Anda di halaman 1dari 8

2.

1 Definisi Kepuasan Kerja


Seorang individu saat bekerja di dalam organisasi, hal yang paling utama diharapkan
adalah kepuasan kerja. Banyak individu memiliki kepuasan karena produktivitas dan
prestasi kerja yang mereka hasilkan. Tidak sedikit juga yang hanya karyawan atau
pegawai bawahan tanpa prestasi dan kinerja yang biasa-biasa saja, tetapi memiliki
kepuasan kerja cukup baik. Karyawan yang mempunyai kepuasaan kerja akan menyukai
situasi, lingkungan dinamika yang berlangsung, serta pekerjaan itu sendiri yang
ditekuninya. Berikut beberapa pengertian kepuasan kerja menurut pendapat beberapa ahli
[ CITATION Tim18 \l 1033 ] :
1. Davis dan Newstrom (1985:105), Kepuasaan kerja adalah seperangkat perasaan
pegawa tentang menyenangkan atau tidak pekerjaan mereka.
2. Howell dan Robert dalam Wijono (2010 : 122), Memandang bahwa kepuasan
kerja sebagai hasil keseluruhan dari derjat rasa suka atau tidak sukanya karyawan
terhadap aspek pekerjaannya.
3. Robbins (2002 : 36), Kepuasan kerja (job satisfaction) mengacu kepada sikap
individu ecara umum terhadap pekerjaanya.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disampaikan pengertian kepuasan kerja
sebagai kondisi menyenangkan yang dialami oleh individu dalam organisasi oleh
berbagai hal yang menjadi penyebabnya. Adi, pengertian lain untuk kepuasan kerja
adalah sikap positif dari setiap individu dalam hal yang berhubungan dengan
pekerjaannya, karena kndisi menyenagkan tersebut, setiap individu memiliki cara
pandang positif terhadap organisasinya melalui pemikiran, perasaan, pendapat, perilaku
yang ada didalam dirinya. Dengan adanya kepuasan kerja, individu akan menyukai dan
memilih untuk bertahan agar selalu terlibat kepada hal-hal yang memberi kepuasan
kepadanya.
2.2 Teori Teori Kepuasan Kerja
Beberapa teori tentang kepuasan kerja yang cukup dikenal menurut (Rivai, 2006:475)
adalah [ CITATION MIR13 \l 1033 ] :
1. Teori Ketidaksesuaian (discrepancy theory).
Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih
antara sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. Kepuasan kerja
seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu yang dianggap akan didapatkan
dengan apa yang dicapai.
2. Teori Keadilan (equity theory).
Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas
tergantung pada apa atau tidaknya keadilan dalam suatu situasi, khususnya situasi
kerja. Menurut teori ini komponen utama dalam teori keadilan adalah input, hasil,
keadilan, dan ketidak adilan. Input adalah faktor bernilai bagi karyawan yang
dianggap mendukung pekerjaannya seperti pendidikan, pengalaman, kecakapan
jumlah tugas dan peralatan atau perlengkapan yang digunakan untuk melaksanakan
pekerjaanya. Hasilnya adalah sesuatu yang dianggap bernilai oleh seseorang
karyawan yang diperoleh dari pekerjaanya, seperti gaji/upah, keuntungan,
penghargaan, dan kesempatan untuk berhasil atau aktualisasi diri.
3. Teori Dua Faktor (two factor theory).
Menurut teori ini kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja itu merupakan hal
yang berbeda. Teori ini merumuskan karakteristik pekerjaan menjadi kelompok
yaitu Satisfies dan Dissatisfies. Satiesfies 15 ialah faktor-faktor atau situasi yang
dibutuhkan sebagai sumber kepuasan yang terdiri dari pekerjaan yang menarik,
penuh tantangan, ada kesempatan untuk berprestasi, kesempatan memperoleh
penghargaan dan promosi. Sedangkan dissatisfies adalah faktor-faktor yang menjadi
sumber ketidakpuasan yang terdiri dari gaji/upah, pengawasan, hubungan antara
pribadi, kondisi kerja dan status.
2.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi kepuasan kerja
Sutrisno (2014;80) mengemukakan faktor faktor yang empengaruhi kepuasan kerja
antara lain :
a. Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan pekerja,
yang meliputi minat, bakat, kententraman dalam bekerja, sikap terhadap keja dan
keterampilan.
b. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial antar
pekerja ataupun dengan atasan.
c. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhbungan dengan kondisi fisik pekerja,
meliputi jenis kerja, pengaturan waktu kerja, perlengkapan kerja, keadaan ruangan
suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan, dan umur.
d. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta
kesejahteraan pekerja, yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial,
macam macam tunjangan, fasilitas yang diberikan dan promosi.
2.4 Definisi Kelelahan Kerja Mental
Kelelahan mental (mental fatigue) merupakan kondisi psikologi yang disebabkan
karena aktivitas atau pekerjaan yang repetitive (monoton). Selain itu kelelahan mental
adalah keadaan mental yang tercipta karena tidak adanya ketertarikan seorang pekerja
dengan apa yang dia kerjakan. Kelelahan mental ini ditandai dengan munculnya rasa
tidak nyaman,kejenuhan, keletihan, kurangnya minat untuk menyelesaikan pekerjaan
yang belum terselesaikan dan menyebabkan stres kerja (Cutsem et al., 2017).
Meskipun kelelahan mental tidak dapat dilihat, namun kelelahan mental memerlukan
perhatian khusus. Karena akibat munculnya kelelahan mental ini dapat berimbas pada
menurunnya kinerja para pekerja terhadap apa yang mereka lakukan. Hal ini dapat
berdampak pada sulitnya mendapatkan rasa pencapaian, penurunan kepuasan kerja dan
berkurangnya komitmen terhadap pekerjaan atau organisasi. Sehingga hal tersebut dapat
merugikan perusahaan. Selain itu kelelahan mental juga dapat menimbulkan penurunan
fungsi organ atau keseluruhan organisme. Sehingga menghasilkan reaksi psikologi
sebagai contoh adanya peningkatan frekuensi detak jantung (Cutsem et al., 2017).
2.5 Faktor faktor yang menyebbakan Kelelahan Mental
Menurut Sitohang (2019) ada dua faktor penyebab kelelahan kerja, yakni faktor
internal dan faktor eksternal.
a) Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu, terdiri dari :
1. Umur
Semakin usia bertambah, kemampuan kerja alat-alat tubuh juga ikut
menurun. Hal ini menyebabkan pekerja mudah mengalami kelelahan kerja.
Faktor individu seperti umur dapat mempengaruhi waktu reaksi dan perasaan
lelah tenaga kerja. Pada umur yang lebih tua terjadi penurunan kekuatan otot,
tetapi keadaan ini diimbangi dengan stabilitas emosi yang lebih baik di banding
tenaga kerja yang muda yang dapat berakibat positif dalam melakukan
pekerjaan.
2. Jenis Kelamin
Para pekerja wanita akan mengalami tingkat kelelahan kerja lebih besar
dibandingkan dengan pekerja pria. Hal ini dikarenakan para pekerja wanita akan
mengalami siklus biologi menstruasi setiap bulan didalam mekanisme tubuhnya
sehingga akan mempengaruhi kondisi fisik maupun psikisnya sehingga akan
menyebankan tingkat kelalahan pada wanita lebih besar dibanding tingkat
kelelahan pada pria. Faktor lain yang menyebabka hal itu ialah pada saat wanita
sedang haid yang tidak normal (dysmenorrhoea), maka akan dirasakan sakit
sehingga akan lebih cepat lelah.
3. Kondisi Kesehatan
Kondisi Kesehatan para pekerja dapat mempengaruhi kelelahan kerja.
Kondisi Kesehatan ini bisa diliat di riwayat penyakit yang diderita pekerja.
Terdapat beberapa penyakit yang dapat menyebabkan kelelahan kerja yaitu :
a) Penyakit gangguan ginjal
Pada penyakit ini akan terjadi gangguan pada sistem pengeluaran sisa
metabolism tubuh sehingga sisa-sisa tersebut akan tertimbun di dalam
darah. Penimbunan sisa metabolism tersebut akan menyebabkan kelelahan.
b) Penyakit jantung
Pada penyakit ini, jika seseorang kekurangan darah maka pada paru-
parunya akan mengalami bendungan hingga menyebabkan nyeri dan sesak
nafas. Sehingga akan mudah mengalami kelelahan.
c) Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Pada penyakit ini, sakit kepla merupakan indikator atau gejala yang sering
muncul. Selain itu pada pekerja yang memiliki riwayat hipertensi akan
menyebabkan kerja jantung menjadi lebih kuat hingga jantung membesar.
Pada saat jantung tidak mampu mendorong darah beredar keseluruhan
tubuh dan sebagian akan menumpuk pada jaringan seperti tungkai atau
paru. Selanjutnya terjadi sesak nafas akibat dari pertukaran darah
tersumbat. Sedangkan pada tungkai terjadi penumpukan sisa metabolisme
yang menyebabkan kelelahan.
d) Keadaan psikis tenaga kerja
Keadaan psikis tenaga kerja yaitu suatu respon yang akan muncul ketika
ada bagian tubuh yang salah.sehingga akan muncul ketegangan-
ketegangan suatu organ. Ketegangan-ketegangan tersebut mengakibatkan
tingkat kelelahan kerja meningkat.
4. Posisi kerja
Posisi tubuh ketika bekerja diharapkan dalam sikap atau posisi yang
ergonomi, sehingga dicapai efisien kerja dan produktivitas yang optimal dengan
memberikan rasa nyaman dalam bekerja. Apabila dalam melakukan pekerjaan
posisi tubuh salah, maka akan menyebabkan terjadinya kelelahan kerja.
b) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu, terdiri dari :
1. Beban Kerja
Seseorang akan mengalami kelelahan kerja karena adanya
ketidakseimbangan pembebanan. Jika terlalu berat maka akan terjadi kelelahan
yang berlebihan, beban pikiran, frustasi, dan pada akhirnya akan mengganggu
Kesehatan pekerja. Contohnya seperti perawat, beban kerja perawat dapat
semakin bertambah jika perawat mengambil dua kali shift dalam sehari. Selain
menambah beban kerja fisik, hal tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan kelelahan kerja karena berkurangnya waktu tidur dan mengganggu
irama biologis tubuh.
2. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan menuntut ketrampilan kerja yang meliputi pengetahuan
tentang tata cara kerja dan prakteknya, serta pengenalan aspek-aspek pekerjaan
secara terperinci sampai hal-hal kecil termasuk keselamatannya. Seorang tenaga
kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan fisik, mental
atau sosial. Penempatan yang tepat pada tenaga kerja meliputi kecocokan
pengalaman, ketrampilan, motivasi dan kepastian kerja
3. Masa Kerja
Masa kerja adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun pertama bekerja
hingga saat penelitian dilakukan dihitung dalam tahun. Semakin lama masa
kerja seseorang maka semakin tinggi juga tingkat kelelahan, karena semakin
lama bekerja menimbulkan perasaan jenuh akibat kerja monoton akan
berpengaruh terhadap tingkat kelelahan yang dialami.
4. Lingkungan Kerja
a) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik ini berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan
kerja seperti tingkat pencahayaan, suhu, kelembapan, dan kebisingan.
Lingkungan fisik sangatlah mempengaruhi tingkat kelelahan pekerja.
Semakin buruk kondisi fisik lingkungan kerja maka dapat mengganggu
konsentrasi, kemampuan dan efektivitas kerja sehingga dapat menimbulkan
kelelahan kerja.
b) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial berhubungan dengan keyakinan nilai-nilai, sikap,
pandangan, gaya hidup, serta interaksi antar pekerja. Dimana ketika
lingkungan sosialnya buruk maka dapat meningkatkan kelelahan pekerja.
c) Lingkungan psikologi
Kehidupan psikologis adalah interaksi perilaku-perilaku karyawan
dalam suatu perusahaan dimana mereka bekerja. Interaksi antar karyawan
ini dapat mempengaruhi kelelahan kerja. Semakin buruk interaksi antar
karyawan maka dapat meningkatkan kelelahan terutama kelelahan mental.
2.6 Akibat Kelelahan kerja
Menurut Randall Schuler dalam Roshadi (2014) akibat dari kelelahan kerja antara lain :
1) Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan lebih sedikit dalam mendapatkan
prestasi dibandingkan dengan pekerja yang masih penuh semangat.
2) Memburuknya hubungan antar pekerja
3) Dapat mendorong terciptanya tingkah laku yang menyebabkan menurunnya
kualitas rumah tangga.
Selain itu kelelahan mental pada pekerja berdampak burukdan mempengaruhi
pekerjaan seperti kengengganan berangkat kerja, marah dan dendam, perasaan bersalah,
adanya perasaan gagal, kecil hati dan masa bodoh, serta menurunya kemampuan
berkonsentrasi, sinis terhadap rekan kerja, bersikap menyalahkan, dan kaku dalam
berpikir serta bertahan untuk tidak berubah.
2.7 Definisi Kategori
Karakteristik responden memiliki beberapa kategori yang dapat mempengaruhi
kelelahan mental dan kepuasan kerja yaitu :
1. Usia
Usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang yang
berakibat pada kelelahan. Salah satu indikator dari kapasitas kerja adalah kekuatan
otot seseorang. Semakin tua usia seseorang, maka semakin menurun kekuatan
ototnya. Kekuatan otot yang dipengaruhi oleh umur akan berakibat pada kemampuan
fisik tenaga kerja untuk melakukan pekerjaannya sehingga mempengaruhi kepuasan
terhadap pencapaian kerja. Laki-laki maupun wanita pada umur sekitar 20 tahun
merupakan puncak dari kekuatan otot seseorang, dan pada umur sekitar 50 – 60 tahun
kekuatan otot mulai menurun sekitar 15 – 25% (Setyowati dkk, 2014).
2. Jenis Kelamin
Perbedaan secara fisik antara jenis kelamin wanita dan laki-laki terletak pada
ukuran tubuh dan kekuatan ototnya. Kekuatan otot wanita relatif kurang jika
dibandingkan dengan kekuatan otot laki-laki. Kekuatan otot ini akan mempengaruhi
kemampuan kerja seseorang yang merupakan penentu dari terjadinya kelelahan dan
kepuasan kerja. Permasalahan wanita lebih kompleks dibandingkan laki-laki, salah
satunya adalah haid. Wanita yang sedang mengalami haid cenderung cepat lelah
dibandingkan wanita yang tidak mengalami haid (Suma’mur, 1996 dalam Santoso,
2011).
3. Status Gizi
Status gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang pekerja dengan
status gizi yang baik akan memiliki ketahanan tubuh dan kapasitas kerja yang lebih
baik, sedangkan seorang pekerja dengan status gizi yang tidak baik akan memiliki
ketahanan tubuh dan kapasitas kerja yang tidak baik juga (Budiono, 2003, dalam
Retnosari dan Dwiyanti, 2017).
4. Status Kesehatan
Kesehatan fisik sangat penting untuk menduduki suatu pekerjaan. Tidak
mungkin seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik jika sering sakit.
Beberapa riwayat penyakit alamiah yang diderita oleh pekerja juga berhubungan
dengan kelelehan kerja.
2.8 Cara Pengukuran
Setyawati (2004) dalam Vila (2014), menambahkan parameter untuk pengukuran
kelelahan kerja diantaranya skala perasaan lelah dan untuk pengukuran perasaan
kelelahan dapat dipakai Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)
untuk pekerja Indonesia. KAUPK2 ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang keluhan
kerja. Terdiri dari 17 pertanyaan yang telah teruji validitas dan reabilitasnya,
menggambarkan pelemahan aktivitas sebanyak 7 butir, aspek pelemahan motivasi 3
butir, dan aspek gejala fisik 7 butir.
Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka dapat diketahui tingkat kelelahan
kerja yang dikategorikan sebagai berikut :
 Kurang lelah, bila responden memperoleh skor jawaban < 20 (< 40% dari total
skor).
 Lelah, bila responden memperoleh skor jawaban antara 20-35 (40-75% dari total
skor).
 Sangat lelah, bila responden memperoleh skor jawaban > 35 (75% dari total skor).

Anda mungkin juga menyukai