Anda di halaman 1dari 19

STRES KERJA

Pengertian Stres
Menurut Selye dalam Munandar (2012; 371) stres adalah satu abstraksi. Orang
tidak dapat melihat pembangkit stres. yang dapat dilihat ialah akibat dari pembangkit
stres. Hans lebih tertarik pada bagaimana cara stres mempengaruhi badan. iya
mengamati serangkaian perubahan biokimia dalam sejumlah organisme yang
beradaptasi terhadap berbagai macam tuntutan lingkungan. Rangkaian perubahan ini
dinamakan general adaptation syndrome yang terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama, iya
namakan tahap alarm (tanda bahaya). organisme berorientasi terhadap tuntutan yang
diberikan oleh lingkungannya dan mulai menghayati nya sebagai ancaman. tahap ini
tidak dapat tahan lama organisme memasuki tahap kedua tahap resistance atau
perlawanan. Organisme ma mobilisasi sumber-sumber nya supaya mampu
menghadapi tuntutan. jika tuntutan berlangsung terlalu lama maka sumber-sumber
penyesuaian ini mulai habis dan organisme mencapai tahap ahir yaitu yaitu tahap
exhaustion (kehabisan tenaga).
Menurut Selye dalam munandar (2012) jika reaksi badan tidak cukup,
berlebihan atau salah maka reaksi badan itu sendiri dapat menyebabkan penyakit. Hal
ini dinamakan diseases of adaption (penyakit dari adaptasi) karena penyakit-penyakit
tersebut lebih disebabkan oleh reaksi adaptif yang kacau dari badan kita dari pada
oleh hasil yang merusak langsung dari penembus stress. Misalnya gastrointestinal
ulcers (putih/nanah dari perut), tekanan darah tinggi, penyakit jantung alergi dan
berbagai jenis kekacauan atau gangguan mental.
Pada umumnya kita merasakan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang
negatif suatu kondisi yang mengarah ke timbulnya penyakit fisik ataupun mental atau
mengarah ke perilaku yang tidak wajar. Selye membedakan antara distres yang
destruktif dan eustres, yang merupakan kekuatan yang positif.
Semakin tinggi dorongan nya untuk berprestasi makin tinggi tingkat stres nya
dan makin tinggi juga produktivitasnya dan efisiennya. stres dalam jumlah tertentu
dapat mengarah ke gagasan-gagasan yang inovatif dan keluaran yang konstruktif.
sampai titik tertentu bekerja dengan tekanan batas waktu dapat merupakan proses
kreatif yang merangsang. Seseorang yang bekerja pada tingkat optimal menunjukkan
antusiasme, semangat yang tinggi, penjelasan dalam berpikir dan pertimbangan yang
baik. jika orang terlalu ambisius memiliki dorongan kerja yang besar atau jika beban
kerja menjadi berlebihan tuntutan pekerjaan tinggi melakukan unjuk kerja menjadi
rendah lagi. Stres menguras kesehatan orangnya, kekuatannya. Tanda-tanda beban
terlebih ialah mudah tersinggung, kelelahan fisik dan mental, ketidaktegasan,
hilangnya obyektivitas, kecenderungan berbuat salah, kekhilafan dalam ingatan dan
hubungan interpersonal yang tegang.
Stres yang dialami setiap individu dikarenakan banyaknya pekerjaan yang
diberikan, informasi yang diberikan terlalu berat, kurangnya pengetahuan teknologi.
Kejadian tersebut dinamakan distress, yakni derajat penyimpangan fisik, psikis dan
perilaku dari fungsi yang sehat (Sopiah, dalam Sukoco dan Bintang, 2017:265).
Pengaruh stres kerja ada yang menguntungkan maupun merugikan bagi perusahaan.
Sandra dan Ifdil menyimpulkan bahwa stress kerja dapat digolongkan menjadi dua
jenis yaitu eustress dan distress. Eustress adalah perasaan-perasaan menyenangkan
(positif), yang dialami karena mendapatkan penghargaan atau mendapat pujian atas
dasar prestasi kerjanya yang memuaskan (Wijono dalam Murni dkk, 2019:2).
Sementara Suranadi (dalam Murni dkk, 2019:2) menjelaskan bahwa eustress
adalah kondisi stres yang memberikan pengaruh positif bagi individu. Eustress juga
dijelaskan sebagai suatu stres yang positif menimbulkan efek menciptakan tantangan
dan perasaan untuk selalu berprestasi serta berperan sebagai faktor motivator yang
kritis bagi banyak karyawan (Setiawan & Darminto dalam Murni dkk, 2019:2). Pada
taraf tertentu pengaruh yang menguntungkan perusahaan diharapkan akan memacu
karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Perubahan
perilaku terjadi pada diri manusia sebagai usaha mengatasi stress.
Menurut Robbins & Judge dalam Sukoco dan Bintang (2017:265) stres kerja
merupakan suatu kondisi yang dirasakan karyawan yaitu karena beban kerja yang
berlebihan, waktu yang sedikit, perasaan susah dan ketegangan emosional yang
menghambat performance karyawan tersebut.
Menurut Rivai (dalam Sukoco dan Bintang, 2017:265) menyebut stres kerja
adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidak seimbangan fisik
dan psikis yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seorang karyawan.
Kategori stres terdapat dua yaitu eustress (positif) dan distress (negatif).
Menurut Fitri (dalam Murni dkk, 2019:2) Sress kerja merupakan suatu
kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi
1
seseorang. Widyasari (dalam Murni dkk, 2019:2) menyatakan bahwa stres kerja
adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang yang timbul akibat
tuntutan pekerjaan yang tidak dapat diimbangi oleh individu.
Nur (dalam Murni dkk, 2019:2) menjelaskan bahwa stres kerja adalah reaksi
seseorang sebagai respon penyesuaian terhadap berbagai tuntutan baik yang
bersumber dari dalam ataupun dari luar organisasi yang dirasakannya sebagai peluang
dan ancaman.
Sementara Sandra & Ifdil (dalam Murni dkk, 2019:2) menjelaskan bahwa
stres kerja merupakan suatu kondisi gangguan psikologis atau fisik yang dialami
dalam menghadapi suatu permasalahan dalam pekerjaan.
Dari berbagai pendapat yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa
stres kerja adalah suatu kondisi di mana terdapat satu atau beberapa faktor di tempat
kerja yang berinteraksi dengan pekerja sehingga mengganggu kondisi fisiologis dan
perilakunya.

Sumber Stres Kerja

Stressor merupakan suatu kondisi dimana kecenderungan menyebabkan stres.


Menurut pendapat Anwar Prabu (dalam Sukoco dan Bintang, 2017:265), penyebab
stres kerja antara lain: beban kerja yang dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang
mendesak, kualitas pengawasan kerja yang rendah, iklim kerja yang tidak sehat,
otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggung jawab, konflik
kerja, perbedaan nilai antara karyawan dengan pemimpin yang frustasi dalam kerja.

Setiap aspek di pekerjaan dapat menjadi pembangkit stress. tenaga kerja yang
menentukan sejauh mana situasi yang dihadapi merupakan situasi stres atau tidak.
tenaga kerja dalam interaksi nya di pekerjaan dipengaruhi pula oleh hasil interaksi nya
di tempat lain, di rumah, di sekolah, di perkumpulan dan sebagainya. sumber stres
yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal apa yang menyebabkan
seseorang jatuh sakit tidak saja datang dari satu macam pembangkit stres tetapi dari
beberapa pembangkit atau penyebab stres. sebagian besar dari waktu manusia bekerja.
karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan
seseorang bekerja. ready pekerjaan merupakan pembangkit stress yang besar perannya
terhadap kurang berfungsi nya atau jatuh sakitnya seseorang tenaga kerja yang
bekerja.

2
Menurut Hurrel dalam Munandar (2012; 381) faktor seperti pekerjaan yang
dapat menimbulkan stres dapat dikelompokkan ke dalam Lima kategori besar, yaitu:
faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam organisasi, pengembangan karier,
hubungan dalam pekerjaan serta struktur dan iklim organisasi.

Stres dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain yang berasal dari
faktor pekerjaan, faktor dari non-pekerjaan, dan faktor dari pribadi seseorang.

Wijaya dalam Triatna (2015: 139) menyatakan bahwa secara umum dapat
dikatakan semua bidang dan aspek organisasi dapat menyebabkan timbulnya tekanan
psikologis bagi individu, seperti titik kepegawaian, tugas pokok, fungsi struktur
organisasi, faktor-faktor yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat pribadi seperti:
penceraian, kematian keluarga terdekat dan sebagainya. pada dasarnya berbagai
sumber stres dapat digolongkan berasal dari pekerjaan dan dari luar pekerjaan
seseorang titik berbagai hal yang menjadi sumber stres yang berasal dari pekerjaan
pun dapat beraneka ragam seperti beban tugas yang terlalu berat desakan waktu
penyediaan yang kurang baik, iklim kerja yang yang yang menimbulkan rasa tidak
aman, kurang informasi dari umpan balik tentang prestasi kerja seseorang,
ketidakseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab, ketidakjelasan peran
karyawan dalam keseluruhan kegiatan organisasi, frustasi yang ditimbulkan oleh
intervensi pihak lain yang terlalu sering sehingga seseorang merasa terganggu
konsentrasinya, konflik antara karyawan dengan pihak lain di dalam dan di luar
kelompok kerja nya, perbedaan sistem nilai yang dianut oleh organisasi, dan
perubahan yang terjadi pada umumnya memang menimbulkan rasa ketidakpastian.
sedangkan situasi lingkungan diluar pekerjaan yang bisa menjadi sumber stres
contohnya adalah berbagai masalah yang dihadapi oleh seseorang seperti masalah
keuangan perilaku negatif anak-anak, kehidupan keluarga yang tidak harmonis pindah
tempat tinggal keluarga meninggal kecelakaan dan penyakit yang gawat.

Lazarus dalam Triatna (2015: 140) mendefinisikan stress sebagai berikut" the
experience of opportunities or treat that people perceive as important and also they
might not be able to handle or delete efektif pengertian stress menurut lazarus tersebut
dapat dipahami bahwa pengalaman individu berupa peluang ataupun ancaman yang
dipersepsi oleh individu sebagai suatu hal yang penting dan juga di persepsi bahwa
kedua hal tersebut tidak dapat ditangani secara efektif. Pengertian stres ini memiliki

3
beberapa peran khusus. Pertama, dapat berupa pengalaman peluang atau ancaman.
Peluang yaitu sesuatu yang menguntungkan individu, sedangkan ancaman adalah
sesuatu yang potensial menghancurkan individu. Kedua, peluang maupun ancaman
tersebut di persepsi penting oleh individu artinya jika salah satu atau kedua hal
tersebut tidak dikategorikan oleh individu maka individu tidak akan rentan dengan
terjadinya stres. Ketiga, tidak menentu atau tidak pasti, artinya seseorang yang
memiliki peluang atau ancaman belum tentu akan mengalami stress. Hal ini karena
ada faktor lain yang menyebabkan stress. Dalam teks book mengenai High School
psikologi, stress didefinisikan sebagai pola tertentu yang mengganggu reaksi fisik
atau psikis yang terjadi ketika suatu lingkungan mencapai motif-motif penting dan
memerlukan kemampuan seseorang untuk menanganinya.

Pendapat diatas Senada dengan definisi di atas Chaplin dalam Triatna (2015:
140) mendefinisikan sebagai kata benda pada sebagai “suatu keadaan tertekan baik
secara fisik maupun psikologis" sedangkan makna stres sebagai kata kerja adalah
"memberikan tekanan atau ketegasan dalam cara berbicara atau cara menulis". Stress
sebagai kata benda menjelaskan bahwa stres adalah suatu kondisi psikis yang tertekan
yang dialami oleh individu/pekerja/karyawan sedangkan stress sebagai kata kerja
diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh manajer atau pengelola organisasi
terhadap anggotanya/karyawannya supaya mereka memiliki suatu perilaku kompetitif
atau perilaku produktif.

Kajian lainnya mengenai stres dikemukakan oleh Handoko yang menyatakan


bahwa ada dua kategori penyebab stres yaitu on the job antara lain beban kerja yang
berlebihan, tekanan waktu, kualitas supervisi yang jelek, iklim politik yang tidak
aman, feedback tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai, wewenang yang tidak
mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab, keambiguan peranan, prestasi,
konflik antar pribadi dan antar kelompok, perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan
karyawan, dan berbagai bentuk perubahan. Dan penyebab stress of the job antara lain
kewajiban finansial, masalah-masalah yang bersangkutan dengan perubahan yang
terjadi di tempat tinggal dan masalah-masalah pribadi lainnya seperti kematian sanak
saudaranya.

Surya dalam Triatna (2015) mengemukakan pula bahwa dalam garis faktor-
faktor yang menimbulkan stres dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: lingkungan

4
kerja, kondisi-kondisi diluar kerja, dan diri pribadi. Faktor lingkungan kerja meliputi
kondisi fisik dan kondisi psikis. Kondisi fisik dapat menimbulkan stres meliputi
tanda2 penataan ruang kerja, rancangan, peralatan, prosedur kerja sistem penerangan
sistem ventilasi dan tingkat keleluasaan pribadi. Kondisi psikis di lingkungan kerja
yang dapat menimbulkan stres yang meliputi beban kerja yang berlebihan, waktu,
pengawasan yang kurang baik, kurang jelasnya pemberian wewenang, ketidakjelasan
peran, frustasi, perbedaan nilai-nilai, perubahan pekerja, perselisihan antar pribadi dan
antara kelompok. Kondisi-kondisi luar kerja yang dapat menimbulkan stres
maksudnya adalah kondisi pada umumnya yang meliputi lingkungan fisik dan
lingkungan sosial budaya dan lingkungan disebut ritual. Beberapa contoh adalah
lingkungan perumahan yang kumuh, sarana yang kurang baik, banyaknya gangguan
keamanan, suasana sosial yang kurang baik, perbedaan latar belakang budaya,
kondisi dan situasi keluarga perubahan keuangan, perubahan kebijakan pemerintah,
dan bencana alam. Sedangkan faktor diri pribadi juga bisa menjadi sumber stres
karena setiap individu memberikan reaksi yang berbeda terhadap tantangan yang
datang pada dirinya, tergantung pada kondisi karakteristik pribadi nya.

Stres kerja yang dialami oleh karyawan dapat disebabkan oleh beberapa
sumber dan dapat berpengaruh terhadap kegiatan operasional. Sumber stres kerja
menurut Robbins dan Judge (dalam Sukoco dan Bintang, 2017:266) sebagai berikut:

1. Faktor Lingkungan
Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi dari struktur suatu organisasi,
Ketidakpastian itu juga mempengaruhi tingkat stres dikalangan para karyawan dalam
organisasi tersebut. Di dalam faktor lingkungan terdapat :
a) Ketidakpastian Ekonomi
Perubahan dalam siklus bisnis dapat menciptakan ketidakpastian ekonomi. Ketika
ekonomi memburuk orang akan merasa cemas terhadap kelangsungan pekerjaan
mereka.
b) Ketidakpastian Politik
Sistem politik yang stabil disuatu negara maka perubahan lazimnya dilaksanakan
dalam suatu cara yang tertib. Namun ancaman dan perubahan politik dalam negeri
dapat menyebabkan stres.
c) Ketidakpastian Teknologi

5
Inovasi – inovasi baru menyebabkan keterampilan dan pengalaman seseorang
menjadi ketinggalan dalam periode waktu yang singkat, komputer dan ragam lain
dari inovasi teknologi merupakan ancaman bagi karyawan yang dapat
menyebabkan stres.
2. Faktor Organisasional
Banyak sekali faktor dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres.
Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam suatu kurun
waktu yang terbatas, beban kerja yang berlebihan, seorang bos yang menuntut dan
tidak peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan merupakan beberapa contoh
penyebab terjadinya stres.
a) Tuntutan Tugas
Faktor ini dikaitkan pada pekerjaan seseorang. Faktor ini mencakup desain
pekerjaan individu, kondisi kerja, dan tata letak kerja fisik.
b) Tuntutan Peran
Tuntutan peran ini berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang
sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi tersebut.
Konflik peran menciptakan harapan-harapan hampir tidak bisa di rujukan atau
dipuaskan.
c) Tuntutan Antar Pribadi
Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain.
Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang
buruk dapat menimbulkan stres yang cukup besar, teristimewa di antara para
karyawan dengan kebutuhan sosial yang tinggi.
d) Struktur Organisasi
Struktur organisasi ini yang menentukan tingkat deferensiasi (pembedaan) dalam
organisasi, tingkat aturan dan pengaturan, dan dimana keputusan diambil. Aturan
yang berlebihan dan kurangnya partisipasi dalam keputusan mengenai seorang
karyawan merupakan suatu contoh dari variabel struktural yang mungkin
merupakan sumber potensial dari stress.
e) Kepemimpinan Organisasi
Kepemimpinan organisasi menggambarkan gaya manajerial dari eksekutif senior
organisasi. Beberapa pejabat eksekutif kepala menciptakan suatu budaya yang
dicirikan oleh ketegangan, ras takut, dan kecemasan. Mereka membangun tekanan
yang tidak realistis untuk berprestasi dalam jangka pendek, memaksakan
6
pengawasan yang berlebihan ketatnya dan secara rutin memecat karyawan yang
tidak dapat mengikuti.
3. Faktor Individual
Lazimnya seorang individu bekerja 40-50 jam sepekan. Pengalaman dan masalah
yang dijumpai orang diluar jam kerja yang lebih dari 120 jam tiap pekan dapat
meluber ke pekerjaan. Faktor-faktor penyebabnya adalah isu keluarga, masalah
ekonomi pribadi, dan karakteristik kepribadian yang inheren.
a) Masalah Keluarga
Hubungan pribadi dengan keluarganya merupakan hubungan yang sangat
berharga. Permasalahan-permasalahan dalam keluarga (kesulitan pernikahan,
pecahnya suatu hubungan, dan kesulitan disiplin pada anak-anaknya) bisa
menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa ke tempat kerja.
b) Masalah Ekonomi
Masalah ekonomi yang diciptakan oleh individu yang terlalu merentangkan
sumber daya keuangan mereka merupakan suatu perangkat kesulitan pribadi lain
yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu perhatian mereka
terhadap pekerjaan.
c) Kepribadian
Tingkat stres pada pekerjaan itu sebenarnya mungkin berasal dari kepribadian
orang tersebut. Faktor Individual yang secara signifikan mempengaruhi stres
adalah sifat dasar seseorang. Artinya gejala – gejala stres kerja yang diekspresikan
pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal.

Dampak Stres

Akibat adanya stres, baik fisik maupun mental sangat berpengaruh terhadap
dinamika perilaku seseorang tergantung bagaimana ia menghadapi atau merespon
kondisi yang menimbulkan stres itu sendiri. akibat stres ini bermacam-macam. Ada
akibat positif, ada yang dapat memotivasi seseorang, merangsang kreativitas,
mendorong untuk tekun bekerja, atau bahkan dapat memberikan inspirasi untuk hidup
lebih baik lagi. Namun banyak pula yang berakibat negatif, yang merusak dan
berbahaya.
Surya dalam triatna (2015:147) menjelaskan bahwa stres tidak selalu
mempunyai pengertian negatif, dalam kondisi tertentu stres dapat berdampak positif.

7
Stres semakin disebut eustres. Adapun stress yang bersifat negatif disebut distres.
lebih lanjut dikemukakan bahwa stres dapat menimbulkan dampak atau konsekuensi
dalam aspek psikologi jasmaniah, perilaku, dan lingkungan.
1. Aspek psikologis (kecenderungan gampang marah, frustasi, cemas, agresif,
guguk koma-koma kebosanan, apatis, depresi, tidak bergairah, hilang percaya
diri).
2. Aspek jasmaniah (perubahan hormonal, tekanan darah tinggi, denyut jantung
meningkat, sulit bernapas, gangguan pencernaan, gangguan saraf).
3. Aspek perilaku (kurang mampu membuat keputusan, mudah lupa, sensitif,
pasif, kurang bertanggung jawab).
4. Aspek lingkungan (suasana rumah tangga yang kurang harmonis, lingkungan
pekerjaan yang kurang produktif, masyarakat yang tidak tentram).

Menurut Cox dalam triatna (2015:143) secara umum akibat atau dampak dari
stres ada beberapa kategori, meliputi:

1. Akibat subjektif. kecemasan, agresif, acuh tak acuh, kebosanan, depresi,


kelelahan, frustasi, kehilangan kesabaran, rendah diri, gugup, dan
perasaan terpencil.
2. Akibat dalam bentuk perilaku. kecanduan alkohol, ledakan emosi, makan
atau minum berlebihan, bertindak mengikuti kata hati yang kadang-
kadang irasional dan tertawa gugup.
3. Akibat kognitif. ketidakmampuan mengambil keputusan yang sehat,
mulut kering, banyak keringat, sebentar-sebentar panas dingin.
4. Akibat keorganisasian. ketidakhadiran, produktivitas rendah,
mengasingkan diri, menurunnya komitmen dan loyalitas pada organisasi
kerja.

Lebih lanjut Cox menjelaskan bahwa akibat-akibat tersebut merupakan


konsekuensi potensial dari adanya stres, tetapi tidak berarti bahwa stres akan selalu
menimbulkan akibat-akibat seperti tersebut di atas akan berdampak positif jika
seseorang menyikapinya dengan positif pula, dan sebaliknya stres akan berdampak
negatif jika seseorang tersebut menyikapinya dengan negatif.

Menurut Septianto (dalam Widyastuti, 2015:19) stres kerja dapat juga


mengakibatkan dampak terhadap perusahaan seperti:

8
1. Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun
operasional kerja
2. Mengganggu kenormalan aktivitas kerja
3. Menurunnya tingkat produktivitas
4. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan.

Demikian pula jika banyak diantara tenaga kerja di dalam organisasi atau
perusahaan mengalami stres kerja, maka produktivitas dan kesehatan organisasi itu
akan terganggu. Anggapan tentang stres kebanyakan menuju pada hal yang negatif,
seperti suatu kondisi yang mengarah ke timbulnya penyakit fisik maupun mental, atau
mengarah ke perilaku yang tidak wajar. Stres tidak selalu dipandang sebagai hal yang
negatif. Apabila dimanfaatkan dengan baik, stres dapat meningkatkan prestasi kerja.

Pendekatan Stres
1. pendekatan dukungan sosial
pendekatan ini perlu dilakukan karyawan dilakukan melalui aktivitas yang
bertujuan memberikan kepuasan sosial kepada karyawan. Misalnya, bermain
game lelucon dan bodor kerja
2. pendekatan melalui meditas
pendekatan ini perlu dilakukan karyawan dengan cara berkontrak
berkonsentrasi ke alam pikiran mengendurkan kerja otot dan menenangkan emosi
titik meditasi ini dapat dilakukan selama dua periode waktu yang masing-masing
15 sampai 20 menit. Meditasi bisa dilakukan di ruangan khusus karyawan yang
beragama Islam bisa melakukannya setelah salat Dhuhur melalui doa dan dzikir
kepada Allah SWT.
3. Pendekatan melalui biofeedback
Pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis, melalui bimbingan dokter
psikiater dan psikolog sehingga diharapkan karyawan dapat menghilangkan stress
yang dialaminya.
4. Pendekatan kesehatan pribadi
Pendekatan ini merupakan pendekatan preventif sebelum terjadinya stres.
Dalam hal ini karyawan secara periode waktu yang kontinu memeriksa kesehatan,
melakukan relaksasi otot, pengaturan gizi, dan olahraga secara teratur.
Menurut Stphen P Robbin dalam bukunya "perilaku organisasi "jilid 2 edisi
ke-8, ada dua pendekatan dalam mengelola stres, yaitu pendekatan individual dan

9
pendekatan organisasional. Pendekatan individual menjelaskan bahwa seorang
karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stress
nya. Strategi individu yang telah terbukti efektif mencakup pelaksanaan teknik-
teknik manajemen waktu, meningkatkan latihan fisik, pelatihan
pengenduran/relaksasi dan perluasan jaringan dukungan sosial dan pendekatan
organisasional menerangkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan stres-
terutama tuntutan tugas dan peran, struktur organisasi- dikendalikan oleh
manajemen titik Dengan demikian, faktor-faktor ini dapat dimodifikasi atau
diubah titik strategi yang mungkin diinginkan oleh manajemen untuk
dipertimbangkan antara lain perbaikan seleksi personil dan penempatan kerja
penggunaan penetapan tujuan yang realistis perancangan ulang pekerjaan,
peningkatan keterlibatan karyawan, perbaikan dan komunikasi organisasi, dan
penegakan program kesejahteraan korporasi.

Pengelolaan Stres yang baik dilakukan perusahaan akan memberikan dampak


positif terhadap karyawan. Pengelolaan stres ini tergantung bagaimana perusahaan
dalam menangani stres yang dialami oleh karyawan. Setiap program pengelolaan
stres kerja terlebih dahulu mengetahui ada tidaknya stres serta penyebab adanya stres
tersebut, sehingga manajemen dapat menentukan tindakan atau pengelolaan stres
kerja seperti apa yang efektif. Pengelolaan stres di perusahaan terdapat 2 pendekatan
menurut Robbins dan Judge (Sukoco dan Bintang, 2017:268) yaitu :

1. Pendekaran Individual
Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk mengurangi stres. strategi
individual yang telah terbukti efektif meliputi penerapan manajemen waktu,
penambahan waktu olah raga, pelatihan relaksasi, dan perluasan jaringan
dukungan sosial. Pemahaman dan pemanfaatan prinsip – prinsip dasar
manajemen waktu dapat membantu individu mengatasi ketegangan akibat
tuntutan kerja secara lebih baik.
2. Pendekatan Organisasional
Beberapa faktor yang menyebabkan stres terutama tuntutan tugas dan tuntuan
peran dikendalikan oleh manajemen. strategi yang bisa manajemen
pertimbangkan meliputi:
a. Seleksi personel dan penempatan kerja yang lebih baik. Individu – individu
yang pengalamannya sedikit atau orang yang pusat kendalinya eksternal

10
lebih mudah stres. Keputusan seleksi dan penempatan harus
mempertimbangkan kenyataan ini.
b. Pelatihan dapat meningkatkan keyakinan diri seorang individu dan dengan
demikian memperkecil kendala pekerjaan.
c. Penetapan tujuan yang realistis. Orang akan berkinerja lebih baik ketika
memeliki tujuan yang spesifik serta menantang dan menerima umpan balik
mengenai seberapa baik kemajuan mereka dalam mencapainya.
d. Pendesainan ulang pekerjaan. Tujuannya untuk memberi karyawan
tanggung jawab yang lebih besar, pekerjaan yang lebih bermakna, otonomi
yang lebih banyak, dan umpan balik yang meningkat dapat mengurangi
stres karena faktor-faktor ini memberi karyawan kendali lebih besar atas
kegiatan kerja dan memperkecil ketergantungan mereka kepada orang lain.
e. Peningkatan keterlibatan karyawan. Memberi pada karyawan hak suara
dalam pengambilan keputusan yang berpengaruh langsung terhadap kinerja
mereka, manajemen meningkatkan kendali yang dipegang karyawan dan
mengurangi stres peran ini. Sehingga, manajer sebaiknya
mempertimbangkan untuk meningkatkan keterlibatan karyawan dalam
proses pengambilan keputusan.
f. Perbaikan komunikasi organisasi. Meningkatkan komunikasi organisasi
formal dengan karyawan dapat menurunkan ketidakpastian karena
memangkas ambiguitas dan konflik peran.
g. Penawaran cuti panjang atau masa sabatikal (biasanya untuk penelitian,
kuliah, atau bepergian) kepada karyawan. Cuti ini lamanya berkisar dari
beberapa minggu hingga beberapa bulan memungkinkan karyawan untuk
bepergian, santai, atau mengejar proyek pribadi yang butuh waktu lebih
panjang daripada waktu libur normal selama beberapa minggu.
h. Penyelenggaraan program – program kesejahteraan perusahaan. Program
ini berfokus pada kondisi fisik dan mental karyawan secara keseluruhan.
Contoh, diselenggarakan program untuk membantu karyawan berhenti
merokok, mengendalikan pemakaian alkohol, menurunkan berat badan,
makanan yang lebih sehat.

11
Manajemen Stres
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stress berarti berusaha mencegah
timbulnya stres meningkatkan ambang stres dari individu dan menampung akibat
fisiologikal dari stres.
Manajemen bertujuan untuk mencegah berkembangnya stres jangka pendek
menjadi stres jangka panjang atau stres yang kronis. Namun kita tidak selalu berhasil
untuk mencegah stres.
kita selalu akan menjumpai situasi situasi yang tidak kita duga semula yang
merupakan pembangkit stres. Stres merupakan bagian dari kehidupan kita. yang perlu
diusahakan ialah dapat mempertahankan nyapres yang positif konstruktif dan dicegah
serta diatasi stres yang kronis yang bersifat negatif destruktif.
Reaksi yang dikenal selama ini dalam menghadapi stres iyalah flight or fight
atau melarikan diri, secara fisik atau positif dari situasi yang penuh stres atau
melawan stres. Melarikan diri dari situasi pondok stres secara fisik dialah
meninggalkan ruangan kerja yang menimbulkan stres, mengundurkan diri dari tugas
pekerjaannya, mutasi pekerjaan, bekerja di perusahaan lain. melarikan diri secara
psikologis ialah melarikan diri dari dunia nyata ke dalam dunia khayal, mencoba
melupakan situasi yang penuh stres yang menimbulkan prestasi dengan cara minum
alkohol, mengisap ganja, me-repress. reaksi melarikan diri dari situasi penuh stres
tidak menyelesaikan persoalan situasinya tak sama malah mungkin dirasakan makin
parah diri pribadi juga tidak berubah. jika mengalami perubahan-perubahan nya ke
arah yang lebih negative kondisi mental dan fisik lebih buruk.
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Memanajemen stres berarti berusaha mencegah
timbulnya stres, meningkatkan ambang stres dari individu dan menampung akibat
fisiologikal dari stres. Menurut Robbins & Judge (Sukoco dan Bintang, 2017:268),
manajamen stres kerja sebagai suatu program penggunaan sumber daya manusia
untuk melakukan pengontrolan atau pengaturan stres dimana bertujuan untuk
mengenal penyebab stres dan mengetahui teknik – teknik mengelola stres melalui
pendekatan individual dan organisasional.
Manajemen stres kerja didalam penanganannya terdapat dua pendekatan yaitu
dengan pendekatan individual dan pendekatan organisasional. Teknik dari dua

12
pendekatan tersebut yang bisa dilakukan oleh karyawan maupun perusahaan yang
terlebih dahulu mengetahui penyebab stres kerja pada karyawan.
Menurut Nurul (Sukoco dan Bintang, 2017:268), manajemen stres adalah
kemampuan penggunaan sumber daya (manusia) secara efektif untuk mengatasi
gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul karena tanggapan. Stres
dalam pekerjaan dapat dicegah dan dapat dihadapi tanpa memberikan dampak negatif.
Manajemen stres termasuk kedalam sumber daya manusia pada bagian pemeliharaan.
Pemeliharaan adalah usaha mempertahankan dan atau meningkatkan kondisi fisik,
mental, dan sikap karyawan agar mereka tetap loyal dan bekerja produktif untuk
menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Dukungan sosial dapat diartikan sebagai
pemberi bantuan terhadap seseorang dalam menghadapi stres kerja dan setiap individu
memiliki tipe dan karakteristik yang berbeda–beda pengelolaan stres kerja dapat
dilakukan dengan efektif.
Pandangan interaktif mengatakan bahwa stres ditentukan oleh faktor-faktor
didi lingkungan dan faktor-faktor dari individu nya. Dalam manajemen di stres dapat
diusahakan untuk Mengubah faktor-faktor di lingkungan agar tidak merupakan
pembangkit stres dan mengubah faktor-faktor dalam individu agar ambang stres
meningkat, tidak cepat merasakan situasi yang dihadapi sebagai penuh stres, tidak
cepat menunjukkan akibat-akibat yang merusak dari stres pada badan dapat
mempertahankan kesehatannya. Sedangkan teknik-teknik yang dapat digunakan ialah:
1. Kerekayasaan organisasi
2. Kerekayasaan dan kepribadian
3. Teknik penentangan pikiran
4. Teknik pemenangan melalui aktivitas fisik

Mengatasi Stres

Maharani (dalam Murni dkk, 1019:3) menjelaskan bahwa individu memiliki


dua kecenderungan dalam menanggulangi (coping) stres yaitu melalui penanganan
yang berfokus pada masalah (problem focused coping) dan penanganan yang berfokus
pada emosi (emotion focused coping) atau seperti yang dikemukakan oleh Sholichatun
(dalam Murni dkk, 1019:3) sebagai tindakan langsung terhadap situasi dan kontrol
terhadap emosi. Problem-focused coping adalah cara menanggulangi stres dengan
berfokus pada permasalahan yang dihadapi yaitu menghindari atau mengurangi stres

13
dengan cara langsung menghadapi sumber stres atau masalah yang terjadi sehingga
dapat menghilangkan hubungan yang penuh tekanan antara individu dengan
lingkungan. Emotion-focused coping adalah cara penanggulangan stres dengan
melibatkan emosi yaitu menggunakan penilaiannya secara emosional terhadap
sumber-sumber stres yang ada. Sholichatun (dalam Murni dkk, 1019:3) menjelaskan
bahwa model coping ini diperoleh dengan menghindari penyebab stres, melalukan
evaluasi ulang secara kognitif dan/atau memperhatikan aspek-aspek positif dari diri
dan situasi. Coping yang berfokus pada emosi dilakukan karena tidak ada lagi yang
bisa dilakukan terhadap sumber stres (Maharani dalam Murni dkk, 1019:3).

Lebih lanjut Sholichatun (dalam Murni dkk, 1019:3) menjelaskan bahwa ada
berbagai strategi coping yang digunakan individu yaitu:

1. Logical analysis yaitu usaha kognitif untuk memahami dan menyiapkan secara
mental terhadap stressor dan konsekuensi-konsekuensinya.
2. Positive reappraisal yaitu usaha kognitif untuk menganalisis dan
merestrukturisasi masalah dalam sebuah cara yang positif sambil terus
melakukan penerimaan terhadap realitas situasi.
3. Seeking guidance and support, yaitu usaha-usaha behavioral untuk mencari
informasi, petunjuk dan dukungan.
4. Problem solving yaitu usaha behavioral untuk bertindak mengatasi masalah
secara langsung.
5. Cognitive avoidance yaitu usaha-usaha kognitif untuk menghindari berpikir
tentang masalah.
6. Acceptance-resignation yaitu usaha kognitif untuk mereaksi masalah dengan cara
menerimanya.
7. Alternative rewards yaitu usaha behavioral untuk melibatkan diri dalam aktivitas
pengganti dan menciptakan sumber-sumber kepuasan baru.
8. Emotional discharge yaitu usaha behavioral untuk mengurangi tekanan dengan
mengekspresikan perasaan negatif.
Stres dalam organisasi dan manajemen merupakan fenomena yang tidak dapat
dihindarkan oleh setiap pemimpin atau manajer titik oleh sebab itu, pemimpin
bertanggung jawab terhadap pengamanan dan kelancaran tugas-tugas yang diberikan
organisasi. Dalam kondisi tertentu stress menjadi sesuatu yang menguntungkan tetapi
dalam kondisi lainnya, stres menjadi kondisi yang merugikan titik stress yang terlalu

14
tinggi atau terlalu intens akan mengakibatkan kinerja individu menjadi menurun titik
sedangkan tingkat stres yang rendah akan mengakibatkan kinerja menjadi lebih baik.
Menurut Gibson dalam triatna (2015:145) semua kemungkinan stres tidak
terdapat dalam daftar mengenai persoalan-persoalan yang mungkin timbul. Jadi,
langkah pertama dalam setiap program apa saja untuk mengatur stres yang masih
dapat diterima adalah mengakui bahwa tekanan itu ada setiap program untuk
menangani stres harus dimulai dengan menentukan apakah stres itu ada dan apakah
yang menyebabkan adanya stres tersebut.penanggulangan stress ini dapat berupa
program organisasi dan/atau program individual.
Dari pendapat tersebut, terungkap bahwa dalam menangani stress ada
beberapa langkah penting antara lain. Memastikan apakah stres itu ada, penyebab-
penyebabnya, lalu mengambil tindakan penanganan dengan program ke organisasian
dan program individual sebagai strategi dalam program ke organisasian antara lain
menyangkut analisis peran seperti penentuan kembali peranan-peranan, beban peran,
dan melaksanakan prosedur pengurangan stres. Cara lain yang sama menurutnya yaitu
program pengayaan (job enrichment), meliputi penentuan kembali (redefining) dan
penyusunan kembali (restructuring) untuk membuat pekerjaan itu lebih berarti, lebih
menantang, dan berikan ganjaran secara intrinsik. Sedangkan program sejarah
individual menurutnya lebih cenderung menekankan upaya-upaya pada unsur fisik,
seperti pengenduran urat saraf, bersemedi, dan kontrol proses biologis.

Sementara menurut Sandra dan Ifdil (dalam Murni dkk, 1019:3) penanganan
terhadap stres kerja dapat dilakukan melalui meditasi, relaksasi, terapi dan pelatihan
menggunakan dan mengembangkan sumber-sumber energi yang ada dalam diri.

Menurut Mangkuprawira (2016: 157) ada tiga pola dalam mengatasi stress,
yaitu pola sehat pola harmonis dan pola psikologis.
1. Pola sehat adalah pola menghadapi stress yang terbaik yaitu dengan
kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stress tidak
menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi lebih sehat dan berkembang
titik mereka yang tergolong kelompok ini biasanya mampu mengelola
waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga ia tidak

15
perlu merasa ada sesuatu yang menekan, meskipun sebenarnya tantangan
dan tekanan cukup banyak.
2. Pola harmonis adalah pola menghadapi stres dengan kemampuan
mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan
berbagai hambatan dalam pola ini individu mampu mengendalikan
berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara
teratur Ia pun selalu menghadapi tugas secara tepat, dan kalau perlu ia
mendelegasikan tugas-tugas tertentu kepada orang lain dengan
memberikan kepercayaan penuh titik Dengan demikian, akan terjadi
keharmonisan dan keseimbangan antara tekanan yang diterima dengan
reaksi yang diberikan titik demikian juga terhadap keharmonisan antara
dirinya dan lingkungan.
3. pola patologis, ialah pola menghadapi stres dengan berdampak Berbagai
gangguan fisik maupun sosial psikologis dalam pola ini, individu akan
menghadapi berbagai tantangan dengan cara-cara yang tidak memiliki
kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan waktu. Cara ini dapat
menimbulkan reaksi reaksi yang berbahaya karena bisa menimbulkan
berbagai masalah yang buruk untuk menghadapi stres dengan cara sehat
atau harmonis tentu banyak hal yang dapat dikaji titik dalam menghadapi
stres dapat dilakukan dengan tiga strategi yaitu memperkecil dan
mengendalikan sumber-sumber stres, menetralkan dampak yang
ditimbulkan oleh stres meningkatkan daya tahan pribadi titik Dalam
strategi pertama, perlu dikatakan penilaian terhadap situasi sumber-sumber
stress, mengembangkan alternatif tindakan mengambil tindakan yang
dipandang paling tepat mengambil tindakan yang lebih positif,
memanfaatkan umpan balik dan sebagainya. Strategi kedua dilakukan
dengan mengendalikan berbagai reaksi baik jasmaniah emosional maupun
bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri titik dalam membentuk
mekanisme pertahanan diri dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya
menangis menceritakan masalah kepada orang lain humor atau melucu,
istirahat dan sebagainya. Sedangkan dalam menghadapi reaksi emosional
adalah dengan mengendalikan emosi secara sadar dan mendapatkan
dukungan sosial dari lingkungan strategi ketiga dilakukan dengan
memperkuat diri sendiri yaitu dengan lebih memahami diri memahami
16
orang lain mengembangkan keterampilan pribadi, berolahraga secara
teratur, beribadah pola-pola kerja yang teratur dan disiplin
mengembangkan tujuan dan nilai nilai yang lebih realistik. Di atas semua
ini nilai-nilai agama dalam bentuk keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa merupakan Pondasi yang paling utama, kecil
kemungkinannya akan memperoleh dampak negatif dari stres. Akan tetapi,
sebaliknya ia mampu mengendalikan Stres ini secara lebih bermakna.
Hidup bahagia adalah hidup yang memiliki keseimbangan antara banyak
stress dan coping stress dan mengendalikannya menjadi eustres.

17
DAFTAR PUSTAKA

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Remaja


Rosdakarya. Bandung.

Murni, Siti Wahyu dkk. 2019. Identifikasi Masalah Stres Kerja Karyawan dan Upaya
Penanggulangannya (Studi pada PT. PLN (Persero) Area Banda Aceh).
Suloh: Jurnal Bimbingan Konseling Universitas Syiah Kuala. Vol.4, No. 1,
hlm 1-8.

Sukoco, Iwan dan Muhammad Ridha Bintang. 2017. Analisis Manajemen Stres pada
Perusahaan Pers: Studi pada PJTV. Jurnal AdBispreneur. Vol. 2, No. 3, hlm.
263-278.

Triatna, Cepi. 2015. Perilaku Organisasi dalam Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya.


Bandung.

Widyastuti, Niken. 2015. Pengaruh Stres Kerja dan Beban Kerja Terhadap Kinerja
SKPD Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Jurnal Maksipreneur, Vol. IV,
No. 2, hal. 15 – 27.

Munandar, Ashar Sunyoto. 2012. Psikologi Industri dan Organisasi. UJ-Press. Jakarta.

Wijono, Sutarto. 2010. Psikologi Industri dan Organisasi : Dalam Suatu Bidang Gerak
Psikologi Sumber Daya Manusia. Prenadamedia. Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai