DISUSUN OLEH :
IMAMIA MUSTOFA
G41141432
GOL. D
JURUSAN KESEHATAN
PROGRAM STUDY REKAM MEDIS D-IV
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanggal 1 Januari 2014 Indonesia memasuki era baru dalam
pembangunan kesehatan dimana Pemerintah Indonesia mulai menjalankan
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). JKN merupakan amanat dari
UU No 40 Tahun 2004 yang memberikan perlindungan dan jaminan
kesehatan
bagi
seluruh rakyat
Indonesia. Hal
tersebut
merupakan
oleh
Badan
Penyelenggara
Jaminan
Sosial
(BPJS)
pertumbuhan
ekonomi
nasional.
Dengan adanya
JKN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jaminan Kesehatan Nasional
kondisi sakit. Pola pembiayaan pra-upaya menganut hukum jumlah besar dan
perangkuman resiko. Supaya resiko dapat disebarkan secara luas dan
direduksi secara efektif, maka pola, pembiayaan ini membutuhkan jumlah
besar peserta. Oleh karena itu, pada pelaksanaannya, JKN mewajibkan
seluruh penduduk Indonesia menjadi peserta agar hukum jumlah besar
tersebut dapat dipenuhi. Perangkuman resiko terjadi ketika sejumlah individu
yang beresiko sepakat untuk menghimpun resiko kerugian dengan tujuan
mengurangi beban termasuk biaya kerugian/klaim yang harus ditanggung
masing-masing individu (Murti, 2000).
Peserta Jaminan Kesehatan Nasional dibedakan menjadi 2 kelompok
1.
Penerima bantuan iuran (PBI) yaitu meliputi fakir miskin dan orang tidak
mampu.Iuran PBI dibayarkan oleh pemerintah
2.
secara teratur oleh peserta, pemberi kerja dan atau pemerintah untuk program
jaminan kesehatan. Atas dasar iuran yang dibayarkan setiap peserta berhak
memperoleh manfaat jaminan kesehatan yang bersifat pelayanan kesehatan
perorangan, mencangkup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai
dengan kebutuhan medis yang diperlukan (Kemenkes 2013).
Pola pembayaran dalam JKN menggunakan sistem pembayaran
prospektif. Untuk di puskesmas dan fasilitas kesehatan tingkat pertama
lainnya,pola pembayarannya adalah dengan mekanisme kapitasi. Kapitasi
adalah pola pembayaran yang diterapkan di tingkat puskesamas dan dokter
primer dimana penyedia pelayanan dibayar tetap per pasien tanpa
memperlihatkan jumlah/sifat layanan yang diberikan. sedangkan untuk di
rumah sakit pola pembayaran diberlakukan menggunakan tarif INA CBGs,
yaitu pola pembayaran berdasarkan pengelompokkan penyakit berdasarkan
diagnosis (kasus yang relatif sama) dan sumber daya yang meliputi seluruh
komponen medis maupun nonmedis yang diberikan kepada seorang pasien
1,017 triliun yang kemudian digunakan untuk dana jaminan sosial (DJS)
untuk menutupi defisit.
Dari perputaran dana yang begitu besar juga turut berdampak bagi
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Setelah berjalan 2 tahun program JKN telah
berkonstribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 18, 9 triliun
rupiah. Dengan rincian untuk industri kesehatan sebesar Rp 4,4 triliun, obatobatan Rp 1,7 triliun, lapangan kerja kesehatan Rp 4,2 triliun, dan konstruksi
rumah sakit Rp 8,36 triliun (BPJS, 2015)
Adanya program JKN mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Dengan jumlah pasien yang semakin besar jumlah pasien yang datang berobat
ke layanan primer maupun rumah sakit meningkat pesat. Orang-orang tidak
mengkhawatirkan biaya yang akan dibayarkan karena telah menjadi peserta
BPJS, suatu hal yang tidak terjadi pada tahun-tahun sebelumnya karena
mayoritas orang enggan pergi ke layanan kesehatan karena masalah biaya.
Dengan meningkatnya jumlah pasien yang dalam ilmu ekonomi disebut
permintaan (demand) maka akan membuat layanan primer dan rumah sakit
yang dalam hal ini penawaran (supply) untuk ikut meningkatkan kualitasnya
dan kuantitasnya (Iriani, 2014)
Peningkatan kualitas dan kuantitas layanan primer dan rumah sakit
dilakukan dengan melakukan sejumlah perbaikan dan peningkatan layanan
dan juga membangun infrastruktur baru. Untuk layanan primer puskemaspuskesmas yang menjadi lini pertama untuk peserta BPJS kesehatan akan
menerima pasien yang berkali lipat dari sebelumnya. Sehingga penambahan
infrastruktur dan pelengkapan alat-alat kesehatan perlu dilakukan. Renovasi
dan penambahan raungan-ruangan atau kamar dalam puskesmas perlu
dilakukan untuk antisipasi meningkatnya pasien. Selain itu fasilitas kesehatan
juga perlu diperbaiki sehingga pengadaan alat-alat barupun dilakukan. Hal
tersebut juga terjadi dalam layanan praktek dokter perorangan dan klinik
pertama, berbagai pembangunan baru akan dilakukan. Dari data BPJS sebesar
8,34 triliun rupiah digunakan untuk pembayaran klaim kepada puskesmas,
dokter praktek perorangan dan klinik pertama.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Jaminan Kesehatan Nasional merupakan implementasi dari UUD 1945
yang mengatur setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan
perlindungan jaminan sosial. Yang kemudia diwujudkan dalam UU No 40
Tahun 2004 tentang SJSN dan kemudian resmi diberlakukan sejak 1
Januari 2014 yang dioperasikan oleh BPJS. JKN mengatur bahwa orang
miskin dan tidak mampu tetap bisa mendapatkan pelayanan kesehatan
dengan mendaftar menjadi anggota BPJS sedangkan yang laiinya tidak
perlu mengeluarkan uang lebih karena mereka telah membayar iuran setiap
bulannya.
2. Program JKN turut berkonstribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia sebesar 18, 6 triliun rupiah dimana 4,4 triliun untuk peningkatan
layanan kesehatan, 1,7 triliun untuk industri farmasi, 4,2 triliun untuk
penambahan lapangan pekerjaan dan 8,36 triliun untuk konstruksi rumah
sakit.
3. Program JKN melibatkan banyak sektor dan terdapat perputaran uang
yang besar yang menjadi penggerak kegiatan ekonomi. Pembangunanpembangunan infrastruktur kesehatan, pengadaan alat-alat kesehatan,
farmasi, dan penambahan lapangan pekerjaan merupakan dampak dari
program JKN dan kesemua faktor tersebut yang dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia.
4. Program JKN juga mempegaruhi pertumbuhan ekonomi melalui
peningaktan derajat kesehatan manusia. Karena program JKN tidak hanya
upaya kuratif tetapi juga promotif preventif dan rehabilitatif. Peningkatan
kesadaran akan kesehatan dan angka kesakitan yang berkurang membuat
individu lebih produktif dan bekerja lebih optimal sehingga pertumbuhan
ekonomi nasionalpun akan terangkat.
B. Saran
DAPUS