Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Stress kerja

Stres sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara tuntutan individu dan sumber daya yang
mereka miliki; semakin besar kesenjangan, semakin besar stres individu, dan itu akan mengancam.

Orang yang berada di bawah tekanan terlalu banyak karena terlalu banyak tuntutan, tantangan,
atau kesempatan mengalami stres, yang merupakan reaksi negatif (Robbins dan Coulter, 2010:16).
Menurut Handoko (2001:200), stress adalah suatu keadaan tegang yang berpengaruh pada keadaan,
pikiran, dan emosi seseorang. Berada di bawah terlalu banyak stres dapat membuat kamu sulit untuk
berurusan dengan dunia di sekitarmu. Stres yang didasarkan pada anggapan bahwa apa yang disimpulkan
dari gejala dan tanda—tanda fisiologis, tingkah laku, tanda psikologis, dan tanda somatik—adalah akibat
tidak adanya kecocokan atau ketidaksesuaian antar manusia (dalam artian kepribadian, bakat, , dan
keterampilan) dan lingkungannya, yang menyebabkan dia tidak dapat secara efektif menangani berbagai
tuntutan yang dibebankan padanya.

Jenis-jenis stress

Terlepas dari kenyataan bahwa sering dibahas secara negatif, stres memiliki nilai positif ketika
berubah menjadi peluang dan menawarkan hasil potensial. Sebagai contoh, banyak profesional melihat
tekanan dalam bentuk beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang ketat sebagai tantangan positif yang
meningkatkan kualitas pekerjaan mereka. Stres positif atau negatif dapat terjadi. Para peneliti berpendapat
bahwa stres tantangan, atau stres yang disebabkan oleh kesulitan di tempat kerja, berbeda dengan
hambatan stres, atau stres yang menghalangi seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Terkadang, sebuah
tantangan diciptakan dalam suatu organisasi dengan maksud mendorong karyawan untuk menyelesaikan
pekerjaan mereka lebih cepat. dengan cara memperpanjang batas waktu.

Menurut Quick dan Quick (dalam Yuliana, et al., 2019:5) stres kerja terbagi menjadi dua kategori,
yaitu:

a) Eustress, yaitu hasil respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat
membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang
diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance
yang tinggi.
b) Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif
(bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi, seperti
penyakit kordiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan
dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

Stress kerja terbagi beberapa jenis stress kerja, akan tetapi kami mengambil 2 jenis saja. Eutress, adalah
tekanan yang positif karena tekanan ini dapat memberikan dorongan dan energi. Misalnya, kesulitan kerja
yang diberikan diuraikan sebagi inspirasi sendiri untuk bekerja lebih keras. Distress, merupakan stres
yang negatif karena dapat mengakibatkan penurunan motivasi kerja seseorang. Maka stress ini disebut
dengan stress negatif. Hal ini karena tuntutan dan tanggungjawab yang terlalu banyak dapat menguras
energi indiviidu, sehingga menghasilkan hasil kerja yang lebih rendah dan tingkat ketidakhadiran yang
lebih tinggi.

Gejala-Gejala Stress Kerja

Terdapat stress kerja yang memberi dampak positif kepada pegawai, seperti motivasi. Munculnya
semangat dan gairah serta dorongan untuk bekerja keras, dan keinginan untuk terus mengembangkan
potensi diri. Namun, ada efek negatif dari stress di tempat kerja, salah satunya adalah kurangnya kapasitas
pengambilan keputusan, kecemasan yang meningkat, dan kurangnya kepercayaan diri yang membuat
karyawan meragukan kemampuan mereka untuk bekerja secara mandiri dan maksimal.

Menurut Tewal, et al., (2017:145), ada dua dampak dari stres kerja yaitu dampak positif dan dampak
negatif.

1. Dampak positif stress kerja, yaitu:


a. Memiliki motivasi kerja yang tinggi.
b. Memiliki ransangan dan tujuan untuk bekerja lebih keras dan timbulnya inspirasi untuk
meningkatkan kehidupan yang lebih baik.
c. Memiliki kebutuhan berprestasi yang kuat sehingga lebih mudah untuk menyimpulkan
target/tugas sebagai tantangan (challenge), bukan sebagai tekanan (pressure).
d. Memacu pegawai untuk dapat menyelesaikan pekerjaan sebaik-baiknya.
2. Dampak negatif stress kerja, yaitu:
a. Menurunnya tingkat produktivitas pegawai yang bisa berdampak pada kurangnya
keefektifitasan organisasi.
b. Penurunan tingkat kepuasan kerja dan tingkat kinerja.
c. Sulit untuk membuat keputusan, kurang konsentrasi, kurang perhatian, serta hambatan
mental.
d. Meningkatnya ketidakhadiran dan perputaran pegawai.

Sedangkan Sunyoto dan Burhanuddin (2015:38) mengkategorikan dampak atau akibat dari stres kerja
menjadi tiga gejala, yaitu:

a) Gejala Fisiologis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa stress dapat mengubah metabolisme, meningkatkan tekanan
darah, menyebabkan sakit kepala, dan bahkan memicu serangan jantung. Dalam hal ini, terlalu
banyak tuntutan yang dibebankan pada pekerjaan seseorang dapat menyebabkan stress.
b) Gejala Psikologis
Ketidakpuasan di tempat kerja merupakan salah satu efek psikologis dari stress. Efek samping
yang berbeda dapat mencakup kegugupan, kelelahan, ketegangan, kesal, dan sikap bertahan.
Pekerjaan yang dibutuhkan memiliki terlalu banyak tuntutan, wewenang, dan tanggungjawab
yang bertentangan satu sama lain. Tanggungjawab yang tidak diketahui dapat menyebabkan
stress dan ketidakpuasan.
c) Gejala Perilaku
Individu yang mengalami stress cenderung akan mengalami perubahan produktivitas, absensi,
perputaran karyawan, di samping perubahan dalam kebiasaan makan, merokok, mengkonsumsi
alkohol, bicara gagap, kegelisahan/anxiety, dan tidur tidak teratur.

Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja karyawan dapat dipengaruhi secara positif dan
negatif oleh stres kerja. Efek positifnya adalah karyawan merasa termotivasi dan tertantang untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, dan efek negatifnya adalah mereka merasa lebih sedikit
tekanan untuk menyelesaikan tugas yang ada. Namun, semua itu bergantung pada kemampuan individu
untuk mengendalikan emosinya dalam menghadapi stres kerja yang tak tertahankan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stress

Stres kerja adalah kondisi di mana seorang individu merasa tertekan atau cemas karena tuntutan yang
dihadapi di tempat kerja. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi stres kerja antara lain:

1) Beban Kerja yang Berlebihan: Jika seorang karyawan diberi terlalu banyak pekerjaan, atau
pekerjaan yang terlalu sulit untuk diselesaikan dalam waktu yang ditentukan, itu dapat
menyebabkan stres.
2) Kurangnya Kontrol: Jika karyawan merasa bahwa mereka tidak memiliki kendali atas tugas-tugas
yang mereka lakukan, atau tidak memiliki otoritas untuk membuat keputusan, mereka mungkin
merasa tidak berdaya dan stres.
3) Konflik dengan rekan kerja atau manajer: Jika ada konflik atau ketidaksepahaman dengan rekan
kerja atau manajer, ini dapat mempengaruhi keadaan emosional dan mental seseorang di tempat
kerja dan menyebabkan stres.
4) Tuntutan waktu yang ketat: Jika karyawan harus menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang
ketat atau jika mereka terus-menerus diberikan deadline yang sulit untuk dipenuhi, itu dapat
menyebabkan stres.
5) Ketidakpastian: Jika karyawan tidak memiliki informasi yang cukup tentang apa yang diharapkan
dari mereka atau jika mereka merasa tidak yakin tentang pekerjaan yang akan datang, itu dapat
memicu stres.
6) Lingkungan kerja yang tidak nyaman: Lingkungan kerja yang berisik, berantakan, atau tidak
sehat dapat mengganggu konsentrasi dan kesejahteraan karyawan.
7) Kebijakan organisasi yang tidak jelas: Jika karyawan tidak mengerti kebijakan dan prosedur yang
harus diikuti, itu dapat menyebabkan kebingungan dan stres.
8) Ketidakadilan: Jika karyawan merasa bahwa mereka diperlakukan secara tidak adil, baik dalam
hal gaji, promosi, atau kesempatan untuk pengembangan karir, itu dapat menyebabkan stres.
9) Ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi: Jika karyawan merasa sulit untuk
menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka, itu dapat menyebabkan stres.

Tahapan Stres

Menurut Hawari (1997), ada empat tahapan stres kerja yang dialami seseorang, yaitu:

1) Tahap Kelelahan (Fatigue Stage)


Pada tahap ini, seseorang merasakan kelelahan fisik dan mental setelah bekerja dalam waktu yang
lama. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan aktivitas kardiovaskular dan hormonal, serta
adanya penurunan kesadaran dan konsentrasi. Gejala yang muncul antara lain mudah marah, sulit
tidur, sakit kepala, dan penurunan produktivitas.
2) Tahap Kecemasan (Anxiety Stage)
Pada tahap ini, seseorang mulai merasakan kecemasan dan kekhawatiran yang lebih besar dari
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena tubuh terus menerus berada dalam keadaan siaga dan
respons "fight or flight" yang berlebihan. Gejala yang muncul antara lain rasa gelisah, ketakutan,
dan ketegangan otot.
3) Tahap Kebingungan (Confusion Stage)
Pada tahap ini, seseorang mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan dan menyelesaikan
tugas dengan efektif. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan kemampuan kognitif dan
gangguan memori. Gejala yang muncul antara lain sulit berkonsentrasi, mudah lupa, dan sulit
memecahkan masalah.
4) Tahap Kebuntuan (Burnout Stage)
Pada tahap ini, seseorang mengalami kelelahan kronis yang menyebabkan kehilangan minat dan
motivasi dalam pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena tubuh telah mengalami stres kronis yang
berkepanjangan dan tidak mampu lagi beradaptasi. Gejala yang muncul antara lain rasa putus asa,
merasa tidak berdaya, dan kehilangan semangat.

Cara mengatasi Stres Kerja

Beberapa cara yang dapat membantu mengatasi stres kerja antara lain:

a. Olahraga: Melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat membantu mengurangi stres dan
meningkatkan kesehatan fisik dan mental.
b. Manajemen waktu: Menciptakan jadwal yang teratur dan memprioritaskan tugas-tugas penting
dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan efisiensi kerja.
c. Istirahat yang cukup: Tidur yang cukup dan istirahat yang teratur dapat membantu mengurangi
stres dan meningkatkan kinerja kerja
d. Meditasi atau yoga: Meditasi atau yoga dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan
konsentrasi dan fokus.
e. Mengatur ekspektasi: Mengatur ekspektasi yang realistis dan berkomunikasi dengan atasan atau
rekan kerja tentang batas waktu dan tugas-tugas yang realistis dapat membantu mengurangi stres.
f. Melakukan hobi atau aktivitas yang menyenangkan: Melakukan hobi atau aktivitas yang
menyenangkan di luar jam kerja dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan
keseimbangan hidup.
g. Berbicara dengan teman atau keluarga: Berbicara dengan teman atau keluarga tentang stres kerja
dapat membantu mengurangi stres dan memberikan dukungan emosional.
h. Konseling atau terapi: Jika stres kerja terus-menerus dan mempengaruhi kesehatan mental dan
fisik, konseling atau terapi dapat membantu mengatasi stres secara efektif.
i. Penting untuk diingat bahwa setiap orang mungkin memiliki cara yang berbeda dalam mengatasi
stres kerja. Oleh karena itu, penting untuk mencari cara yang paling efektif bagi diri sendiri untuk
mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan.

Strategi Manajemen Stress Kerja

Strategi manajemen stres kerja dapat membantu seseorang mengelola dan mengurangi stres yang dialami
di tempat kerja. Berikut adalah beberapa strategi manajemen stres kerja yang dapat dipertimbangkan:

I. Identifikasi sumber stres: Identifikasi apa yang menyebabkan stres di tempat kerja dan cari tahu
cara untuk mengurangi atau mengatasi masalah tersebut.
II. Manajemen waktu: Buat jadwal kerja yang realistis dan manajemen waktu dengan baik untuk
membantu menyelesaikan tugas secara efektif dan menghindari penumpukan pekerjaan.
III. Prioritaskan tugas: Prioritaskan tugas berdasarkan pentingnya, sehingga Anda dapat fokus pada
tugas-tugas yang paling penting dan menyelesaikannya terlebih dahulu.
IV. Batasi gangguan: Batasi gangguan yang tidak penting, seperti pemberitahuan media sosial, email,
atau pesan singkat, saat bekerja untuk mengurangi gangguan yang bisa meningkatkan stres.
V. Beri diri istirahat: Berikan waktu untuk istirahat di antara jadwal kerja, seperti melakukan
olahraga atau meditasi, untuk membantu meredakan stres dan meningkatkan konsentrasi.
VI. Lakukan komunikasi yang jelas: Komunikasi yang jelas dengan rekan kerja atau atasan dapat
membantu mengurangi stres dan memperjelas tugas-tugas yang harus dilakukan.
VII. Jangan takut meminta bantuan: Jangan takut untuk meminta bantuan dari rekan kerja atau atasan
ketika memerlukan bantuan dalam menyelesaikan tugas yang menimbulkan stres.
VIII. Jaga kesehatan: Jaga kesehatan fisik dan mental dengan tidur yang cukup, makan makanan sehat,
melakukan olahraga secara teratur, dan memastikan waktu istirahat yang cukup.

Dalam memilih strategi manajemen stres kerja yang tepat, penting untuk menyesuaikan dengan gaya
hidup dan preferensi pribadi. Dengan mengidentifikasi dan mengimplementasikan strategi yang sesuai,
seseorang dapat mengurangi stres kerja dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai