Anda di halaman 1dari 11

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Stres Kerja
1. Pengertian Stres Kerja
Tidak bisa dipungkiri pasti setiap manusia atau karyawan yang sudah mulai
melakukan pekerjaan pasti pernah mengalami stres karena masalah yang sedang
terjadi di lingkungannya, baik di lingkungan sosial ataupun lingkungan kerja.
Menurut Mangkunegara (2009:179), stres merupakan perasaan tertekan yang
dialami karyawan saat menghadapi pekerjaan. Hal ini dapat terlihat dari emosi
yang tidak stabil, perasaan tidak tenang, tekanan darah meningkat serta
mengalami gangguan pencernaan. Sedangkan definisi stress menurut Robbins
(2007:793) adalah suatu keadaan yang dialami oleh individu dalam menghadapi
sebuah peluang, kendala, atau tuntutan yang hasilnya dianggap tidak pasti namun
penting.
Stres kerja suatu ketidakmampuan sesorang dalam menyelesaikan masalah
yang dimiliki sehingga mengakibatkan mental dan fisik sesorang akan mengalami
penurunan secara drastis. Stres kerja sangat mempengaruhi kesehatan sesorang
baik kesehatan rohani maupun jasmani. Jika sesorang yang terdampak stres maka
sangat menggangu seseorang untuk melakukan pekerjaan dan lingkungan yang
dimiliki. Kerja Mangkunegara (2013), mendefinisikan bahwa stress kerja adalah
perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stress
kerja menurut Rivai dan Deddy Mulyadi (2013), berpendapat bahwa stress kerja
dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan
dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua
kondisi pekerjaan.

Menurut Triatna (2015:139), menyatakan bahwa : “Stres adalah suatu keadaan


seseorang, di mana kondisi fisik dan/atau psikisnya terkena gangguan dari dalam
atau luar dirinya sehingga mengakibatkan ketegangan dan menyebabkan
munculnya perilaku tidak biasa (yang dikategorikan menyimpang) baik fisik,
sosial, maupun psikis.” Perilaku karayawan yang menyimpang dalam bekerja
merupaka salah satu bentuk stres kerja. Menurut Husien (2010:44),
menyatakan bahwa: “Stres sebagai suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi
emosi, proses berpikir dan kondisi seorang pekerja.”
2. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Stres Kerja
Stres kerja ditimbulkan dari berbagai hal yang membuat karyawan
merasa kurang nyaman. Menurut Triatna (2015:139) “Faktor penyebab stres
adalah faktor pekerjaan, faktor non-pekerjaaan, dan faktor dari pribadi
seseorang.” Sangat banyak faktor yang dapat menyebabkan stress bagi pekerja
baik itu dari faktor dalam maupun faktor dari luar. Salah satu faktor yang sangat
menyebabkan stres bagi pekerja adalah faktor dari diri sendiri seperti masalah
yang dimiliki dalam keluarga, dan kepribadian yang pekerja miliki. Faktor-faktor
yang menyebabkan stress antara lain:
1. Faktor dari Lingkungan
Ketidakpastian lingkungan sangat mempengaruhi keadaan sebuah organisasi
yang di dijalankan. Karena ketidakpastian lingkungan banyak bentuk seperti
ketidakpastian teknologi dalam organisasi yang sangat berpengaruh untu
kemajuan organisasi dan lembaga tersebut.
2. Faktor dari Individu
Faktor ini sangat eratnya dengan kehidupan pribadi seseorang. Faktor tersebut
adalah masalah dengan keluarga, masalah kepribadian seseorang. Secara
konsisten banyak seseorang sangat mementingkan hubungan pribadi terlebih
dahulu dan juga keluarga.

Menurut Stavroula Leka et al., (2003), dalam kontek pekerjaan sehari-hari, karyawan
yang mengalami stres banyak disebabkan oleh faktor-faktor antara lain:
1.Jenis pekerjaan seperti tugas yang monoton, kurang tantangan, kurangnya variasi, tugas
yang tidak menyenangkan.
2. Beban kerja dan kecepatan kerja seperti terlalu sedikit waktu untuk dilakukan,
pekerjaan di bawah tekanan waktu, jadwal kerja yang ketat dan tidak fleksibel, jam kerja tak
terduga, jadwal shift yang dirancang buruk.
3. Partisipasi dan control seperti kurangnya partisipasi dalam pengambilan keputusan,
kurangnya kontrol (misalnya, atas metode kerja, bekerja dengan kecepatan tinggi).
4.Pengembangan Karier, status dan kompensasi seperti keamanan pekerjaan, kurangnya
prospek promosi, skema pembayaran yang lemah, besaran pembayaran yang minim,
sistem evaluasi kinerja yang tidak jelas.
5. Hubungan kerja seperti hubungan yang buruk dengan rekan kerja, penindasan,
pelecehan, dan kekerasan, tidak ada prosedur kerja.
6. Budaya Organisasi seperti komunikasi yang buruk, system kepemimpinan yang buruk,
kurangnya kejelasan tentang tujuan organisasi.
7.Masalah pribadi seperti konflik tuntutan pekerjaan dan rumah, kurangnya dukungan di
tempat kerja, kurangnya dukungan untuk masalah pekerjaan di rumah.
Banyak penelitian telah dilakukan dan membuktikan bahwa seluruh penyebab
stres tersebut berhubungan negatif terhadap kinerja pekerjaan dan kinerja (Luthan Fred,
2011). Artinya semakin meningkat tingkat stres yang dialami karyawan maka semakin
menurun kinerja mereka yang akhirnya mempengaruhi kinerja organisasi mereka secara
menyeluruh.
3. Gejala Stres Kerja

Gejala dari stres dapat dikategorikan menjadi tiga kategori umum: gejala fisiologis, gejala
psikologis, dan gejala perilaku (Robbins dan Judge, 2011).

1. Gejala stres yang pertama adalah gejala stres kerja fisiologis yang dimana pengaruh
awal gejala stres biasanya berupa gejala-gejala fisiologis. Gejala fisiologis tersebut
dapat berupa perubahan dalam metabolisme. Perubahan metabolisme tersebut antara
lain: meningkatkan laju detak jantung dan pernapasan, meningkatkan tekanan darah,
menimbulkan sakit kepala, dan menyebabkan serangan jantung (Robbins dan Judge,
2011).
2. Gejala stres yang berikutnya adalah gejala psikologis. Gejala psikologis stres kerja
dapat disebabkan oleh rasa tidak puas akan sesuatu pekerjaan. Rasa tidak puas
terhadap pekerjaan merupakan efek psikological yang paling jelas akan stres. Akan
tetapi, stres menampakkan bentuknya dalam keadaan psikologikal yang lain sebagai
contoh gejala yang ditimbulkan: ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, dan
sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan (Robbins dan Judge, 2011).
3. Yang terakhir adalah gejala perilaku ini merupakan gejala- gejala stres yang berkaitan
dengan perilaku karyawan akibat stres yang dialami, gejala-gejala tersebut antara lain
meliputi: perubahan dalam tingkat produktivitas, kemangkiran, perputaran karyawan,
perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang
gagap, kegelisahaan dan ketidakteraturan waktu tidur (Robbins dan Judge, 2011).
4. Dampak Stres
Akibat stres yang dialami seseorang tergantung dari seberapa lama stres yang
dialaminya. Menurut Mumpuni dan Wulandari (2010:103) beberapa akibat
yang Nampak jika seseorang sedang mengalami stress antara lain: kelelahan
dalam bekerja, psikomatis (terganggunya mental dan fisik seseorang), trauma
serta kelelahan kepedulian. Sementara Cox dalamPangewa (2005: 236)
mengungkapkan bahwa stress dapat mengakibatkan beberapa hal, yakni:
akibat subjektif (kegelisahan, kebosanan), akibat perilaku (emositidak stabil),
akibat kognitif (kurang konsentrasi, kurang bisa mengambil keputusan), akibat
fisiologis (naiknya tekanan darah), serta akibat keorganisasian (menyebabkan
kinerja menjadi rendah). Selain itu banyak dampak stres kerja dari berbagai
aspek antara lain:
1. Dampak terhadap perusahaan
Karyawan yang mengalami stres kerja akan mengalami penurunan kinerja
sehingga dalam mengahadapi pekerjaan maka akan tidak optimal hasilnya.
Dimana tingkat produktivitas karyawan akan menurun jika sudah
mengalami stres kerja. Dan menurunnya tingkat kesetiaan terhadap
perusahaan.
2. Dampak terhadap individu
Karyawan yang mengalami stres kerja akan mengalami penurunan
kesehatan seperti jantung, darah tinggi, dan penyakit lainnya. Selain itu
karyawan juga akan mengalami perubahan perilaku karyawan yang
menjadi tidak teratur karena stres yang muncul.

5. Indikator Stres Kerja


Kehidupan saat ini dengan persaingan yang ketat bisa membuat orang
mengalami stress terdapat banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang
terkena stres salah satu penyebabnya adalah beban pekerjaan yang semakin
menumpuk yang di alami karyawan itu sendiri. Menurut Igor S menyatakan
bahwa indikator stres kerja adalah :
1. Intimidasi dan tekanan dari rekan kerja kita, pimpinan perusahaan dan
klaien adanya tekanan yang di terima dari atsan maupun rekan kerja sendiri
yang harus dipenuhi akan menjadi beban sendiri yang di alami individu.
2. Perbedaan antara tuntutan dan sumber daya yang ada untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban. Tuntutan yang di terima dari pekerjaannnya namun tidak
didukung oleh sumber daya yang ada maka akan di pengaruhi tingkat stress
pekerjaan karena beban tersebut.
3. Ketidak cocockkan dengan pekerjaan. Penempatan yang tidak sesuai
dengan basic dari pekerjaan tersebut akan menjadi hambatan dalam bekerja
karyawan karena akan mengalami kesulitan dalam memahami dalam
pekerjaan.
4. Pekerjaan yang bahaya membuat frustasi, membosankan atau berulang-
ulang pekrjaan yang berbahaya akan menjadi tantangan bagi para pekerja
karena perlu ketelitian dalam menghadapi pekerjaan yang ada selain itu
pekrjaan yang berulang-ulang akan menyebabkan seorang karyawan akan
menjadi jenuh dengan situasi yang ada.
5. Beban lebih, yaitu adanya target tertentu yang di berikan kepada karyawan
yang kemudian yang kemudian menjadi beban yang di rasakan oleh karyawan.
6. Faktor-faktor yang di terapkan oleh diri sendiri seperti target dan harapan
yang tidak realistis, kritik dan dukungan terhadap diri sendiri.

B. Burnout
1. Pengertian Burnout
Burnout yaitu keadaan stress secara psikologis yang sangat ekstrem sehingga
individu mengalami kelelahan emosional dan motivasi yang rendah untuk bekerja.
Burnout dapat merupakan akibat dari stress kerja yang kronis (King, 2010).
Menurut Maslach, Leiter (2015) berpendapat bahwa burnout merupakan reaksi
emosi negatif yang terjadi dilingkungan kerja, ketika individu tersebut mengalami
stress yang berkepanjangan. Burnout merupakan sindrom psikologis yang
meliputi kelelahan, depersonalisasi dan menurunnya kemampuan dalam
melakukan tugas-tugas rutin seperti mengakibatkan timbulnya rasa cemas,
depresi, atau bahkan dapat mengalami gangguan tidur. Seseorang yang menderita
burnout ditandai dengan seorang individu tidak mampu mengatasi stres yang
dideritanya (Luthans Fred 2011). Menurut Burke dalam Satriyo dan Survival
(2014) burnout merupakan proses psikologis yang dihasilkan oleh stress akan
pekerjaan yang tidak terlepaskan dan menghasilkan kelelahan emosi, perubahan
kepribadian, dan penurunan dari pencapaian prestasi kerja.
Burnout terjadi akibat stres yang berkepanjangan di tempat kerja. Burnout
akan terjadi ketika seseorang sudah tidak mampu lagi menyelesaikan tuntutan dan
tekanan pekerjaan dalam jumlah yang banyak. Dimana jika karyawan sudah
mengalami burnout maka waktu untuk komunikasi dengan orang sangat sulit.
Burnout juga akan terjadi jika stres sudah berlebihan yang terjadi akibat
penimbunan dan dampak dari stres kerja yang panjang.

2. Indikator dan Dimensi Burnout


Menurut Maslach, Leiter (2015) burnout mempunyai dimensi dan indikator
yaitu :
1. Kelelahan Emosional (Emotional exhaustion) Sedangkan kelelahan emosional
memiliki indikator yaitu perasaan lelah dan letih di tempat kerja, ketika seseorang
mengalami exhaustion maka mereka akan merasakan energinya seperti terkuras
habis dan ada perasaan “kosong” yang tidak dapat teratasi lagi. Dapat diukur
dengan sering merasa lelah dan emosi dalam bekerja.
2. Depersonalisasi (Depersonalization) Sedangkan depersonalisasi memiliki
indikator yaitu pengembangan perasaan sinis dan tak berperasaan terhadap orang
lain, proses penyeimbangan antara tuntutan pekerjaan dan kemampuan individu.
Hal ini berupa sikap sinis terhadap orang-orang yang berada dalam lingkup
pekerjaan dan kecenderungan untuk menarik diri serta mengurangi keterlibatan
dalam bekerja. Perilaku tersebut diperlihatkan sebagai upaya melindungi diri dari
perasaan kecewa, karena penderita menganggap bahwa dengan berperilaku seperti
itu, maka mereka akan aman dan terhindar dari ketidakpastian dalam pekerjaan.
Dapat diukur degan indicator merasa pekerjaan yang dikerjakan tidak berarti.
3. Penurunan Pencapaian Prestasi Pribadi Sedangkan penurunan pencapaian
prestasi pribadi memiliki indikator yaitu ditandai dengan perasaan tidak puas
terhadap diri sendiri, pekerjaan bahkan terhadap kehidupan. Penurunan
pencapaian prestasi pribadi disebabkan oleh perasaan bersalah telah melakukan
orang lain disekitarnya secara negatif. Adapun indicator pengukuran yang
biasanya diukur melalui adanya ketidakpuasan terhadap diri sendiri.
C. Kinerja Karyawan
1. Pengertian Kinerja
Menurut Suryadi (2010:23) kinerja merupakan hasil dari proses atau tingkat
keberhasilan seseorang atau keseluruhan selama periode tertentu di dalam
melaksanakan tugasnya. Yulius Dharma (2017) kinerja merupakan keluaran yang
dihasilkan dari fungsi atau indicator suatu pekerjaan atau profesi dalam kurun
waktu tertentu. . Kinerja menurut Ruky yang dikutip oleh Mangkunegara (2013:6)
adalah suatu bentuk usaha kegiatan atau program yang diprakarsai dan
dilaksanakan oleh pemimpin organisasi atau perusahaan untuk mengarahkan dan
mengendalikan prestasi karyawan. Mangkunegara (2015:67) kinerja adalah hasil
kerja secara kualitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Guangdong,
dkk (2019) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang dicapai untuk setiap
pekerjaan berfungsi selama periode waktu tertentu. Kinerja juga merupakan
perilaku peran ekstra yang mengacu pada kegiatan yang menunjukkan antusiasme
khusus selama jalannya pekerjaan, menyeselesaikan tugas, bekerja sama dengan
orang lain dan secara aktif melakukan tugas.
2. Indikator Kinerja
Indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu ada 3 indikator,
Hasibuan, Malayu S. P. (2011) yaitu:
1) Kualitas Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas
pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan
kemampuan karyawan.
2) Kuantitas Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti
jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
3) Ketepatan waktu Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu
yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.

Sedangkan menurut Prawirosentono (2008:27), kinerja dapat dinilai atau diukur dengan
beberapa indikator yaitu:

1. Efektifitas
Efektifitas yaitu bila tujuan kelompok dapat dicapai dengan kebutuhan yang
direncanakan.
2. Tanggung jawab
Tanggung Jawabmerupakan bagian yang tak terpisahkan atau sebagai akibat
kepemilikan wewenang.
3. Disiplin
Disiplin yaitu taat pada hukum dan aturan yang belaku. Disiplin karyawan adalah
ketaatan karyawan yang bersangkutan dalammenghormati perjanjian kerja dengan
perusahaan dimana dia bekerja.
4. Inisiatif
Inisiatif berkaitan dengan daya pikir, kreatifitas dalam bentuk suatu ide yang
berkaitan tujuan perusahaan. Sifat inisiatif sebaiknya mendapat perhatian atau
tanggapan perusahaan dan atasan yang baik. Dengan perkataan lain inisiatif karyawan
merupakan daya dorong kemajuan yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja
karyawan.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Timple dalam Uno (2012:127), ada enam faktor eksternal yang
memengaruhi kinerja karyawan, yaitu: lingkungan, perilaku manajemen, desain
jabatan, penilaian kinerja, umpan balik, serta balas jasa (upah/gaji).
Prawirosentono (2008:27) mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi
kinerja antara lain efektivitas dan efisiensi. Efektivitas berarti tujuan kelompok
atau organisasi dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan, sementara efisiensi
merupakan ukuran perbandingan antara rancangan rencana kebutuhan dengan
kebutuhan yang sebenarnya. Dapat diambil kesimpulan bahwa faktorfaktor yang
memengaruhi kinerja karyawan (prestasi kerja) antara lain efisiensi dan
efektivitas, meliputi penggunaan waktu kerja yang tepat, kecepatan dalam
melaksanakan pekerjaan, tingkat ketidakhadiran, pelayanan yang maksimal, serta
sanksi yang diberikan jika melakukan kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan.

D. Kaitan Antar Variabel – Variabel


1. Kaitan Antara Variabel Stres Terhadap Kinerja
Stres dapat sangat membantu atau fungsional, tetapi juga dapat berperan salah
atau merusak prestasi kerja. Secara sederhana hal ini berarti bahwa stres
mempunyai potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja,
tergantung seberapa besar tingkat stres. Bila tidak ada stres, tantangan kerja
juga tidak ada, dan prestasi kerja atau kinerja karyawan cenderung
rendah.Sejalan dengan meningkatnya stres, kinerja karyawan cenderung naik,
karena stres membantu karyawan untuk mengerahkan segala sumber daya dalam
memenuhi berbagai persyaratan atau kebutuhan pekerjaan. Bila stres telah
mencapai “puncak”, yang dicerminkan kemampuan pelaksanaan kerja harian
karyawan, maka stres tambahan akan cenderung tidak menghasilkan perbaikan
kinerja. Bila stres menjadi terlalu besar, kinerja akanmulai menurun, karena
stres mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Karyawan kehilangan kemampuan
untuk mengendalikannya, menjadi tidak mampu untuk mengambil keputusan-
keputusan danperilakunyamenjaditidak teratur. Akibat paling ekstrim, adalah
kinerja karyawan menjadi nol, karena karyawan menjadi sakit atau tidak kuat
bekerja lagi, putus asa, keluar atau “melarikan diri” dari pekerjaan, dan mungkin
diberhentikan
2. Kaitan Antara Variabel Burnout Terhadap Kinerja
Gemely (2020) menyatakan bahwa burnout memiliki gejala yang dapat dilihat
pada kondisi fisik, perubahan perilaku dan kinerja yang kurang efektif dan efisien.
Seperti munculnya perasaan frustasi, putus asa, sedih, tidak berdaya, tertekan,
apatis terhadap pekerjaan dan merasa terbelenggu oleh tugas-tugas dalam
pekerjaan sehingga seseorang merasa tidak mampu memberikan pelayanan secara
psikologis. Selain itu mereka mudah tersinggung dan mudah marah tanpa alasan
yang jelas.

E. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Miftahul Jannah (2021) yang berjudul “Pengaruh
Motivasi Kerja dan Burnout Terhadap Kinerja Karyawan”. Di dalam penelitian
ini, peneliti bertujuan untuk menguji bagaimana pengaruh antara motivasi dan
burnout terhadap kinerja karyawan. Dengan 52 responden, hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan (hasil uji t motivasi
0.000<0.05 dan burnout 0.001<0.05) (Skripsi).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Anggun Amalia (2018) yang berjudul “Analisis
Burnout dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Bosowa Berlian
Motor DiKota Makasar”. Di dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk menguji
bagaimana pengaruh antara burnout dan stres kerja terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan hasil uji regresi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa untuk
mekanisme burnout dengan stres kerja sering berpengaruh secara positif dan
signifikan khususnya pada PT. Bosowa Berlian Motor Di Kota Makassar.( Vol 4,
No. 001).
3. Penelitian yang dilakukan oleh Dona Dwiyanti Putri (2018) yang berjudul
“Pengaruh Kepuasaan Kerja dan Burnout Terhadap Kinerja Karyawan Produksi
PT. Lea Sanent”. Di dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk menguji
bagaimana pengaruh antara kepuasaan kerja dan burnout terhadap kinerja
karyawan dengan 220 karyawan, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara kepuasaan kerja dan burnout terhadap kinerja
sebesar 46.2%. (Skripsi).
4. Penelitian yang dilakukan oleh Moch. Satriyo Survival (2014) yang berjudul
“Stres Kerja Terhadap Burnout Serta Implikasinya Pada Kinerja”. Di dalam
penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui pengaruh stres kerja terhadap
burnout dan pengaruh burnout terhadap kinerja. Penelitian ini menemukan
pengaruh signifikan secara langsung antara Burnout terhadap Kinerja Dosen.
Selanjutnya, penelitian ini juga menemukan pengaruh signifikan secara langsung
antara Stres Kerja terhadap Kinerja Dosen. (Jurnal Manajemen dan Akuntansi
Volume 3, Nomor 2).

F. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu, maka kerangka pemikiran antara
Stres Kerja dan Burnout Terhadap Kinerja Karyawan Di Kota Palembang dapat digambarkan
sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model Penelitian

Stress Kerja
(X1)

Kinerja Karyawan
(Y)
Burnout
(X2)
Hipotesis
Hipotesis menurut Sugiyono (2018:63) merupakan jawaban sementara antara rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relavan, belum didasarkan oleh fakta-fakta empriris yang diperoleh dalam
pengumpulan data. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah.

H1: Stres Kerja berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja Karyawan

H2: Burnout berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja Karyawan

H3: Stres Kerja dan Burnout berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja Karyawan

Anda mungkin juga menyukai