Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

RESIKO FAKTOR PSIOLOGIS (PENYEBAB STESS AKIBAT KERJA,


MANAJEMEN STRESS DAN PERBAIKAN)

DOSEN PEMBIMBING:

1. NS. THRISIA MONICA,M.KEP

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

1. ANDINI EKA HERMIATI


2. RESTI PRANITA
3. YESI PUTRI MALA

AKADEMI KEPERAWATAN BINA INSANI SAKTI KOTA SUNGAI PENUH

T.A 2019/2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia,
taufiq, hidayah, kesehatan, kekuatan serta kesempatan sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini membahas tentang apa itu stress, penyebab terjadinya stress akibat
kerja dan cara mengurangi stress. Besar harapan kami makalah ini dapat berguna bagi
pembaca. Namun kami menyadari masih banyak kekurangan, oleh karna itu kritik dan saran
yang membangun dan bermanfaat bagi semua pihak terutama kepada mata kuliah kesehatan
dan keselamtan kerja ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak serta
mohon kritik dan saran sebagai masukkan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini
untuk masa yang akan datang.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT. Kami berserah diri semoga makalah ini
bermanfaat bagi semuanya.

DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................................ii

Daftar Isi.......................................................................................................................iii

Bab I, Pendahuluan

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................................1
C. Rumusan Masalah....................................................................................................1

Bab II, Pembahasan

A. Pengertian Stres dan Stres Kerja..............................................................................2

B. Jenis-Jenis Stres........................................................................................................3

C. Model Stres...............................................................................................................3

D. Kategori Stres kerja .................................................................................................6

F. Faktor peyebab Stres kerja ......................................................................................6

D. Moderator Stres......................................................................................................10

E. Gejala-Gejala dan Dampak Stres............................................................................11

F. Manajemen Stres dan Teknik Pengurangan Stres....................................................12

Bab III, Penutup

A. Kesimpulan.............................................................................................................17

B. Saran.......................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang mengalami stres.
Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial-ekonominya saja tetapi juga dalam bekerja.
Pekerjaan yang terlalu sulit serta keadaan sekitar yang penat juga akan dapat menyebabkan
sters dalam bekerja.Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam
kehidupannya padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres tersebut kita
dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya
keamanan dan kenyamanaan dalam bekerja. Apabila seseorang yang mengalami stres
melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam bekerja.

Untuk menjaga kestabilan kerja tersebut psikologi seseorang juga harus stabil agar
terjadi singkronisasi yang harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi yang terjadi. Jadi
kita harus benar-benar memperhatikan secara lebih baik lingkungan yang dapat
mempengaruhi psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga stres dapat dicegah.

Namun tidak dapt dipungkiri bahwa stres dalam bekerja pasti akan terjadi pada setiap
karyawan/pekerja. Mereka mengalami stres karena pengaruh dari pekerjaan itu sendiri
maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang yang mengalami stres dalam bekerja tidak akan
mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.disinilah muncul peran dari perusahaan
untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan (stres) yang dialami oleh pekerjanya. Dalam
hal ini perusahaan dapat menentukan penanganan yang terbaik bagi pekerja tersebut serta
tidak mengurangi kinerja karyawan tersebut.

B. TUJUAN
Adapun beberapa tujuan yang ingin kami sampaikan dalam makalah ini adalah:
1. Untuk lebih mengerti mengenai stres dan stres kerja.
2. Untuk memehami mengenai jenis-jenis stres.
3. Untuk mengetahui moderator stres.
4. Agar kita menegtahui apa saja gejala stres dan dampak yang dapat ditimbulkan oleh
stres tersebut.
5. Agar kita tahu bagaimana cara mencegah stres.

C. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam penulisan makalah ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan stres dan stres kerja?
2. Apa saja jenis-jenis stres?
3. Seperti apa model stres tersebut?
4. Apa saja moderator stres?
5. Apa saja gejala stres dan dampaknya?
6. Bagaimana cara mencegah dan mengurangi stres yang terjadi?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN STRESS DAN STRESS KERJA

Menurut Charles D, Spielberger (dalam Ilandoyo, 2001:63) menyebutkan bahwa stres


adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam
lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa
diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal
dari luar diri seseorang.

Luthans (dalam Yulianti, 2000:10) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan


dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis,
sebagai konsekuensi dari tindakan Hngkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak
mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang, Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam
menghadapinya dapat berbeda.

Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting
diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat adanya stres
kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan
ketegangan pada emosi, proses beriikir dan kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil
dari adanya stres kerja karyawan mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam
dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah dan agresi, tidak dapat
relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat,
dan kesulitan alam masalah tidur.

Di kalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata sepakat dan kesamaan
persepsi tentang batasan stres. Baron & Greenberg (dalam Margiati, 1999:71),
mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi
dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa mengatasinya. Aamodt (dalam
Margiati, 1999:71) memandangnya sebagai respon adaptif yang merupakan karakteristik
individual dan konsekuensi dan tindakan ekstcrnai, situasi atau peristiwa yang terjadi baik
secara fisik maupun psikologis.

Berbeda dengan pakar di atas, Landy (dalam Margiati, 1999:71) memahaminya


sebagai ketidakseimbangan keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga menimbulkan
konsekuensi pcnting bagi dirinya. Robbins memberikan definisi stres sebagai suatu kondisi
dinamis di mana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil
yang diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan (Robbins dafam Dwiyanti,
2001:75).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah dikarenakan
adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan dengan karakteristik
aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan
B. JENIS-JENIS STRESS

Quick nd Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:

1) Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan
konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan
juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan
adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2) Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan
destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga
organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism)
yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

C. MODEL MODEL STRESS


Pada gambar di bawah ini menampilkan sebuah model instruksi dari sebuah stress
yang berkaitan dengan pekerjaan. Model tersebut menunjukkan bahwa empat jenis stressor
mengarah pada stress yang dirasakan, yang pada gilirannya, memunculkan berbagai hasil.
Model tersebut juga menggolongkan beberapa perbedaan individual yang memoderatkan
hubungan stressor-stres-hasil.

stressor Hasil

Tingkat Individual Psikologis/yang berkaitan


dengan sikap
 Tuntutan pekerjaan
 Konflik peran  Kepuasan kerja
 Abiguitas peran  Komitmen
 Pengendalian lingkungan organisasional
yang dirasakan  Keterlibatan dengan
 Hubungan dengan pekerjaan
supervisor Stres yang
 Kepercayaan diri
 Kelebihan beban, dirasakan
 Kepenatan
kekurangan bebab, dan  Emosi
kemonotonan kerja  Depresi
Perbedaan
Keperilakuan
Tingkat Kelompok Individual
 Ketidakhadiran
 Perilaku manajerial Keturunan,  Tingkat perputaran
 Kurangnya kekompakan usia, pegawai
 Konflik di dalam kemampua  Kinerja
kelompok n pribadi,  Kecelakaan
 Perbedaan status jeis  Penyalahgunaan
kelamin, substansi
diet,
Tingkat Organisasional dukungan
social,
 Kebudayaan penanggul Kognitif
 Struktur angan, cirri
 Teknologi kepribadia  Pengambilan keputusan
 Pengenalan perubahan n, yang buruk
dalam kondisi kerja pekerjaan,  Kurang konsentrasi
pengendali  Mudah lupa
an
lingkungan
yang
dirasakan
Ekstraorganisasional Tingkat Kelompok

 Keluarga  Sistem kardiovaskuler


 Ekonomi  Sistem kekebalan
 Waktu yang berubah  Sistem muskuloskeletal
 Polusi suara, panas,  Sistem gastrointestinal
kepadatan, dan udara

 Stresor
Stressor adalah faktor-faktor lingkungan yang menimbulkan stress. Dengan kata
lain,stresor adalah suatu prasyarat untuk mengalami respon stres. Gambar di atas
menunjukkan empat jenis utama stresor yaitu individual, kelompok, organisasi dan diluar
organisasi

1) Tingkat Individual
Stressor tingkat individual adalah stressor yang berkaitan secara langsung dengan
tugastugas kerja seseorang. Contoh stressor yang paling umumadalah tuntutan pekerjaan,
kelebihan beban kerja, konflik peran, ambiguitas peran, kerepotan sehari-hari, pengendalian
yang dirasakan atas peristiwa yang muncul dalam lingkungan kerja, dan karakteristik
pekerjaan.Para manajer dapat membantu mengurangi stressor ini dengan memberikan arahan
dan dukungan dan secara adil mengalokasikan penugasan pekerjaan di dalam unit kerja.
Akhirnya, keamanan kerja adalah stressor tingkat individual yang penting untuk dikelola
karena berkaitan dengan meningkatnya kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan kinerja,
dan hal ini sedang mengalami penurunan.

2) Tingkat Kelompok
Stressor tingkat kelompok disebabkan oleh dinamika kelompok dan perilaku manajerial.
Para manajer menciptakan stress pada karyawan dengan:

 menunjukkan perilaku yang tidak konsisten


 gagal memberikan dukungan
 menunjukkan kekurangpedulian
 memberikan arahan yang tidak memadai
 menciptakan suatu lingkungan dengan produktivitas yang tinggi
 memfokuskan pada hal-hal negatif sementara itu mengabaikan kinerja yang baik

3) Tingkat Organisasi
Stresor organisasi mempengaruhi sebagian besar karyawan. Sebagai contoh, sebuah
lingkungan dengan tekanan yang tinggi menempatkan permintaan kerja yang terus-menerus
pada karyawan akan menyalakan respon stres. Sebaliknya penelitian menyediakan dukungan
awal untuk gagasan bahwa manajemen partisipatif dapat mengurangi stres organisasional.
Meningkatnya penggunaan teknologi informasi merupakan suatu sumber lain dari stres
organisasional.
Sebagai tambahan atas beberapa jenis stresor ini, sebagian orang juga fobia terhadap
teknoligi. Akhirnya, desain kantor dan lingkungan umum kantor merupakan stresor tingkat
organisasional yang penting. Penelitian menunjukkan bahwa penerangan yang buruk, suara
yang bising, penempatan perabot yang tidak tepat, dan suatu lingkungan kotor atau bau akan
menciptakan stres.

4) Ekstraorganisasional
Stresor diluar organisasi (extra organizational stressors) adalah stressor yang disebabkan
oleh faktor di luar organisasi. Sebagai contoh, konflik yang berkaitan dengan penyeimbangan
kehidupan karier dan keluarga seseorang sangatlah membuat stress. Status sosial ekonomi
adalah stresor ekstra organisasional yang lain. Stres yang lebih tinggi terjadi pada orang-
orang dengan status sosial ekonomi lebih rendah, yang menggambarkan suatu kombinasi
dari:
 Status ekonomi, sebagaimana diukur dengan pendapatan
 Status sosial, yang dinilai dengan tingkat pendidikan
 Status kerja, sebagaimana diindekskan oleh pekerjaan.

 Stres yang Dirasakan


Stres yang dirasakan menggambarkan persepsi keseluruhan seseorang individu mengenai
bagaimana berbagai stresor mempengaruhi kehidupannya. Persepsi terhadap stresor ini
merupakan suatu komponen yang penting di dalam proses stres karena orang
menginterprestasikan stresor yang sama secara berlainan.

 Hasil
Para ahli teori menyatakan bahwa stres memiliki konsekuensi atau hasil psikologis yang
berkaitan dengan sikap, keprilakuan, kognitif, dan kesehatan fisik. Sebuah badan penelitian
yang besar mendukung dampak negatif dari stres yang dirasakan pada banyak aspek
kehidupan kita. Stres berkaitan secara negatif dengan kepuasan kerja, komitmen
organisasional, emosi positif, dan kinerja yang berhubungan secara positif dengan tingkat
perputaran yang disebabkan oleh kepenatan.

 Perbedaan Individual
Orang tidak mengalami tingkat stres yang sama atau menunjukkan hasil yang serupa untuk
suatu jenis stresor tertentu. Sebagai contoh, jenis stresor yang dialami di tempat kerja
bervariasi menurut pekerjaan dan jenis kelamin. Stresor untuk pengendalian yang rendah
adalah lebih tinggi pada pekerjaan klerikal tingkat rendah daripada pekerjaan profesional, dan
konflik antar pribadi merupakan suatu sumber stres yang lebih besar bagi kaum wanita
daripada kaum pria. Pengendalian yang dirasakan juga merupakan suatu moderator yang
signifikan dari proses stres. Orang merasakan tingkat stres yang lebih rendah dan mengalami
konsekuensi yang lebih mendukung pada saat mereka percaya bahwa mereka dapat
mengendalikan stresor yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Akhirnya, ciri kepribadian kekerasan atau sisinme yang kronis juga memoderatkan stres.
Penelitian menunjukan bahwa orang yang secara terus-menerus marah, ingin tahu, tidak
mudah percaya akan memiliki kemungkin dua kali lipat lebih besar untuk mengalami
penutupan ateri koroner. Walaupun para peneliti telah mampu mengidentifikasi beberapa
moderator yang penting, masih terdapat suatu jurang yang lebar dalam mengidentifikasi
perbedaan individual yang relevan.

D. KATEGORI STRESS KERJA

Menurut Phillip L (dikutip Jacinta, 2002), seseorang dapat dikategorikan mengalami


stres kerja bila:

1. Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat
individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena
masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang
terbawa ke rumah dapat juga menjadi penyebab stress kerja.
2. Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu.
3. Oleh karenanya diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan
persoalan stres tersebut

Secara umum, seseorang yang mengalami stres pada pekerjaan akan menampilkan gejala-
gejala yang meliputi 3 aspek, yaitu : Physiological, Psychological dan Behavior.
1. Physiological memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada metabolisme tubuh,
meningkatnya kecepatan detak jantung dan napas, meningkatnya tekanan darah,
timbulnya sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung.
2. Psychological memiliki indikator yaitu: terdapat ketidakpuasan hubungan kerja,
tegang, gelisah, cemas, mudah marah, kebosanan dan sering menunda pekerjaan.
3. Behavior memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada produktivitas,
ketidakhadiran dalam jadwal kerja, perubahan pada selera makan, meningkatnya
konsumsi rokok dan alkohol, berbicara dengan intonasi cepat, mudah gelisah dan
susah tidur

E. FAKTOR PENYEBAB STRESS KERJA


Faktor Penyebab Stres Kerja 
a) Menurut (Robbin, 2003, pp. 794-798) penyebab stres itu ada 3 faktor yaitu:
Faktor Lingkungan.
Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan. Yaitu:
1. Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bila
perekonomian itu menjadi menurun, orang menjadi semakin mencemaskan
kesejahteraan mereka.
2. Ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti yang terjadi di
Indonesia, banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalangan yang tidak puas
dengan keadaan mereka. Kejadian semacam ini dapat membuat orang merasa
tidak nyaman. Seperti penutupan jalan karena ada yang berdemo atau mogoknya
angkutan umum dan membuat para karyawan terlambat masuk kerja.
3. Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka hotel pun
menambah peralatan baru atau membuat sistem baru. Yang membuat karyawan
harus mempelajari dari awal dan menyesuaikan diri dengan itu.
4. Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang semakin
meningkat dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa penabrakan gedung WTC
oleh para teroris, menyebabkan orang-orang Amerika merasa terancam
keamanannya dan merasa stres.

b) Faktor Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan untuk
menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam kurun waktu terbatas, beban kerja
berlebihan, bos yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan.
Dari beberapa contoh diatas, penulis mengkategorikannya menjadi beberapa faktor dimana
contoh-contoh itu terkandung di dalamnya. Yaitu:
1. Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan atau tekanan untuk
menunaikan tugasnya secara baik dan benar.
2. Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai
fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu.Konflik peran
menciptakan harapan-harapan yang barangkali sulit dirujukkan atau dipuaskan.
Kelebihan peran terjadi bila karyawan diharapkan untuk melakukan lebih daripada
yang dimungkinkan oleh waktu. Ambiguitas peran tercipta bila harapan peran tidak
dipahami dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa yang harus dikerjakan.
3. Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain.Kurangnya
dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat
menimbulkan stres yang cukup besar, khususnya di antara para karyawan yang
memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
4. Struktur Organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi, tingkat aturan
dan peraturan dan dimana keputusan itu diambil. Aturan yang berlebihan dan
kurangnya berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada
karyawan merupakan potensi sumber stres.

c) Faktor Individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-faktor persoalan
keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian bawaan.
1. Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa
orang menganggap bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai sesuatu yang sangat
berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan dan kesulitan disiplin anak-anak
merupakan contoh masalah hubungan yang menciptakan stres bagi karyawan dan
terbawa ke tempat kerja.
2. Masalah Ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak dapat mengelola sumber daya
keuangan mereka merupakan satu contoh kesulitan pribadi yang dapat menciptakan
stres bagi karyawan dan mengalihkan perhatian mereka dalam bekerja.
3. Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang penting mempengaruhi stres
adalah kodrat kecenderungan dasar seseorang. Artinya gejala stres yang diungkapkan
pada pekerjaan itu sebenarnya berasal dari dalam kepribadian orang itu.
F. MODERATOR STRESS

Stressor membangkitkan berbagai respons yang berbeda dari orang yang berbeda.
Beberapa orang lebih mampu menghadapi suatu stressor daripada orang lain. Dilain pihak,
orang lain rentan terhadap stress, ini berarti mereka tidak mampu beradaptasi dengan stressor.
Suatu moderator adalah suatu kondisi, prilaku, atau karakteristik yang mempengaruhi
hubungan antara dua vaariabel. Efeknya mungkin akan memperkuat atau memperlemah
bubungan. Banyak kondisi, prilaku dan karekteristik mungkin bertindak sebagai moderator
stress, termasuk variable-variabel seperti usia, jenis kelamin dan tingkat ketabahan. Tipe-tipe
moderator antara lain (1) kepribadian, (2) prilaku tipe A (3) dukungan sosial, (4)
penanggulangan.

1. Kepribadian

Istilah kepribadian merujuk pada serangkaian karekteristik, temperamen, dan


kecenderungan yang relativ stabil, yang membentuk kemiripan dan perbedaan dalam prilaku
orang. Kepribadian dibuat dari lima dimensi yaitu: exstroversion, emotional stability,
agreeableness, consientiousness, dan openness to experience. Emotional stability merupakan
hubungan yang paling jelas dalam stress, dan cenderung tidak kewalahan dengan stress dan
lebih cepat pulih. Exstroversion juga lebih cenderung mengalami keadaan emosional positif
karena mereka banyak mendapat dukungan saat tertekan. Agreeableness lebih cenderung
untuk bersifat antagonis, tidak simaptik dan bahkan kasar terhadap orang lain dan
kemungkinan stress berasala dariorang lain. Consientiousness merupakan dimensi Big Fife
yang secara konsisten berhubungan dengan kinerja dan keberhasilan pekerjaan dan lebih
cenderung tidak mengalami stress berkenaan dengan aspek ini dalam pekerjaan mereka.
Openness to experience akan lebih siap untuk berhadapan dengan stressor yang dihubungkan
dengan perubahan karena mereka lebih mungkin untuk memndang perubahan sebagai suatu
tantangan dan bukan ancaman.

2. Prilaku tipe A
Definisi prilaku tipe A menurut Meyer Friedman dan Ray Rosenman
Prilaku tipe A adalah suatu kompleks tindakan emosi yang dapat diamati dalam setiap
orang yang terlibat secara agresif dalam suatu perjuang yang teru menerus dan tak henti-henti
untuk mencapai hal yang lebih lagi dalam waktu yang lebih singkat dan lebih singkat lagi dan
jika perlu, melawan usaha yang berkebalikan dari orang atau hal lain.
Adapun karakteristik tipe A antara lain
1) Secara kronik berusaha untuk menyelesaikan sebanyak mungkin hal dalam priode
waktu yang sangat singkat
a. Agresif, ambisius, kompetititp, dan penuh energy
b. Berbicara dengan meledak-ledak, mendorong orang lain untuk menyelesaikan
apa yans mereka katakan.
c. Tidak sabar, tidak suka menunggu dan menganggap menunggu sebagai
membuang waktu yang berharga.
d. Sibuk denga tenggat waktu dan berorientesi pada pekerjaan
e. Selalu berjuang dengan orang, hal, dan pristiwa.
Penelitian tipe A dan impilkasi manajemen, para karyawan tipe A cenderung lebih
produktif daripada rekan kerja mereka yang bertipe B. suatu mete analisis yang terdiri dari 99
penelitian mengungkapkan bahwa individu tipe A memiliki detak jantung yang lebih cepat,
tekanan darah diastolic yang lebih tinggi dan tekanan darah sistolik yang lebih tinggi
daripada orang tipe B. orang tipe A juga menunjukkan aktivitas kardiovaskuler yang lebih
besar pada saat menghadapisituasi berikut ini.
1. Menerima umpan balik positif atau negative
2. Menerima pelecehan atau kritik verbal
3. Tugas yang memerlukan mental kebalikan dengan pekerjaan fisik.

3. Dukungan sosial
Dukungan social dapat didefinisikan sebagai rasa nyaman, bantuan, atau informasi
yang diterima seseorang melalui kontak formal atau informal dengan individu atau kelompok.
Dukungan social bisa berbentuk dukungan emosi (mengekspresikan kekhawatiran,
mengindikasikan kepercayaan, meningkatkan haraga diri, mendengarkan ), dukungan
penilaian (menyediakan umpan balik dan apirmasi), atau dukungan informasi (memberikan
nasihat, memberikan saran, menyediakan pengarahan). 0rang yang dapat berperan sebagai
sumber dari dukungan social di tempat kerja dapat mencakup supervisor, rekan kerja,
baeahan, dan konsumen atau orang-orang di luar tempat kerja yang di kenal oleh karyawan.
Sember dukungan di luar ruang lingkup pekerjaan dapat mencakup anggota keluarga,
teman ,dan lain-lain. Ada empat jenis dukungan social :
1) Dukungan penghargaan, memberikan informasi bahwa seseorang di terima dan di
hargai terlepas dari berbagai persoalan atau ketidakcukupan apapun.
2) Dukungan informasional, memberikan bantuan dalam mendevinisikan, memahami, dan
menanggulangi persoalan.
3) Persahabatan social, menghabiskan waktu dengan orang lain dalam kesenangan dan
aktivitas rekreasi.
4) Dukungan instrumental, memberikan bantuan keuangan, sumber daya materiil, atau
pelayanan yang di butuhkan.

4. Penanggulangan
Penanggulangan adalah proses mengelola permintaan (eksternal atau internal ) yang
di nilai sebagai beban atau melebihi sumber daya seseorang. Karena penanggulangan yang
efektif maka mampu membantu mengurangi pengaruh stressor dan stress. Proses
penanggulangan memiliki tiga komponen utama : (1) factor situasional dan pribadi, (2)
penilaian kognitif atas stressor , dan (3) stretegi penanggulangan.
 Faktor situasional dan pribadi
Faktor situasional adalah ciri-ciri lingkungan yang memengaruhi orang yang
menginterpretasikan stressor. Contohnya : ambiguitas dari suatu situasi seperti berjalan
di sebuah jalan yang gelap.
Faktor pribadi adalah ciri kepribadian dan sumber daya pribadi yang memengaruhi
penilaian atas stressor. Contoh : karena lelah atau sakit dapat mengganggu interpretasi
atas stressor, seorang individu yang sangat lelah mungkin akan menilai pertanyaan
yang sangat polos sebagai suatu ancaman atau tantangan.

 Penilaian kongnitif atas stressor


Penilaian kongnitif mencerminkan persepsi keseluruhan seorang individu atau
evaluasi atas sebuah situasi atau stressor. Penilaian kongnitif mengakibatkan suatu
penggolongan situasi atau stressor sebagai membahayakann mengancam, atau
menantang. Bahaya (termasuk kerugian) menggambarkan kerusakan yang telah terjadi,
ancaman melibatkan potensi untuk bahaya dan tantangan, berarti potensi untuk
Keuntungan yang signifikan dibawah ketidakbiasaan yang sulit. Penanggulangan
dengan bahaya biasanya berlanjut dengan tidak melakukan atau pengintrepretasian
ulang sesuatu yang muncul dimasa lalu karena kerusakan telah terjadi.

 Strategi penanggulangan
Strategi penanggulangan dicirikan dengan prilaku dan pengenalan khusus yang
digunakan untuk menanggulangi suatu situasi. Orang menggunakan suatu kombinasi
dari tiga pendekatan untuk menanggulangi steresor dan steres. Pertama, disebut sebagai
strategi pengendalian, terdiri atas penggunaan prilakudan pengenalan untuk
menghadapi atau memecahkan persoalan secara langsung. Suatu strategi pengendalian
cenderung bersifat mengambil yanggung jawab. Berlawanan dengan menangani
persoalan menagani persoalan secara langsung stategi melarikan diri berusaha untuk
menghindari persoalan. Stratesi manajemen gejala terdiri atas penggunaan metode-
metode seperti relaksasi, meditasi, pengobatan, atau latihan untuk mengatur gejala stres
yang berkaitan dengan pekerjaan.

G. GEJALA-GEJALA DAN DAMPAK STRESS


 GEJALA-GEJALA

Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji ulang beberapa kasus
stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu:

1. Gejala psikologis

Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil penelitian
mengenai stres pekerjaan :

 Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung


 Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
 Sensitif dan hyperreactivity
 Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi
 Komunikasi yang tidak efektif
 Perasaan terkucil dan terasing
 Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
 Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi
 Kehilangan spontanitas dan kreativitas
 Menurunnya rasa percaya diri

2. Gejala fisiologis
Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:
 Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami
penyakit kardiovaskular
 Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin)
 Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)
 Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
 Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang kronis
(chronic fatigue syndrome)
 Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada
 Gangguan pada kulit
 Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot
 Gangguan tidur
 Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker

3. Gejala perilaku
Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah:

 Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan


 Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas
 Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan
 Perilaku sabotase dalam pekerjaan
 Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan, mengarah ke
obesitas
 Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan
kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-
tanda depresi
 Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir dengan
tidak hati-hati dan berjudi
 Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas
 Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman
 Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri

Adapun gejala-gejala stres di tempat kerja yang sering terjadi, yaitu meliputi:
a. Kepuasan kerja rendah
b. Kinerja yang menurun
c. Semangat dan energi menjadi hilang
d. Komunikasi tidak lancar
e. Pengambilan keputusan jelek
f. Kreatifitas dan inovasi kurang
g. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.

Semua yang disebutkan di atas perlu dilihat dalam hubungannya dengan


kualitas kerja dan interaksi normal individu sebelumnya.

 Dampak Stres
Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun
perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya gairah kerja,
kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya (Rice, 1999). Konsekuensi pada karyawan
ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain
di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang
mampu berkonsentrasi, dan sebagainya.Sedangkan Arnold (1986) menyebutkan bahwa ada
empat konsekuensi yang dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu, yaitu
terganggunya kesehatan fisik, kesehatan psikologis, performance, serta mempengaruhi
individu dalam pengambilan keputusan.

Penelitian yang dilakukan Halim (1986) di Jakarta dengan menggunakan 76 sampel


manager dan mandor di perusahaan swasta menunjukkan bahwa efek stres yang mereka
rasakan ada dua. Dua hal tersebut adalah:
 Efek pada fisiologis mereka, seperti: jantung berdegup kencang, denyut jantung
meningkat, bibir kering, berkeringat, mual.
 Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang, cemas, tidak bisa
berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi, ingin meninggalkan situasi stres.

Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung adalah
meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara psikologis dapat
menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan teralienasi, hingga turnover (Greenberg
& Baron, 1993; Quick & Quick, 1984; Robbins, 1993).

H. PENGENDALIAN STRESS
a. Manajemen Stres dan Teknik Pengurangan Stres
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh
dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni
betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk
mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dicoba. Sebagian para
pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan, sering melampiaskan dengan cara bekerja
lebih keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-
apa untuk memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum
masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus
diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan penaggulangan.
Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang mampu merancang solusi
terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam
hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya dengan tempat kerja, stres dapat timbul
pada beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan
tertentu karena kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya
ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai seseorang
dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 1999:76).

Suprihanto dkk (2003:63-64) mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi,


manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stress yang ringan.
Alasannya karena pada tingkat stres lertentu akan memberikan akibat positif, karena hal ini
akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Tetapi pada tingkat stres yang
tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan akan membuat menurunnya kinerja karyawan.
Stres ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi dari sudut
pandang individu hal tersebut bukan merupakan hal yang diinginkan. Maka manajemen
mungkin akan berpikir untuk memberikan tugas yang menyertakan stress ringan bagi
karyawan untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan
sebagai tekanan oleh si pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengelola
stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi.

1. Pendekatan Individual
Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mcngurangi level stresnya. Strategi
yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan
relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang
karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-
gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga
mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi sires yang
dihadapi pekerja pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai stratcgi terakhir untuk
mengurangi stres adalah dengan roengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat
memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.

2. Pendekatan Organisasional
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi
yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh
karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres
karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan,
pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan.
Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya
hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.

Dalam mengatasi stres terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan untuk
pengurangan stress yang terjadi. Empat pendekatan yang paling sering digunakan adalah
relaksasi otot, biofeedback, meditasi dan restrukturisasi kognitif yang semuanya membantu
para karyawan mengatasi stress yang berkaitan dengan pekerjaan.
1. Relaksasi Otot
Sebutan persamaan yang umum dari berbagai teknik relaksasi otot adalah pernafasan
yang lambat dan dalam suatu usaha yang sadar untuk memulihkan ketegangan otot. Diantara
berbagai teknik yang tersedia, relaksasi progresif kontinjensi adalah yang paling sering
digunakan. Tehnik ini terdiri atas menenangkan dan mengendurkan otot secara berulang-
ulang yang diawali dari kaki dan terus meningkat ke muka. Relaksasi dicapai dengan
berkonsentrasi pada kehangatan dan ketenangan yang berkaitan dengan otot yang
dirileksasikan.
2. Biofeedback
Dalam biofeedback, perubahan kecil yang muncul dalam tubuh atau otak di deteksi, di
perkuat dan di tunjukkan kepada orang tersebut. Peran potensial dari biofeedback sebagai
teknik manajemen stress individu dapat di lihat dari fungsi tubuh hingga tekanan tertentu
yang di kendalikan secara sukarela atau sadar. Potensi biofeedback adalah kemampuannya
untuk membantu relaksasi dan mempertahankan fungsi tubuh pada keadaan nonstress. Salah
satu keunggulan tehnik biofeedback di bandingkan dengan tehnik nonbiofeedback adalah
bahwa tehnik ini memberikan data yang tepat mengenai fungsi tubuh. Pelatihan biofeedback
telah bermanfaat dalam mengurangi kegelisahan, menurunkan keasaman lambung,
mengendalikan tekanan dan migren, dan secara umum mengurangi manifestasi fisiologis
negative dari stress.
3. Meditasi
Meditasi mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan mengarahkan ulang pemikiran
seseorang jauh dari dirinya sendiri. Respon relaksasi adalah kebalikan fisiologis dan
psikologis dari respons stress berperang atau lari. Herbert benson menganalisis banyak
program meditasi dan mendapatkan suatu respons relaksasi empat langkah. Keempat langkah
tersebut adalah :
 Menemukan suatu lingkungan yang tenang.
 Menggunakan suatu perangkat mental seperti suatu kata tang penuh dengan
kesan yang menyenangkan untuk mengubah fikiran dari pikiran yang
berorientasi secara eksternal.
 Mengabaikan pemikiran yang mengganggu dengan bersandar pada suatu sikap
yang pasif.
 Mengasumsikan suatu posisi yang nyaman
Maharishi Mahes Yogi mendefinisikan meditasi transcendental sebagai mengalihkan
perhatian ke tingkat pemikiran yang lebih dalam hingga masuk ke tingkat pemikiran yang
paling dalam dan mencapai sumber dari pemikiran. Tidak semua orang yang bermeditasi
mengalami hasil yang positif, akan tetapi sejumlah besar orang melaporkan meditasi sebagai
hal yang efektif dalam mengelola stress.
4. Restrukturisasi kognitif
Alasan yang mendasari beberapa pendekatan individual dalam manajemen stress di
kenal sebagai restrukturisasi kognitif, adalah respons seseorang terhadap stressor
menggunakan sarana proses kognitif, atau pemikiran. Asumsi dasar dari teknik ini adalah
bahwa pikiran orang dalam bentuk ekspektasi, keyakinan dan asumsi merupakan label yang
mereka terapkan pada situasi, dan label ini menimbulkan respons emosional terhadap situasi.
Teknik kognitif dari manajemen stress berfokus pada mengubah label atau kognisi sehingga
orang tersebut menilai situasi secara berbeda. Semua teknik kognitif memiliki tujuan yang
serupa yaitu untuk membantu orang memperoleh lebuh banyak kendali atas reaksi mereka
terhadap stressor dengan memodifikasi rasionalisasi mereka.
Selain teknik pengurangan stres di atas ada beberapa kiat lagi yang dapat digunakan.
Agar stres tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat yang di kemukakan oleh Alex:

1) Sediakan waktu rileks


Menurut penelitian, stres yang berhubungan dengan pekerjaan dimulai sejak pagi,
sebelum Anda berangkat kerja. Daripada memikirkan beban pekerjaan (tapi tidak ada
solusinya), lebih baik digunakan waktu Anda yang terbatas tersebut untuk melakukan
relaksasi seperti meditasi dan yoga. Teknik pernapasan adalah teknik relaksasi yang paling
mudah untuk dilakukan. Caranya dengan menarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan
sampai tak ada lagi udara yang tersisa di paru-paru. Lakukan minimal 3x sampai
membayangkan beban Anda berkurang.

2) Bersikap lebih asertif


Kebanyakan masalah pekerjaan berpangkal dari kurangnya kesempatan untuk
membuat perubahan atau keputusan. Karenanya, bicarakan dengan atasan tentang tugas Anda
dan tanggungjawab tambahan yang ingin Anda pegang. Dengan demikian, Anda bisa
menentukan pekerjaan yang bisa Anda lakukan dengan cara kerja seperti yang diinginkan
perusahaan.

3) Bekerja lebih efisien


Selalu kekuragan waktu untuk menyelesaikan tugas bisa jadi buka disebabkan tugas
yang berlebihan, melainkan menyangkut waktu dan cara mengerjakannya. Alex memberikan
contoh seorang wartawan yang produktif di waktu malam akan merasa tertekan jika
memaksakan diri menulis di waktu siang hari. Untuk mengatasinya, sebaiknya pekerjaan
dibagi. Siang hari membuat outline dan mencari bahan, malam hari menyelesaikan tulisan.
Untuk bekerja secara lebih efisien. Anda juga harus trampil menentukan prioritas. Adanya
urutan prioritas dapat membantu Anda mengatur strategi.

4) Tingkatkan energi dengan tidur


“Ketika lelah, Anda lebih mudah merasa stres karena hal-hal yang sepele,” demikian
tulis Camile Anthony dalam “The Art of Napping at Work” (1999). Kesalahan juga akan
membuat perhatian Anda menurun sehingga mudah melakukan kesalahan. Dalam keadaan
demikian, Alex menganjurkan agar tidur. Tidur 15 menit di tengah waktu kerja akan sama
manfaatnya dengan tidur malam 3 jam. Anda bisa memanfaatkan mushola kantor (tentu saja
di luar waktu shalat) atau mobil Anda untuk tidur. Jangan lupa pasang alarm agar tidak tidur
terlalu lama. Jika keduanya tidak tersedia, meja kerja Anda bisa jadi pilihan terakhir. Yang
penting, tingkatkan energi segera jika sudah merasa terlalu lelah. Tidur selama 30 menit atau
kurang, menurut Anthony akan meningkatkan mood dan rasa humor sehingga memperbaiki
hubungan Anda dengan rekan kerja. Anthony menganjurkan agar membatasi tidur selama 30
menit saja agar tidak sampai tertidur nyenyak, yang akan membuat Anda lebih lelah ketika
bangun.

5) Atur lingkungan kerja


Bagaimana kondisi kerja Anda? Apakah meja kerja Anda berantakan atau ruangan
kerja selalu dipenuhi asap rokok? Hati-hati karena hal-hal yang tampaknya sepele tersebut
karena dapat mempengaruhi performa kerja sekaligus kesehatan Anda. Jika tidak
memungkinkan mengubah lingkungan kerja secara besar-besaran, ada baiknya Anda
memulainya dari meja Anda. Dalam feng shui, seni tata ruang dari Tiongkok, tempat kerja
yang teratur menunjukkan pikiran yang teratur. Jaga lingkungan kerja, terutama maja, dari
tumpukan kertas atau file. Simpan kertas-kertas Anda dalam map dan dalam kotak file atau
laci file. Anda juga bisa mencegah stres dengan mengubah letak kursi sehingga bisa
mengetahui siapa yang akan masuk ke ruangan Anda. Jika memungkinkan pindahkan meja
sehingga Anda dapat bekerja dengan cahaya alami dari luar (matahari).

6) Kembangkan pola hidup sehat


Pola hidup sehat merupakan kunci untuk bebas stres. Pilihlah makanan dan minuman
yang bisa menurunkan stres yaitu makanan yang banyak mengandung vitamin B kompleks
seperti kacang-kacangan dan padi-padian. Kurangi makanan berlemak dan perbanyak makan
buah dan sayur.

Berolah raga secara teratur. Olah raga yang cukup tidak saja menyehatkan badan tapi
juga memperbesar kapasitas badan tapi juga memperbesar kapasitas paru-paru sehingga
mampu menampung oksigen yang lebih besar. Dengan kadar oksigen tinggal di dalam darah
yang kemudian akan diedarkan ke seluruh tubuh Anda akan berpikir lebih jenuh.

7) Tingkatkan ketrampilan
Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari ketrampilan baru. Jika Anda merasa
kurang mampu berkomunikasi, Anda bisa mempelajarinya melalui buku-buku atau latihan
kepemimpinan yang sering diadakan di kota-kota. Jika Anda mempunyai minat terhadap
komputer, kembangkan minat Anda. Peningkatan ketrampilan akan membuat Anda menjadi
karyawan yang lebih berharga.

8) Lupakan pekerjaan saat libur


Membawa laptop saat liburan keluarga? Tinggalkan saja kebisaan itu. Liburan
sebaiknya benar-benar digunakan untuk istirahat. Berlibur atau santai bukan berarti
membuang waktu. Selain mmeberikan energi tambahan yang akan membuat Anda lebih
kreatif, berlibur bersama akan mempererat hubungan Anda dengan keluarga.

9) Pekerjaan bukan segalanya


Bekerja memang penting. Dengan sekaligus mendapat lahan untuk aktualisasi diri.
Tapi di luar pekerjaan, masih banyak kegiatan lain yang dapat menimbulkan perasaan
berguna bagi Anda. Dengan mengikuti kegiatan di luar pekerjaan, stres Anda di tempat
pekerjaan akan berkurang. Anda dapat menyakinkan diri bahwa walaupun Anda tidak bisa
memperbaiki keadaan di tempat kerja, Anda bisa mengendalikan hal-hal penting lainnya
dalam kehidupan Anda. Perasaan mampu mengendalikan kehidupan Anda sendiri adalah
harta tak ternilai.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Stress merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimana hal tersebut
dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka. Stress juga terjadi dalam kerja
dimana stress tersebut dapat bersumber dari emapt hal yaitu tingkat individu, tingkat
kelompok, tingkat organisasi dan ekstraorganisasional. Keempat hal tersebut dapat
menghasilkan stress yang berbeda pada setiap individu tergantung bagaimana individu itu
merespon stressor tersebut. Setelah adanya respon barulah dapat ditentukan bagaimana stress
yang dialami seseorang tersebut.

Stress yang terjadi dapat berupa stress positif maupun negartif dimana stress itu akan
memberikan dampak tersendiri bagi orang yang mengalami stress. Stress-stres yang dialami
pekerja tersebut masih dapat diatasi atau dikurangi dengan banyak metode sehingga
diperlukannya suatu manajemen stress dalam pekerjaan suatu perusahaan. Serta adanya usaha
dari orang tersebut untuk dapat mengurangi stress yang mereka alami.

Pada dasarnya stress terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran seseorang serta
adanya tekanan yang membuat kurangnya konsentrasi. Namun semua itu masih dapat dicegah
bahkan dimanajemen untuk dapat mengurangi pengaruhnya dalam bekerja.

B. Saran
Stress dalam bekerja sebaiknya dikurangi dengan berbagi teknik pengurangan stress
yang dapat digunakan serta menajemen stress tersebut dengan baik. Karena hal tersebut
mampu mencegah stress dalam bekerja serta meningkatkan efektifitas dalam bekerja. Selain
baik bagi karyawan/pekerja juga baik bagi perusahaan(lembaga).
DAFTAR PUSTAKA

Gibson, James L. John M. Ivancevich, dan James H. Donnelly, Jr., Organisasi, Perilaku, Struktur,
proses. Jakarta: Binarupa Aksara, 1996

Gibson, James L. John M. Ivancevich, dan James H. Donnelly, Jr., Organization Behavior, Structure,
Processes. USA: Richard D. Irwin, 1994.

Lulus Margiati, Stress Kerja: Latar Belakang Dan Alternatif Pemecahannya,Jurnal Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik, Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga,
1999

Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu, Manajemen Sumber Daya Perusahaan, Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2004

Phillip L. Rice, Stress and Health, California: Brooks/ Cole Publishing Company, 1999

Anda mungkin juga menyukai