html
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang mengalami stres.
Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial ekonominya saja tetapi juga dalam
bekerja. Pekerjaan yang terlalu suit serta keadaan sekitar yang penat juga dapat menyebabkan
stres dalam bekerja.
Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam
kehidupannya, padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres tersebut kita
dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya
keamanan dan kenyamanan dalam bekerja. Apabila seseorang yang mengalami stres
melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam bekerja.
Di dalam dunia pekerjaan stres merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
menurunnya kualitas kerja yang di miliki seseorang dalam melakukan pekerjaan nya.
Lingkungan kerja yang tidak kondusif juga dapat mendorong terjadinya Stressor kerja,
Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang di persepsikan karyawan sebagai
suatu tuntutan yang dapat menimbulkan stress dalam kerja.
Lingkungan organisasi sebagai penyebab Stressor juga sudah di kemukakan oleh para
ahli, salah satunya adalah Morgan dan King. Menurut Morgan dan King (Khaerul Umam,
2010: 203) stress adalah keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan
fisik (badan) atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak
terkontrol. Stress kerja berdampak buruk bagi lingkungan perusahaan karena dapat
mengganggu produktivitas kerja perusahaan dan merugikan diri karyawan itu sendiri.
Di Puskesmas kami juga menemukan bebebrapa petugas dengan tekanan kerja pada
saat-saat tertentu yang menyebabkan turunnya produktivitas kerja. Sehingga peneliti
memutuskan untuk mengambil tema stress akibat kerja.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka yang menjadi pokok
pembahasan pada makalah ini, antara lain:
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah yang ada,
antara lain:
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI STRES
Stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan
fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak
terkontrol. Menurut Charles D, Spielberger menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-
tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau
suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai
tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri
seseorang.
Definisi Puskesmas
Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Kalisat kabupaten Jember.
Sumber Data
Diperoleh dari observasi langsung ke tempat penelitian dan wawancara dengan para
petugas.
BAB 4
PEMBAHASAN
DEFINISI STRES
Stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan
fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak
terkontrol. Menurut Charles D, Spielberger menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-
tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau
suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai
tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri
seseorang.
Gibson dkk (1996:339), menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan
penyesuaian diperantarai oleh perbedaan- perbedaan individu dan atau proses psikologis yang
merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau
peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan kepada
seseorang.
1. Faktor Lingkungan.
2. Faktor Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan
untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam kurun waktu terbatas, beban
kerja berlebihan, bos yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak
menyenangkan. Dari beberapa contoh diatas, penulis mengkategorikannya menjadi beberapa
faktor dimana contoh-contoh itu terkandung di dalamnya, yaitu:
1) Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan atau tekanan untuk
menunaikan tugasnya secara baik dan benar.
2) Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai
fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu.Konflik peran
menciptakan harapan-harapan yang barangkali sulit dirujukkan atau dipuaskan.
Kelebihan peran terjadi bila karyawan diharapkan untuk melakukan lebih daripada
yang dimungkinkan oleh waktu. Ambiguitas peran tercipta bila harapan peran tidak
dipahami dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa yang harus dikerjakan.
3) Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain.Kurangnya
dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat
menimbulkan stres yang cukup besar, khususnya di antara para karyawan yang
memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
3. Faktor Individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-faktor persoalan keluarga,
masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian bawaan.
C. GEJALA STRES
3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit
untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.
Hasil Penelitian Menurut penelitian Baker dkk (1987), stress yang dialami oleh
seseorang akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga
menyimpulkan bahwa stress akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit
dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung
sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena
tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak
yang kalah.
Perlu diketahui, bawah biasanya Stress bisa menimbulkan dampak yang menonjol, jika Stress
tersebut bersifat lama. Jika seseorang itu menyimpan stress tersebut dengan jangka waktu
lama dan berkesinambungan di dalam tubuh dan jiwanya. Saya mencoba mengambil 3 bagian
dari diri kita sebagai tempat berlabuhnya stress ini.
1. Menurunnya sistem kekebalan dan kesehatan tubuh seseorang itu, sehingga tidak jarang
menimbulkan sakit perut, maag, mual, pening, meningkatnya detak jantung dan tekanan
darah, penyakit kulit seperti gatal dan alergi,dll.
2. Jika sistem kekebalan dan kesehatan tubuh seseorang sudah menurun, maka ini akan
mempengaruhi kesehatan jiwa. Orang yang larut akan kesedihan, ketakutan, jengkel, emosi,
frustrasi, dsb, maka lama lama ini akan menimbulkan dampak yang tidak baik terhadap
pikiran kita. Hal buruk ini akan menimbulkan keadaan buruk lagi seperti; pelupa, tidak
mampu untuk mengambil keputusan, kurang kreatif, sering bingung, cepat capek, ngantuk
dan lemas, dan masih banyak lagi.
3. Hati hati, jika hal kedua di atas sudah terjadi dengan jangka lama, maka kepribadian
seseorang bisa jadi berubah. Mereka akan memulai suatu kebiasaan yang merupakan suatu
bentuk pelarian dari semua ketakutan dan kegelisahan tersebut. Mereka melakukan ini
sebagai tindakan pelarian dan kompensasi untuk melindungi diri sendiri. Misalnya seseorang
yang tidak peminum dan perokok, bisa berubah dengan seketika menjadi kelihatan seperti
pecandu, minum minuman beralkohol dengan ukuran banyak, sering melakukan kesalahan,
aggresiv, hingga kehilangan jati diri yang sebenarnya.
Kita akan semakin kuat dalam menjalani hidup yang penuh dengan tantangan, mata kita akan
semakin jeli untuk melihat tantangan yang akan datang, dan sudah mempunya suatu
pengalaman bagaimana untuk mengatasi hal tersebut. Karena itulah tidak jarang kita
mendengar bahwa Buku, guru dan pelajaran yang terbaik adalah PENGALAMAN itu sendiri.
E. PENGENDALIAN STRES
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh
dampak yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni belajar
menanggulanginya secara adaptif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk mengetahui apa
yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dicoba. Sebagian para pengidap stres ditempat
kerja akibat persaingan, sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang
berlebihan. Ini bukan cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk
memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh.
Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu,
harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan
penanggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang mampu
merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab
stres dalam hubungannya ditempat kerja. Stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar
dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena
kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya ketrampilan
(khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa
harus bekerja secara dekat. (margiati, 1999:76)
Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang
bersifat individual yang cukup efektif yaitu: pengolahan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi,
dan dukungan sosial. Dengan pengolahan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat
menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan
latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu
menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres yang dihadapi
pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai strategi terakhir untuk
mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat
memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
2. Pendekatan Organisasional
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang
semuanya dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh
karena itu strategi-strategi yang yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi
stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain
pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program
kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan
serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan
mental.
BAB 5
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Stress kerja merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimana hal tersebut
dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka. Stress juga terjadi dalam kerja
dimana stress tersebut dapat bersumber dari empat hal yaitu tingkat individu, tingkat
kelompok, tingkat organisasi dan ekstraorganisasional. Keempat hal tersebut dapat
menghasilkan stress yang berbeda pada setiap individu tergantung bagaimana individu itu
merespon stressor tersebut. Setelah adanya respon barulah dapat ditentukan bagaimana stress
yang dialami seseorang tersebut.
Stres yang terjadi dapat berupa stres positif maupun negatif dimana stress itu akan
memberikan dampak tersendiri bagi orang yang mengalami stress. Stres yang dialami pekerja
tersebut masih dapat diatasi atau dikurangi dengan banyak metode sehingga diperlukannya
suatu manajemen stress dalam pekerjaan suatu perusahaan. Serta adanya usaha dari orang
tersebut untuk dapat mengurangi stress yang mereka alami.
Pada dasarnya stress terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran seseorang serta adanya
tekanan yang membuat kurangnya konsentrasi. Namun semua itu masih dapat dicegah
bahkan dimanajemen untuk dapat mengurangi pengaruhnya dalam bekerja.
B. SARAN
Stress dalam bekerja sebaiknya dikurangi dengan berbagi teknik pengurangan stress
yang dapat digunakan serta menajemen stress tersebut dengan baik. Karena hal tersebut
mampu mencegah stress dalam bekerja serta meningkatkan efektifitas dalam bekerja. Selain
baik bagi karyawan/pekerja juga baik bagi perusahaan (lembaga).