TINJAUAN TEORITIS
A. Stres Kerja
Helmi, 2000 (dalam Safaria, 2012) adalah mekanisme interaktif yang dimulai dari
adalah keadaan yang membuat tegang yang terjadi ketika seseorang mendapatkan
masalah atau tantangan dan belum mempunyai jalan keluarnya atau banyak
menyelesaikan atau mengatasi stres dengan efektif maka stres tersebut berpotensi
Disorderi.
Stres dapat sangat membantu atau fungsional, tetapi juga dapat berperan
salah (Dysfunctional) atau merusak prestasi kerja. Secara sederhana hal ini berarti
10
11
seseorang yang tidak sesuai dengna tuntutan pekerjaan dalam memnuhi kebutuhan
seseorang (Rugas and Coch dalam Wijoyo Sutarto) Namun Beh dan Newman
mendefinisikan bahwa stres kerja sebagai suatu keadaan yang timbul dalam
Sutarto) berpendapat bahwa stres kerja merupakan suatu konsep yang terus
menerus bertambah. Ini terjadi jika semakin banyak permintaan, maka semakin
sumber utama dari stres. Stres fisik berdampak pada kesehatan fisik dan mental
karyawan. Menurut Cooper (Rice, 1992) sumber stres kerja sebagai berikut :
a. Kondisi pekerjaan
3) Deprivational stres, yaitu kondisi pekerjaan yang tidak lagi menantang atau
wanita yang bekerja mengalami konflik peran sebagai wanita karir sekaligus
sebagai ibu rumah tangga yang baik dan benar. Sehingga banyak wanita karir
dengan tuntutan dari dua sisi, yaitu pekerjaan dan ekonomi rumah tangga,
c. Faktor interpersonal
13
d. Pengembangan karir
aktualisasi diri
e. Struktur organisasi
Menurut Stephen dan Timothy : 2015, bahwa terdapat tiga kategori dari
mempengaruhi desain dan struktur organisasi, hal ini juga mempengaruhi level
stres kerja dan tata karyawan didalam organisasi. Terdapat juga tipe ketidak
ekonomi, ketika ekonomi terkena hantaman, sebagai contoh, maka orang akan
14
cenderung tidak menciptakan stres. Alasan yang jelas adalah negara-negara maju
keterampilan dan pengalaman karyawan akan using dalam waktu yang sangat
singkat, komputer, robotik, otomasi, dan bentuk-bentuk yang mirip dari perubahan
teknologi juga merupakan sebuah ancaman bagi banyak orang dan menyebabkan
variasi tugas, tingkat otomatisasi) kondisi kerja, dan tata ruang kerja secara
sebagai fungsi dari peranan tertentu yang dia pegang dalam organisasi. Konflik
berarti ekspektasi peran tidak secara jelas dipahami dan karyawan tidak yakin apa
diciptakan oleh para karyawan lainnya. Pertumbuhan riset yang sangat cepat juga
menunjukkan bahwa perilaku dari rekan dan supervisor yang negatif, meliputi
15
yang memiliki hubungan keluarga dan pribadi yang berharga. Masalah keluarga
dapat menciptakan stres pada karyawan seringkali tidak dapat ditinggalkan pada
pintu depan ketika mereka sampai ditempat kerja. Tanpa memperhatikan level
menekankan pada aspek yang negatif. Faktor individu yang signifikan yang
mempengaruhi stres adalah watak dasar dari seseorang. Riset berikutnya telah
stresor (misalnya masalah pekerjaan), respons terhadap stresor sebagai stres atau
antara stres yang merugikan dan merusak yang disebut distres, dan stres yang
16
menyebutkan satu jenis stres yang sangat berbahaya dan merugikan, disebut
dengan Distres. Satu jenis stres lainnya yang justru bermanfaat atau konstruksif
umumnya.
Menurut Helmi (2000) ada empat macam reaksi stres, yaitu reaksi
psikologi, fisiologi, proses berpikir, dan tingkah laku. Keempat macam reaksi ini
dalam perwujudannya dapat bersifat positif, tetapi juga dapat berwujud negative.
Reaksi yang bersifat negatif antara lain berikut ini. (a) Reaksi psikologis, biasanya
lebih dikaitkan pada aspek emosi, seperti mudah marah, sedih, ataupun mudah
tersinggung. (b) Reaksi fisiologis, biasanya muncul dalam bentuk keluhan fisik,
seperti pusing, nyeri tengkuk, tekanan darah naik, nyeri lambung, gatal-gatal di
kulit, ataupun rambut rontok. (c) Reaksi proses berpikir (kognitif), biasanya
tampak dalam gejala sulit berkonsentrasi, mudah lupa, ataupun sulit mengambil
Ada beberapa gejala stres dapat dilihat dari berbagai faktor yang
sikap seperti keras kepala, mudah marah dan tidak puas terhadap apa yang
dicapai.
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : fisiologis, psikologis dan gejala perilaku.
- Kelelahan fisik
- Ketegangan otot
- Gangguan tidur
- Sakit kepala
yang beresiko tinggi pada lingkungan social. Kondisi tempat kerja bisa
18
memperberat masalah kesehatan. Walaupun hal ini membuat lebih nyata tetapi
psikologis seperti:
perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat. Dan, baru dirasakan bilamana
5. Tahap-Tahap Stres
Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya
disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang
berlebihan pula.
Stres tahap II
sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk istirahat. Istirahat antara lain
dengan tidur yang cukup bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan
e. Koordinasi tubuh terganggu (bada terasa oyong dan serasa mau pingsan).
Stres tahap IV
sehubungan dengan keluhan-keluhan stres pada tahap III diatas, oleh dokter
dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ
tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang bersangkutan terus memaksakan diri untuk
bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul :
21
g. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa
penyebabnya.
Stres tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V
sederhana.
Stres tahap VI
panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami
22
stres tahap VI ini berulang kali dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ke ICCU,
meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik pada
6. Dampak Stres
bisa merupakan gejala fisik maupun psikis dan akan menimbulkan gejala-gejala
tertentu. Reaksi dari stres bagi individu dapat digolongkan menjadi beberapa
gejala (Rice, 1992), yaitu sebagai berikut : Gejala fisiologis, berupa keluhan
seperti sakit kepala, sembelit, diare, sakit pinggang, urat tegang pada tengkuk,
tekanan darah tinggi, kelelahan, sakit perut, maag, berubah selera makan, susah
gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut, mudah tersinggung, sedih, dan
membuat keputusan, mudah lupa, melamun secara berlebihan, dan pikiran kacau.
Gejala interpersonal, berupa sikap acuh tak acuh pada lingkungan, apatis, agresif,
Kelima dampak ini akan dialami oleh individu ketika dia mengalami stres.
Dampak negatif yang terjadi akibat stres dapat dijelaskan menurut teori
sindrom adaptasi umum (general adaptation system, GAS). Menurut Selye (Rice,
1992) ada tiga tahap yang disebut sebagai sindrom adaptasi umum, yaitu berikut
ini.
Tahap pertama. Reaksi alarm (alarm reaction). Reaksi alarm terjadi ketika
diterima oleh receptor. Selama tahap ini, sistem simpatetik dan dan
penciptaan energi tubuh menghadapi tegangan. Jika ketegangan itu terus terjadi
untuk member energi pada tubuh untuk melawan ketegangan. Keadaan ini akan
fungsinya, dan jika ketegangan masih terus berlangsung tubuh akan masuk pada
tahap terakir.
sehingga jika hal ini terus berlangsung akan berdampak negatif karena rusaknya
sebagainya.
7. Manajemen Stres
Sedangkan menurut Niven dan Neil (2002), ada 2 cara mengatasi stres
orang adalah duduk bersandar pada sebuah kursi berlengan yang nyaman atau
“melekur di tempat tidur” dengan sebuah buku yang besar. Salah satu tekniknya
adalah relaksasi otot positif (Jacobson, 1987) dalam Miven 2002.Relaksasi otot
25
mengurangi ketegangan.
berhadapan pada situasi yang penuh stres. Teknik inimemerlukan empat elemen
memejamkan matanya. (2) Persiapan mental, dalam hal ini biasanya sebuah suku
kata direly berkali-kali dalam hati. Tujuanya mengurangi kekacauan. (3) Sikap
positif, pengikatan pikiran akan tujuan selama periode tersebut adalah penting
untuk bersikap acuh dan berkonsentrasi pada teknik. (4) Pengurangantonis otot,
1. Pendekatan Pribadi
a. Strategi Psikologis
munculnya ketegangan secara lebih dini dengan sikap yang wajar dalam bekerja
merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kesadaran diri dalam
pikiran seseorang agar dapat mengendalika emosi dan menghindari beban psikis
dan stres kerja yang bersumber dari kondisi, situasi, atau peristiwa dalam
pengurangan ketegangan dalam stres kerja ini adalah mencari tempat yang tenang
mengalami ketegangan yang meliputi otot-otot tangan, bagian tangan dari siku ke
pergelangan tangan, bagian belakang, leher, wajah, kaki, dan pergelangan kaki.
(3) Konseling atau Psioterapi. Usaha yang dilakukan dalam konseling dan
terhadap kondisi, situasi, atau peristiwa yang menimbulkan stres kerja, dan
dalam menghadapi stres kerja, menentukan tindakan, dan menilai hasil serta
b. Strategi Fisiologis
27
Strategi fisiologis ini menitikberatkan pada usaha mengelola stres kerja untuk
seperti renang, senam kebugaran jasmani, badminton, basket, lari, jalan pagi, dan
bersepeda.
2. Pendekatan Organisasi
mengelola stres kerja dengan cara yang efektif, individu diharapkan mempunyai
organisasi dapat menjadi efektif untuk mengurangi stres kerja mereka (Rose dan
Veiga, 1984).
organisasi, yaitu : (a) Meningkatkan Komunikasi. Salah satu cara yang efektif
komunikasi yang efektif di antara manajer dan karyawan, sehingga akan tampak
28
garis-garis tugas dan tanggung jawab yang jelas di antara keduanya. Situasi
prestasi dan ganjaran yang efektif perlu diberikan oleh manajer kepada karyawan
ketidakjelasan tugas). Situasi ini terjadi bila hubungan di antara atasan dan
bawahan berada dalam suasana kerja dan sistem penilaian prestasi kerja efektif.
memperkaya tugas kepada karyawan agar mereka dapat lebih bertanggung jawab,
lebih mempunyai makna tugas yang dikerjakan, dan lebih baik dalam
29
karyawan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Situasi semacam ini dapat
1. Pengertian Konflik
belah pihak. Nelson & Quick, (2010) menyatakan konflik organisasi adalah
ketidaksetujuan antara dua pihak atau lebih anggota yang timbul karena mereka
harus menggunakan sumber daya yang langka secara bersama-sama dan karena
berbeda.
30
tertentu bisa memperbaiki prestasi dari seseorang namun jika terjadi konflik pada
lima macam konflik yang mungkin muncul dalam kehidupan organisasi yaitu :
konflik interpersonal, konflik intra personal, konflik antar individu dan kelompok,
konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi (Nelson & Quick, 2010).
yang terjadi pada diri sendiri yang dapat terjadi jika pada waktu yang sama
bersamaam.
yang sama), adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
berbeda
persaingan bisnis
31
Pada wanita yang bekerja terjadi konflik peran. Hal ini disebabkan oleh
adanya peran yang secara bersamaan yang menuntut adanya sebuah usaha
seorang wanita pekerja bila dikaitkan oleh perannya sebagai pekerja dan sebagai
ibu rumah tangga akan membawa idinvidu tersebut dalam sebuah kondisi yang
dilematis dimana wanita tersebut dituntut untuk dapat menjalankan dengan baik
dua peran sekaligus atau dikenal dengan istilah peran ganda. Peran ganda inilah
yang dapat menjadi faktor penyebab stres kerja khususnya pada wanita yang telah
menikah.
yang berkaitan dengan suatu peran daimana dalam kondisi ektrim, kehadiran dua
atau lebih harapan peran atau tekanan akan sangat bertolak belakang sehingga
peran yang lain tidak dapat dijalankan (Cooper & Dewe, 2004)
yang muncul antara harapan dari dua peran yang berbeda yang dimiliki oleh
Konflik peran akan menyebabkan situasi yang sulit bagi wanita yang
bekerja. Mereka dihadapkan pada pilihan yang sulit. Jika ingin karir lebih sukses
maka waktu ditengah keluarga akan berkurang secara otomatis peranya dalam
(Andreas, S 2008).
disimpulkan bahwa terdapat tiga tugas wanita dalam rumah tangga yaitu :
a. Sebagai istri, wanita dituntut dapat bersama suami dan mendampingi suami
b. Sebagai pendidik, seorang ibu dituntut bisa mendidik anaknya agar bisa
c. Sebagai ibu rumah tangga harus mampu mengatur keluarga agar mempunyai
Konflik antara pekerjaan dan kehidupan keluarga muncul jika suami istri
bekerja untuk memenuhi kebutuhan. Konflik peran ganda bersifat multi dimendi
dimana masing-bagian berpengaruh satu sama lain (Greenhaus & Beutell, 1985)
Terdapat dua aspek yang saling terkait dalam konflik peran ganda ini
diantaranya :
a. Work Family Conflict merupakan konflik yang muncul karena tanggung jawab
dengan tanggung jawab ditempat kerja, seperti masuk kerja tepat waktu,
lebih banyak waktu dalam hal keluarga sehingga wanita dilaporkan lebih
b. Family Work Conflict yaitu konflik yang muncul karena tanggung jawab
berdasarkan pernikahan dan terdiri dari orang tua dan anak yang masih
menjadi tanggungan dan tinggal dalam satu atap (Subhan, 2004). Keluarga
suami, istri, dan anak-anak, saudara laki-laki dan saudara perempuan. Peran
ini ditentukan oleh masyarakat, tetapi peranan dalam tiap keluarga diperkuat
Menurut Friedman (2010) keluarga merupakan dua orang atau lebih yang
Multi dimensi dari konflik peran ganda muncul dari masing masing arah
Konflik peran ganda pada wanita bekerja dapat timbul dari berbagai hal.
bekerja. Gejala ini bersifat psikologis dimana muncul perasaan bersalah, frustasi
dan lain sebagainya. Adapun faktor penyebab terjadinya konflik peran adalah :
b. Stress yang mulai dalam satu peran berdampak pada peran yang lain
c. Kecemasan dan ketegangan salah satu peran berdampak pada peran yang lain.
d. Perilaku yang tepat dan efektif pada salah satu peran tidak bisa dilakukan pada
bekerja berlebihan karna beban kerja yang harus diselesaikan sesuai target. Hal ini
berkurang. Selain itu peran seorang ibu rumah tangga untuk mengurus anaknya
Menurut Russel n Cooper (1992) faktor yang memicu konflik peran ganda
dapat bersumber dari domain tempat kerja dan keluarga. Tekanan tersebut
36
menggambarkan peran orang tua atau istri yang tidak berkualitas berhubungan
a. Time pressure, semakin banyak waktu yang digunakan untuk bekerja maka
b. Family Size And Support, semakin besar atau banyak jumlah keluarga maka
semakin besar terjadinya konflik, namun disisi lain akan semakin banyak
c. Job Satisfaction, semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin sedikit konflik
yang terjadi
d. Marital and Life Satisfaction, semakin tinggi tuntutan akan perkawinan maka
Penanganan konflik peran ganda perlu dilakukan dengan baik agar tidak
a. Strategi individu
Strategi yang dilakukan untuk menangani masalah konflik peran ganda ini
salah satunya dengan manajemen waktu. Hal ini penting dilakukan agar peran
sebagai ibu rumah tangga dapat optimal sekaligus peran sabagai karyawan.
b. Strategi instansi
5) Job sharing
keseriusan instansi dalam menangani hal ini berdampak positif bagi kinerja
38
pegawai, sebaliknya jika instansi atau perusahaan tidak serius maka akan
hal ini terjadi pada perawat maka akan menurunkan kinerja perawat dalam