Stress
1. Lingkungan fisik
1
fisik pekerjaan, seperti terlalu bising, kurang baiknya penerangan,
rancangan ruang kantor yang buruk, ketiadaan privasi, lampu
penerangan yang kurang efektif dan kualitas udara yang buruk
4. Organisasi”.
1. Penyebab fisik
2
menyebabkan prestasi menurun dan tanpa disadari menimbulkan stres.
c. Penggeseran kerja, mengubah pola kerja yang terus-menerus dapat
menimbulkan stres. Hal ini disebabkan karena seorang karyawan
sudah terbiasa dengan pola kerja yang lama dan sudah terbiasa dengan
kebiasaan-kebiasaan lama.
2. Beban kerja
2. Sifat pekerjaan
a. Situasi baru dan asing, menghadapi situasi baru dan asing dalam
pekerjaan atau organisasi, seseorang akan merasa tertekan sehingga
dapat menimbulkan stres.
3
3. Kebebasan
4. Kesulitan
4
4.3.3. Tanda Dan Gejala
Stres di tempat kerja dapat menimbulkan situasi-situasi yang penuh dengan tekanan, dan gejala-
gejalanya dialami oleh setiap orang yang tertekan, perasaan tertekan dapat mengubah cara seseorang
dalam merasakan, berpikir, dan bertingkah laku. Jika karyawan yang sedang mengalami stres di tempat
kerja, maka mulai menunjukkan dengan berbagai hal-hal yang bermasalah dengan kesehatan dan juga
berdampak negatif pada pekerjaan.Sebaiknya pemimpin perusahaan cerdas dalam mengenali gejala-
gejala stres karyawan ditempat kerja agar tujuan suatu perusahaan tersebut dapat tercapai dan
menghasilkan keuntungan.
a. Reaksi fisioligis, seperti masalah yang bertalian dengan punggung, rendahnya kekebalan
tubuh, masalah jantung, hipertensi.
b. Reaksi emosional, seperti gangguan tidur, depresi, rasa benci, mudah marah, hipokondria,
kelelahan, masalah dalam rumah tangga, merasa terasing.
c. Reaksi kognitif, seperti sulit berkonsentrasi, sulit mengingat sesuatu, sulit mempelajari hal-hal
baru, sulit dalam membuat keputusan.
d. Reaksi tingkah laku, seperti penyalahgunaan obat-obatan, konsumsi rokok dan alkohol, dan
perilaku yang mengrusak.
5
4.3.4. Dampak stres kerja
Akibat adanya stres, baik fisik maupun mental sangat berpengaruh terhadap dinamika perilaku
seseorang tergantung bagaimana ia menghadapi atau merespon kondisi yang menimbulkan stres itu
sendiri. Dampak stres ini bermacam-macam. Ada akibat positif, yang dapat memotivasi seseorang,
merangsang kreativitas, mendorong untuk tekun tekun bekerja.Namun banyak pula yang berdampak
negatif, yang merusak dan berbahaya. Menurut Surya (2015:143), menyatakan “Stres tidak selalu
mempunyai pengertian negatif, dalam kondisi tertentu stres dapat berdampak positif”. Stres dapat
menimbulkan dampak atau konsekuensi dalam :
1. Aspek Psikologis (kecenderungan gampang marah, frustasi, cemas,agresif,gugup, panik, kebosanan,
apatis, depresi, tidak bergairah, hilang percaya diri)
2. Aspek Jasmaniah (perubahan hormonal, tekanan darah tinggi, denyut jantung meningkat, sulit
bernapas, gangguan pencernaan, gangguan saraf)
3. Aspek Perilaku (kurang mampu membuat keputusan, mudah lupa, sensitif, pasif, kurang
bertanggung jawab)
4. Aspek Lingkungan (suasana rumah tangga yang kurang harmonis, lingkungan pekerjaan yang kurang
produktif, masyarakat yang tidak tenteram).
Menurut Cox dalam Triatna (2015:143), secara umum akibat atau dampak dari stres ada
beberapa kategori yaitu :
1. Akibat Subjektif
Akibat Subjektif Yaitu kecemasan, agresif, acuh tak acuh, kebosanan, depresi, kelelahan,
frustasi, kehilangan kesabaran, rendah diri, gugup, dan perasaan terpencil.
2. Akibat Dalam Bentuk Perilaku
Akibat Dalam Bentuk Perilaku Yaitu kecanduan alkohol, ledakan emosi, makan atai
minum berlebihan, bertindak mengikuti kata hati yang kadang-kadang irasional, dan tertawa
gugup
3. Akibat Kognitif
Akibat Kognitif Yaitu ketidakmampuan mengambil keputusan yang sehat, mulut kering,
banyak keringat, sebentar-sebentar panas dingin
4. Akibat Keorganisasian.
Akibat Keorganisasian Yaitu ketidakhadiran, produktivitas rendah, mengasingkan diri,
menurunnya komitmen dan loyalitas pada organisasi kerja.
Menurut Sopiah (2018:91), dampak atau akibat dari stres bisa dilihat dari tiga aspek
yaitu: “
1. Fisik
6
Fisik Akibat stres pada fisik mudah dikenali.Ada sejumlah penyakit yang
disinyalir karena orang tersebut mengalami stres yang cukup tinggi dan
berkepanjangan, diantaranya adalah penyakit jantung, bisul, tekanan darah tinggi,
sakit kepala, gangguan tidur, tambah sakit jika sedang mengalami sakit.
2. Psikis
Psikis Dampak stres pada aspek psikis bisa dikenali, diantaranya adalah
ketidakpuasan kerja, depresi, keletihan, kemurungan, dan kurang bersemangat
3. Perilaku
Perilaku Akibat stres bisa dikenali dari perilaku, yaitu kinerja rendah, naiknya
tingkat kecelakaan kerja, salah dalam mengambil keputusan, tingkat absensi kerja
tinggi, dan agresi di tempat kerja.
Alasan – alasan yang menyebabkan terjadinya stres kerja sangatlah banyak. Berkisar dari perubahan
ekonomi sampai pada kemajuan dibidang teknologi pada era globalisasi zaman ini. Kemajuan teknologi yang
seharusnya dapat menambah waktu luang ternyata malah menambah tekanan yang berbuat lebih banyak dalam
waktu yang lebih singkat. Pada umumnya, rata–rata orang bekerja dengan menghabiskan waktu sekitar 8-12 jam
per hari ditempat kerja. Didalam rutinitas kerja inilah faktor penyebab stres kerja sering terjadi. Kondisi yang
cenderung menyebabkan stres disebut stressor.
Ada 2 kategori stressor yaitu on the job seperti beban kerja yang berlebihan, tekanan atau desakan waktu,
kualitas supervisi yang jelek, ambiguitas, wewenang yang tidak mencukupi, umpan balik yang tidak memadai,
konflik antar pribadi, berbagai bentuk perubahan, dan off the job seperti kekuatiran finansial, masalah anak,
masalah perkawinan, dan lain lain. Selain dari penyebab sters diatas, kejenuhan kerja juga merupakan faktor
penyebab terjadinya stres. Kejenuhan kerja merupakan akibat stres yang paling umum. Gejala khusus pada
kejenuhan kerja dikarenakan oleh kebosanan, ketidak puasa, absen dan rentan terhadap penyakit. Ironisnya, stres
kerja merupakan topik yang jarang untuk dibahas atau dibicarakan kepada penyelia.
Cara terbaik mengurangi stres adalah dengan mencari penyebabnya dan memecahkannya seperti ; -
memeindah ke pekerjaan lain, mengganti penyelianya dan menyediakan lingkungan kerja baru.
Atau bahkan merancang kembali job desiannya yang memungkinkan untuk mengurangi beban
kerja, tekanan waktu dan ambiguitas.
Komunikasi yang dibangun lebih baik juga memungkinkan menurunkan tingkat stres.
Konseling atau bimbingan dan penyuluhan juga dapat digunakan sebagai cara mengurangi stres
yaitu dengan dengan membahas suatu masalah dengan karyawan dengan maksud membantu
karyawan agar dapat menangani masalahnya dengan lebih baik. Kegiatan konseling seperti ;
pemberian nasihat, penentraman hati,penegnduran ketegangan emosional, penjernihan pikiran,
7
dll..
8
REFRENSI :
Asnawi, S. 1999. Hubunagan Manajemen Waktu dan Stres Kerja pada Karyawan Divisi Network PT
Telkomunikasi Tbk. Laporan Penelitian. (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi - UPI
Atkinson, P.E. 1990. Manajemen Waktu Yang Efektif. Jakarta: PT Binarupa Aksara
Berry, L.M, & Houston, J.P., 1993. Psychology at Work. An Introduction to Industrial and
Organizational Psychology. Wisconsin: WCB Brown & Benchmark Publishers.
Davis, K. & Newstrorm, J.W. 1985. Human Behavior at World Organizational Behavior. New York: Mc
Graw Hills, Co.
Frikson, CS. 1995. Kiat Strategi Mengelola Waktu. ANIMA Media Psikologi Indonesia. Vol. XI. No. 41.
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnelly, J.H.Jr., 1994. Organization. Behavior. Structure. Process. Eight
Edition. Illinois: Irwin
Dr. Arlina Gunarya, M.Sc , Modul Manajemen Stres, Pusat Bimbingan dan Konseling UNHAS
Handoyo, S., 2001, Stres pada Masyarakat Surabaya, Jurnal Insan Media Psikologi 3, Surabaya: Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga
Nimran Umar, (1999), Perilaku Organisasi, Surabaya, penerbit Citra Media Robbins, Stephens P., 2003
Prilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, Prentice-Hall, Jakarta
9
10