Anda di halaman 1dari 48

TM-05

Stres dan
Keselamatan Kerja
dr. W. Baren S. Joseph, MSc

1
PENGERTIAN STRES
- Pembangkit stres (stressor) tidak terlihat,
yang terlihat adalah akibat dari pembangkit
stres
- Rangkaian perubahan biokimia dalam
sejumlah organisme yang beradaptasi
terhadap berbagai macam tuntutan
lingkungan → General Adaptation
Syndrome (Prof. Dr. Hans Selye)

2
General Adaptation Syndrome tdd 3 tahap :
1. Alarm (tanda bahaya)
Organisme berorientasi terhadap
tuntutan lingkungannya dan mulai
menghayatinya sebagai ancaman
2. Resistance (perlawanan)
Organisme memobilisasi sumber daya
untuk mampu menghadapi tuntutan
3. Exhaustion (kehabisan tenaga)
Jika tuntutan berlangsung lama, sumber
daya dapat habis
3
Pada manusia, bila reaksi badan tidak
cukup, berlebihan atau salah akan
mengakibatkan disease of adaptation →
gastrointestinal ulcers, hipertensi, gangguan
mental

Pendapat ini mendapat kritik dari peneliti


lain. Stres tidak dapat dipandang hanya
sebagai suatu jawaban namun harus dilihat
sebagai fungsi dari individu dalam
menafsirkan situasi
4
Penelitian saat ini tentang stres didasarkan
pada asumsi bahwa stres, yang disimpulkan
dari gejala-gejala dan tanda-tanda faal
(fisiologis), perilaku, psikologikal dan
somatik, adalah hasil dari tidak/kurang
adanya kecocokan antara orang (dalam arti
kepribadian, bakat dan kecakapan) dan
lingkungannya, yang mengakibatkan
ketidakmampuannya untuk menghadapi
berbagai tuntutan terhadap dirinya secara
efektif (Fincham & Rhodes, 1988).
5
Stres (Prof. Dr. Hans Selye) :
- Distress → destruktif (-)
- Eustress → konstruktif (+)

STRES TINGKAT “RENDAH” DAN “TINGGI”


KEDUANYA MENGHASILKAN KINERJA
YANG RENDAH → kurva btk “U” terbalik

6
HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN
UNJUK KERJA
Titik optimal

Tinggi

Unjuk
Kerja

Rendah Tinggi
Stres

eustress distress
Stres optimal → kinerja optimal.
Tanda bila beban kerja berlebihan :
1. Mudah tersinggung
2. Kelelahan fisik dan mental
3. Ketidak tegasan
4.Hilangnya objektivitas
5. Kecenderungan berbuat salah
6.Kekhilafan dalam ingatan
7. Hubungan interpersonal yang tegang
8
Pengukuran kuantitatif peristiwa-peristiwa
kehidupan yang memicu terjadinya
penyakit di Amerika Serikat (Holmes &
Rahe, 1967) → Gambar 11.2; hal. 376-377

Resiko tinggi untuk kemungkinan 2 tahun


kemudian akan jatuh sakit. Makin besar
perubahan kehidupan atau tuntutan adaptasi
(beban dari stres), makin rendah perlawanan
badan terhadap penyakit; makin serius penyakit
berkembang
9
Dampak & tanda-tanda adanya
distress (Everly & Girdano, 1980):
1. Dampak pada Suasana hati (mood).
Overexcited, cemas, merasa tidak
pasti, sulit tidur malam hari, mudah
bingung & lupa, menjadi sangat
tidak enak dan gelisah, gugup

10
2. Dampak pada Otot kerangka
(musculoskeletal).
Jari & tangan gemetar, tidak dapat
duduk diam atau berdiri di tempat,
mengembangkan gerakan tidak
sengaja (tic), kepala mulai sakit,
merasa otot tegang/kaku, gagap,
leher kaku.

11
3. Dampak pada Organ-organ dalam
badan (visceral).
perut terganggu, merasa jantung
berdebar, banyak keringat, tangan
berkeringat, merasa kepala ringan
atau akan pingsan, mengalami
kedinginan, wajah menjadi “panas”,
mulut kering, mendengar bunyi
berdenging di kuping, merasa akan
tenggelam dalam perut
12
PEMBANGKIT STRES (STRESSORS)
I. Faktor-faktor di pekerjaan (Hurell, dkk, 1988)
1. Faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan
2. Peran dalam organisasi
3. Pengembangan karier
4. Hubungan dalam pekerjaan
5. Struktur dan iklim organisasi
+
II. Tuntutan dari luar organisasi/pekerjaan
+
III. Ciri-ciri individu
13
I. Faktor-faktor di pekerjaan
1. Faktor intrinsik dalam pekerjaan
a.Tuntutan fisik →
bising, vibrasi, hygiene

b.Tuntutan tugas →
kerja shift/kerja malam, beban kerja,
paparan terhadap risiko dan bahaya
14
Beban Kerja → kombinasi dari beban
kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif
(Everly & Girdano, 1980)
1. Beban berlebihan kuantitatif
2. Beban terlalu sedikit kuantitatif
3. Beban berlebihan kualitatif
4. Beban terlalu sedikit kualitatif
5. Beban berlebihan kuantitatif &
kualitatif
15
Proses pengambilan keputusan
merupakan suatu kombinasi yang
unik dari faktor-faktor yang dapat
mengarah ke berkembangnya
kondisi-kondisi beban berlebihan
kuantitatif dan kualitatif pada
waktu yang sama

16
Faktor-faktor yang menentukan dalam proses
pengambilan keputusan (Everly & Girdano, 1980)
1. Pentingnya akibat dari keputusan
2. Derajat kemajemukan keputusan
3. Kelengkapan informasi yang dimiliki
4. Yang bertanggung jawab terhadap keputusan
5. Jumlah waktu yang diberikan untuk proses
pengambilan keputusan
6. Harapan dari keberhasilan

17
Jumlah dari stres yang terlibat
dalam proses pengambilan
keputusan

Stres pengambilan keputusan =


Kepentingan+Kemajemukan+Kurang
Informasi+Tanggungjawab+kurang
waktu+Kurang Kepercayaan

18
2. Peran Individu dalam Organisasi
a. Konflik peran, timbul bila tenaga kerja
mengalami :
1. Pertentangan antara tugas-tugas yang
harus ia lakukan dan antara tanggung
jawab yang ia miliki
2. Tugas-tugas yang harus ia lakukan yang
menurut pandangannya bukan merupakan
bagian dari pekerjaannya
3. Tuntutan-tuntutan yang bertentangan dari
atasan, rekan, bawahan atau orang lain
yang dinilai penting bagi dirinya
19
4. Pertentangan dengan nilai-nilai dan
keyakinan pribadinya sewaktu melakukan
tugas pekerjaanya

Miles dan Perreault (1976) membedakan 4


jenis konflik peran :
1.Konflik peran-pribadi :
Tenaga kerja ingin melakukan tugas
berbeda dari yang disarankan dalam uraian
pekerjaannya
20
2. Konflik “intrasender” :
Tenaga kerja menerima penugasan tanpa
memiliki tenaga kerja yang cukup
3. Konflik “intersender” :
Tenaga kerja diminta berperilaku
sedemikian rupa sehingga ada orang
merasa puas dengan hasilnya sedangkan
orang lain tidak
4. Peran dengan beban berlebih :
Beban kerja terlalu banyak
21
b. Ketaksaan peran, dirasakan jika
seorang tenaga kerja tidak memiliki
cukup informasi untuk dapat
melaksanakan tugasnya atau tidak
mengerti dalam merealisasikan
harapan-harapan yang berkaitan
dengan peran tertentu

22
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan
ketaksaan peran menurut Everly & Girdano :
1. Ketidakjelasan sasaran/tujuan kerja
2. Kesamaran tanggung jawab
3. Ketidakjelasan prosedur kerja
4.Kesamaran tentang apa yang diharapkan
oleh orang lain
5. Kurang adanya balikan atau ketidak
pastian tentang unjuk kerja pekerjaan

23
3. Pengembangan Karier (Career Development)
Tiga unsur penting dalam pengembangan
karier (Everly & Girdano) :
1. Peluang untuk menggunakan ketrampilan
jabatan sepenuhnya
2. Peluang mengembangkan keterampilan
baru
3. Penyuluhan karier untuk memudahkan
keputusan-keputusan menyangkut karier

24
Pengembangan karier merupakan
pembangkit stres potensial yang mencakup :
1. Ketidakpastian pekerjaan (Job Insecurity)
- Takut kehilangan pekerjaan
2. Over dan Under Promotion

25
Everly & Girdano mengajukan 3 faktor yang
menyebabkan promosi sebagai stress:
1. Perubahan fungsi pekerjaan → menjadi
pemantau, penyelia
2. Penambahan tanggung jawab terhadap
manusia, produksi & uang
3. Perubahan dalam peran sosial → ketua
panitia, mewakili organisasi
26
4. Hubungan dalam Pekerjaan
Hubungan yang baik antar anggota dalam
satu kelompok kerja merupakan faktor
utama kesehatan individu dan organisasi.
Hubungan kerja yang tidak baik seperti
pemberian support yang rendah, bekerja
dengan orang yang kasar/dingin,
pekerjaan yang terisolasi maupun
“berdesakan” dapat menjadi pembangkit
stres.
27
5. Struktur dan Iklim Organisasi
Faktor stres yang ditemukenali dalam
kategori ini terpusat pada sejauh mana
tenaga kerja dapat terlibat atau berperan
serta (dalam pengambilan keputusan)
dan pada support sosial

28
II. Tuntutan dari luar organisasi/pekerjaan
Mencakup segala unsur kehidupan
seseorang yang dapat berinteraksi dengan
peristiwa-peristiwa kehidupan dan kerja di
dalam satu organisasi, dan dengan demikian
memberi tekanan pada Individu.
Contoh diantaranya isu keluarga, krisis
kehidupan, kesulitan keuangan serta konflik
tuntutan keluarga dengan tuntutan perusahan.

29
III. Ciri-ciri individu
a. Kepribadian
Pada konflik peran, pekerja berkepribadian
introvert bereaksi lebih negatif dan
menderita ketegangan yang lebih besar
dibandingkan dengan yang berkepribadian
extrovert.
Kepribadian fleksible mengalami
ketegangan lebih besar dibandingan
kepribadian rigid.
30
Konsep Locus of Control
Didasarkan pada teori pembelajaran sosial bahwa
individu belajar dari lingkungan melalui “pembuatan
model” dan pengalaman lampau. Locus of control
mengacu pada derajat kendali terhadap situasi tertentu.
Orang yang berorientasi internal percaya bahwa
keputusan dan tindakan pribadi mempengaruhi hasil ,
sedangan orang yang berorientasi eksternal percaya
bahwa hasil lebih ditentukan oleh keputusan dan
keyakinan orang lain atau ditentukan nasib, kekuatan di
luar dirinya.
Orang yang ber- locus of control internal akan
mengalami ancaman lebih sedikit dari eksternal

31
b. Kecakapan
Jika pekerja merasa tidak mampu
menghadapi masalah pekerjaan
padahal situasi tersebut mempunyai
arti penting, maka pekerja akan merasa
berada dalam situasi yang mengancam
& stres. Bila pekerja merasa mampu
maka ia akan mengalami eustress

32
c. Nilai dan Kebutuhan
Setiap organisasi mempunyai budaya
masing-masing yang wajib dilaksanakan
pekerja . Pekerja baru dalam proses
sosialisasi/penyesuaian; sebagian akan gagal
beradaptasi, sebagian akan berhasil, dan
sebagian lagi setengah berhasil. Jika pekerja
tidak dapat mengundurkan diri karena tidak
ada pekerjaan lain maka akan terjadi stres

33
MANAJEMEN
STRES KERJA

34
- Memanajemeni Stres merupakan usaha
mencegah timbulnya stres, meningkatkan
ambang stres dari individu dan menampung
akibat fisiologikal dari stres
- Memanajemeni Stres bertujuan untuk
mencegah berkembangnya stres jangka pendek
menjadi stres jangka panjang / kronis
- Reaksi umum menghadapi stres :
a. Flight → melarikan diri secara fisik atau psikis.
(tidak menyelesaikan masalah)
b. Fight → melawan stres (seharusnya)

35
Bagaimana melawan stres?
Pandangan interaktif mengatakan bahwa stres
ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan dan faktor-
faktor individu, sehingga dalam memanajemeni stres
dapat diusahakan untuk :
a. Mengubah faktor-faktor di lingkungan agar tidak
merupakan pembangkit stres, dan
b. Mengubah faktor-faktor individu agar :
1. Ambang stres meningkat, yaitu tidak cepat merasakan
situasi yang dihadapi sebagai penuh stres
2. Toleransi terhadap stres meningkat, yaitu dapat lebih
lama bertahan dalam situasi penuh stres, namun tetap
sehat.
36
Teknik Memanajemeni Stres
1. Kerekayasaan Organisasi
2. Kerekayasaan Kepribadian
3. Penenangan Pikiran
4. Penenangan melalui aktivitas fisik

37
Teknik Memanajemeni Stres ...........
1. Kerekayasaan Organisasi
Mengubah lingkungan kerja agar tidak
cepat dirasakan sebagai lingkungan yang
penuh stres, yang meliputi :
- Faktor intrinsik pekerjaan
- Faktor peran dalam organisasi
- Faktor pengembangan karier
- Faktor struktur dan iklim organisasi

38
Strategi Sasaran berdasarkan kerja / SbK
(Work by Objectives) & Manajemen
Waktu / WM (Time Management)
(Everly & Girdano) → khusus manajer
menengah ke atas

39
Sasaran berdasarkan kerja (SbK) terdiri
dari 4 langkah yaitu :
1. Menetapkan sasaran yang realistik bagi satuan
kerjanya yang dapat dicapai dalam waktu yang
dimiliki
2. Merancang perangkat perencanaan, tindakan atau
metode untuk mencapai sasaran
3. Menciptakan strategi untuk dapat mengukur
keberhasilan mencapai sasaran-sasaran pada akhir
suatu periode tertentu
4. Pada akhir waktu yang sudah ditentukan,
mengukur keberhasilan mencapai sasaran-
sasarannya
40
Manajemen Waktu (MW) memiliki 3 tahap :
1. Analisis Waktu
Mencakup penaksiran, penyusunan prioritas
dan penjadwalan waktu. Tugas diharapkan
selesai sesuai urutan kepentingan & dalam
waktu yang tersedia
2. Strategi untuk mengorganisasi
Manajer membagi tugas, mendelegasikan
wewenang dan tanggung jawab (pengaturan
beban kerja)
3. Strategi untuk follow-up
Penaksiran teratur tentang efisiensi analisis
waktu dan tahap-tahap pengaturan berikutnya
41
Teknik Memanajemeni Stres .........
2. Kerekayasaan Kepribadian
Adalah upaya untuk menimbulkan
perubahan dalam kepribadian individu
agar dapat dicegah timbulnya stres dan
agar ambang stres dapat ditingkatkan.
Contoh :
- Program pelatihan ketrampilan pekerja;
orientasi pekerja baru
- Team Bulding
- Penyuluhan jabatan
42
Teknik Memanajemeni Stres .........
3. Penenangan Pikiran
Bertujuan untuk mengurangi kegiatan
pikiran, yaitu proses berpikir dalam bentuk
merencana, mengingat, berkhayal dan
menalar
Teknik penenangan pikiran meliputi :
Meditasi, Pelatihan Relaksasi Autogenik,
Pelatihan Relaksasi Neuromuscular

43
Meditasi
Teknik Meditasi : Yoga, Berzikir, Relaksasi Progresif
Konsentrasi merupakan aspek utama dari teknik
meditasi.
Meditasi akan menyebabkan ralaksasi fisik dan
padda saat yang sama meditator mengendalikan
secara penuh penghayatannya dan mengedalikan
emosi, perasaan dan ingatan

44
Pelatihan Relaksasi Autogenik
Relaksasi autogenik adalah telaksasi yang
ditimbulkan sendiri (auto genesis = ditimbulkan
sendiri).
Kalau pikiran dikonsentrasikan pada peristiwa yang
menimbulkan kehangatan dan kesantaian, badan
akan menjadi rileks.
Pelatihan relaksasi autogenik berusaha mengaitkan
penghayatan yang menenangkan dengan peristiwa
yang menimbulkan ketegangan, sehingga badan kita
terkondisikan tetap memberikan penghayatan
menenangkan meskipun dalam peristiwa yang
sebelumnya menimbulkan ketegangan
45
Pelatihan Relaksasi Neuromuscular
Adalah program yang terdiri dari latihan-latihan
sistematis yang melatih otot dan komponen saraf
yang mengendalikan aktivitas otot. Sasarannya
untuk mengurangi ketegangan dalam otot. Individu
dilatih berkonsentrasi untuk menenangkan atau
merelaksasi otot-ototnya berdasarkan kemauannya

46
Teknik Memanajemeni Stres ..............
4. Penenangan melalui aktivitas fisik
Tujuan utama teknik ini adalah menghamburkan
atau menggunakan sampai habis hasil-hasil stres
yang diproduksi oleh ketakutan dan ancaman,
atau yang mengubah sistim hormon dan saraf
kita ke dalam sikap mempertahankan.
Aktifitas fisik perlu dilakukan secara teratur,
diantaranya senam kesegaran jasmani & jogging.
Aktifitas fisik yang teratur membantu untuk
lebih tahan terhadap stres.
47
48

Anda mungkin juga menyukai