Perubahan selalu terjadi, disadari atau tidak. Begitu pula halnya dengan
perubahan tersebut. Pada dasarnya semua perubahan yang dilakukan mengarah pada
serta perubahan perilaku anggota organisasi (Robbins, 2006, 763). Lebih lanjut
mencakup strategi dan sistem, teknologi, penataan fisik dan sumber daya manusia.
dua hal pokok yaitu (1) perubahan perangkat keras organisasi (hard system tools) atau
yang biasa disebut dengan perubahan struktural, yang meliputi perubahan strategi,
stuktur organisasi dan sistem serta (2) Perubahan perangkat lunak organisasi (soft
system tools) atau perubahan kultural yang meliputi perubahan perilaku manusia
dalam organisasi, kebijakan sumber daya manusia dan budaya organisasi. Setiap
perubahan tidak bisa hanya memilih salah satu aspek struktural atau kultural saja
sebagai variabel yang harus diubah, tetapi kedua aspek tersebut harus dikelola secara
bersama-sama agar hasilnya optimal. Dari pengertian yang dikemukakan oleh dua
tokoh diatas bahwa pengertian dari perubahan organisasi adalah perubahan terhadap
secara langsung, sementara perubahan kultural sering diabaikan karena hasil dari
perubahan organisasi adalah tindakan beralihnya sesuatu organisasi dari kondisi yang
berlaku kini menuju ke kondisi masa yang akan datang menurut yang di inginkan
guna meningkatkan efektivitasnya. Sejalan dengan itu Anne Maria (1998: 209)
cepat sudah saatnya organisasi tidak menunda perubahan, penundaan berarti akan
bahwa perubahan organisasi adalah perubahan suatu kondisi organisasi yang berlaku
kini ke masa yang akan datang untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitasnya.
Setiap perubahan tidak bisa hanya memilih salah satu aspek struktural atau
kultural saja sebagai variabel yang harus diubah, tetapi kedua aspek tersebut harus
dikelola secara bersama-sama agar hasilnya optimal. Namun demikian dalam praktek
kultural sering diabaikan karena hasil dari perubahan tersebut tidak begitu kelihatan.
yang timbul. Artinya perubahan organisasi harus diarahkan pada perubahan perilaku
dapat lebih efektif dalam upaya menciptakan organisasi yang lebih adaptif dan
terjadi perubahan organisasi dan perubahan itu sendiri tidak akan berhasil jika ada
hambatan yang datang dari manusia yang terlibat di dalamnya. Demikian juga halnya
jika kebiasaan manusia dan budaya organisasinya tidak diubah, perubahan organisasi
Perubahan dapat berupa perubahan yang radikal, yaitu perubahan yang dapat
perubahan yang terjadi terus menerus dan dampaknya kecil karena merupakan
perubahan yang biasa dalam sebuah organisasi (Wood J., Wallace J., Zeffane, R.M.,
Schermerhon, 2001). Menurut Kurt Lewin dalam Coram & Bernard (2001)
perubahan organisasi merupakan suatu proses yang sistematis yakni perubahan dari
sebuah topik yang hanya menarik untuk beberapa akademisi dan praktisi menjadi
sesuatu topik yang menarik untuk para eksekutive perusahaan untuk kelangsungan
hidup organisasi. Perubahan yang dimaksudkan oleh beberapa tokoh diatas adalah
perubahan organisasi merupakan suatu proses yang sistemais dan bisa saja bersifat
kecil dampaknya bagi perusahaan itu sendiri. Menurut Robbins (2008, 765) Agen
perubahan adalah orang yang bertindak sebagai katalis dan memikul tanggung jawab
untuk mengelola kegiatan perubahan. Mereka adalah orang yang akan mengubah dan
memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perusahaan bisa dibilang agen
dapat dipertimbangkan oleh agen perubahan untuk digunakan antara lain pelatihan
antar kelompok. Para agen perubahan juga tidak bisa sembarang untuk menentukan
1. Macam-macam perubahan
perubahan diantaranya:
change”, perubahan ini dicirikan sebagai priode relatif tenang yang sekali-
kali disela percepatan gerak perubahan. Pemicu perubahan jenis ini selain
perusahaan.
4. Restrukturisasi
biaya oprasional.
baru, dan system pengoprasian yang baru, agar dapat bereaksi terhadap
kebutuhan pelanggan.
2. Faktor-faktor adanya perubahan
berikut:
arah mana saja dan dalam bentuk apapun. Tingkat persaingan yang
yang dapat bertahan dalam persaingan ini adalah organisasi yang dapat
pokok, dan jatuhnya nilai mata uang. Kejadian seperti ini akan memaksa
produktivitas organisasi.
d. Tren Sosial, perubahan keadaan sosial suatu tempat akan berimbas pada
berubah.
3. Perubahan Terencana
kegiatan perubahan yang disengaja dan berorientasi pada tujuan. Apa yang
merupakan sasaran dari perubahan yang terencana?. Pada hakikatnya, ada dua alasan
dari kegiatan perubahan secara terencana. Karena sukses atau kegagalan suatu
organisasi pada hakikatnya disebabkan oleh hal-hal yang dilakukan atau gagal
dilakukan oleh para karyawan, perubahan terencana juga peduli terhadap perubahan
Suatu organisasi dapat diubah dan dikelompokan dalam empat kategori yaitu
modifikasi dalam cara kerja yang diproses dan dalam metode serta peralatan yang
digunakan, mengubah penataan fisik meliputi pengubahan ruang dan pengaturan tata
letak dalam tempat kerja. Mengubah orang mengacu pada perubahan dalam sikap,
empat kategori: Struktur, Teknologi, Penataan Fisik, dan Orang dapat dilihat pada
Pilihan perubahan
atau lebih unsur utama dalam desain suatu organisasi. Misalnya tanggung jawab
dilebarkan untuk membuat organisasi itu lebih datar dan kurang birokratis. Lebih
besar dalam desain structural yang sebenarnya yang mencakup suatu pergeseran dari
suatu struktur sederhana ke stuktur berdasarkan tim atau penciptaan suatu desain
diperkenalkan jam kerja yang lentur. Pilihan lain lagi adalah memodifikasi sistem
serupa. Struktur suatu organisasi didefinisikan sebagai tugas-tugas yang secara formal
mengubah satu atau lebih unsur utama dalam desain suatu organisasi. Misalnya
rentang kendali dilebarkan untuk membuat organisasi itu lebih datar dan kurang
birokratis. Lebih banyak aturan dan prosedur dapat dilaksanakan untuk meningkatkan
pengubahan besar dalam desain struktural yang sebenarnya yang mencakup suatu
pergeseran dari suatu struktur sederhana ke stuktur berdasarkan tim atau penciptaan
suatu desain matriks. Uraian jabatan dapat didefinisi ulang, pekerjaan diperkaya, atau
diperkenalkan jam kerja yang lentur. Pilihan lain lagi adalah memodifikasi sistem
B. Perubahan teknologi
Merubah teknologi meliputi modifikasi dalam cara kerja yang diproses dan
dalam metode serta peralatan yang digunakan. Dewasa ini, perubahan teknologi
sejumlah pelatihan yang sudah pernah diperoleh pemakai (user) dari pemakai
lainnya (other user) atau dari spesialisasi komputer yang ada didalam
organisasi perusahaan
merupakan dukungan pengerahuan teknis dari pihak luar yang dimiliki secara
perusahaan kecil.
sejumlah pelatihan yang sudah pernah diperoleh pemakai (user) dari pemakai
lainnya (other user) atau spesialisasi komputer dari pihak luar perusahaan.
Salah satu kunci awal bagi keberhasilan implementasi teknologi informasi dan
terhadap teknologi yaitu persepsi pengguna terhadap manfaat dari teknologi dan
letak dalam tempat kerja. Misalnya, dengan dinding dan sekat yang dihilangkan dan
dengan suatu desain kantor yang terbuka, karyawan akan saling mudah
penerangan, tingkat hangat dan dingin, tingkat dan tipe kebisingan, dan kebersihan
area kerja, maupun dimensi desain interior, seperti perabot, dekorasi dan bagan
warna. Tata letak ruang kerja hendaknya tidak merupakan kegiatan yang acak.
mengenai konfigurasi ruang, desain interior, penempatan peralatan, dan yang serupa.
mereka bisa bekerja menjadi nyaman dan juga hasil yang diinginkan dapat tercapai
secara maksimal. Para agen yang merumuskan perubahan ini juga akan merasakan
kenyamanan dalam bekerja. Perhatian tentang tata letak dalam sebuah ruangan juga
harus di perhatikan agar tidak terjadi kecelakaan dalam bekerja. Tata letak suatu
ruangan juga harus dibarengi dengan penempatan posisi ergonomis yang sudah
ditetapkan.
D. Perubahan Individu
pengharapan, persepsi, dan atau perilaku karyawan. Perubahan individu ada untuk
membantu individu dan kelompok dalam organisasi itu untuk bekerja bersama secara
lebih efektif. Sedangkan menurut Veizal Rivai dan Deddy Mulyadi (2009,404)
sentral karena tenaga kerja sangat berpengaruh dalam kemajuan perusahaan itu
sendiri dan juga memberikan pengaruh dalam perubahan ekonomi yang ada dalam
perusahaan.
Jenis perubahan orang juga akan sangat terlihat, seperti contoh dalam suatu
departemen terdapat tiga puluh orang tenaga kerja. Kemudian karena dianggap teralu
banyak dan ruangan menjadi penuh sesak sehingga dilakukan pemindahan personil
kedepartemen lain. Yang asal mulanya tiga puluh orang menjadi dua puluh orang
saja. Hal tentu saja membuat suasana menjadi sepi dan juga menjadi agak sedikit
lengang.
5. Perlawanan terhadap perubahan dan Bagaimana Mengatasinya
banyak akan menghadapi hambatan. Hambatan itu ialah berupa penolakan terhadap
perubahan yang akan dilakukan. Penolakan ini muncul dalam bentuk yang tidak
baku. Penolakan dapat muncul secara terang-terangan, langsung, tersirat, atau bahkan
tertunda. Bagi manajemen akan terasa lebih mudah menghadapi penolakan langsung
dan terangterangan, karena penyelesaiannya akan secara cepat ditangani terlepas dari
tertunda akan menghadirkan tantangan yang tingkat kesulitannya lebih besar untuk
menjadi dua:
a. Individu
aman mereka.
c. Faktor-faktor Ekonomi, sumber penolakan ini adalah kekhawatiran
b. Organisasi
tidak akan terwujud secara utuh, hal ini juga akan menghambat proses
perubahan.
Dalam kajian lain tentang perubahan, Davis dan Newstorm (dalam husaini
timbul dari waktu dan upaya yang diperlukan untuk menyesuaikan diri
dipelajari.
2. Penolakan “Psikologis”, berdasarkan emosi, sentimen dan sikap.
tubuh organisasi.
2) Mengundang partisipasi
organisasi.
4) Perundingan
6) Pemaksaan
status quo
3. Sosiologis(kepentingan kelompok)
a. Koalisi politik
d. Kepentingan
Menurut Vithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, 383; 2009 tahapan dalam
perubahan adalah:
a. Pencarian
b. Perubahan
kenikmatan-kenikmatan baru.
c. Pembekuan ulang
Dalam tahap ini bisa dikatan juga adalah tahap paling akhir
kegunaannya.
Menurut vithzal rivai dan deddy mulyadi, 383; 2009 cara membangun dalam
perubahan
perubahan.
adanya perubahan.
1. Pengertian Stres
dari tubuh terhadap setiap tuntutan yang datang atasnya. David Hager dan Linda
(1990:240), stres adalah respon otomatis dari tubuh, termasuk pikiran sampai
pada perubahan- perubahan, tantangan- tantangan, dan tuntutan lain yang kita
temui dalam setiap bagian kehidupan sehari- hari. Stres dapat juga berarti respon
Panggabean, 2003:2).
stressor diluar organisasi. Stress secara umum di definisikan oleh Lazarus dan
Menurut Anwar (1993:93) Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan
Yoder dan Staudohar (1982 : 308) mendefinisikan Stres Kerja adalah Job stress
refers to a physical or psychological deviation from the normal human state that
is caused by stimuli in the work environment. yang kurang lebih memiliki arti
suatu tekanan akibat bekerja juga akan mempengaruhi emosi, proses berpikir dan
kondisi fisik seseorang, di mana tekanan itu berasal dari lingkungan pekerjaan
Beehr dan Franz (2002:17), mendefinisikan stres kerja sebagai suatu proses
yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena
pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu. Stres merupakan suatu
seseorang. Jika seseorang / karyawan mengalami stres yang terlalu besar maka
1997:200). Menurut Pandji Anoraga (2001:108) stres kerja adalah suatu bentuk
Gibson dkk (1996:339) menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan
penyesuaian diperantarai oleh perbedaan- perbedaan individu dan atau proses
psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar
skill and demands af the job in term of person’s needs supplied by by the job
environment.” Kemudian pada tahun 1975 bersama Horison dan Pinneau mereka
(1975:119) mengatakan bahwa konsep stress kerja ditinjau dari beberapa sudut
yang pertama streskerja merupakan hasil dari keadaan tempat kerja. Kedua,
stress kerja merupakan hasil dari dua factor organisasi yaitu ketrlibatan dalam
tugas dan dukungan organisasi, ketiga stress kerja terjadi karena factor workload
juga factor melakukan kemapuan tugas. Keempat akibat dari waktu kerja yang
yang menyebabkan pegawai mengalami stress kerja tetapi merasa pusa denga
pekerjaannya, hal ini disebabkan oleh tugas yang mereka kerjakan penuh dengan
tantangan dan menyenangkan hati mereka. Selain itu teradi komunikasi yang
serangan jantung.
1. Faktor Lingkungan.
2. Faktor Organisasi
dalam kurun waktu terbatas, beban kerja berlebihan, bos yang menuntut
dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Dari
dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa yang harus
dikerjakan.
3. Faktor Individu
kepribadian bawaan.
faktor yaitu:
dari karyawan yang merasa tugas yang di kerjakannya terlalu berat dan
perusahaan.
3. Perluang partisipasi
keputusannya.
4. Tanggung jawab
focus.
5. Faktor-faktor organisasi
menyebabkan srtes:
1. tingkat organisasi
4. batas peran
malam hari, menjadi mudah bingung dan lupa, menjadi sangat tidak
Berupa jari- jari dan tangan gemetar, tidak dapat duduk diam atau
1. Menolak perubahan
pengendalian
nafsu seks
Carry Cooper dan Alison Straw (1995: 7) membagi gejala stres kerja
menjaditiga yaitu
1) Gejala fisik
keputusan.
berada di tempat kerja, dan jika dalam keadaan stres, gejala- gejala
Menurut Cox dalam triatna (2015:143) secara umum akibat atau dampak dari
stres ada beberapa kategori, meliputi:
1. Akibat subjektif. kecemasan, agresif, acuh tak acuh, kebosanan, depresi,
kelelahan, frustasi, kehilangan kesabaran, rendah diri, gugup, dan
perasaan terpencil.
2. Akibat dalam bentuk perilaku. kecanduan alkohol, ledakan emosi, makan
atau minum berlebihan, bertindak mengikuti kata hati yang kadang-
kadang irasional dan tertawa gugup.
3. Akibat kognitif. ketidakmampuan mengambil keputusan yang sehat,
mulut kering, banyak keringat, sebentar-sebentar panas dingin.
4. Akibat keorganisasian. ketidakhadiran, produktivitas rendah,
mengasingkan diri, menurunnya komitmen dan loyalitas pada organisasi
kerja.
Demikian pula jika banyak diantara tenaga kerja di dalam organisasi atau
perusahaan mengalami stres kerja, maka produktivitas dan kesehatan organisasi itu
akan terganggu. Anggapan tentang stres kebanyakan menuju pada hal yang negatif,
seperti suatu kondisi yang mengarah ke timbulnya penyakit fisik maupun mental,
atau mengarah ke perilaku yang tidak wajar. Stres tidak selalu dipandang sebagai hal
yang negatif. Apabila dimanfaatkan dengan baik, stres dapat meningkatkan prestasi
kerja.
Pendekatan Stres
1. pendekatan dukungan sosial
Beberapa faktor yang menyebabkan stres terutama tuntutan tugas dan tuntuan
peran dikendalikan oleh manajemen. strategi yang bisa manajemen
pertimbangkan meliputi:
a. Seleksi personel dan penempatan kerja yang lebih baik. Individu – individu
yang pengalamannya sedikit atau orang yang pusat kendalinya eksternal
lebih mudah stres. Keputusan seleksi dan penempatan harus
mempertimbangkan kenyataan ini.
b. Pelatihan dapat meningkatkan keyakinan diri seorang individu dan dengan
demikian memperkecil kendala pekerjaan.
c. Penetapan tujuan yang realistis. Orang akan berkinerja lebih baik ketika
memeliki tujuan yang spesifik serta menantang dan menerima umpan balik
mengenai seberapa baik kemajuan mereka dalam mencapainya.
d. Pendesainan ulang pekerjaan. Tujuannya untuk memberi karyawan
tanggung jawab yang lebih besar, pekerjaan yang lebih bermakna, otonomi
yang lebih banyak, dan umpan balik yang meningkat dapat mengurangi
stres karena faktor-faktor ini memberi karyawan kendali lebih besar atas
kegiatan kerja dan memperkecil ketergantungan mereka kepada orang lain.
e. Peningkatan keterlibatan karyawan. Memberi pada karyawan hak suara
dalam pengambilan keputusan yang berpengaruh langsung terhadap
kinerja mereka, manajemen meningkatkan kendali yang dipegang
karyawan dan mengurangi stres peran ini. Sehingga, manajer sebaiknya
mempertimbangkan untuk meningkatkan keterlibatan karyawan dalam
proses pengambilan keputusan.
f. Perbaikan komunikasi organisasi. Meningkatkan komunikasi organisasi
formal dengan karyawan dapat menurunkan ketidakpastian karena
memangkas ambiguitas dan konflik peran.
g. Penawaran cuti panjang atau masa sabatikal (biasanya untuk penelitian,
kuliah, atau bepergian) kepada karyawan. Cuti ini lamanya berkisar dari
beberapa minggu hingga beberapa bulan memungkinkan karyawan untuk
bepergian, santai, atau mengejar proyek pribadi yang butuh waktu lebih
panjang daripada waktu libur normal selama beberapa minggu.
h. Penyelenggaraan program – program kesejahteraan perusahaan. Program
ini berfokus pada kondisi fisik dan mental karyawan secara keseluruhan.
Contoh, diselenggarakan program untuk membantu karyawan berhenti
merokok, mengendalikan pemakaian alkohol, menurunkan berat badan,
makanan yang lebih sehat.
Manajemen Stres
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stress berarti berusaha
mencegah timbulnya stres meningkatkan ambang stres dari individu dan
menampung akibat fisiologikal dari stres.
Manajemen bertujuan untuk mencegah berkembangnya stres jangka pendek
menjadi stres jangka panjang atau stres yang kronis. Namun kita tidak selalu
berhasil untuk mencegah stres.
kita selalu akan menjumpai situasi situasi yang tidak kita duga semula yang
merupakan pembangkit stres. Stres merupakan bagian dari kehidupan kita. yang
perlu diusahakan ialah dapat mempertahankan nyapres yang positif konstruktif
dan dicegah serta diatasi stres yang kronis yang bersifat negatif destruktif.
Reaksi yang dikenal selama ini dalam menghadapi stres iyalah flight or fight
atau melarikan diri, secara fisik atau positif dari situasi yang penuh stres atau
melawan stres. Melarikan diri dari situasi pondok stres secara fisik dialah
meninggalkan ruangan kerja yang menimbulkan stres, mengundurkan diri dari
tugas pekerjaannya, mutasi pekerjaan, bekerja di perusahaan lain. melarikan diri
secara psikologis ialah melarikan diri dari dunia nyata ke dalam dunia khayal,
mencoba melupakan situasi yang penuh stres yang menimbulkan prestasi dengan
cara minum alkohol, mengisap ganja, me-repress. reaksi melarikan diri dari
situasi penuh stres tidak menyelesaikan persoalan situasinya tak sama malah
mungkin dirasakan makin parah diri pribadi juga tidak berubah. jika mengalami
perubahan-perubahan nya ke arah yang lebih negative kondisi mental dan fisik
lebih buruk.
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Memanajemen stres berarti berusaha
mencegah timbulnya stres, meningkatkan ambang stres dari individu dan
menampung akibat fisiologikal dari stres. Menurut Robbins & Judge (Sukoco
dan Bintang, 2017:268), manajamen stres kerja sebagai suatu program
penggunaan sumber daya manusia untuk melakukan pengontrolan atau
pengaturan stres dimana bertujuan untuk mengenal penyebab stres dan
mengetahui teknik – teknik mengelola stres melalui pendekatan individual dan
organisasional.
Manajemen stres kerja didalam penanganannya terdapat dua pendekatan
yaitu dengan pendekatan individual dan pendekatan organisasional. Teknik dari
dua pendekatan tersebut yang bisa dilakukan oleh karyawan maupun perusahaan
yang terlebih dahulu mengetahui penyebab stres kerja pada karyawan.
Menurut Nurul (Sukoco dan Bintang, 2017:268), manajemen stres adalah
kemampuan penggunaan sumber daya (manusia) secara efektif untuk mengatasi
gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul karena tanggapan.
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah dan dapat dihadapi tanpa memberikan
dampak negatif. Manajemen stres termasuk kedalam sumber daya manusia pada
bagian pemeliharaan. Pemeliharaan adalah usaha mempertahankan dan atau
meningkatkan kondisi fisik, mental, dan sikap karyawan agar mereka tetap loyal
dan bekerja produktif untuk menunjang tercapainya tujuan perusahaan.
Dukungan sosial dapat diartikan sebagai pemberi bantuan terhadap seseorang
dalam menghadapi stres kerja dan setiap individu memiliki tipe dan karakteristik
yang berbeda–beda pengelolaan stres kerja dapat dilakukan dengan efektif.
Pandangan interaktif mengatakan bahwa stres ditentukan oleh faktor-faktor
didi lingkungan dan faktor-faktor dari individu nya. Dalam manajemen di stres
dapat diusahakan untuk Mengubah faktor-faktor di lingkungan agar tidak
merupakan pembangkit stres dan mengubah faktor-faktor dalam individu agar
ambang stres meningkat, tidak cepat merasakan situasi yang dihadapi sebagai
penuh stres, tidak cepat menunjukkan akibat-akibat yang merusak dari stres pada
badan dapat mempertahankan kesehatannya. Sedangkan teknik-teknik yang
dapat digunakan ialah:
1. Kerekayasaan organisasi
2. Kerekayasaan dan kepribadian
3. Teknik penentangan pikiran
4. Teknik pemenangan melalui aktivitas fisik
Mengatasi Stres
Maharani (dalam Murni dkk, 1019:3) menjelaskan bahwa individu memiliki
dua kecenderungan dalam menanggulangi (coping) stres yaitu melalui penanganan
yang berfokus pada masalah (problem focused coping) dan penanganan yang
berfokus pada emosi (emotion focused coping) atau seperti yang dikemukakan oleh
Sholichatun (dalam Murni dkk, 1019:3) sebagai tindakan langsung terhadap situasi
dan kontrol terhadap emosi. Problem-focused coping adalah cara menanggulangi
stres dengan berfokus pada permasalahan yang dihadapi yaitu menghindari atau
mengurangi stres dengan cara langsung menghadapi sumber stres atau masalah yang
terjadi sehingga dapat menghilangkan hubungan yang penuh tekanan antara individu
dengan lingkungan. Emotion-focused coping adalah cara penanggulangan stres
dengan melibatkan emosi yaitu menggunakan penilaiannya secara emosional
terhadap sumber-sumber stres yang ada. Sholichatun (dalam Murni dkk, 1019:3)
menjelaskan bahwa model coping ini diperoleh dengan menghindari penyebab stres,
melalukan evaluasi ulang secara kognitif dan/atau memperhatikan aspek-aspek
positif dari diri dan situasi. Coping yang berfokus pada emosi dilakukan karena tidak
ada lagi yang bisa dilakukan terhadap sumber stres (Maharani dalam Murni dkk,
1019:3).
Lebih lanjut Sholichatun (dalam Murni dkk, 1019:3) menjelaskan bahwa ada
berbagai strategi coping yang digunakan individu yaitu:
1. Logical analysis yaitu usaha kognitif untuk memahami dan menyiapkan secara
mental terhadap stressor dan konsekuensi-konsekuensinya.
2. Positive reappraisal yaitu usaha kognitif untuk menganalisis dan
merestrukturisasi masalah dalam sebuah cara yang positif sambil terus
melakukan penerimaan terhadap realitas situasi.
3. Seeking guidance and support, yaitu usaha-usaha behavioral untuk mencari
informasi, petunjuk dan dukungan.
4. Problem solving yaitu usaha behavioral untuk bertindak mengatasi masalah
secara langsung.
5. Cognitive avoidance yaitu usaha-usaha kognitif untuk menghindari berpikir
tentang masalah.
6. Acceptance-resignation yaitu usaha kognitif untuk mereaksi masalah dengan
cara menerimanya.
7. Alternative rewards yaitu usaha behavioral untuk melibatkan diri dalam
aktivitas pengganti dan menciptakan sumber-sumber kepuasan baru.
8. Emotional discharge yaitu usaha behavioral untuk mengurangi tekanan dengan
mengekspresikan perasaan negatif.
Sementara menurut Sandra dan Ifdil (dalam Murni dkk, 1019:3) penanganan
terhadap stres kerja dapat dilakukan melalui meditasi, relaksasi, terapi dan pelatihan
menggunakan dan mengembangkan sumber-sumber energi yang ada dalam diri.
Menurut Mangkuprawira (2016: 157) ada tiga pola dalam
mengatasi stress, yaitu pola sehat pola harmonis dan pola
psikologis.
1. Pola sehat adalah pola menghadapi stress yang terbaik yaitu dengan
kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stress
tidak menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi lebih sehat dan
berkembang titik mereka yang tergolong kelompok ini biasanya mampu
mengelola waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur
sehingga ia tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan, meskipun
sebenarnya tantangan dan tekanan cukup banyak.
2. Pola harmonis adalah pola menghadapi stres dengan kemampuan
mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan
berbagai hambatan dalam pola ini individu mampu mengendalikan
berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara
teratur Ia pun selalu menghadapi tugas secara tepat, dan kalau perlu ia
mendelegasikan tugas-tugas tertentu kepada orang lain dengan
memberikan kepercayaan penuh titik Dengan demikian, akan terjadi
keharmonisan dan keseimbangan antara tekanan yang diterima dengan
reaksi yang diberikan titik demikian juga terhadap keharmonisan antara
dirinya dan lingkungan.
3. pola patologis, ialah pola menghadapi stres dengan berdampak Berbagai
gangguan fisik maupun sosial psikologis dalam pola ini, individu akan
menghadapi berbagai tantangan dengan cara-cara yang tidak memiliki
kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan waktu. Cara ini dapat
menimbulkan reaksi reaksi yang berbahaya karena bisa menimbulkan
berbagai masalah yang buruk untuk menghadapi stres dengan cara sehat
atau harmonis tentu banyak hal yang dapat dikaji titik dalam menghadapi
stres dapat dilakukan dengan tiga strategi yaitu memperkecil dan
mengendalikan sumber-sumber stres, menetralkan dampak yang
ditimbulkan oleh stres meningkatkan daya tahan pribadi titik Dalam
strategi pertama, perlu dikatakan penilaian terhadap situasi sumber-
sumber stress, mengembangkan alternatif tindakan mengambil tindakan
yang dipandang paling tepat mengambil tindakan yang lebih positif,
memanfaatkan umpan balik dan sebagainya. Strategi kedua dilakukan
dengan mengendalikan berbagai reaksi baik jasmaniah emosional maupun
bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri titik dalam membentuk
mekanisme pertahanan diri dapat dilakukan dengan berbagai cara
misalnya menangis menceritakan masalah kepada orang lain humor atau
melucu, istirahat dan sebagainya. Sedangkan dalam menghadapi reaksi
emosional adalah dengan mengendalikan emosi secara sadar dan
mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan strategi ketiga dilakukan
dengan memperkuat diri sendiri yaitu dengan lebih memahami diri
memahami orang lain mengembangkan keterampilan pribadi, berolahraga
secara teratur, beribadah pola-pola kerja yang teratur dan disiplin
mengembangkan tujuan dan nilai nilai yang lebih realistik. Di atas semua
ini nilai-nilai agama dalam bentuk keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa merupakan Pondasi yang paling utama, kecil
kemungkinannya akan memperoleh dampak negatif dari stres. Akan
tetapi, sebaliknya ia mampu mengendalikan Stres ini secara lebih
bermakna. Hidup bahagia adalah hidup yang memiliki keseimbangan
antara banyak stress dan coping stress dan mengendalikannya menjadi
eustres.
Hubungan Antara Perubahan Organisasi Dengan Stres Kerja
mengandung resiko yang besar terhadap pekerjanya, namun demi menuju ke arah
yang lebih baik mau tidak mau harus dilakukan walaupun itu juga harus
organisasi akan menjadikan orang merasa stress karena orang tersebut menolak
perubahan yang sedang dia jalani seperti yang di sampaikan oleh Igor S (1997:249)
salah satu gejala-gejala stress adalah menolak perubahan. Perubahan organisasi yang
dilakukan oleh Divmu PT. Pindad (Persero) dapat mengakibat stress kerja pada
pekerjanya, hal ini seperti yang dikatakan oleh salah satu staf yang berada di
perusahaan tersebut, salah satu staf mengatakan bahwa perubahan organisasi ini
membawa dampak yang baik bagi prusahaan namun bagi kami hal tersebut menjadi
kerja adalah perubahan organisasi yang terjadi di dalam tempat kerja. Seperti yang
dikatakan Robbins (2003, 763) bahwa perubahan struktur organisasi, tututan tugas
dan juga tuntutan peran dari individu dalam organisasi. Hal senada juga dikatakan
stress kerja yang dialami tenaga kerja. Mereka yang melakukan perubahan
sebenarnya memikirkan bagaimana tingkat stress yang dialami oleh para pekerja,
namun para agen perubahan tidak terlalu memperhatikan stress yang dialami oleh
para pekerja karena tujuan dari agen perubahan adalah membuat perubahan yang
nyata dalam tubuh organisasi. Sehingga masalah stress kerja sering kali
dikesampingkan.
mempunyai pekerjaan yang bisa dikatakan berada dibidangnya dan juga memang
pengaruh yang signifikan dan juga dapak yang ditinggalkan juga sangat terlihat,
banyak pegawai yang kelabakan akan pekerjaan yang sedang diampunya karena
yang biasanya ramai akan para pekerja menjadi sepi karena berkurangnya anggota
yang ada di kantor tersebut. Mereka mengeluhkan keadaan tersebut karena pekerjaan
yang mereka kerjakan juga membutuhkan bantuan dan sering kali tidak selesai dalam
tepat waktu.
struktural saja. Perubahan secara kulturan tidak bisa dilihat hasilnya secara maksimal,
maka dari itu para agen tidak terlalu memikirkan perubahan organisasi di segi
struktural. Hal ini yang menyebabkan para pekerja mengalami stress kerja setiap
hidup organisasi itu sendiri. Dengan adanya penyegaran dalam organisasi, langkah
keadaan psikologis tenaga kerjanya, karena tenaga kerja merupakan orang yang dapat
Perubahan organisasi adalah keputusan yang baik bagi perusahaan namun terkadang
keputusan bila terjadi sedikit kesalahan dapat mnegakibatkan dampak yang sangat
signifikan bagi karyawan. namun dukungan dari karyawan lain sering kali membuat
para pekerja dapat mengatasi stress kerja. Mereka cenderung mengatasinya dengan
bercengkrama, karena salah satu penyebab stress adalah kurangnya dukungan dari