Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori

Masalah stress kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang

penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisiensi di dalam

pekerjaan. Stres kerja karyawan perlu dikelola oleh seorang pimpinan perusahaan

agar potensi-potensi yang merugikan perusahaan dapat diatasi. Akibat adanya

stress kerja yaitu seseorang atau karyawan menjadi nerveus, merasakan

kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berfikir, dan

kondisi fisik individu. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang-

orang yang mengalami stress. Stress tersebut tidak tidak hanya dalam kehidupan

sosial-ekonominya saja tetapi juga dalam bekerja. Pekerjaan yang terlalu sulit

serta keadaan sekitar yang penat juga akan dapat menyebabkan stress dalam

bekerja. Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stress tersebut

dalam kehidupannya, padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala

stress tersebut kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan

maksud agar terjaminnya keamanan dan kenyamanan dalam bekerja.

Tidak dapat dipungkiri bahwa stress dalam bekerja pasti akan terjadi pada

setiap pekerja. Mereka mengalami stress karena pengaruh dari pekerjaan itu

sendiri maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang yang mengalami stress dalam

Perilaku Organisasi Page 1


bekerja tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, disinilah

muncul peran dari organisasi untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan

(stress) yang dialami oleh pekerjanya. Dalam hal ini organisasi dapat menentukan

penanganan yang terbaik bagi pekerja serta tidak mengurangi kinerja karyawan

tersebut. Untuk menjaga kesetabilan kerja tersebut psikologi seseorang juga harus

stabil agar terjadi sinkronisasi yang harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi

yang terjadi di lingkungan organisasi.

Stress kerja yang sering dialami oleh pekerja dalam perusahaan menjadi

ancaman tersendiri bagi perusahaan. Seorang pimpinan harus benar-benar

memperhatikan lingkungan yang dapat mempengaruhi psikologi seseorang

sehingga stress dapat dicegah. Pada makalah ini kita akan membahas secara lebih

jelas mengenai stress dalam organisasi.

Perilaku Organisasi Page 2


1.2 Rumusan Masalah

Sejalan dengan landasan teori di atas, penulis merumuskan beberapa

rumusan masalah sebagai berikut :

a. Apa yang dimaksud dengan stress dalam organisasi?

b. Faktor apa saja yang menimbulkan stress?

c. Apa dampak dari stress?

d. Bagaimana mengatasi stress kerja?

1.3 Tujuan

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan

tujuan untuk mengetahui beberapa hal berikut :

a. Memenuhi tugas pada mata kuliah Perilaku Organisasi

b. Mengetahui dan memahami secara luas tentang “stress” dalam organisasi

c. Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan oleh pimpinan perusahaan dalam

menghadapi stress kerja

d. Mengetahui pengaruh stress terhadap organisasi

Perilaku Organisasi Page 3


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stres

Kata stress bermula darai kata latin yaitu “Stringere” yang berarti

ketegangan dan tekanan. Stress merupakan suatu yang tidak diharapkan

yang muncul karena tingginya suatu tuntutan lingkungan pada seseorang.

Keseimbangan antara kemampuan dan kekuatan terganggu. Bilamana

stress telah mengganggu fungsi seseorang, dinamakan distress. Distress

kebanyakan dirasakan orang jika situasi menekan dirasakan terus-

menerus (tugas yang berat atau tugas yang dikakukan karena tugas

dilakukan dengan situasi yang tidak kondusif atau stress yang dilakukan

dengan dasar rasa trauma).

Ada dua pengertian stress, yaitu :

a. Menurut Robin

Stress adalah suatu kondisi dinamis dimana seseorang individu

dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait

dengan apa yang dihasratkan oleh individu tersebut dan hasilnya

dipandang tidak pasti dan penting.

b. Menurut Michael

Perilaku Organisasi Page 4


Stress merupakan suatu respon adaptif, dimoderasi oleh perbedaan

individu yang merupakan konsekuensi dari setiap tindakan, situasi,

peristiwa dan yang menempatkan tuntutan khusus terhadap seseorang.

Dengan dua definisi di atas tentunya kita sulit memahami tentang

stress yang sebenarnya. Pada dasarnya stress merupakan sebuah tekanan

yang terjadi pada diri seorang individu baik itu berupa beban pekerjaan

dan lainnya dan membuat individu tersebut merasa terbebani dan

keberatan untuk menyelesaikan berbagai kewajibannya.

Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,

proses pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stress yang terlalu berat dapat

mengancam dan menghambat kemampuan seseorang untuk menghadapi

lingkungan, karenanya secara umum stress sering diterapkan sebagai

tekanan umum terhadap perasaan hidup manusia. Dalam konteks

organisasi, stress yang sering dialami diri para pekerja dapat berkembang

berupa gejala tekanan sebagai faktor pengganggu terhadap prestasi kerja

mereka. Para pekerja yang mengalami gejala stress terlihat menjadi

nerveus, khawatir, mudah marah, sulit santai, tidak koopratif, bahkan

ditingkat yang lebih akut dapat melarikan diri pada kecanduan minuman

keras atau menggunakan obat-obatan terlarang. Pada gilirannya stress juga

dapat menimbulkan gangguan fisik akibat berubahnya tubuh bagian dalam

sebagai reaksi stress. Gangguan fisik tersebut dapat bersifat jangka

pendek, namun juga bersifat jangka panjang, seperti gangguan pencernaan

Perilaku Organisasi Page 5


dan gangguan usus. Apabila stress tersebut tidak kunjung tertanggulangi

dengan baik dan berlangsung dalam periode yang relatif lama, maka dapat

memicu penyakit jantung, ginjal pembuluh darah, dan bagian-bagian lain

dari organ tubuh manusia. Oleh karena itu factor stress dalam pekerjaan –

baik di dalam atau di luar pekerjaan perlu ditiadakan serendah mungkin

agar para pekerja mampu menghadapinya tanpa mengalami banyak

gangguan. Kondisi kualitas kerja yang jelek , konflik brkepanjangan antar

atasan dan bawahan, peristiwa traumatic, bahkan kesedihan dan

kekecewaan yang mendalam dapat menimbulkan depresi sampai bunuh

diri.

Kualitas dan bobot stress dapat bersifat sementara atau bahkan jangka

panjang, ringan atau berat akan bergantung pada seberapa lama

berlangsung penyebabnya, seberapa besar kekuatannya dan seberapa tahan

kemampuan para pekerja untuk menhadapinya. Jika stress itu bersifat

sementara dan ringan, kebanyakan para pekerja dapat menanganinya

sendiri atau paling tidak dapat mengatasi pengaruhnya dengan cepat.

Suatu stress yang menekan dengan berlarut-larut dalam jangka waktu

lama, dapat berakibat pada para pekerja yang terkena stress tersebut tidak

sanggup membangun kembali kemampuan untuk menanggulangi stress.

Yaitu suatu keadaan atau situasi dimana para pekerja telah dilanda derita

kelelahan kronis, kebosanan, depresi, dan mengucilkan diri dari pekerjaan.

Tipe para pekerja seperti ini, lebih mudah dan rentan untuk mengeluh,

Perilaku Organisasi Page 6


menyalahkan orang lain bila dihadapkan pada masalah, lekas marah,

sarkasme dan sinis terhadap masa depan karir mereka. Dalam kondisi dan

situasi seperti ini sumber energy para pekerja telah terkuras oleh stress

yang berlebihan dan berkepanjangan.

2.2 Penyebab Terjadinya Stres

Kondisi yang menyebabkan beban stress disebut stressor, ada kalanya

stress dapat disebabkan hanya oleh satu stresor namun kenyataannya para

pekerja mengalami stress karena adanya kombinasi dari beberapa beban

stressor. Dalam hal ini ada dua sumber utama dari stress para pekerja

yakni factor yang bersifat organisasional dan dari lingkungan non-

pekerjaan. Stressor organisasional maupun yang bersumber dari non-

pekerjaan, keduanya dapat berfungsi positif apabila dapat merangsang

semangat aktifitas bekerja, begitu pula sebaliknya dapat bersifat negatif

jika menurunkan aktifitas bekerja. Dengan demikian terdapat konsekuensi

yang konstruktif maupun destruktif bagi pekerjaan. Hampir setiap kondisi

pekerjaan mengandung potensi penyebab stress, tergantung pada reaksi

dan sikap para pekerja bagaimana cara menghadapinya.

Meski reaksi dan sikap para pekerja berbeda-beda dalam menghadapi

stress, secara umum sejumlah kondisi kerja dapat diidentifikasi sebagai

penyebab stress, diantaranya adalah :

Perilaku Organisasi Page 7


a. Beban kerja yang berlebihan

b. Tekanan atau desakan waktu

c. Kualitas kepemimpinan dan supervisi yang buruk,

d. “Iklim Politik” yang tidak aman,

e. Wewenang yang tidak memadai untuk melaksanakan tanggung jawab

f. Konflik dan ketidak jelasan peran

g. Adanya perbedaan antara nilai perusahaan dan para pekerja

h. Pemberhentian dan karir yang tidak adil

i. Timbulnya rasa prustasi.

Tugas kerja manual yang menuntut kecepatan apalagi dilakukan

dalam lingkungan berbahaya, dapt diasosiasikn sebagai sumber stress

yang paling besar. Stress mungkin juga dihadapi para pekerja dengan

status jabatan rendah, yaitu kekurangan sumber daya dan adanya tuntutan

volume kerja yang lebih besar. Perubahan organisasi juga cenderung

menyebabkan stress yang lebih berat apabila berujung pada

pemberhentian sementara atau pemindahan (rotasi atau mutasi) tugas.

Salah satu dari penyebab stress adalah frustasi, yaitu akibat tehambatnya

dorongan atau motivasi para pekerja dalam mencapai tujuan yang

diinginkan. Adanya target pekerjaan yang bergeser atau meleset dari

rencana semula, akibat banyaknya gangguan yang tak terduga sehingga

Perilaku Organisasi Page 8


banyak waktu para pekerja tersita, kesemuanya dapat menjadi sumber

stress yang segnifikan.

Stress yang dialami oleh seseorang biasanya selalu berkonotasi negatif

karena akan mengalami suatu kontra produktif. Stress sendiri dapat juga

membantu proses mengingat yang dialami dalam jangka pendek dan tidak

terlalu kompleks. Stress bisa meningkatkan glukosa yang menuju ke otak,

yang memberikan energi lebih kepada neuron. Hal dapat mendorong

untuk meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan. Di sisi lain

jika stress dilakukan secara terus menerus, akan menyebabkan

terhambatnya pengiriman glukosa ke otak yang mengakibatkan rendahnya

daya ingat manusia.

Adapun hal-hal yang menjadi faktor penyebab terjadinya stress

secara umum adalah sebagai berikut :

a. Faktor Lingkungan

 Ketidakpastian ekonomi, misalnya orang merasa cemas terhadap

kelangsungan pekerjaan mereka.

 Ketidakpastian politik, misalnya adanya peperangan akibat

perebutan kekuasaan.

 Perubahan teknologi, misalnya dengan adanya alat-alat elektronik

dll, munculnya bom dimana-mana.

Perilaku Organisasi Page 9


b. Faktor Organisasional

 Tuntutan tugas, misalnya desain pekerjaan individual, kondisi

pekerjaan, dan tata letak fisik pekerjaan.

 Tuntutan peran, misalnya ada peran beban yang berlebihan dalam

organisasi.

 Tuntutan antarpersonal, misalnya tidak adanya dukungan dari

pihak tertentu atau terjalin hubungan yang buruk.

c. Faktor Personal

 Persoalan keluarga, misalnya kesulitan dalam mencari nafkah dan

retaknya hubungan keluarga.

 Persoalan ekonomi, misalnya apa yang dimilikinya tidak

memenuhi apa yang didambakan.

 Berasal dari kepribadiannya sendiri.

Dari berbagai masalah yang telah disebutkan tadi baik dari masalah

yang dihadapi secara personal, organisasi, dan lingkungan. Hal semacam

itu yang sangat tidak diharapkan setiap orang dalam segala kondisi

apapun, terutama dalam pekerjaan. Organisasi pun sangat tidak

menginginkan setiap anggotanya mengalami masalah tersebut. Oleh

karena itu peran sebagai pemimpin atau manajer sangat berperan supaya

bisa menyelesaikan masalah tersebut agar tidak mengganggu organisasi.

Perilaku Organisasi Page 10


2.3 Reaksi Terhadap Stres

Terdapat reaksi-reaksi terhadap frustasi yang lazim dikenal dengan

istilah mekanisme pertahanan diri, dalam contoh konteks target kerja tadi,

misalnya upaya membela diri terhadap tekanan psikologi akibat adanya

target yang terhambat atau tidak tercapai. Namun demikian, dalam setiap

diri para pekerja memiliki pola toleransi yang berbeda untuk menemukan

pemuas pengganti stress dengan adanya dorongan atau motivasi yang

terhambat. Adanya hambatan terhadap dorongan atau motivasi dapat

memicu frustasi yang mengarah pada tegangan, atau mengarah kembali

kepada pola penyesuaian diri baru yang lebih baik atau sebaliknya.

Dengan kata lain, pola reaksi dan sikap para pekerja dalam menghadapi

suatu frustasi akan berbeda satu dengan yang lainnya, namun pada

prinsipnya pola-pola tersebut hanyalah merupakan bentuk-bentuk

kompromi atau pelarian diri dari apa yang diinginkan dengan apa yang

dicapai. Adanya reaksi terhadap frustasi ke dalam bentuk kompromi

adalah sesuatu yang wajar, namun apabila pola reaksi tersebut menjadi

pola pelarian diri menjadi kebiasaan dalam menghadapi segala jenis

persoalan, maka hal tersebut dapat dianggap mengarah pada suatu bentuk

penyimpangan.

Bentuk Pola-pola pelarian penyesuaian tersebut dapat dibagi kedalam

5 kategori, yaitu :

Perilaku Organisasi Page 11


a. Bentuk pelarian dengan menolak realitas, yaitu suatu penyesuaian

dengan menekan sumber stress. Hal ini dikenal juga dengan istilah

represi, yaitu hal-hal yang tidak sesuai dengan norma dan realitas

dicoba ditekan agar hilang dari kesadaran, namun emosi tersebut tidak

dapat terus menerus ditekan, mungkin dapat terbenam sejenak, tetapi

akan muncul kembali pada saat yang lain dalam bentuk perilaku yang

lain pula.

b. Pelarian dengan mendistorsi realitas, yang sering dikemas dalam

modus rasionalisasi, proyeksi, segresi, pengalihan, dan pelampiasan.

Rasionalisasi adalah memberikan motif palsu sebagai pengganti motif

lain yang terlalu menyakitkan untuk diterima. Sementara, proyeksi

adalah suatu mekanisme pemindahan aspek-aspek negative atau

kekurangan pada diri seorang pekerja yang dialihkan kepada individu

yang lain agar terbebas dari beban tekanan. Adapun segregasi adalah

suatu keadaan dimana para pekerja memiliki beberapa pendirian yang

saing bertentangan, namun tetap dilaksanakan untuk mencapai

tujuannya secara terpisah. Sedangkan pola pengalihan merupakan

mekanisme pemindahan aspek-aspek negative yang dinyatakan secara

verbal sebagai akibat dari ketidakmampuan untuk mencapai tujuan

atau memuaskan kebutuhan. Misalnya, dengan mengkritsi prosedur

kerja baru sebagai ketidakmampuan pekerja yang bersangkutan

beradaptasi dengan standar prosedur kerja baru tersebut. Pelampiasan

Perilaku Organisasi Page 12


adalah merupakan respon dari suatu emosi destruktif yang dialihkan

kepada sasaran yang lain.

c. Pelarian dengan mengundurkan diri dari realitas atau menyerah

kepada keadaan dan lazim dikenal dengan pola regresi menghayal

(fantasi) dan konversi. Regresi adalah bentuk pelarian dengan mundur

atau menyerah dari suatu tingkat pencapaian tertentu kearah pilihan

yang kurang matang, supaya pekerja tidak mengalami konflik yang

menyakitkan. Adapun fantasi adalah suatu cara melarikan diri dari

suatu yang dapat menyakitkan kedalam bentuk lamunan dan

menghayal. Model-model pelarian ini adalah wajar terjadi dan tidak

terlalu berbahaya sejauh sang penghayal masih dapat membedakan

mana hayalan dan mana realitas. Sedangkan konversi adalah suatu

bentuk pelarian dari realitas ke dalam rasa sakit atau ketidak-

berdayaan fisik, dimana dalam hal ini para pekerja melarikan diri dari

situasi yang tidak dapat diatasi, dengan dalih sakit atau ketidak-

berdayaan fisik, walaupun hal tersebut tidak memecahkan persoalan

yang sebenarnya. Pola bentuk pelarian tersebut secara klinis dapat

membawa para pekerja ke dalam perilaku kecemasan dan menyendiri,

dimana seorang pekerja memilih suatu cara yang tidak lazim dengan

menempuh cara konversi, untuk menyembunyikan rasa malu dan rasa

bersalah dengan cara yang tidak proposional dan tidak efektif.

Perilaku Organisasi Page 13


d. Pelarian dengan menyerang realitas, yaitu lazim dikenal dengan

agresif verbal. Serangan dengan agresi fisik, yaitu dengan mendobrak

halangan frontal secara fisik, sedangkan agresi verbal bias dilakukan

secara menyindir, mengejek, memperolok-olokan, dan melontarkan

humor tajam yang menyakitkan. Diantara agresi fisik adalah

perbuatan mencuri atau merusak peralatan dan perlengkapan lain

melalui serangan fisik yang merusak

e. Pelarian dengan kompromi terhadap realitas, dikenal dengan istilah

konpensasi, sublimasi dan identifikasi. Bentuk pelarian ini pada

umumnya merupakan pilihan terbaik bagi kesehatan mental para

pekerja. Dalam hal ini para pekerja tidak terpaksa untuk merusak,

melarikan diri dan pura-pura terhadap realitas sebenarnya atas beban

rasa bersalahnya, namun demikian mereka berusaha untuk mengubah

pola reaksi pada dirinya dengan melakukan kompromi positif. Melalui

kompensasi, seorang pekerja mengganti kinerjanya yang kurang baik

dalam satu aspek, dengan kinerja yang lebih baik dalam aspek lain.

Melalui sublimasi, para pekerja mengalihkan tujuan mereka kea rah

lain yang memiliki arti dan maksud yang setara dengan tujuan

sebelumnya, atau bahkan mencapai kinerja yang lebih baik dalam

aspek yang lain. Adapun identifikasi adalah proses mengidentikan diri

seorang pekerja terhadap model rekan kerja lain yang memiliki

tingkat kinerja yang jauh lebih baik, agar dapat mengatasi berbagai

Perilaku Organisasi Page 14


kekurangan yang dimiliki dirinya. Semua pola-pola kompromi dan

pelarian tersebut memilki keunikan dan kekhasan masing-masing,

namun pada prinsipnya melalui pola-pola pilihan yang tersedia, para

pekerja memiliki kesempatan untuk melindungi struktur egonya, baik

karena rasa malu maupun rasa bersalah dan perasaan negative lain

yang berkecamuk dari suatu rasa terancam dan serangan atau rasa

terpojok akibat adanya suatu kegagalan dalam bekerja.

2.4 Dampak Terjadinya Stres

Berbagai tekanan dan gangguan dalam sebuah organisasi tentunya

pasti sangat sering terjadi. Hal inilah yang perlu dihindari agar kinerja

kerja tidak terganggu. Semua bisa diatasi asalkan dapat mengindikasikan

masalah yang kita hadapi itu sendiri. Semakin seseorang mendapatkan

tekanan di luar batas dari kemampuan dirinya sendiri tentunya akan

mengalami stress pula yang cukup berat dan sangat mengganggu kerja

otak termasuk dengan daya ingat.

Dampak dan akibat dari stress itu sendiri dalam buku Organizational

Behavior (Robbin), dikelompokkan menjadi tiga gejala, yaitu gejala

fisiologis, psikologis, dan perilaku.

a. Gejala Fisiologis, meliputi sakit kepala, tekanan darah tinggi, dan

sakit jantung

Perilaku Organisasi Page 15


b. Gejala Psikologis, meliputi kecemasan, depresi, dan menurunnya

tingkat kepuasan kerja

c. Gejala Perilaku, meliputi perubahan produktivitas, kemangkiran

dan perputaran karyawan.

Ada lima jenis konsekuensi dampak stress yang potensial menurut

T. Cox sebagai berikut :

a. Dampak subjektif

Kecemasan,agresi, kebosanan, depresi, keletihan, frustasi,

kehilangan kesabaran, rendah diri, gugup, dan merasa kesepian.

b. Dampak perilaku

Kecenderungan mendapatkan kecelakaan, alkoholik,

penyalahgunaan obat-obatan, emosi yang tiba-tiba meledak,

makan berlebihan, merokok berlebihan, perilaku yang mengikuti

kata hati, ketawa, dan gugup.

c. Dampak kognitif

Kemampuan mengambil keputusan yang jelas, konsentrasi yang

buruk, rentang perhatian yang pendek, sangat peka terhadap kritik,

dan rintangan mental.

d. Dampak fisiologis

Perilaku Organisasi Page 16


Meningkatnya kadar gula, meningkatnya denyut jantung dan

tekanan darah, kekeringan di mulut, berkeringat, membesarnya

pupil mata, dan tubuh panas dingin.

e. Dampak organisasi

Keabsenan, pergantian karyawan, rendah produktivitasnya,

keterasingan dari rekan sekerja, ketidakpuasan kerja, menurunnya

keikatan dan kesetiaan terhadap organisasi.

Tidak selamanya stress berdampak negatif, ada beberapa dampak

positif dari stress, yaitu :

a. Mendorong orang berpikir kreatif

b. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh

c. Membuat tubuh menjadi lebih fit

d. Membantu memecahkan masalah

e. Pemulihan

Semua gejala-gejala yang disebutkan di atas tentu sangat membuat

ketidaknyamanan setiap orang. Ingin rasanya untuk terhindar dari segala

tekanan stress yang dialaminya. Bahkan sampai pada tingkatan stress

yang tinggi dalam gejala psikologis, seseorang bisa berpikir untuk

mengakhiri hidupnya. Tekanan yang dirasa sudah cukup beratlah yang

membuat dampak seperti itu.

Perilaku Organisasi Page 17


2.5 Mengatasi Stres dalam Organisasi

Dalam proses manajemen, jika para manager ingin meningkatkan

motivasi para pekerja mereka, maka mereka harus berupaya

menghilangkan hambatan-hambatan sekaligus menyediakan jalan bagi

para pekerja dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Sebagai contoh,

jika seorang pekerja ditempatkan pada suatu proyek tertentu dan ia

dimotivasi untuk mengerjakan proyek tersebut dengan baik, maka

dukungan anggaran dan sumber daya lain dibutuhkan perlu disediakan

untuk mencegah terjadinya frustasi. Dalam konteks ini tentu saja bukan

berarti semua tantangan yang dihadapi dihilangkan, akan tetapi dukungan

tetap diberikan secara proporsional yang memungkinkan proyek tersebut

dapat diimplementasikan dengan tetap menantang dan keberhasilan

tercapai. Dalam hal ini terdapat pula model hubungan stress dan kinerja

yang menggambarkan bahwa stress juga dapat menjadi faktor positif

dalam memacu kinerja. Jika stress tidak ada, biasanya tantangan kerja

juga tidak ada, sehingga akhirnya capaian kinerja kemudian menjadi

menurun. Maka sejalan dengan meningkatnya stress seyogyanya kinerja

cenderung naik, diamana dengan stress para pekerja terbantu untuk

mengarahkan segala sumber daya mereka untuk memenuhi kebutuhan

kerja. Dengan perkataan terbantu untuk mengarahkan segala sumber daya

Perilaku Organisasi Page 18


mereka untuk memenuhi kebutuhan kerja. Dengan perkataan lain adalah

suatu rangsangan yang sehat jika para pekerja didorong untuk

menanggapi tantangan pekerjaan. Pemberian bobot dan porsi stress secara

terhadap sampai mencapai titik stabil akan sejalan dengan porsi

pencapaian kinerja, akan tetapi apabila terjadi stress tambahan yang

melampaui titik stabil dan keseimbangan maka cenderung tidak akan

menghasilkan perbaikan kinerja. Dengan kata lain. Kinerja akan segera

menurun jika bobot stress terlalu besar yang akan mengganggu pada

pelaksanaan pekerjaan Dalam hal ini para pekerja kehilangan kemampuan

untuk mengendalikan stress, sehingga berdampak pada kecepatan kerja

dan akurasi hasil kerja.

Disamping banyak cara lain untuk mengatasi stres secara individual,

namun secara organisasional konseling untuk menanggulangi

permasalahan emosional para pekerja dapat dilembagakan secara formal

kedalam organisasi. Konseling yang dimaksud bertujuan untuk

memperbaiki dan memelihara kesehatan mental para pekerja secara

menyeluruh. Yaitu berupa bimbingan dan penyuluhan serta pembahasan

berbagai masalah emosional para pekerja, sehingga para pekerja terbantu

untuk mengatasi masalahnya dengan lebih baik. Konseling adalah suatu

pertukaran gagasan antara dua orang manusia, yakni antara konselor dan

konselee melalui suatu cara komunikasi. Dalam hal ini spesialis konselor

Perilaku Organisasi Page 19


dapat dilatih untuk memahami dan mengatasi persoalan para pekerja

dalam rangka membantu organisasi untuk bertindak lebih manusiawi dan

memperhatikan masalah yang dihadapi para pekerja. Tujuan umum

konseling adalah membantu para pekerja mengembangkan kesehatan

mental mereka kearah yang lebih baik, sehingga rasa percaya diri,

pemahaman, pengendalian diri, dan kemampuan untuk bekerja secara

efektif dapat berkembang. Kegunaan konseling dapat dipetik manfaatnya,

antara lain adalah sebagai berikut :

 Konseling dipandang sebagai nasehat, dimana konselor membuat

pertimbangan mengenai masalah para pekerja yang dibimbing,

kemudian merancang tindakan yang akan dilakukan.

 Sebagai dukungan untuk menentramkan hati, dalam hal ini

konselor memberikan dorongan bagi para pekerja untuk

menghadapi persoalan dan rasa percaya diri dengan pemahaman

yang jernih dan tindakan yang tepat. Namun adakalanya

ketentraman hati ini dapat hilang begitu saja, jika para pekerja

dihadapkan kepada masalah lagi, sehingga penentraman hati harus

digunakan secara lebih hati-hati agar tidak mengecilkan arti

persoalan para pekerja yang tengah dihadapi.

 Sebagai komunikasi, yaitu menemukan masalah emosional para

pekerja sehubungan dengan diberlakukannya kebijakan

Perilaku Organisasi Page 20


perusahaan yang perlu dikomunikasikan dan diterjemahkan

kepada pimpinan puncak, dan begitu pula sebaliknya. Dalam hal

ini konselor membantu menerjemahkan aktivitas bisnis dalam

konteks keorganisasian terhadap para pekerja sebagaimana mereka

acap memperbincangkan masalah tersebut diantara mereka.

 Pengenduran ketegangan emosional, yaitu pelampiasan rasa emosi

dan frutrasi para pekerja dengan menceritakan kepada konselor

sebagai proses katarsis emosional. Jika para pekerja dapat

menceritakan persoalan mereka yang didengarkan oleh konselor

dengan penuh simpatik, maka dapat diharapkan ketegangan emosi

para pekerja akan menurun. Pada gilirannya mereka akan lebih

santai dan ucapan mereka akan lebih terkendali, masuk akal dan

rasional. Pengenduran ini merupakan tahapan antara untuk

menghilangkan beban mental dalam menemukan pemecahan,

sehingga memungkinkan para pekerja dapat kembali berfikir

konstruktif tentang masalah yang tengah dihadapi mereka.

 Berfikir jernih, yaitu meletakkan semua persoalan secara

proporsional tanpa dibesar-besarkan dengan cara berfikir rasional

dan realistik serta lebih berorientasi kepada fakta dan bukan

rumor. Dalam hal ini konselor berperan sebagai pembantu belaka

dan menahan diri untuk tidak menggurui kepada para pekerja

tentang sesuatu apa yang benar dan apa yang salah.

Perilaku Organisasi Page 21


Pada dasarnya seorang pemimpin adalah konselor penting, karena

mereka merupakan satu-satunya figur yang setiap hari berhubungan dengan

para pekerja. Jika para pemimpin menutup mata tentang masalah emosional

para pekerja, maka sama artinya tidak adanya kepedulian dari seorang atasan

kepada bawahan tentang persoalan emosional mereka. Emosi adalah bagian

dari keseluruhan pekerja yang perlu dipandang sebagai bagian dari situasi

tenaga kerja secara keseluruhan, yang juga merupakan lingkup wewenang dan

tanggung jawab seorang pemimpin. Maka untuk alasan ini semua pemimpin,

dari tingkat yang paling rendah sampai ke tingkat yang paling tinggi

memerlukan pelatihan untuk membantu mereka memahami masalah para

pekerja dan mampu mengkonsultasikannya secara efektif.

Konseling hanyalah salah satu cara dari beberapa cara untuk

mengurangi stres, adapun cara lain yang lebih spesifik, yaitu melalui :

a. Meditasi, umumnya meditasi memerlukan lingkungan yang relatif tenang,

posisi nyaman, rangsangan mental yang repetitif, dan sikap yang pasif

sehingga pemusatan fikiran untuk menenangkan fisik dan emosi dapat

tercapai. Beberapa organisasi yang sudah menyadari telah menyediakan

ruang meditasi khusus bagi para pekerja yang memenuhi kriteria meditasi

Perilaku Organisasi Page 22


klinis terstandarisasi, sehingga membuahkan hasil yang menyenangkan

dan optimal bagi kebugaran mental para pekerja.

b. Biofeed-back, melalui bio-feedback para pekerja dapat terlatih

mengendalikan proses internal biologis mereka untuk mengurangi efek

stres yang tidak diinginkan, misalnya mengendalikan proses denyut

jantung, konsumsi oksigen, dan aliran asam lambung.

c. Personal wellness, melaui personal wellness lebih merupakan program

pemeliharaan preventif bagi kebugaran personal yang direkomendasikan

oleh dokter spesialis dalam melakukan perubahan gaya hidup, seperti

pengaturan pernafasan, pelemasan otot, hayalan positif, pengaturan menu,

dan sejumlah latihan yang memungkinkan para pekerja menggunakan

potensi pribadinya secara penuh.

2.6 Pendekatan Manajemen Stres

Manajemen stress adalah kemampuan penggunaan sumber daya

(manusia) secara efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental

dan emosional yang muncul karena tanggapan (respon). Tujuan dari

manajemen stress itu sendiri adalah untuk memperbaiki kualitas hidup

individu itu agar menjadi lebih baik.

Perilaku Organisasi Page 23


2.6.1 Pendekatan Individual

a. Penerapan manajemen waktu

Pengaturan waktu yang sangat tepat akan menjamin seseorang tidak

akan menjadi stress. Dikarenakan setiap orang pastinya memiliki rasa

lelah yang sangat besar dan memerlukan pembagian waktu untuk

istirahat dan merelaksasikan tubuh dari kepadatan jadwal kerja. Pola

pembagian waktu yang baik antar waktu bekerja, beribadah, dan waktu

istirahat. Waktu bekerja antara jam 7 pagi sampai jam 6 sore, setelah

itu kemungkinan daya tingkat kejenuhan seseorang akan meningkat, di

saat itulah diperlukan istirahat yang cukup untuk mengembalikan rasa

lelah.

b. Penambahan waktu olah raga

Dalam tubuh manusia diperlukan olah raga yang dapat mengatur dan

merangsang syaraf motorik dan otot-otot sehingga membuat badan

kita menjadi bugar. Ketahanan fisik yang dimiliki pun akan semakin

baik. Olah raga pun bisa dilakukan seminggu 3 kali atau 1 minggu

sekali. Bisa dengan jogging di pagi atau di sore hari, cukup melakukan

olah raga yang ringan.

c. Pelatihan relaksasi

Setelah melakukan kerja yang cukup padat dan banyak, tentunya

membuat tubuh menjadi lelah dan diperlukan relaksasi yang

Perilaku Organisasi Page 24


membantu menenangkan tubuh yang tegang menjadi rileks.

Menyegarkan otak yang sudah dipakai untuk bekerja setiap hari. Cara

yang ampuh dalam relaksasi bisa dengan mendengarkan musik atau

menonton film sambil bersantai. Namun ada juga yang melakukan

meditasi atau yoga.

d. Perluasan jaringan dukungan social

Berhubungan dengan banyak orang memang sangat diperlukan. Selain

dengan mempermudah dalam pekerjaan, dengan memiliki banyak

jaringan pertemanan juga bisa kita manfaatkan sebagi tempat berbagi

dalam memecahkan masalah yang dialami. Terkadang setiap orang hal

seperti ini sangat diperlukan sekali. Karena itu manusia adalah

makhluk sosial yang saling membutuhkan.

2.6.2 Pendekatan Organisasional

a. Menciptakan iklim organisasional yang mendukung

Banyak organisasi besar saat ini cenderung memformulasi

struktur birokratik yang tinggi yang menyertakan infleksibel. Ini

dapat membawa stress kerja yang sungguh-sungguh. Strategi

pengaturan mungkin membuat struktur lebih desentralisasi dan

organik dengan membuat keputusan partisipatif dan aliran

keputusan ke atas. Perubahan struktur dan proses struktural

mungkin akan menciptakan iklim yang lebih mendukung bagi

Perilaku Organisasi Page 25


pekerja, memberikan mereka lebih banyak kontrol terhadap

pekerjaan mereka, dan mungkin akan mencegah atau mengurangi

stress kerja mereka.

b. Adanya penyeleksian personel dan penempatan kerja yang lebih

baik

Pada dasarnya kemampuan ilmu atau kemampuan yang

dimiliki oleh setiap orang mungkin akan berbeda satu dengan yang

lainnya. Penempatan kerja yang sesuai dengan keahlian sangat

menunjang sekali terselesaikannya suatu pekerjaan. Penyesuaian

penempatan yang baik dan penyeleksian itu yang sangat

diperlukan suatu perusahaan atau organisasi agar setiap tujuan

dapat tercapai dengan baik. Seperti halnya seorang petani yang

tidak tahu bagaimana seorang nelayan yang mencari ikan, tentunya

akan kesulitan.

c. Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional

Konflik dalam sebuah organisasi mungkin adalah hal yang

wajar dan mungkin sering juga terjadi. Konflik apapun yang terjadi

tentunya akan menimbulkan ketidakjelasan peran suatu

organisasional tersebut. Mengidentifikasi konflik penyebab stress

itu sangat diperlukan guna mengurangi atau mencegah stress itu

sendiri. Setiap bagian yang dikerjakan membutuhkan kejelasan

atas setiap konflik sehingga ambigious itu tidak akan terjadi. Peran

Perilaku Organisasi Page 26


organisasi itu yang bisa mengklarifikasikan suatu konflik yang

terjadi sehingga terjadilah suatu kejelasan dan bisa menegosiasikan

konflik.

d. Penetapan tujuan yang realistis

Setiap organisasi pastinya memiliki suatu tujuan yang pasti.

Baik bersifat profit maupun non profit. Namun tujuan organisasi

itu harus juga bersifat riil sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

oleh organisasi tersebut. Kemampuan suatu organisasi dapat dilihat

dari kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang anggotanya.

Dengan tujuan yang jelas dan pasti tentunya juga sesuai dengan

kemampuan anggotanya maka segala tujuan pasti akan tercapai

pula. Namun sebaliknya jika organisasi tidak bersikap realistis dan

selalu menekan anggotanya tanpa adanya koordinasi yang jelas

stress itu akan timbul.

e. Pendesainan ulang pekerjaan

Stress yang terjadi ketika bekerja itu kemungkinan terjadi

karena faktor pekerjaan yang sangat berat dan menumpuk. Cara

menyikapi dan mengatur program kerja yang baik adalah membuat

teknik cara pengerjaannya. Terkadang setiap orang mengerjakan

pekerjaan yang sulit terlebih dahulu daripada yang mudah.

Seseorang akan terasa malas dan enggan untuk mengerjakan

pekerjaannya ketika melihat tugas yang sudah menumpuk maka

Perilaku Organisasi Page 27


akan timbul stress. Strategi yang dilakukan adalah melakukan

penyusunan pekerjaan yang mudah terlebih dahulu atau pekerjaan

yang dapat dikerjakan terlebih dahulu. Sedikit demi sedikit

pekerjaan yang menumpuk pun akan terselesaikan. Dengan kata

lain stress pun bisa dihindari dan bisa dikurangi.

f. Perbaikan dalam komunikasi organisasi

Komunikasi itu sangatlah penting sekali dalam

berorganisasi. Komunikasi dapat mempermudah kerja seseorang

terutama dalam teamwork. Sesama anggota yang tergabung dalam

satu kelompok selalu berkoordinasi dan membicarakan program

yang akan dilakukan. Komunikasinya pun harus baik dan benar.

Perbedaan cara koordinasi dan instruksi ke atasan maupun

bawahan. Seringkali terjadi kesalahan dan tidak mampu

menempatkan posisi dan jabatan sehingga terjadi kesalahan dalam

mengkomunikasikan.

g. Membuat bimbingan konseling

Bimbingan konseling ini bisa dirasakan cukup dalam

mengatasi stress. Konseling yang dilakukan kepada psikolog yang

lebih kompeten dalam masalah kejiwaan seseorang. Psikologis

seseorang terganggu sekali ketika stress itu menimpa. Rasa yang

tidak tahan dan ingin keluar dari tekanan-tekanan yang dirasakan

tentunya akan menambah rasa stress yang dihadapinya. Konseling

Perilaku Organisasi Page 28


dengan psikolog sedikitnya mungkin bisa membantu keluar dari

tekanan stress.

Dalam buku Fx. Suwarto ada beberapa cara lain untuk

mengatasi stress, yaitu :

1. Program klinis dan program keorganisasian

2. Pendekatan individual terhadap stress

3. Pengenduran (Relaxation)

4. Meditasi (Meditation)

5. Biofeedback adalah metode yang digunakan untuk menjadi

individu dalam mengendalikan berbagai proses tubuh secara

internal, dengan bantuan rekaman yang dapat diperagakan kepada

orang yang bersangkutan untuk mengamati denyut jantung,

tekanan darah, suhu dan pola gelombang otak yang secara normal

tidak dapat diamati sehingga proses biologis secara terus menerus

disediakan individu oleh balikan (feedback) untuk memantau apa

yang terjadi secara biologis.

Perilaku Organisasi Page 29


BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Stress merupakan suatu yang tidak diharapkan yang muncul

karena tingginya suatu tuntutan lingkungan pada seseorang.

Keseimbangan antara kemampuan dan kekuatan terganggu. Penyebab

stress ini dapat berasal dari faktor lingkungan, faktor organisasional

dan faktor personal. Stress ini dapat mengakibatkan kepala pusing,

kecemasan, depresi bahkan dapat menurunkan tingkat produktivitas

seseorang. Namun tidak selamanya stress berdampak negatif, keadaan

stress pada seseorang dapat memaksa dia untuk berpikir yang jauh

lebih kreatif dari sebelumnya. Stress dapat diatasi dengan berbagai

cara seperti meditasi, pengenduran, berolahraga, memperluas jaringan

sosial, dan bisa berkonsultasi kepada psikolog. Dalam organisasi hal

terpenting adalah bagaimana menciptakan kenyamanan lingkungan

kerja yang lebih baik diantara para pekerja. Seorang pemimpin dalam

organisasi adalah konselor penting, karena mereka merupakan satu-

satunya figur yang setiap hari berhubungan dengan para pekerja.

Pendekatan preventif agaknya akan lebih baik dalam menanggulangi

penyebab stres, meskipun metode-metode penanggulangan dapat

Perilaku Organisasi Page 30


membantu para pekerja beradaptasi dengan beban stresor yang berada

dibawah pengendalian langsung. Hal terpenting adalah bagaimana

menciptakan kenyamanan lingkungan kerja yang lebih baik diantara

para pekerja, maka secara situasional suatu pendekatan

penanggulangan alternatif yang spesifik akan bermanfaat bagi para

pekerja dalam menghadapi persoalan stres dan emosional dengan

sumber dan bobot yang berbeda pula. Dengan demikian pemahaman

mengenai stres dan gangguan emosional lain yang sejenis merupakan

salah satu bagian penting dari sejumlah kompetensi yang wajib

dimiliki dan tidak dapat ditawar lagi bagi seorang manajer yang

berurusan dengan sumber daya manusia dalam suatu organisasi.

3.2 Saran dan Harapan

Berdasarkan kesimpulan diatas penulis menyarankan bahwa

sebaiknya dampak stress tidak harus dilihat dari segi negatifnya tetapi

kita juga harus telaah untuk segi positifnya. Stress sebaiknya diatasi

dengan cara-cara yang positif saja, jangan sampai keliru dalam

mengatasi stress. Untuk menjadi seorang pemimpin dalam suatu

organisasi seyogyanya sang pemimpin dibekali dengan pengetahuan

dan pemahaman mengenai psikologis dan spiritualisasi agar seorang

pemimpin tersebut mampu mengidentifikasi kondisi-kondisi para perja

yang terkait dengan stress kerja. Dari berbagai pembahasan mengenai

Perilaku Organisasi Page 31


stress dalam mekalah ini, penulis berharap pembaca maupun penulis

dapat menambah pengetahuan serta memahami beberapa hal yang

terkait dengan stress kerja dalam organisasi, dengan pemahaman yang

didapat dari makalah ini penulis juga berharap agar kita semua dapat

mengatasinya secara efektif ketika kita dihadapkan dengan kondisi

stress, baik stress dalam lingkungan kerja maupun stress dalam

kehidupan sehari-hari. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah

ini jauh dari kata sempurna, karena itu kami berharap agar pembaca

dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

penulisan makalah di masa depan.

Perilaku Organisasi Page 32


DAFTAR PUSTAKA

Suwarto, Fx.1999.Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Universitas

Atmajaya Yogyakarta.

Robbin, Stephen.2008.Organizational Behavior. Jakarta: Salemba Empat.

Gibson, Ivan Cevich, dan Donnelly.1996.Organisasi Edisi Kedelapan.Jakarta:

Binarupa Aksara.

http://fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2187-stress-

dalam-organisasi. Akses tanggal 17 November 2016

http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-stres-kerja-definisi-

faktor.html. Akses tanggal 17 November 2016

Perilaku Organisasi Page 33

Anda mungkin juga menyukai