupakan
makhluk yang menjadikan dirinya sebagai anggota dari suatu kelompok sosial.
Dalam melakukan kegiatan di setiap kelompok, individu bisa saja mengalami
stress. Stress yang dialaminya merupakan hasil dari kegiatannya di setiap kelompok
tersebut yang saling membutuhkan satu sama lain.

PENGERTIAN STRESS
Stress adalah suatu gangguan yang dapat menyerang individu. Orang tidak dapat
melihat apa yang menjadi pembangkit stress (stressor), yang dapat dilihat adalah
akibat dari pembangkit stress tersebut. Menurut Dr. Hans Selye, guru besar
emeritus (purnawirawan) dari Universitas Montreal dan “penemu” stress (dalam
Munandar, 2014), sebagai seorang faal, ia tertarik pada bagaimana cara stress
mempengaruhi badan. Ia mengamati serangkaian perubahan biokimia dalam
sejumlah organisme yang beradaptasi terhadap berbagai macam tuntutan
lingkungan. Rangkaian perubahan ini dinamakannya general adaptation syndrome,
yang terdiri dari tiga tahap.

Tahap pertama: Tahap Alarm (tanda bahaya)


Organisme berorientasi terhadap tuntutan yang diberikan oleh
lingkungannya dan mulai beradaptasi sebagai ancaman. Tahap ini
tidak dapat tahan lama.

i
Tahap Kedua: Tahap Resistance (perlawanan)

Organisme memobilisasi sumber-sumbernya supaya mampu


menghadapi tuntutan. Jika tuntutan berlangsung terlalu lama, maka
sumber-sumber penyesuaian ini mulai habis dan organisme
mencapai tahap terakhir.

Tahap ketiga : tahap exhaustion (kehabisan tenaga)


Organisme berada pada tahap dimana mekanisme pertahannya mulai
menurun secara berangsur-angsur sampai menjadi tidak berdaya.

Bagan 1. Tahap General adaptation syndrome.

Menurut Selye (dalam Munandar, 2014), jika reaksi badan tidak cukup, berlebihan,
atau salah, maka reaksi badan itu akan menimbulkan penyakit. Hal ini dinamakan
disease of adaptation (penyakit dari adaptasi), karena penyakit tersebut lebih
disebabkan oleh reaksi adaptif yang kacau dari badan individu daripada hasil yang
merusak langsung dari penimbul stress. Misalnya gastrointestinal ulcers
(puru/nanah dari perut), tekanan darah tinggi, penyakit jantung (cardiac incidents),
alergim dan berbagai jenis gangguan lainnya, termasuk gangguan mental.
Penelitian tentang stress didasarkan pada asumsi bahwa stress yang disimpulkan
dari gejala dan tanda faal, perilaku, psikologikal dan somatik, adalah hasil yang
kurang adanya kecocokan antara orang (dalam arti kepribadiannya, bakatnya, dan
kecakapannya) dan lingkungannya, yang mengakibatkan ketidakmampuannya
untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif. (Fincham &
Rhodes, 1988 (dalam Munandar, 2014).

1
Pada umumnya, stress yang dirasakan individu merupakan kondisi yang negative,
kondisi yang menimbulkan penyakit fisik ataupun mental, atau mengarah ke
perilaku yang tidak wajar. Selye (dalam Munandar, 2014) membedakan antara
distress, yang destruktif, dan eustress, yang merupakan kekuatan yang positif
(eustress mengandung suku awal yang dalam bahasa Yunani berarti ‘baik’ seperti
yang terdapat dalam euphoria). Stress baik diperlukan untuk menghasilkan prestasi
yang tinggi.

STRESS KERJA
Menurut Handoko (2008:200) (dalam Pratama dan Sriathi, 2015), stress kerja
adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi proses berpikir, emosi, dan
kondisi seseorang, hasilnya stress yang terlalu berlebihan dapat mengancam
kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan dan pada akhirnya akan
mengganggu pelaksanaan tugas-tugasnya. Rini (2010) (dalam Pratama dan Sriathi,
2015), stress kerja dapat dikaitkan dengan kendala dan tuntutan, kendala adalah
kekuatan yang dimiliki seseorang untuk mencegahnya melakukan hal yang
diinginkannya sedangkan tuntutan mengacu pada hilangnya sesuatu yang
diinginkannya, jadi karyawan akan mengalami stress karena menghadapi peluang,
kendala, dan tuntutan.
Berdasarkan hasil penelitian Krisnawati dan Lestari (2018) yang dilakukan di PT
SAI bahwa semakin tinggi stress kerja dan konflik yang terjadi maka akan
berdampak pada penurunan kerja karyawan. Kinerja puncak tercapai ketika
karyawan mengalami tingkat tekanan sedang, sedangkan karyawan dengan terlalu
banyak atau terlalu sedikit tekanan, kinerja mereka akan menurun.
Dapat disimpulkan bahwa stress kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang
menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis yang mempengaruhi
emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan. Dimana stress kerja dapat
menghambat potensi kerjanya sehingga tidak dapat melakukan kegiatannya secara
efektif dan maksimal.
PENYEBAB STRES KERJA

i
Beberapa orang mendengar kata stress kerja akan cenderung mengaitkannya
dengan beban kerja yang terlalu berat oleh tiap pekerja. Padahal tidak semua stress
kerja akan berdampak buruk pada setiap pekerja. Hal tersebut tergantung
bagaimana stress kerja dihasilkan oleh tiap individu pekerja. Seperti yang telah
dijelaskan bahwa stress dibagi dua, yakni eustress dan distress.
Pada penelitian yang dilakukan oleh NIOSH Research (1998) dalam Widhiastuti
(2002), permainan kondisi kerja suatu lingkup primer sebagai penyebab stres kerja.
Penyebab stres kerja dapat dibagi dua yaitu yang berasal dari dalam diri individu
dan dari luar individu, antara lain:
a. Internal
Faktor internal dapat disebabkan oleh dalam diri yakni usia, kondisi fisik dan faktor
kepribadian, tipe kepribadian yang keseluruhan dirangkum dalan 5 faktor
kepribadian (Big Five Factor Personality, yang meliputi Extraversion,
Conscientiousness, Emotional Stability, Agreeableness dan Openness to
Experience), dalam hal ini emotional stability sangat berhubungan dengan mudah
tidaknya seseorang mengalami stres.
b. Eksternal
Faktor eksternal
merupakan faktor
yang berasal dari
luar diri individu,
yakni lingkungan.
Baik lingkungan
keluarga maupun
lingkungan kerja, cita-cita atau ambisi yang disebabkan oleh dorongan lingkungan.
Lingkungan, mendorong kondisi kerja penuh dengan stres (yang disebut stres kerja)
dapat langsung mempengaruhi keamanan pekerja dan kesehatan. Tetapi dapat
dilihat dibawah ini, faktor individu dan situasional lain dapat menjadi kekuatan dan
kelemahan. Faktor individu dan situasional dapat membantu menurunkan efek
kondisi stres.
DAMPAK STRESS KERJA

1
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2018 sebesar 133,94 juta orang,
naik 2,39 juta orang disbanding Februari 2017. Memiliki potensi kerugian yang
sangat besar terhadap dampak stress kerja (Badan Pusat Statistik, 2018). Stress
kerja dapat memiliki pengaruh positif maupun negative, keduanya dapat terjadi
dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. Stres dapat bersifat positif, seperti
motivasi individu, rangsangan untuk bekerja lebih keras, dan meningkatnya
keinginan individu untuk menjadi lebih baik kedepannya. Penelitian terhadap
dampak stres kerja pada pekerja di Indonesia menunjukkan bahwa dampak stres
kerja secara fisiologis, bisa hanya berupa gangguan tidur dan sakit kepala, hingga
jantung koroner dan hipertensi, absenteisme dan kecelakaan kerja yang di kalangan
pekerja (Primaldi, 2007. Dalam Fitri, 2013).
Stress mempunyai dampak yang begitu signifikan terhadap individu, baik dengan
dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan sekitarnya. Penyakit yang dapat
diderita seseorang yang mengalami stres kronis atau menderita stres dalam waktu
yang lama diantaranya adalah penyakit jantung, masalah pencernaan, obesitas,
gangguan memori, memburuknya kondisi kulit seperti eksim, dan lain sebagainya
(Anonim, 2010. Dalam Fitri, 2013).
Penelitian menunjukkan penyakit jantung dapat meningkat 23% pada pekerja yang
mengalami stres secara kronis. Stres yang kronis akibat pekerjaan yang menumpuk
dapat berdampak buruk bagi jantung, khususnya jika gaya hidup yang dimiliki juga
tidak sehat (Anonim, 2012. Dalam Fitri, 2013).
Menurut penelitian pekerja yang seringkali mengalami kematian karena penyakit
jantung, serangan jantung nonfatal, dan angina adalah para pekerja muda yang
berusia di akhir 30 atau 40 tahun. Para pekerja muda yang dilaporkan mengalami
stres memiliki resiko dua kali lebih tinggi terkena penyakit jantung daripada mereka
yang tidak mengalami stres kerja (Anonim, 2008. Dalam Fitri, 2013).
Moorhead & Griffin (1995) dalam Bachroni dan Asnawi (1999), mengatakan ada tiga
dampak stress kerja terhadap individu yaitu perilaku, psikologis, dan medis. Secara
perilaku, orang akan melakukan perilaku-perilaku yang tidak lazim, misalnya minum-
minuman keras dan perilaku tindak kekerasan yang dapat merugikan orang lain. Dampak
yang lain adalah dampak psikologis yang mengakibatkan misalnya gangguan pada pola

i
makan, tidur, ataupun mood negatif. Dampak pada kesehatan, stres biasanya menyebabkan
tekanan darah tinggi dan sakit kepala.
Menurut Bachroni dan Asnawi (1999), dalam kondisi stres, karyawan akan menurun
produktivitasnya sesuai dengan kurve U. Artinya, tekanan yang optimal akan mendorong
kinerja yang optimal. Sementara itu tekanan yang rendah atau terlalu besar tekanan, kinerja
akan menurun. Dampak lainnya yaitu meningkatnya frekuensi absensi atau fenomena yang
muncul tardiness yaitu karyawan datang terlambat, memperpanjang proses produksi,
menghindar dalam proses organisasi, dan kemungkinan akan melakukan pencurian. Jika
stres kerja berlanjut dan belum ditemukan strategi koping yang tepat kemungkinan yang
lain karyawan akan turn over, hal ini penting diperhatikan oleh perusahaan bagaimana
karyawan meng-coping stress kerja. Moorhead & Griffin (1995) dalam Bachroni dan
Asnawi (1999), mengatakan bahwa ada beberapa sumber stres dari organisasi dan yang
mempunyai dampak terhadap individu, seperti gambar dibawah ini,

Organizational Individual
stressor Consequences
1
Task demands Behavioral
 Occupation  Alcohol and
 Security
Drug Abuse
 Overland
Physical Demands  Violence
 Temperature Psychological
Office
 Sleep
 Design
Interpersonal Demands Disturbances
 Group  Depression
Pressures Medical
 Personalities
 Heart Disease
 Gaya
kepemimpinan  Headaches

Life stressors Organizational


Concequences
 Life Change
 Life Trauma
 Decline in Performance
 Absenteeism and
Turnover
 Decreased Motivation
and Satisfaction

Burnout

Gambar 1. Sumber stres dan akibat secara individual (Moorhead & Griffin, (1995),
dalam Bachroni dan Asnawi (1999)

MANAJEMEN STRES KERJA

i
Manajemen stress kerja adalahg suatu kemampuan untuk mengendalikan diri,
berusaha untuk mencegah timbulnya stress dan meningkatkan ambang stres
individu dengan mengelola jarak yang ada antara tuntutan (baik yang bersal dari
individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber daya yang
mereka gunakan dalam menghadapi situasi stressfull.

DAFTAR PUSTAKA

1
 Bachroni, M., & Asnawi, S. 1999. Stres kerja. Buletin Psikologi, 7(2).
 Fitri, A. M. 2013. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
stres kerja pada karyawan Bank (studi pada karyawan Bank BMT).
 Jurnal KesehatanMasyarakat Universitas Diponegoro, 2(1). Indonesia, B. P.
S. R. 2018. Berita resmi statistik. No. 42/05/Th. XXI, 07 Mei 2018.
 Krisnawati, Siti, dan Yuyun Tri Lestari. 2018. Stress kerja dan konflik kerja
pengaruhnya terhadap kinerja karyawan. Jurnal Riset Manajemen dan
Bisnis (JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT, 3 (S1), 285 – 292.
 Munandar, A. S. 2014. Psikologi industry dan organisasi. Jakarta: UI-Press.
 Pratama, I. B. W., dan Anak Agung Ayu Sriathi. 2015. Pengaruh stress
kerja dan pemberdayaan terhadap kepuasan kerja karyawan di Prama
Hotel.
 E-jurnalManajemen Unud, Vol. 4, No. 11, 2015: 3565 – 3591.
 Widhiastuti, H. (2002). Studi Meta-Analisis Tentang Hubungan Antara
Stress Kerja Dengan Prestasi Kerja. Jurnal Psikologi, 29(1), 28-42.
 Ilmi, B. (2002). Pengaruh Stres Kerja Terhadap Prestasi Kerja dan
Identifikasi Manajemen Stress yang Digunakan Perawat di Ruang Rawat
Inap RSUD Ulin Banjarmasin (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
AIRLANGGA).

Anda mungkin juga menyukai