Anda di halaman 1dari 5

DEFENISI STRESS KERJA

Stres adalah aspek umum pengalaman pekerjaan, yang paling sering terungkap sebagai
ketidakpuasan kerja, tetapi juga terungkap dalam dalam keadaan afektif yang kuat: kemarahan,
frustrasi, permusuhan, dan kejengkelan. Respon yang lebih pasif juga umum, misalnya
kejenuhan dan rasa bosan (tedium), kelelahan jiwa (burnout), kepenatan (fatigue), tidak
berdaya, tidak ada harapan, kurang gairah, dan suasana jiwa depresi (Kaswan, 2015: 247).
Pemimpin
kemungkinan tidak memperhatikan ketika karyawan mengalami stress dengan tingkat stress
yang rendah sampai menengah. Alasannya adalah stress dengan tingkat seperti itu bias bersifat
fungsional dan membawa kinerja karyawan yang lebih tinggi. Akan tetapi tingkat stress yang
tinggi, bahkan tingkat stress yang rendah tetapi berlangsung lama, dapat menurunkan kinerja
karyawan, sehingga perlu tindakan dari manajemen. Meskipun jumlah stress yang terbatas bisa
bermanfaat bagi kinerja karyawan, tetapi jangan berharap seperti itu. Tingkat stress yang
rendah dipersepsi karyawan sebagai sesuatu yang tidak dikehendaki.

Stres menurut Gibson dkk (2011: 339) adalah suatu tanggapan penyesuaian, diperantarai oleh
perbedaan-perbedaan individual dan atau proses-proses psikologis, akibat dari setiap tindakan
lingkungan, situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik
berlebihan kepada seseorang.
Kreitner dan Kinicki (2005) mendefinisikan stres sebagai respon
adaptif dihubungkan oleh karaktersitik dan atau proses psikologis individu, yang merupakan
suatu konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi, atau peristiwa yang menempatkan
tuntutan psikologis/fisik khusus pada seseorang.
Stres kerja tidak dapat dihindari, namun stres kerja dapat dikurangi dan
dikelola. Stres yang tidak bisa di atasi dengan baik biasanya berakibat pada ketikmampuan
orang beriteraksu secara positif denganlingkungannya, baik dalam lingkungan pekerjaan
maupun lingkungan luarnya.
Artinya, karyawan yang bersangkutan akan menghadapi berbagai gejala negatif yang pada
gilirannya berpengaruh pada prestasi kerja.
Ada beberapa alasan mengapa masalah stres yang berkaitan dengan organisasi perlu diangkat
ke permukaan pada saat ini (Nimran, 1999:79-80). Diantaranya adalah

 Masalah stres adalah masalah yang akhir-akhir ini hangat dibicarakan, dan posisinya
sangat penting dalam kaitannya dengan produktifitas kerja
karyawan.
 Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari luar organisasi, stress juga
banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam organisasi. Oleh
karenanya perlu disadari dan dipahami keberadaannya.
 Pemahaman akan sumber-sumber stres yang disertai dengan pemahaman terhadap
cara-cara mengatasinya, adalah penting sekali bagi karyawan dan siapa saja yang
terlibat dalam organisasi demi kelangsungan organisasi yang sehat dan efektif.
 Banyak di antara kita yang hampir pasti merupakan bagian dari satu atau beberapa
organisasi, baik sebagai atasan maupun sebagai bawahan, pernah mengalami stres
meskipun dalam taraf yang amat rendah

MODEL STRESS DI TEMPAT KERJA


Maslah-masalah tentang stres kerja pada dasarnya sering dikaitkan
dengan pengertian stres yang terjadi di lingkungan pekerjaan, yaitu dalam
proses interaksi antara seorang karyawan dengan aspek-aspek pekerjaannya.
Charles D, Spielberger menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang
mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yangsecara
obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau
gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.

Stressor adalah faktor-faktor lingkungan yang menimbulkan stres. Luahan (2006: 442)
mengkategorikan stressor yang memengaruhi stress kerja yaitu: stressor ekstraorganisasi,
stressor organisasi, stressor kelompok, stressor individu

Stresor ekstraorganisasi
Stresor di luar organisasi berhubungan dengan efek dan perasaan negatif pada pekerjaan.
Contohnya seperti perubahan sosial / teknologi, globalisasi, keluarga, relokasi, kondisi ekonomi
dan keuangan, ras dan kelas, serta kondisi tempat tinggal atau masyarakat. Keluarga
mempunyai dampak besar terhadap tingkat stress individu. Situasi keluarga, seperti
pertengkaran atau sakit anggota keluarga, relasi yang buruk dengan orangtua, pasangan atau
anak-anak. Pindah karena promosi jabatan, juga dapat menyebabkan stress. Variabel sosiologi
seperti ras, dan kelas juga bisa menjadi pemicu stress kerja.Perbedaan keyakinan dan nilai,
perbedaan kesempatan untuk penghargaan atau promosi, serta persepsi karyawan minoritas
baik mengenai diskriminasi maupun kurangnya kesesuaian antara diri sendiri dan organisasi.
organisasi

Stressor organisasi
Adanya kebijakan dan strategi adsministratif, struktur dan desain organisasi, proses organisasi,
serta kondisi kerja. Adanya tanggung jawab tanpa otoritas, ketidakmampuan menyuarakan
keluhan, penghargaan yang tidak memadai, kurangnya deskripsi kerja yang jelas. Kehilangan
pekerjaan atau terancam dipecat dapat menjadi tekanan yang luar biasa bagi karyawan.
Adanya tuntutan pekerjaan yang kronis, juga dapat menyebabkan stress kerja.
Stresor kelompok
Kurangnya kohesivitas kelompok seperti karyawan tidak memiliki kebersamaan karena desain
kerja, karena penyelia melarang atau membatasinya, atau karena ada anggota kelompok yang
menyingkirkan karyawan lain, kurangnya kohesivitas ini akan menyebab stress. Kurangnya
dukungan sosial. Berbagi masalah dan kebahagiaan bersama-sama akan lebih baik. Bila
dukungan sosial kurang, akan menyebabkan stress kerja, yang mengakibatkan biaya perawatan
kesehatan.

Stresor individu
Adanya situasi dan disposisi individu dapat memengaruhi stres. Disposisi individu seperti
kepribadian, control personal, ketidakberdayaan yang dipelajari, daya tahan psikologis, tingkat
konflik intra individu yang berakar dari frustrasi. Adanya predisposisi daya tahan psikologis akan
membantu orang menahan stress dengan memberikan buffer pada diri sendiri dan stressor.

Stressor level individual yaitu yang secara langsung dikaitkan dengan tugas pekerjaan seseorang
(person-job interface). Contoh yang paling umum stressors level individual ini adalah:

 Role overload merupakan kondisi dimana pegawai memiliki terlalu banyak pekerjaan
yang harus dikerjakan atau di bawah tekanan jadwal waktu yang ketat
 Role conflict. Terjadi ketika berbagai macam pegawai memiliki tuga dan tanggung jawab
yang saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Konflik ini juga terjadi ketika
pegawai diperintahkan untuk melakukan sesuatu tugas/pekerjaan yang berlawanan
dengan hati nurani atau moral yang mereka anut.
 Role ambiguity. Terjadi ketika pekerjaan itu sendiri tidak didefinisikan secara jelas. Oleh
karena pegawai tidak mampu untuk menentukan secara tepat apa yang diminta
organisasi dari mereka, maka mereka terus menerus merasa cemas apakah kinerja
mereka telah cukup atau belum.
 Responsibility for other people. Hal ini berkaitan dengan kemajuan karir pegawai.
Kemajuan karir yang terlalu lambat, terlalu cepat, atau pada arah yang tidak diinginkan
akan menyebabkan para pegawai mengalami tingkat stres yang tinggi. Apalagi jika
mereka harus bertanggung jawab terhadap karir seseorang yang lain akan
menyebabkan level stres menjadi lebih tinggi.

Koslowsky (dalam Kreinter dan Kinicki, 2005) membagi empat jenis konsekuensi yang dapat
ditimbulkan stres, yaitu:

 Psikologis, yang berupa kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan,


kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri yang rendah.
 Perilaku, yang berupa peningkatan konsumsi alkohol, tidak nafsu makan atau makan
berlebihan, penyalahgunaan obat-obatan, menurunnya semangat untuk berolahraga
yang berakibat timbulnya beberapa penyakit. Pada saat stres juga terjadi peningkatan
intensitas kecelakaan, baik di rumah, di tempat kerja atau di jalan.
 Kognitif, yaitu ketidakmampuan mengambil keputusan, kurangnya konsentrasi, dan
peka terhadap ancaman
 Fisiologis, yaitu menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik yang berupa penyakit yang
sudah diderita sebelumnya, atau memicu timbulnya penyakit tertentu.

KONSEP STRESS KERJA

Menurut Luthans penyebab terjadinya stres yang bersifat organisasi, salah satunya adalah
struktur dalam organisasi yang terbentuk melalui desain organisasi yang ada, misalnya melalui
formalisasi, konflik dalam hubungan antar karyawan, spesialisasi, serta lingkungan yang kurang
mendukung. Hal lain dalam desain organisasi yang juga dapat menyebabkan stres antara lain
adalah, level diferensiasi dalam perusahaan serta adanya sentralisasi yang menyebabkan
karyawan tidak mempunyai hak untuk berpatisipasi dalam pengambilan keputusan (Robbins,
2007:580).
Sedangkan faktor yang bersifat non-organisasi, yaitu faktor individual,antara lain adalah tipe
kepribadian karyawan.(Robbins, 2007). Tipe kepribadian yang cenderung mengalami stres kerja
yang lebih tinggi adalah tipe kepribadian A. Individu tipe A lebih cepat untuk mengalami
kemarahan yang apabila ia tidak dapat menangani hal tersebut, individu tersebut akan
mengalami stres yang dapat menuju terjadinya masalah pada kesehatan individu tersebut
(Luthans, 2002:402). Karyawan dapat menanggapi kondisi-kondisi tekanan tersebut secara
positif maupun negatif. Stres dikatakan positif dan merupakan suatu peluang bila stres tersebut
merangsang mereka untuk meningkatkan usahanya untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Stres dikatakan negatif bila stres memberikan hasil yang menurun pada produktifitas karyawan.
Akibatnya, ada konsekuensi yang konstruktif maupun destruktif bagi badan usaha maupun
karyawan. Pengaruh dari konsekuensi tersebut adalah penurunan ataupun peningkatan usaha
dalam jangka waktu pendek maupun berlangsung dalam jangka waktu lama.

Sumber:

1. Buku Higiene Industri (Iwan M. Irawan)


2. Buku Stress Kerja (Gusti Yuli Asih, S.Psi, M.Si., Prof. Hardani Widhiastuti, MM, Psikolog.,
Rusmalia Dewi, S.Psi, M.Si, Psikolog)

Anda mungkin juga menyukai