Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN


Peran Program Jaminan Kesehatan Nasional dalam Pertumbuhan Ekonomi
Nasional Indonesia

DISUSUN OLEH :

IMAMIA MUSTOFA
G41141432
GOL. D

JURUSAN KESEHATAN
PROGRAM STUDY REKAM MEDIS D-IV
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanggal 1 Januari 2014 Indonesia memasuki era baru dalam
pembangunan kesehatan dimana Pemerintah Indonesia mulai menjalankan
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). JKN merupakan amanat dari
UU No 40 Tahun 2004 yang memberikan perlindungan dan jaminan
kesehatan

bagi

seluruh rakyat

Indonesia. Hal

tersebut

merupakan

implementasi UUD 1945 pasal 34 ayat 2 Negara mengembangkan sistem


jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan memberdayakan masyarakat
yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Demi
mewujudkan hal tersebut pemerintah mengembangkan Sistem Jaminan Sosial
Nasional yang ditujukan bagi rakyat atas jaminan sosial untuk dapat
memenuhi kehidupan dasar yang layak (Naiborhu, 2013).
Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2011 Jaminan Kesehatan Nasional
diselenggarakan

oleh

Badan

Penyelenggara

Jaminan

Sosial

(BPJS)

Kesehatan. Dengan adanya JKN kesehatan seluruh rakyat Indonesia dapat


terjamin. Rakyat miskin pun bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dengan
gratis setelah terdaftar di BPJS. Mereka yang mampu pun tidak perlu
membayar biaya kesehatan lagi karena telah membayar iuran setiap bulannya.
Iuran inilah yang digunakan untuk pembiyaan JKN. JKN menjamin
pelayanan kesehatan secara komprehensif mulai dari peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan sakit (preventif), pengobatan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif), termasuk obat-obatan dan bahan medis
habis pakai (Iriani, 2014).
Salah satu manfaat JKN yaitu turut berkonstribusi dalam pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Dari data BPJS setelah keberlangsungan JKN selama 2
tahun ini JKN menyumbang pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 18,6
triliun rupiah. Perputaran uang dalam program JKN ini sangat tinggi
mencapai triliunan. Pada tahun 2014 dana yang dikumpulkan BPJS dari iuran

mencapai 40,7 triliun rupiah sedangkan biaya manfaat yang dibayarkan


sekitar 42,6 triliun rupiah. Dengan perputaran uang sebesar ini akan
menggerakkan pertumbuhan ekonomi yang berkaitan dengan bidang
kesehatan dan sektor-sektor lainnya (BPJS, 2015)
Kemudian JKN mempunyai peranan untuk pertumbuhan ekonomi
Indonesia melalui hubungannya antara kesehatan dan ekonomi. Program dan
sistem kesehatan yang buruk akan memperburuk derajat kesehatan manusia,
sedangkan derajat kesehatan yang buruk akan menyebabkan kemiskinan dan
menghambat

pertumbuhan

ekonomi

nasional.

Dengan adanya

JKN

pembangunan kesehatan terus berkembang dan semakin baik, hal tersebut


juga meningkatkan derajat kesehatan manusia, dan pada akhirnya
pertumbuhan ekonomi semakin meningkat (Atmawikarta, 2014).
Jaminan Kesehatan Nasional mempunyai peranan dalam pertumbuhan
ekonomi Indonesia, melalui perputaran uang yang besar dan melalui program
pembangunan kesehatan. Karena itulah peran JKN dalam pertumbuhan
ekonomi Indonesia sangat menarik untuk dikaji lebih dalam.
B. Rumusan masalah
Bagaimana peran program Jaminan Kesehatan Nasional dalam pertumbuhan
ekonomi Indonesia?
C. Tujuan
Untuk mengetahui peran program Jaminan Kesehatan Nasional dalam
pertumbuhan ekonomi Indonesia
D. Manfaat
Untuk memberikan informasi peran program Jaminan Kesehatan Nasional
dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
A. Jaminan Kesehatan Nasional

Hak asasi rakyat Indonesia atas kesehatan tercantum dalam falsafah


dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 dan juga termaktub dalam UUD
45 pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian
diganti dengan UU 36/2009 tentang Kesehatan. Dalam UU 36/2009
ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setiap
orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam program jaminan
kesehatan sosial. Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi di atas,
pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan
masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan
perorangan.
Pada 2004, dikeluarkan Undang-Undang No.40 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini mengamanatkan bahwa
jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 juga menetapkan, Jaminan Sosial
Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) akan diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya
dimulai 1 Januari 2014. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan
dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan
Pemerintah No.101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI);
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan Peta
Jalan JKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional) (Kemenkes RI, 2013)
Jaminan Kesehatan Nasional merupakan pembiayaan pra upaya
artinya pembiayaan kesehatan yang dikeluarkan sebelum atau tidak dalam

kondisi sakit. Pola pembiayaan pra-upaya menganut hukum jumlah besar dan
perangkuman resiko. Supaya resiko dapat disebarkan secara luas dan
direduksi secara efektif, maka pola, pembiayaan ini membutuhkan jumlah
besar peserta. Oleh karena itu, pada pelaksanaannya, JKN mewajibkan
seluruh penduduk Indonesia menjadi peserta agar hukum jumlah besar
tersebut dapat dipenuhi. Perangkuman resiko terjadi ketika sejumlah individu
yang beresiko sepakat untuk menghimpun resiko kerugian dengan tujuan
mengurangi beban termasuk biaya kerugian/klaim yang harus ditanggung
masing-masing individu (Murti, 2000).
Peserta Jaminan Kesehatan Nasional dibedakan menjadi 2 kelompok
1.

Penerima bantuan iuran (PBI) yaitu meliputi fakir miskin dan orang tidak
mampu.Iuran PBI dibayarkan oleh pemerintah

2.

Bukan penerima bantuan Iuran (Non-PBI) meliputi pekerja formal dan


informal beserta keluarganya
Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan

secara teratur oleh peserta, pemberi kerja dan atau pemerintah untuk program
jaminan kesehatan. Atas dasar iuran yang dibayarkan setiap peserta berhak
memperoleh manfaat jaminan kesehatan yang bersifat pelayanan kesehatan
perorangan, mencangkup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai
dengan kebutuhan medis yang diperlukan (Kemenkes 2013).
Pola pembayaran dalam JKN menggunakan sistem pembayaran
prospektif. Untuk di puskesmas dan fasilitas kesehatan tingkat pertama
lainnya,pola pembayarannya adalah dengan mekanisme kapitasi. Kapitasi
adalah pola pembayaran yang diterapkan di tingkat puskesamas dan dokter
primer dimana penyedia pelayanan dibayar tetap per pasien tanpa
memperlihatkan jumlah/sifat layanan yang diberikan. sedangkan untuk di
rumah sakit pola pembayaran diberlakukan menggunakan tarif INA CBGs,
yaitu pola pembayaran berdasarkan pengelompokkan penyakit berdasarkan
diagnosis (kasus yang relatif sama) dan sumber daya yang meliputi seluruh
komponen medis maupun nonmedis yang diberikan kepada seorang pasien

selama satu episode perawatan, termasuk jasa pelayanan, prosedur/tindakan,


obat/bahan habis pakai, pemeriksaan penunjang serta ruang perawatan.
Perubahan mekanisme pembayaran ini bertujuan untuk mendorong fasilitas
kesehatan memberikan pelayanan yang lebih efektif dan efisien dengan tetap
mengutamakan kualitas pelayanan (Irianto,2014).
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional ada 2 (dua) manfaat Jaminan
Kesehatan, yakni berupa pelayanan kesehatan dan Manfaat non medis
meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien
rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh
BPJS Kesehatan. Paket manfaat yang diterima dalam program JKN ini adalah
komprehensive sesuai kebutuhan medis. Dengan demikian pelayanan yang
diberikan bersifat paripurna (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif)
tidak dipengaruhi oleh besarnya biaya premi bagi peserta. Promotif dan
preventif yang diberikan dalam konteks upaya kesehatan perorangan
(personal care). Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat
komprehensif namun masih ada yang dibatasi (jamsosindonesia 2014).
B. Hubungan JKN dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Jumlah peserta BPJS Kesehatan sampai dengan akhir tahun 2015
mencapai 157 juta jiwa. Dimana 86 juta jiwa diantaranya merupakan
Penerima Bantuan Iuran. Hingga oktober tahun 2015 pemasukan BPJS yang
berasal dari iuran mencapai 39 triliun rupiah sedangkan pengeluaran
mencapai 41 triliun rupiah. Sedangkan pendapatan total BPJS mencapai 53,37
triliun rupiah sedangkan pengeluaran mencapai 57,19 rupiah. Terdapat defisit
mencapai 5 triliun sehingga untuk mengatasinya BPJS mencairkan dana
cadangan yang berasal dari APBN sebesar 1,54 triliun rupiah. Hal ini berbeda
dari tahun 2014 dimana pemasukan BPJS dari iuran mencapai 40,7 triliun
rupiah sedangkan pengeluaran untuk baiaya manfaat sebesar 42,6 triliun.
Tetapi BPJS kesehatan juga menempatkan asetnya pada dana program di
deposito, surat utang negara, dan obligasi. Sementara, dana BPJS Kesehatan
sebagai badan ditaruh di saham, deposito, reksadana, serta obligasi dengan
yield of invesment sebesar 15% sehingga pernah mencatatatkan dana surplus

1,017 triliun yang kemudian digunakan untuk dana jaminan sosial (DJS)
untuk menutupi defisit.
Dari perputaran dana yang begitu besar juga turut berdampak bagi
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Setelah berjalan 2 tahun program JKN telah
berkonstribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 18, 9 triliun
rupiah. Dengan rincian untuk industri kesehatan sebesar Rp 4,4 triliun, obatobatan Rp 1,7 triliun, lapangan kerja kesehatan Rp 4,2 triliun, dan konstruksi
rumah sakit Rp 8,36 triliun (BPJS, 2015)
Adanya program JKN mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Dengan jumlah pasien yang semakin besar jumlah pasien yang datang berobat
ke layanan primer maupun rumah sakit meningkat pesat. Orang-orang tidak
mengkhawatirkan biaya yang akan dibayarkan karena telah menjadi peserta
BPJS, suatu hal yang tidak terjadi pada tahun-tahun sebelumnya karena
mayoritas orang enggan pergi ke layanan kesehatan karena masalah biaya.
Dengan meningkatnya jumlah pasien yang dalam ilmu ekonomi disebut
permintaan (demand) maka akan membuat layanan primer dan rumah sakit
yang dalam hal ini penawaran (supply) untuk ikut meningkatkan kualitasnya
dan kuantitasnya (Iriani, 2014)
Peningkatan kualitas dan kuantitas layanan primer dan rumah sakit
dilakukan dengan melakukan sejumlah perbaikan dan peningkatan layanan
dan juga membangun infrastruktur baru. Untuk layanan primer puskemaspuskesmas yang menjadi lini pertama untuk peserta BPJS kesehatan akan
menerima pasien yang berkali lipat dari sebelumnya. Sehingga penambahan
infrastruktur dan pelengkapan alat-alat kesehatan perlu dilakukan. Renovasi
dan penambahan raungan-ruangan atau kamar dalam puskesmas perlu
dilakukan untuk antisipasi meningkatnya pasien. Selain itu fasilitas kesehatan
juga perlu diperbaiki sehingga pengadaan alat-alat barupun dilakukan. Hal
tersebut juga terjadi dalam layanan praktek dokter perorangan dan klinik
pertama, berbagai pembangunan baru akan dilakukan. Dari data BPJS sebesar
8,34 triliun rupiah digunakan untuk pembayaran klaim kepada puskesmas,
dokter praktek perorangan dan klinik pertama.

Sedangkan rumah sakit pembangunan rumah sakit baru terus


dilakukan dan renovasi serta peningkatan rumah sakit yang telah ada
sebelumnya juga terus dilakukan. Hal ini terbukti dengan sebesar 8,6 triliun
rupiah digunakan untuk konstruksi rumah sakit. Dan klaim yang telah
dibayarkan ke rumah sakit mencapai 34,31 triliun rupiah. Selain itu
meningkatnya pasien menyebabkan permintaan yang tinggi terhadap obatobatan. Hal tersebut membuat industri di bidang farmasi semakin meningkat,
terbukti industri farmasi meyumbang 1,7 triliun untuk pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan rumah sakit membuat perputaran uang yang terus
mengalir dan melibatkan banyak sektor. Seperti kontraktor properti, para
pekerja bangunan, penjual bahan material, dll. Hal itu juga mendorong
pertumbahan ekonomi masyarakat sekitar. Rumah sakit yang ramai juga akan
membuat usaha masyarakat sekitar menjadi ramai pula. Begitu juga dengan
industri farmasi, permintaan obat yang tinggi akan menguntungkan
perusahaan farmasi (Atmawikarta, 2014)
Program JKN juga menyebabkan permintaan terhadap sumber daya
manusia meningkat, tenaga kesehatan semakin diperlukan karena jumlah
pasien yang semakin banyak dan berbagai pembangunan yang tengah
dilakukan. Hal tersebut menyebabkan terbukanya lapangan pekerjaan yang
cukup besar. Dari data BPJS tahun 2015 program JKN di lini pertama seperti
praktek dokter perseorangan, puskesmas dan klinik pertama telah berhasil
menyerap tenga kesehatan sebanyak 277.030 orang. Sedangkan tenaga
kesehatan yang telah terserap dalam rumah sakit sebanyak 247.591 tenaga
kesehatan. Artinya program JKN turut mengurangi angka pengangguran di
Indonesia dan jika pengangguran turun maka kemiskinan juga turun. Dan
pada akhirnya pertumbuhan ekonomi nasional akan tumbuh (BPJS, 2015).
Perputaran uang yang terus mengalir dalam jumlah besar dalam
program JKN, pembangunan-pembangunan infrastruktur, pengadaan alat-alat
kesehatan, peningkatan permintaan terhadap obat-obatan, terbukanya
lapangan kerja dan berkurangnya pengangguran ini merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Program JKN mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap


pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui peningkatan derajat kesehatan.
Adanya program kesehatan membuat semua rakyat Indonesia tercangkup
jaminan kesehatan yang artinya siapapun bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan yang layak tanpa harus khawatir dengan masalah biaya. Jika semua
orang sadar akan pentingnya kesehatan dan bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan yang layak maka derajat kesehatan rakyat Indonesia akan
meningkat. Orang-orang pun menjadi lebih produktif dan dapat bekerja
dengan optimal. Mereka juga tidak perlu menegeluarkan banyak uangnya
untuk biaya sakit. Karena program JKN tidak hanya menekankan upaya
kuratif tetapi juga menekankan upaya promosi dan preventif. Hal tersebut
akan membuat kesadaran dan pemahaman individu terhadap kesehatan
semakin meningkat dan upaya preventif agar individu tidak mudah sakit.
Derajat kesehatan yang meningkat, pekerja yang produktif dan optimal, angka
kesakitan berkurang maka akan menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas yang kemudia akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia (Dakhi, 2014).
Pada tahun 2016 pemerintah Indonesia menargetkan jumlah peserta
BPJS sebesar 188 juta jiwa dengan target total iuran yang akan terkumpul
nantinya sebesar 68 triliun rupiah. Pemerintah pun telah menganggarkan dana
tambahan untuk BPJS kesehatan sebesar 5 triliun rupiah dalam APBN 2016.
Dana yang lebih besar dari tahun sebelumnya. Program JKN ini memang
masih banyak kekurangan seperti defisit pendapatan yang selalu terjadi dan
manajemen yang perlu dibenahi namun program JKN ini mempunyai manfaat
yang besar untuk pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia. Jika pengelolaan
program JKN bisa lebih baik lagi maka konstribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia akan lebih besar lagi.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Jaminan Kesehatan Nasional merupakan implementasi dari UUD 1945
yang mengatur setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan
perlindungan jaminan sosial. Yang kemudia diwujudkan dalam UU No 40
Tahun 2004 tentang SJSN dan kemudian resmi diberlakukan sejak 1
Januari 2014 yang dioperasikan oleh BPJS. JKN mengatur bahwa orang
miskin dan tidak mampu tetap bisa mendapatkan pelayanan kesehatan
dengan mendaftar menjadi anggota BPJS sedangkan yang laiinya tidak
perlu mengeluarkan uang lebih karena mereka telah membayar iuran setiap
bulannya.
2. Program JKN turut berkonstribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia sebesar 18, 6 triliun rupiah dimana 4,4 triliun untuk peningkatan
layanan kesehatan, 1,7 triliun untuk industri farmasi, 4,2 triliun untuk
penambahan lapangan pekerjaan dan 8,36 triliun untuk konstruksi rumah
sakit.
3. Program JKN melibatkan banyak sektor dan terdapat perputaran uang
yang besar yang menjadi penggerak kegiatan ekonomi. Pembangunanpembangunan infrastruktur kesehatan, pengadaan alat-alat kesehatan,
farmasi, dan penambahan lapangan pekerjaan merupakan dampak dari
program JKN dan kesemua faktor tersebut yang dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia.
4. Program JKN juga mempegaruhi pertumbuhan ekonomi melalui
peningaktan derajat kesehatan manusia. Karena program JKN tidak hanya
upaya kuratif tetapi juga promotif preventif dan rehabilitatif. Peningkatan
kesadaran akan kesehatan dan angka kesakitan yang berkurang membuat
individu lebih produktif dan bekerja lebih optimal sehingga pertumbuhan
ekonomi nasionalpun akan terangkat.
B. Saran

1. Perlu pembenahan dalam manajemen BPJS karena selalu mengalami


defisit setiap tahunnya. Karena jika BPJS dapat mengelola dengan baik
program JKN ini tentunya konstribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
nasional akan lebih banyak.
2. Perlu perhatian lebih dari pemerintah terhadap BPJS, regulasi-regulasi
yang menguntungkan untuk program BPJS perlu dilakukan. Pemerintah
bisa memberikan suntikan modal lebih untuk BPJS agar bisa menutup
defisit anggaran dan dapat mengembangkan investasinya.
3. Pembengunan-pembangunan infrastruktur kesehatan dan penambahan
lapangan pekerjaan harus terus dilakukan, para penyedia layanan
kesehatan harus terus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan setiap
saat. Jika hal tersebut terus berjalan lancar maka pertumbuhan ekonomi
akan terus naik.

DAPUS

Atmawikarta Arum. 2014. Investasi Kesehatan untuk Pembangunan Ekonomi.


Jakarta:Bappenas
Dakhi Rahmat A. 2014. Analisis Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Medan:Universitas Sumatera Utara;Disertasi
Iriani Marisa R. Sutopo J. 2014. Studi Evaluasi Efektivitas Sosialisasi Jaminan
Kesehatan Nasional oleh Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan di
Kabupaten Temanggung. Surakarta: FISIP UNS.
Irianto Sugeng. 2014. Proses dan Perkembangan Jaminan Kesehatan di
Indonesia. Yogyakarta:FKM UGM
Jamsos Indonesia. 2014. Memahami Manfaat JKN dan Prosedur Pelayanan
http://www.jamsosindonesia.com/cetak/printout/504
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta:Kemenkes
RI
Kementerian Kesehatan RI.2013. Buku Saku FAK BPJS Kesehatan. Jakarta
Kemenkes RI
Murti B. 2000. Dasar-Dasar Asuransi Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius
Naiborhu Murni. 2013. Jaminan Kesehatan Nasional. Medan:FKIP Universitas
Darma Agung Medan;makalah
http://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/post/categories/MjI/berita

Anda mungkin juga menyukai