Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

STRES KERJA

Disusun guna memenuhi tugas

Mata kuliah : Perilaku dan Budaya Organisasi

Dosen Pengampu : Ibu Dra. Siti Prihatiningtyas, M.Pd.

Disusun oleh :

Alfat dika Ardiana 1901036163

MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan organisasi yang semakin maju, manusia harus selalu berinteraksi dengan
lingkungan, termasuk dalam lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang menantang dan
kompleks serta semakin cepatnya perubahan menuntut pekerja untuk dapat beradaptasi
dengan cepat dengan lingkungan kerjanya. Didalam proses adaptasi, dirasa penting untuk
mengetahui kondisi lingkungan yang mengancam dan membahayakan diri. Dalam
menjalani pekerjaannya, manusia memerlukan pemikiran yang dinamis agar dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, tetapi manusia memiliki keterbatasan antara
lain mengalami kelelahan dan terbatasnya tenaga yang dimiliki setiap manusia.

Kehidupan organisasi, manusia dapat mengalami stres ketika manusia tersebut


dihadapkan pada peristiwa yang memicu timbulnya tuntutan, pertentangan-pertentangan
di dalam organisasi atau lingkungan kerja. Selain itu manusia akan cenderung mengalami
stres apabila ia kurang mampu mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-
kenyataan yang ada, baik kenyataan yang ada di dalam maupun di luar dirinya. Segala
macam bentuk stres pada dasarnya disebabkan oleh kekurang mengertian manusia akan
keterbatasan-keterbatasannya sendiri. Ketidakmampuan untuk melawan keterbatasan
inilah yang akan menimbulkan frustasi, konflik, gelisah, dan rasa bersalah yang
merupakan tipe-tipe dasar stres.

Pada umumnya stres kerja mempunyai dampak positif yang berpengaruh besar pada
kinerja karyawan yaitu, para karyawan membutuhkan stres dalam melakukan suatu
pekerjaan agar karyawan tersebut dapat meningkatkan semangat dalam bekerja dan
karyawan dapat bekerja secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki setiap
karyawan. Selain dampak positif yang dapat ditimbulkan oleh stres kerja, kenyataan yang
ada dalam dunia kerja, sering kali para karyawan mengalami stres kerja saat melakukan
pekerjaannya sehingga dapat mengganggu kenyamanan karyawan dan dapat merugikan
perusahaan itu sendiri.

Stres yang meningkat sampai unjuk-kerja mencapai titik optimalnya merupakan stres
yang baik, yang menyenangkan, eutress. Sebelum mencapai titik optimalnya,
peristiwanya atau situasinya dialami sebagai tantangan yang merangsang. Melewati titik
optimal stres menjadi distress, peristiwanya atau situasinya dialami sebagai ancaman
yang mencemaskan.

B. Rumusan Masalah
1. Definisi stres kerja
2. Gejala-gejala setres kerja
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja
4. Faktor penyebab dan akibat setres kerja
BAB II

PEMBAHASAN
A. Stres Kerja
Stres kerja adalah sesuatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya
ketidakseimbangan fisik dan psikis yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan
kondisi seorang karyawan (Rivai, 2004:108). Orang-orang yang mengalami stres menjadi
nervous dan merasakan kekuatiran kronis sehingga mereka sering menjadi marah-marah,
agresif, tidak dapat relaks, atau memperlihatkan sikap yang tidak kooperatif (Hasibuan,
2012:204).

Berikut ini adalah beberapa pengertian dan definisi stres kerja dirangkum dari
beberapa sumber:

1. Menurut Sasono (2004:47), stres kerja bisa dipahami sebagai keadaan dimana
seseorang menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak bisa atau belum bisa dijangkau
oleh kemampuannya. Jika kemampuan seseorang baru sampai angka 5 (lima) tetapi
menghadapi pekerjaan yang menuntut kemampuan dengan angka 9 (sembilan), maka
sangat mungkin sekali orang itu akan terkena stres kerja.

2. Menurut Charles D Spielberger (Handoyo, 2001:63) mendefinisikan stres adalah


tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya objek-obyek dalam
lingkungan atau suatu stimulus yang secara objektif adalah berbahaya. Stres juga
biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan
yang berasal dari luar diri seseorang.

3. Menurut Anwar (1993:93) Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa
tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya.

4. Yoder dan Staudohar (1982 : 308) mendefinisikan Stres Kerja adalah Job stress refers
to a physical or psychological deviation from the normal human state that is caused by
stimuli in the work environment. yang kurang lebih memiliki arti suatu tekanan akibat
bekerja juga akan mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi fisik seseorang,
di mana tekanan itu berasal dari lingkungan pekerjaan tempat individu tersebut
berada.

5. Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo, 2002:17), mendefinisikan stres kerja
sebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau
tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu.

Dari beberapa pernyataan yang disebutkan para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
stres kerja adalah : perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi
pekerjaan. Bisa dikatakan bahwa stress kerja adalah umpan balik atas atas diri karyawan
secara fisiologis maupun psikologis terhadap keinginan atau permintaan organisasi.1
1
rusmalia, dewi. (2018). stres kerja. semarang: semarang university press.
B. Gejala – Gejala Stres Kerja
Individu akan mengalami gejala stress positif seandainya mendapatkan kesempatan
untuk naik jabatan atau menerima hadiah (reward). Sebaliknya, jika individu merasa
dihambat oleh berbagai sebab di luar kontrol dalam mencapai tujuannya, maka individu
akan mengalami gejala stress yang negatif. Beehr dan Newman (dalam Waluyo, 2009:
164-165) menyebutkan gejala-gejala stress yaitu:

1. Gejala psikologis :
a. kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
b. perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
c. sensitive dan hyperreactivity
d. memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi
e. komunikasi yang tidak efektif
f. perasaan terkucil dan terasing
g. kebosanan dan ketidakpuasan kerja
h. kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan
i. konsentrasi
j. kehilangan spontanitas dan kreativitas
k. menurunnya rasa percaya diri

2. Gejala Fisiologis
a. Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan
b. mengalami penyakit kardiovaskular
c. Meningkatnya sekresi dari hormon stress (seperti: adrenalin dan
d. nonadrenalin)
e. Gangguan gastrointestinal (gangguan lambung)
f. Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
g. Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom
h. kelelahan yang kronis
i. Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada
j. Gangguan pada kulit
k. Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot
l. Gangguan tidur
m. Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi
n. kemungkinan terkena kanker.

3. Gejala Perilaku
a. Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan
b. Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas
c. Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan
d. Perilaku sabotase dalam pekerjaan
e. Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,
mengarah ke obesitas. Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan)
sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba,
kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi.
f. Meningkatnya kecenderungan perilaku beresiko tinggi, seperti menyetir
dengan tidak hati-hati dan berjudi
g. Meningkatnya agresivitas, vandalism, dan kriminalitas
h. Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman
i. Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.2

C. Faktor – Faktor Yang Mempengaruho Stres Kerja

Handoko (2001: 201) mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah


kondisi kerja yang sering menyebabkan stres bagi karyawan,
diantaranya adalah :
1. Beban kerja yang berlebihan
2. Tekanan atau desakan waktu
3. Kualitas supervisi yang jelek
4. Iklim politis yang tidak aman
5. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai
6. Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung-jawab
7. Kemenduaan peranan (role ambiguity)
8. Frustrasi
9. Konflik antar pribadi dan antar kelompok
10. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan.3

D. Faktor Penyebab Setres Kerja

Terdapat dua faktor penyebab stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja dan
faktor personal (Dwiyanti, 2001:75). Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi
fisik, manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan. Sedang
faktor personal bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa/pengalaman pribadi maupun
kondisi sosial-ekonomi keluarga dimana pribadi berada dan mengembangkan diri.

Faktor-faktor penyebab stres karyawan, antara lain sebagai berikut:

1. Beban kerja yang sulit dan berlebihan.


2. Tekanan dan sikap pemimpin yang kurang adil dan wajar.
3. Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai.
4. Konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja.
5. Balas jasa yang terlalu rendah.
6. Masalah-masalah keluarga seperti anak, istri, mertua, dan lain-lain.4

Ada tiga kategori potensi pemicu stres kerja yaitu:

a. Faktor-faktor Lingkungan

2
Waluyo, Minto. (2009). Psikologi Teknik Industri. Yogyakarta; Graha Ilmu
3
Handoko, H. T. (2001). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.
4
Hasibuan, Malayu. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Bumi Aksara, Jakarta.
Faktor-faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Selain mempengaruhi desain struktur sebuah perusahaan, ketidakpastian
lingkungan juga mempengaruhi tingkat stres para karyawan dalam
perusahaan. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian
ekonomi.
2) Ketidakpastian politik juga merupakan pemicu stres diantara karyawan.
3) Perubahan teknologi adalah faktor lingkungan ketiga yang dapat menyebabkan
stres, karena inovasi-inovasi baru yang dapat membuat bentuk inovasi
teknologi lain yang serupa merupakan ancaman bagi banyak orang dan
membuat mereka stres.

b. Faktor-faktor Perusahaan

Faktor-faktor perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:


1) Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang,
meliputi: desain pekerjaan individual (otonomi, keragaman tugas, tingkat
otomatisasi), kondisi kerja dan tata letak fisik pekerjaan.
2) Tuntutan peran adalah beban peran yang berlebihan dialami ketika karyawan
diharapkan melakukan lebih banyak daripada waktu yang ada. Ambiguitas
peran manakala ekspektasi peran tidak dipahami secara jelas dan karyawan
tidak yakin apa yang harus ia lakukan.
3) Tuntutan antarpribadi yaitu tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain, tidak
adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk dapat
menyebabkan stres.

c. Faktor-faktor Pribadi
Faktor-faktor pribadi ini terutama menyangkut masalah keluarga, masalah
ekonomi pribadi serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri
seseorang. Berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan dan
kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak merupakan masalah hubungan yang
menciptakan stres bagi karyawan yang lalu terbawa sampai ketempat kerja.
Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah
kendala pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu
konsentrasi kerja mereka.5

E. Dampak Akibat Setres Kerja

Dampak stres kerja dapat menguntungkan atau merugikan karyawan. Dampak yang
menguntungkan diharapkan akan memacu karyawan untuk dapat menyelesaikan
pekerjaan dengan bersemangat sebaik-baiknya, namun jika stres tidak mampu diatasi
maka akan menimbulkan dampak yang merugikan karyawan.
Berikut ini beberapa dampak dan akibat yang ditimbulkan dari stres kerja:

5
Robbins, Stephen P, Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Salemba Empat, Jakarta.
1. Subjektif, berupa kekhawatiran atau ketakutan, agresi, apatis, rasa bosan,
depresi, keletihan, frustrasi, kehilangan kendali emosi, penghargaan diri yang
rendah, gugup, kesepian.
2. Perilaku, berupa mudah mendapat kecelakaan, kecanduan alkohol,
penyalahgunaan obat, luapan emosional, makan atau merokok secara
berlebihan, perilaku impulsif, tertawa gugup.
3. Kognitif, berupa ketidakmampuan untuk membuat keputusan yang masuk
akal, daya konsentrasi rendah, kurang perhatian, sangat sensitif terhadap
kritik, hambatan mental.
4. Fisiologis, berupa kandungan glukosa darah meningkat, denyut jantung dan
tekanan darah meningkat, mulut kering, berkeringat, bola mata melebar,
panas, dan dingin.
5. Organisasi, berupa angka absensi, omset, produktivitas rendah, terasing, dari
mitra kerja, komitmen organisasi dan loyalitas berkurang.6

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

6
Gitosudarmo & Sudita. 2000. Perilaku Keorganisasian, Edisi Pertama. Jogjakarta: Erlangga.
Stress merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimana hal
tersebut dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka. Stress juga
terjadi dalam kerja dimana stress tersebut dapat bersumber dari emapt hal yaitu
tingkat individu, tingkat kelompok, tingkat organisasi dan ekstraorganisasional.
Keempat hal tersebut dapat menghasilkan stress yang berbeda pada setiap individu
tergantung bagaimana individu itu merespon stressor tersebut. Setelah adanya respon
barulah dapat ditentukan bagaimana stress yang dialami seseorang tersebut.

Stress yang terjadi dapat berupa stress positif maupun negartif dimana stress
itu akan memberikan dampak tersendiri bagi orang yang mengalami stress. Stress-
stres yang dialami pekerja tersebut masih dapat diatasi atau dikurangi dengan banyak
metode sehingga diperlukannya suatu manajemen stress dalam pekerjaan suatu
perusahaan. Serta adanya usaha dari orang tersebut untuk dapat mengurangi stress
yang mereka alami.

Pada dasarnya stress terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran seseorang
serta adanya tekanan yang membuat kurangnya konsentrasi. Namun semua itu masih
dapat dicegah bahkan dimanajemen untuk dapat mengurangi pengaruhnya dalam
bekerja.

B. Saran

Stress dalam bekerja sebaiknya dikurangi dengan berbagi teknik pengurangan


stress yang dapat digunakan serta menajemen stress tersebut dengan baik. Karena hal
tersebut mampu mencegah stress dalam bekerja serta meningkatkan efektifitas dalam
bekerja. Selain baik bagi karyawan/pekerja juga baik bagi perusahaan(lembaga).

DAFTAR PUSTAKA

Rusmalia, Dewi. (2018). Stres Kerja. Semarang: Semarang University Press.


Waluyo, Minto. (2009). Psikologi Teknik Industri. Yogyakarta; Graha Ilmu.

Handoko, H. T. (2001). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.

Hasibuan, Malayu. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Bumi Aksara, Jakarta.

Gitosudarmo & Sudita. 2000. Perilaku Keorganisasian, Edisi Pertama. Jogjakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai