Anda di halaman 1dari 26

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA

PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH M.NATSIR SOLOK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan


Menempuh Ujian Sarjana Fakultas Psikologi
Universitas Putra Indonesia”YPTK”
Padang

Oleh :

PUTRI LENGGOGENI
16101157510078

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK”
PADANG
2021
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stres Kerja

1. Pengertian Stres Kerja

Menurut Beerh dan Newman (dalam Maywarni, 2016) stress kerja

adalah suatu kondisi yang muncul akibat interaksi antara individu dengan

pekerjaan mereka dimana terdapat ketidaksesuaian karakteristik dan

perubahan-perubahan yang tidak jelas yang terjadi dalam perusahaan. Menurut

Hager 1999 (dalam Waluyo, 2015), stress sangat bersifat individual dan pada

dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan

mental individu dengan beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dengan

suatu stressor (sumber stres) tidak selalu mengakibatkan gangguan secara

psikologis maupun fisiologis. Tergantung atau tidaknya individu, tergantung

pada persepsinya terhadap peristiwa yang dialaminya.

Faktor kunci stress adalah persepsi seseorang dan penilaian terhadap

situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari

situasi yang dihadapi (Diana 1991, dalam Waluyo 2015). Dengan kata lain,

bahwa reaksi terhadap stress dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh

individu mempersepsikan suatu peristiwa.

Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam

menghadapi pekerjaan (dalam Mangkunegara, 2013). Pendapat ini didukung

oleh Beehr dan Newman (dalam Luthans, 2006) yang mendefinisikan


mengenai stres kerja sebagai kondisi yang muncul dari interaksi manusia

dengan pekerjaannya serta dikarakteristikkan oleh manusia sebagai perubahan

manusia yang memaksa mereka untuk menyimpang dari fungsi normal

mereka. Bisa dikatakan bahwa stress kerja adalah umpan balik atas atas diri

karyawan secara fisiologis maupun psikologis terhadap keinginan atau

permintaan organisasi. Stres kerja merupakan faktor-faktor yang dapat

memberi tekanan terhadap produktivitas dan lingkungan kerja serta dapat

mengganggu individu.

Aamodt (dalam Marliani, 2015) memandang stres kerja sebagai respons

adaptif yang merupakan karakteristik individual dan konsekuensi dan tindakan

eksternal, situasi atau peristiwa yang terjadi, baik secara fisik maupun

psikologis. Secara sederhana menurut Anoraga (2009) stres sebenarnya

merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun

mental, terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan

mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam. Menurut Judge dan

Robbins ( dalam Candra dan Huda, 2017) mendefinisikan stres adalah suatu

kondisi dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan,

atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu

dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah

dikarenakan peristiwa-peristiwa yang mengancam dan menekan serta reaksi

emosional dan psikologis pada situasi yang menghalangi tujuan individu dan

tidak dapat mengatasinya. Kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap


emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang dan beban kerja yang

berlebihan dalam bekerja. Serta stres dapat menimbulkan kondisi dinamis

dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber

daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang

hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.

2. Jenis-jenis Stres

Quick dan quick (dalam Waluyo, 2015) mengkategorikan jenis stress

menjadi dua, yaitu :

a. Eustres, yaitu hasil dari respons terhadap stress yang bersifat sehat, positif

dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk

kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan

pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan, adaptasi dan tingkat performance

yang tinggi.

b. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stress yang bersifat tidak sehat,

negative, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk

konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardioveskular

dan tingkat ketidakhadiran yang tinggi, yang diasosiasikan dengan

keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jenis beban kerja terbagi 2

yaitu Eustres dan distress. Eustres merupakan hasil dari respon terhadap stress

yang bersifat sehat, positif dan konstruktif (bersifat membangun). Distress

yaitu hasil dari respon terhadap stress yang bersifat tidak sehat, negative, dan

destruktif (bersifat merusak).


3. Aspek-aspek Stress kerja

Terry Beehr dan John Newman (dalam Waluyo, 2015) mengemukakan

mengenai gejla-gejala stress kerja dapat dibagi menjadi 3 aspek, yaitu :

a. Gejala psikologis

1) kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung

2) perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)

3) sensitive dan hyperreactivity

4) memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi

5) komunikasi yang tidak efektif

6) perasaan terkucil dan terasing

7) kebosanan dan ketidakpuasan kerja

8) kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan

konsentrasi

9) kehilangan spontanitas dan kreativitas

10) menurunnya rasa percaya diri

b. Gejala Fisiologis

1) Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan

mengalami penyakit kardiovaskular

2) Meningkatnya sekresi dari hormon stress (seperti: adrenalin dan

nonadrenalin)

3) Gangguan gastrointestinal (gangguan lambung)

4) Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan


5) Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom

kelelahan yang kronis

6) Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada

7) Gangguan pada kulit

8) Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot

9) Gangguan tidur

10) Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan

terkena kanker

c. Gejala Perilaku

1) Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan

2) Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas

3) Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan

4) Perilaku sabotase dalam pekerjaan

5) Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai

pelampiasan, mengarah ke obesitas.

6) Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk

penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba,

kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi.

7) Meningkatnya kecenderungan perilaku beresiko tinggi, seperti

menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi

8) Meningkatnya agresivitas, vandalism, dan kriminalitas

9) Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan

teman
10) Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.

Bedasarkan penjelasan dari aspek-aspek di atas dapat di tarik kesimpulan

bahwa gejala stress dapat ditimbulkan dari kondisi psikologis seseorang

dilingkungan kerja termasuk salah satunya kelelahan mental, gejala fisiologis

seperti gangguan pada tubuh serta gejala perilaku yang buruk juga termasuk

kedalam gejala yang mengakibatkan stress kerja.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja

Robbins (dalam Marliani, 2015) mengidentifikasi tiga perangkat faktor

penyebab stres yaitu :

a. Faktor lingkungan

Penyebab yang berasal dari lingkungan meliputi ketidakpastian ekonomi,

ketidakpastian politik, dan ketidakpastian teknologi.

b. Faktor Organisasi

Penyebab yang berasal dari organisasi meliputi tuntutan tugas, tuntutan

peran, tuntutan hubungan antar pribadi, struktur organisasi, kepemimpinan

organisasi, dan tahap hidup organisasi.

c. Faktor Individu

Penyebab yang berasal dari diri individu itu sendiri meliputi masalah

keluarga, masalah ekonomi, dan kepribadian.

Menurut Sedarmayanti (2011) ada beberapa tingkat rangsangan yang

dapat menyebabkan stress yaitu :

a. Tingkat rangsangan rendah

1) Pekerjaan rutin yang membosankan


2) Kurang berhubungan dengan orang lain

3) Hubungan yang tidak memuaskan dan tidak menguntungkan

4) Kurang kesempatan yang bersifat rekreatif

b. Tingkat rangsangan tinggi

1) Terlalu sibuk

2) Tuntutan konflik dengan waktu atau keahlian

3) Terlalu banyak aktifitas yang harus dikerjakan

4) Kurang kesempatan untuk santai

5) Kecemasan financial

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan stres kerja dapat disimpulkan

terjadi ketika ada faktor lingkungan yaitu ketidakpastian ekonomi,

ketidakpastian politik, dan ketidakpastian teknolog, faktor oganisasi yaitu

tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan hubungan antar pribadi, struktur

organisasi, kepemimpinan organisasi, dan tahap hidup organisasidan faktor

individu yaitu masalah keluarga, masalah ekonomi, dan kepribadian.

B. Beban Kerja

1. Pengertian Beban Kerja

Beban kerja merupakan salah satu sub bagian dalam melakukan

perancangan kerja (dalam Yulianus, 2018). Menurut Riggio (dalam Yo, 2015)

menyatakan beban kerja adalah tugas-tugas pekerjaan yag menjadi sumber

stres seperti pekerjaan mengharuskan bekerja dengan cepat, menghasilkan

sesuatu dan konsentrasi dari stres kerja Menurut Everly dan Girdano (dalam
Anggraini, 2015) beban kerja yaitu kombinasi dari beban kerja yang berlebih

secara fisikal ataupun mental yaitu harus melakukan hal yang yang

menimbulkan beban secara berlebihan ialah desakan waktu, yaitu setiap tugas

diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat pada

saat-saat tertentu, dalam hal tertentu waktu akhir (deadline) justru dapat

meningkatkan motivasi dan menghasilkan prestasi kerja yang tinggi. Namun

bila desakan waktu menyebabkan timbulnya banyak kesalahan atau

menyebabkan kondisi kesehatan seseorang berkurang, maka ini merupakan

cerminan adanya beban berlebihan.

Meshkati (dalam Astianto, 2014) beban kerja dapat didefinisikan

sebagai suatuperbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan

tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi. Menurut munandar (dalam Panegah,

2012) bahwa beban kerja merupakan keadaan dimana pekerja dihadapkan

pada tugas yang harus diselesaiakan pada waktu tertentu. Sedangkan menurut

O’Donnel & Eggemeier (dalam Mubariroh, 2013) menjelaskan beban kerja

adalahsebagian dari “kapasitas” kemampuan pekerja yang diberikan untuk

mengerjakan tugasnya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa beban kerja adalah

suatu perbedaan antara kapasitas kemampuan pekerjaan dengan tuntutan yang

harus dihadapi dan tugas tersebut harus diselesaikan pada waktu teretentu.

yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat

dan cermat pada saat-saat tertentu, dalam hal tertentu waktu akhir (deadline)

justru dapat meningkatkan motivasi dan menghasilkan prestasi kerja yang


tinggi. Namun bila desakan waktu menyebabkan timbulnya banyak kesalahan

atau menyebabkan kondisi kesehatan seseorang berkurang, maka ini

merupakan cerminan adanya beban berlebihan.

2. Aspek-aspek Beban Kerja

Menurut Julianus (2018) terdapat 3 aspek dalam beban kerja, yaitu :

a. Aspek fisik, meliputi perhitungan beban kerja berdasarkan kriteria-

kritera fisik manusia.

b. Aspek mental merupakan perhitungan beban kerja dengan

mempertimbangkan aspek mental (psikologis).

c. Aspek pemanfaatan waktu lebih mempertimbangkan pada aspek

penggunaan waktu untuk bekerja

Bedasarkan penjelasan 3 aspek di atas dapat di simpulkan aspek beban

kerja memperhitungkan fisik manusia, kondisi psikologis serta pemanfaatan

waktu kerja.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja dalam

penelitian Soleman (dalam Romadhoni dan Asmony,2015) adalah sebagai

berikut :

a. faktor eksternal yaitu beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja,

seperti : task meliputi tugas bersifat fisik seperti, stasiun kerja, tata ruang

tempat kerja, kondisi ruang kerja, kondisi lingkungan kerja, sikap kerja.

Organisasi kerja meliputi lamanya waktu kerja, waktu istirahat, shift

kerja, system kerja dan sebagainya. Lingkungan kerja meliputi


lingkungan kerja ini dapat memberikan beban tambahan yang meliputi

lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja kimiawi dan lingkungan kerja

yang biologis.

b. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat dari

reaksi beban kerja eksternal yang berpotensi sebagai stressor, meliputi

faktor somatic (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi

kesehatan dan sebagainya), dan faktor psikis (motivasi, persepsi,

kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan sebagainya).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi beban kerja terdiri dari faktor eksternal dan faktor

internal. Faktor eksternal adalah Faktor eksternal yaitu beban yang berasal

dari luar tubuh pekerja. Dan faktor internal adalah faktor yang berasal dari

dalam tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal.

Menurut Gibson (dalam Chandra dan Adriansyah,2017) faktor-faktor

yang mempengaruhi beban kerja yaitu :

a. Time pressure (tekanan waktu) Secara umum dalam hal tertentu

waktu akhir (dead line) justru dapat meningkatkan motivasi dan

menghasilkan prestasi kerja yang tinggi, namun desakan waktu juga

dapat menjadi beban kerja berlebihan kuantitatif ketika hal

inimengakibatkan munculnya banyak kesalahan atau kondisi

kesehatan seseorang berkurang.

b. Jadwal kerja atau jam kerja Jumlah waktu untuk melakukan kerja

berkontribusi terhadap pengalaman akan tuntutan kerja, yang


merupakan salah satu faktor penyebab stres di lingkungan kerja. Hal ini

berhubungan dengan penyesuaian waktu antara pekerjaan dan

keluarga jika pasangan suami-istri samasama bekerja. Jadwal kerja

strandart adalah 8 jam sehari selama seminggu. Untuk jadwal kerja

ada tiga tipe, yaitu: night shift, long shift, flexible work schedule.

Dari ketiga tipe jadwal kerja tersebut, long shift dan night shift

dapat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh seseorang.

c. Role ambiguity dan role conflict Role ambiguity atau kemenduaan

peran dan role conflict atau konflik peran dapat mempengaruhi

persepsi seseorang terhadap beban kerjanya. Hal ini dapat sebagai hal

yang mengancam atau menantang.

d. Kebisingan, dapat mempengaruhi pekerja dalam hal kesehatan dan

performancenya. Pekerja yang kondisi kerjanya sangat bising dapat

mempengaruhi efektifitas kerjanya dalam menyelesaikan tugasnya,

dimana dapat mengganngu konsentrasi dan otomatis mengganggu

pencapaian tugas sehingga dapat dipastikan semakin memperberat

beban kerjanya.

e. Informatian overload, Banyaknya informasi yang masuk dan diserap

pekerja dalam waktu yang bersamaan dapat menyebabkan beban

kerja semakin berat. Kemajemukan teknologi dan penggunaan

fasilitas kerja yang serba canggih membutuhkan adaptasi tersendiri

dari pekerja. Semakin komplek informasi yang diterima, dimana

masing-masing menuntut konsekuensi yang berbeda dapat


mempengaruhi proses pembelajaran pekerja dan efek lanjutannya

bagikesehatan jika tidak tertangani dengan baik.

f. Temperature extremes atau heat overload. Sama halnya dengan

kebisingan, faktor kondisi kerja yang beresiko seperti tingginya

temperatur dalam ruangan juga berdampak pada kesehatan. Hal ini

utamanya jika kondisi tersebut berlangsung lama dan tidak ada

peralatan pengamannya.

g. Repetitive action. Banyaknya pekerjaan yang membutuhkan aksi tubuh

secara berulang, seperti pekerja yang menggunakan komputer dan

menghabiskan sebagian besar waktunya dengan mengetik, atau

pekerja assemblyline yang harus mengoperasikan mesin dengan

prosedur yang sama setiap waktu atau dimana banyak terjadi

pengulangan gerak akan timbul rasa bosan, rasa monoton yang pada

akhirnya dapat menghasilkan berkurangnya perhatian dan secara

potensial membahayakan jika tenaga gagal untuk bertindak tepat

dalan keadaan darurat. Aspek ergonomi dalam lay out tempat kerja.

h. Tanggung jawab. Setiap jenis tanggung jawab (responsibility) dapat

merupakan beban kerja bagi sebagian orang. Jenis-jenis tanggung

jawab yang berbeda, berbeda pula fungsinya sebagai penekan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tanggung jawab terhadap orang

menimbulkan tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan.

Sebaliknya semakin banyak tanggung jawab terhadap barang, semakin

rendah indikator tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan.


C. Hubungan antara Beban Kerja dan Stres Kerja

Menurut Beerh dan Newman (dalam Maywarni, 2016) stress kerja adalah

suatu kondisi yang muncul akibat interaksi antara individu dengan pekerjaan

mereka dimana terdapat ketidaksesuaian karakteristik dan perubahan-perubahan

yang tidak jelas yang terjadi dalam perusahaan. Menurut Hager 1999 (dalam

Waluyo, 2015), stress sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat

merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan

beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dengan suatu stressor (sumber

stres) tidak selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun fisiologis.

Stres merupakan sesuatu yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi

optimal sehingga menyebabkan seseorang jatuh sakit (Hurrel dkk, dalam

Anggraini, 2015). Hasilnya, stres yang terlalu besar dapat mengancam

kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan kerjanya, yang akhirnya

mengganggu pelaksanaan tugas-tugasnya. Biasanya stres semakin kuat apabila

mendapatkan tugas yang harus diselesaiakan tepat waktu. Keadaan dimana

pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu

(Everly dkk, dalam Anggraini, 2015).

Dapat disimpulkan bahwa kelelahan kerja adalah faktor utama penyebab

stres kerja, namun terdapat juga faktor lain sebagai penyebab stres kerja yaitu

faktor tempat kerja, jenis pekerjaan, dan beban mental. Atau salah satu faktor

yang mempengaruhi stress kerja adalah beban kerja yang masuk kedalam faktor

organisasi, bagian tuntutan kerja.


Beban kerja merupakan salah satu sub bagian dalam melakukan

perancangan kerja (dalam Yulianus, 2018). Menurut Riggio (dalam Yo, 2015)

menyatakan beban kerja adalah tugas-tugas pekerjaan yag menjadi sumber stres

seperti pekerjaan mengharuskan bekerja dengan cepat, menghasilkan sesuatu dan

konsentrasi dari stres kerja Menurut Everly dan Girdano (dalam Anggraini, 2015)

beban kerja yaitu kombinasi dari beban kerja yang berlebih secara fisikal ataupun

mental yaitu harus melakukan hal yang yang menimbulkan beban secara

berlebihan ialah desakan waktu, yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan

secepat mungkin secara tepat dan cermat pada saat-saat tertentu, dalam hal

tertentu waktu akhir (deadline) justru dapat meningkatkan motivasi dan

menghasilkan prestasi kerja yang tinggi.

D. Hipotesis

Hipotesis ini diajukan adalah terdapat hubungan positif antara Beban Kerja

dengan Stres Kerja pada perawat Rumah Sakit Umun Daerah M.natsir Solok .
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2014) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang

berbentukapa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya.Variabel terikat (dependent variable) adalah variable yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable bebas. Variabel

bebas (independent variable) adalah suatu variabel yang mempengaruhi variabel

lain atau yang menjadi sebab perubahan nya atau timbulnya variabl terikat.

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Dependen (Y) : Stress Kerja

2. Variabel Independen (X) : Beban Kerja

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah suatu defenisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang dapat diamati.

Suatu konsep mengenai variabel yang sama dapat saja memiliki definisi

operasional yang lebih dari satu dan berbeda-beda antara penelitian yang satu dan

yang lainnya (Azwar, 2014). Definisi operasional yang ditetapkan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Stress Kerja

Menurut Beerh dan Newman (dalam Maywarni, 2016) stress kerja adalah

suatu kondisi yang muncul akibat interaksi antara individu dengan pekerjaan

mereka dimana terdapat ketidaksesuaian karakteristik dan perubahan-

perubahan yang tidak jelas yang terjadi dalam perusahaan. Menurut Hager

1999 (dalam Waluyo, 2015), stress sangat bersifat individual dan pada

dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan

mental individu dengan beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan

dengan suatu stressor (sumber stres) tidak selalu mengakibatkan gangguan

secara psikologis maupun fisiologis. Tergantung atau tidaknya individu,

tergantung pada persepsinya terhadap peristiwa yang dialaminya.

2. Beban Kerja

Meshkati (dalam Astianto, 2014) beban kerja dapat didefinisikan sebagai

suatuperbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntutan

pekerjaan yang harus dihadapi. Menurut munandar (dalam Panegah, 2012)

bahwa beban kerja merupakan keadaan dimana pekerja dihadapkan pada

tugas yang harus diselesaiakan pada waktu tertentu. Sedangkan menurut

O’Donnel & Eggemeier (dalam Mubariroh, 2013) menjelaskan beban kerja

adalahsebagian dari “kapasitas” kemampuan pekerja yang diberikan untuk

mengerjakan tugasnya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa beban kerja adalah suatu

perbedaan antara kapasitas kemampuan pekerjaan dengan tuntutan yang harus

dihadapi dan tugas tersebut harus diselesaikan pada waktu teretentu. yaitu
setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan

cermat pada saat-saat tertentu, dalam hal tertentu waktu akhir (deadline)

justru dapat meningkatkan motivasi dan menghasilkan prestasi kerja yang

tinggi. Namun bila desakan waktu menyebabkan timbulnya banyak kesalahan

atau menyebabkan kondisi kesehatan seseorang berkurang, maka ini

merupakan cerminan adanya beban berlebihan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2014).

Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang ada di Rumah Sakit

Umum Daerah M.Natsir Solok yang jumlahnya 311 perawat.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian

dengan tujuan agar sampel yang diambil dari populasinya representatif atau

mewakili sehingga dapat diperoleh informasi yang cukup untuk mengestimasi

populasinya (Sugiyono, 2014). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah teknik simple random sampling yakni teknik pengambilan sampel

berdasarkan metode penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara

tertentu sehingga setiap anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang
yang sama untuk terpilih atau terambil. Sampel penelitian yang digunakan

peneliti yaitu:

a. Ruang Interne: 36 perawat

b. Ruang Ok : 16 Perawat

c. Ruang Bedah: 21 Perawat

d. Ruang ICU : 18 Perawat

e. Ruang IGD : 26 Perawat

f. Ruang Neurologi : 16 Perawat

g. Ruang Paru : 12 Perawat

h. Ruang Isolasi : 25 perawat

D. Metode Alat Pengumpulan Data

1. Alat ukur Penelitian

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah skala. Metode

skala, baik untuk skala Beban Kerja dan Stress Kerja. Menurut Sugiyono

(2014) skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai

acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat

ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan

menghasilkan data kuantitatif.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan format

respon jawaban model likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak

untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau

pertanyaan (Sugiyono, 2014).

Skala Likert terdiri dari pernyataan-pernyataan yang terdiri atas dua

macam, yaitu pernyataan yang favorabel (mendukung atau memihak pada

objek sikap) dan pernyataan yang unfavorabel (tidak mendukung objek

sikap), (Azwar, 2017).

Skala dalam penelitian ini memiliki format respon dengan empat

alternatif jawaban, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (sangat tidak

setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Kriteria pemberian skor untuk skala

Sexting dan skala Polaa asuh orang tua dilakukan dengan ketemtuan sebagai

berikut :

Tabel 3.1
Alternatif jawaban

Alterntif Jawaban Favorabel Unfavorable


Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

a. Skala Stress Kerja

Skala Stress Kerja dalam penelitian ini akan diukur dengan

menggunakan skala Stress Kerja yang peneliti susun berdasarkan Terry

Beehr dan John Newman (dalam Waluyo, 2015).


Tabel 3.2
Blue Print Skala Stress Kerja
Item
No Aspek – Aspek Favourable Unfavourable Jml
1, 7, 13, 19, 4, 10, 16, 22, 14
1 Gejala psikologis
25, 31, 37. 28, 34, 40.
2, 8, 14, 20, 5, 11, 17, 23, 14
2 Gejala Fisiologis
26, 32, 38. 29, 35, 41.
3, 9, 15, 21, 6, 12, 18, 24, 14
3 Gejala Perilaku
27, 33, 39. 30, 36, 42.
Total 21 21 42

b. Skala Beban Kerja

Skala Beban Kerja dalam penelitian ini akan diukur dengan

menggunakan skala beban kerja yang peneliti susun berdasarkan Julianus

(2018).

Tabel 3.3
Blue Print Beban Kerja
Item Jum
No
Aspek – Aspek Favourable Unfavourable lah

1, 7, 13, 19, 4, 10, 16, 22, 14


1 Aspek Fisik
25, 31, 37. 28, 34, 40.
Aspek Mental 2, 8, 14, 20, 5, 11, 17, 23, 14
2
26, 32, 38. 29, 35, 41.
Aspek pemanfaatan 3, 9, 15, 21, 6, 12, 18, 24, 14
3
waktu 27, 33, 39. 30, 36, 42.
Total 21 21 42

2. Uji Coba Alat Ukur Penelitian

Uji coba merupakan langkah yang sangat penting dalam

perkembangan alat ukur karena dari uji coba inilah diketahui informasi

mengenai mutu alat ukur yang dikembangkan dengan syarat utama bahwa
karakteristik subjek uji coba harus sama dengan karakteristik subjek

penelitian, selain itu kondisi uji coba harus sama dengan kondisi penelitian

yang sebenarnya (Suryabrata, 2014).

a. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya

(Azwar, 2014). Suatu tes atau alat ukur dapat dikatakan mempunyai

validitas yang tinggi apabila alat tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya,

atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya

pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan

dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas

rendah (Azwar, 2014).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan

validitas konstrak, sebelum dilakukan uji coba validitas isi ditegakkan pada

langkah telah dan revisi aitem-aitem pertanyaan berdasarkan pendapat

professional (professional judgement) para penelaah (Sugiyono, 2013).

Validitas konstrak adalah validitas yang menunjukan sejauh mana suatu tes

mengukur konstrak teoritik yang hendak diukur (Sugiono, 2013). Uji

validitas konstrak dilaksanakan setelah melakukan proses uji coba di

lapangan, di mana pengujiannya menggunakan bantuan SPSS2,1 for

windows, jawabannya dalam validitas ini adalah sejauh mana aitem-aitem

tes mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek


yang hendak di ukur (aspek representatif) dan sejauh mana aitem-aitem tes

mencerminkan ciri perilaku yang hendak di ukur (aspek relevansi).

Penentuan aitem valid atau tidaknya menggunakan kriteria rxy 0,3

(Sugiyono, 2013). Suatu data skala dikatakan valid jika koefisien korelasi

lebih besar atau sama dengan 0,3 (rxy 0,3) dan sebaliknya aitem skala

dikatakan gugur jika koefisien korelasi lebih kecil dari 0,3 (rxy 0,3).

Secara teknis pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan formulasi

Alpha Cronbach dengan bantuan IBM SPSS 21

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian, atau keakuratan yang

ditunjukkan oleh instrumen pengukuran, yaitu sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya dan diandal kan (Azwar, 2014). Apabila suatu alat ukur

dapat dipakai dua kali untuk pengukuran yang sama dengan hasil yang

relatif sama, maka alat ukur tersebut dikatakan reliabel. Reliabel dinyatakan

oleh koefisien reliabilitas dengan angka yang berkisar antara 0 sampai

dengan 1.00. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini akan dilakukan

dengan menggunakan formulasi alpha cronbach dengan bantuan SPSS for

windows 21. 0.

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) dalam rentang

dari 0 sampai dengan 1,00 (Azwar, 2014). Semakin tinggi keofisien

reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas dan

koefisien yang semakin rendah mendekati yang angka 0 berarti semakin

rendah reliabilitas (Azwar, 2014). Menurut Suryabrata (2011) reliabilitas


alat ukur merujuk kepada konsistensi hasil perekaman data pengukuran

kalau alat ukur digunakan oleh orang atau kelompok orang yang sama

dalam waktu berlainan atau kalau alat ukur digunakan oleh orang atau

kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau dalam waktu

yang berlainan karena hasilnya yang konsisten itu, maka alat ukur dapat

dipercaya (reliable) atau dapat diandalkan (dependable). Pada umumnya

reliabilitas telah dianggap memuaskan bila koefisiennya mencapai minimal

rxx’=0,900 (Azwar, 2014).

E. Teknik Analisis Data

Skala dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi

Product Moment Pearson, yang merupakan salah satu teknik untuk mencari

derajat keeratan atau keterkaitan pengaruh antara variabel independen dengan

variabel dependen (Azwar, 2016). Skala penelitian ini melewati berbagai tahap

analisis, dengan menggunakan komputer program IBM SPSS versi 21.0. Tahap-

tahap analisis yang dilakukan yaitu :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakan data dalam

penelitian ini sudah terdistribusi sesuai dengan prinsip-prinsip distribusi

normal agar dapat digeneralisasikan terhadap populasi. Uji normalitas

dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran suatu data tersebut normal atau

tidak. Uji normalitas sebaran pada penelitian ini dilakukan untuk

membuktikan bahwa data semua variabel yang berupa skor-skor yang

diperoleh dari hasil penelitian tersebar sesuai dengan kaidah normal. Uji
normalitas dalam penelitian ini menggunakan one sample test dari

Kolmogorov Smirnov dengan bantuan IBM SPSS 21.0 (Priyatno, 2013).

2. Uji Liniearitas

Uji linearitas bertujuan untuk membuktikan apakah variabel bebas

mempunyai hubungan yang linear dengan variabel terikat. Model statistik

yang digunakan untuk melihat linearitas kedua variabel tersebut

menggunakan test for linearity dengan bantuan program IBM SPSS 21.0 for

windows (Priyatno, 2008).

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah kesimpulan pada

sampel dapat berlaku untuk populasi atau dapat digeneralisasi (Priyatno,

2013). Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi

Product Moment Person untuk mencari hubungan variabel dependen dengan

variabel independen. Uji hipotesis korelasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah jika p 0,01, maka dikatakan kedua variabel penelitian mempunyai

kontribusi hubungan yang signifikan. Data penelitian dianalisis dengan

menggunakan bantuan komputer IBM SPSS versi 21.0. for Windows.

Rumus korelasi product moment :

N∑xy-(∑x)(∑y)
rxy =
√[N∑X2-(∑X)2][N∑Y2-(∑Y)2]

Keterangan :
Y : Variabel Terikat (Beban Kerja)
X : Variabel Bebas (Stress Kerja)
rxy : Koefisien Korelasi Antara Variabel X dan Y
N : Jumlah Subjek Penelitian
∑x : Jumlah Hasil Perkalian Tiap-tiap Skor Asli dari X dan Y
∑x : Jumlah Skor Asli Variabel X
∑y : Jumlah Skor Asli Variabel Y

Anda mungkin juga menyukai