Anda di halaman 1dari 11

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN STRESS KELOMPOK 11

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata stres merupakan hal yang sering kita dengar dalam keseharian.Stres merupakan hal
yang wajar dan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kita memerlukan stres untuk mendorong
berusaha lebih baik lagi. Namun stres yang berlebihan dapat menyebabkan terganggunya fungsi
pribadi seseorang, hal ini disebabkan daya tahan stres yang berbeda-beda pada setiap orang.
Sebagai akibat modernisasi dan perkembangan dunia pada masa ini, masalah yang dihadapi
masyarakat semakin beragam. Diantaranya adalah masalah lingkungan sosial dan tuntutan
lingkungan. Seiring harapan untuk meningkatkan pencapaian diri, ketidaksanggupan pribadi untuk
memenuhi tuntutan tersebut dapat menimbulkan stres dalam diri seseorang.
Damasio (dalam Goleman, 1997) mengatakan bahwa emosi berperan besar terhadap suatu
tindakan bahkan dalam pengambilan keputusan rasional. Kecerdasan emosional yang tinggi akan
membantu individu dalam mengatasi konflik secara tepat dan menciptakan kondisi kerja yang
menggairahkan sehingga menghasilkan prestasi kerja yang tinggi pula. Sedangkan kecerdasan
emosional yang rendah akan berdampak buruk pada mereka, karena individu kurang dapat
mengambil keputusan secara rasional dan tidak bisa menghadapi konflik secara tepat.
Menurut penelitian yang telah dilakukan di universitas-universitas Australia, selama lebih dari
dua dekade didapatkan bahwa stres di universitas semakin meluas dan bertambah jumlahnya. Seldin
mengatakan bahwa lingkungan universitas di negara bagian Australia pada tahun 1980an memiliki
tingkat stres kerja yang tinggi. Demikian pula The United Kingdom Association of University Teacher
Study (AUT) menemukan bahwa 49% dari karyawan universitas melaporkan bahwa pekerjaan
mereka merupakan pekerjaan yang penuh dengan tekanan. Hasil penelitian pada tujuh Universitas di
New Zealand didapatkan bahwa sebagian dari karyawan universitas yang dijadikan sampel penelitian
merasasering atau selalu menemukan pekerjaan mereka membuat stres dan karyawan berpendapat
bahwa stres itu akibat dari beban kerja yang berlebihan.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui informasi mengenai stres
Untuk Mengetahui gejala-gejala dari stres
Untuk mengetahui cara pencegahan stres

1
Febrian Karinda Hasibuan 140407034Nur Rakhmah Latifah - 140407047

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN STRESS KELOMPOK 11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Stres adalah respon tubuh tidak spesifik terhadap kebutuhan tubuh yang terganggu. Stres
merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat
2
Febrian Karinda Hasibuan 140407034Nur Rakhmah Latifah - 140407047

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN STRESS KELOMPOK 11


dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Stres memberikan dampak secara total pada individu
seperti dampak: fisik, sosial, intelektual, psikologis, dan spiritual (Rasmun, 2004).
Emosional adalah kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan
membangun produktif dan meraih keberhasilan. Menggunakan emosi secara efektif individu akan
lebih bertanggung jawab, lebih mampu memusatkan perhatian pada tugas, tidak impulsif, lebih bisa
mengendalikan diri yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja.
Goleman (1997), menyatakan bahwa kecerdasan emosi yang ada pada seseorang adalah
mencakup pengendalian diri, semangat, ketekunan, serta kemam-puan untuk memotivasi diri sendiri.
Hal ini sesuai dengan pendapat Salovey (dalm Goleman, 1999), bila seseorang dapat memotivasi diri
sendiri memungkinkan kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Di sisi lain bahwa individu yang
mempunyai ketrampilan kecerdasan emosi yang lebih produktif dan efektif dalam hal apapun akan
menghasilkan kinerja yang lebih baik.
Secara umum, stres terjadi jika individu dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan
sebagai ancaman kesehatan fisik atau psikologis. Keadaan atau peristiwa yang menyebabkan stres
disebut stresor (Manktelow, 2007) dan reaksi individu terhadap peristiwa yang menyebabkan stres
disebut respon stres.
Stres menurut Sarafino (Hardjana, 1993) adalah sebagai suatu keadaan yang dihasilkan ketika
individu dan lingkungan bertransaksi, baik nyata atau tidak nyata, antara tuntutan situasi dan sumbersumber yang dimiliki individu menyangkut kondisi biologis, psikologis, atau psikososial. Stres muncul
sebagai akibat dari adanya tuntutan yang melebihi kemampuan individu untuk memenuhinya. Apabila
seseorang tidak mampu memenuhituntutan kebutuhan, maka akan merasakan suatu kondisi
ketegangan dalam dirinya. Ketegangan yang berlangsung lama dan tidak ada penyelesaian, akan
berkembang menjadi stres.

Schafer (2000), membagi stres menjadi tiga jenis, yaitu :


1) Neustress, merupakan jenis stres yang netral dan tidak merugikan.
2) Distress, terjadi pada saat tuntutan terlalu besar atau terlalu kecil. Simtom distres dapat berupa
kurangnya daya konsentrasi, tangan gemetar, sakit punggung, cemas, gugup, depresi, gangguan baik
fisik maupun psikis, antara lain: sakit kepala, radang sendi, tekanan darah tinggi, penyakit kulit kronis,
radang lambung, radang usus besar, sakit pinggang, serangan jantung, kanker, sakit kepala, tekanan
darah tinggi. Kerugian dari individu yang mengalami distres yang panjang dan berulang adalah
menurunnya produktivitas di tempat kerja dan di sekolah, merasa tidak gembira, penyakit fisik, energi
3
Febrian Karinda Hasibuan 140407034Nur Rakhmah Latifah - 140407047

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN STRESS KELOMPOK 11


yang rendah, tenaga yang terbuang percuma, kurang berkembangnya karir pekerjaan, menurunnya
kepuasan hidup, pekerjaan dan hubungan, harga diri yang rendah, ketidakterlibatan dalam persoalan
umum, hilangnya ketertarikan mudah marah, mempercepat cara bicara. Distres mengarah pada dua
jenis dalam hubungan seksual.
3) Positive stress, adalah jenis stres yang dapat membantu untuk mengerjakan halhal tertentu,
misalnya positive stress membantu mendorong seseorang untuk mengerjakan suatu tugas dalam
waktu yang terbatas.
Hardjana (1994) menjelaskan bahwa individu yang mengalami stress memiliki gejala sebagai berikut :
1. Gejala Fisikal
Gejala stress yang berkaitan dengan kondisi dan fungsi fisik atau tubuh dari seseorang.
2. Gejala Emosional
Gejala stress yang berkaitan dengan keadaan psikis dan/atau mental seseorang.
3. Gejala intelektual
Gejala stress yang berkaitan dengan pola pikir sesorang
4. Gejala interpersonal
Gejala stress yang mempengaruhi hubungan dengan orang lain baik didalam maupun diluar rumah.
Menurut Baum, Gatchel, dan Krantz (1997) bahwa stres merupakan transaksi kritis antara
individu dengan lingkungan. Senada dengan pendapat tersebut, Smet (1994) menjelaskan bahwa
sumber stres dapat berasal dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar individu, yaitu: dari
keluarga, komunitas, dan lingkungan.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi Kasus
Menurut NIOSH, stress akibat kerja merupakan masalah umum yang saat ini terjadi di tempat
kerja di Amerika.Berdasarkan hasil penelitian Northwestern National Life , satu dari empat pekerja di
Amerika berpendapat bahwa pekerjaan merupakan penyebab stress nomor satu dalam hidup
mereka.Dalam sebuah survei yang dilakukan Princeton Survey Research Associates disebutkan
bahwa,tiga dari empat orang di Amerika mengatakan bahwa pekerja pada saat inimemiliki tingkat
stress kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan generasi beberapa tahun sebelumnya(NIOSH,
1999b). Tuntutan pekerjaan yang semakintingginya tentunya memaksa pekerja untuk dapat bekerja
secara

cepat.

Hal

iniyang

kemudian

membuktikan

bahwa

pekerja

semakin

4
Febrian Karinda Hasibuan 140407034Nur Rakhmah Latifah - 140407047

menyadari

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN STRESS KELOMPOK 11


bahwa pekerjaan merupakan salah satu sumber stress yang seringkali terjadi dalamkehidupan
mereka.Selain itu, berdasarkan data CDC , jumlah kasus stress kerja yang terjadidi dunia terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 4409 kasus padatahun 1998 menjadi 5659 kasus pada
tahun 2001. Jumlah kasus ini bertambahkhususnya pada pekerja yang berusia muda. Dampak yang
ditimbulkan akibatterjadinya stress kerja tidak dapat dipandang sebelah mata. Stress kerja
dapatmengakibatkan

terjadinya

hari

hilang

kerja

akibat

kecelakaan

kerja

dantimbulnya

kesakitan(CDC, 2004). Kerugian yang dialami perusahaan akibatstress kerja pun tidak sedikit. Setiap
tahunnya industri di Amerika Serikatmengalami kerugian lebih dari US 300 miliar sebagai akibat dari
kecelakaan,absenteisme,turnover pekerja, dan kompensasi asuransi akibat stress kerja yangdialami
para pekerjanya(AIS, 2013).
Di Indonesia, berdasarkan data Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatanmenyatakan bahwa dari
jumlah

populasi

orang

dewasa

di

Indonesia

sebesar150 juta jiwa sekitar 11,6% atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional atau
gangguan kesehatan jiwa berupa kecemasan dan depresi.Meskipun data tersebut bukan merupakan
data khusus mengenai stress akibatkerja tetapi dapat memberikan gambaran mengenai jumlah kasus
gangguanmental yang saat ini terjadi di Indonesia. Adapun penelitian yang pernahdilakukan oleh
program studi Magister Kedokteran Kerja FKUI sekitar tahun 1990-an menunjukkan bahwa sekitar 30
persen pekerja pernah mengalami stressdi tempat kerja mulai dari keluhan ringan sampai berat. Data
ini

menunjukkan bahwa kejadian stress kerja pada era saat ini bisa jadi semakin

mengalami peningkatan. Menurut Nurmiati Amir, dokter spesialis kejiwaan dari FKUIRSCM
dalam(Hidayat, 2012) mengatakan bahwa insomnia menyerang 10 persendari total penduduk di
Indonesia. Total kejadian tersebut sekitar 10-15 persennyamerupakan gejala insomnia kronis.
Kejadian ini dapat disebabkan situasi masalahkeluarga maupun pekerjaan.
3.2 Dampak
Dampak adalah suatu hal yang pasti terjadi dalam hal apapun,baik dampak yang menguntungkan
maupun yang merugikan.Dalam hal ini,dampak hanya di alami oleh host dan lingkungan.

Host
Dampak yang di alami oleh host adalah gangguan psikis hingga gangguan fisik seperti gangguan
jantung dan lainnya.

Lingkungan
Dampak yang di alami lingkungan antara lain kerusakan material seperti rusaknya barang-barang
yang disebabkan oleh host yang tidak dapat mengendalikan masalah psikis itu sendiri,meskipun
dampak ini tidak di alami oleh setiap kasus stress.
5
Febrian Karinda Hasibuan 140407034Nur Rakhmah Latifah - 140407047

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN STRESS KELOMPOK 11


3.3 Agent, Host, dan Lingkungan
Dalam kasus stress, juga terdapat agent, host, dan lingkungan yang berperan. Seperti yang
diungkapkan oleh Gordon, Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agen atau
faktor penyebab penyakit, manusia sebagai pejamu atau host, dan faktor lingkungan atau
environment yang mendukung. (Gordon & Le Rich, 1950) .
Agent merupakan semua unsur atau elemen hidup maupun tidak hidup yang kehadirannya atau
ketidakhadirannya bila diikuti dengan kontak yang efektif dengan pejamu (host) yang rentan dalam
keadaan yang memungkinkan akan menjadi stimuli untuk menyebabkan terjadinya proses
penyakit.Agent dalam kasus stress ini adalah tekanan jiwa.
Host merupakan manusia atau mahluk hidup lainnya, faktor host yang berkaitan dengan
terjadinya penyakit berupa umur, jenis kelamin, ras, etnik, anatomi tubuh,dan status gizi.host dalam
kasus stress ini adalah manusia.
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada d luar tubuh host baik berupa lingkungan
fisik, biologis, dan sosial.Lingkungan dalam kasus stress ini adalah sekolah,kantor,hingga rumah,yaitu
tempat munculnya tekanan jiwa baik dari diri sendiri maupun orang lain.
3.4 Model Gordon

Dalam kasus stress,keadaan lingkungan(Sekolah,kampus,kantor,dsb.) merupakan salah satu


pengaruh utama terjadinya kasus ini.Pergeseran yang dialami lingkungan di mana menyebabkan
pergeseran

kulaitas

lingkungan

sehingga

agent

memberatkan

kesetimbangan.Dalam

hal

ini,lingkungan merupakan keadaan kampus,sekolah ataupun tempat lain yang mana menimbulkan
masalah psikologi bagi host seperti tekanan,Bulliying,dan hal-hal lainnya.
3.5 Pengukuran Pemaparan
6
Febrian Karinda Hasibuan 140407034Nur Rakhmah Latifah - 140407047

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN STRESS KELOMPOK 11


Pengukuan pemaparan stress berdasarkan metode pengukuran Baseline Executive function.

Adaya hubungan yang konsisten antara stress akut atau paparan trauma dengan buruknya
executive

function(Horwitz

dan

Mc

Caffrey,2008;DePrince

dkk.,2009;Wolf

dkk.,2001;Lupien

dkk.,1999).
Executive

function

merupakan

proses

neurokognitif

tingkat

tinggi

yang

meliputi

perencanaan,pemecahan masalah, tindakan sesuai konteks lingkungan, monitor dan modifikasi


tingkah laku serta regulasi emosi. Executive Function mengatur dan mengontrol proses koginitif di
dalamnya,serta terlibat dalam tingkah laku berorientasi tujuan. (Zelazo dan Muller,2002;Zelazo dan
Cunningham,2009;Suchy,2009)
Executive function, khususnya verbal fluency memiliki kemampuan yang baik dalam
menurunkan stres akut, baik psikologis maupun fisiologis yang menunjukan pentingnya executive
function dalam regulasi emosi.
Faktor disposisi dalam Pengukuan pemaparan stress berdasarkan metode pengukuran
Baseline Executive function antara lain usia, pendidikan, intelegensi, gender, bahasa dan budaya.
3.6 Pengukuran Efek
Stres, baik stres akademik atau lainnya akan menampakkan diri dalam bentuk sakit fisik dan
sakit psikis. Kesehatan jiwa terganggu. Orang dapat menjadi agresif, dapat menjadi depresi, dapat
menderita neurosis cemas, dapat menderita gangguan psikosomatik, dan gangguan pada fisik, yaitu
antara lain tekanan darah tinggi, sakit jantung, sesak nafas (Asthma Bronkhial), radang usus, tukak
lambung atau usus, sakit kepala (Tension Headache), sakit eksim kulit(Neurodermatitis), konstipasi,
arthritis, kanker, dll.
3.7 Pencegahan dan Pengendalian
Untuk dapat mengendalikan stress, tentu harus dipahami dulu gejala bahwa stress ini akan
lahir. Gejala tersebut dapat dikenal melalui beberapa hal, di antaranya yaitu dari sisi fisik seperti sulit
7
Febrian Karinda Hasibuan 140407034Nur Rakhmah Latifah - 140407047

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN STRESS KELOMPOK 11


tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencernaan, radang
usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang, keringat
berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi.
Sementara gejala lainnya yaitu dari sisi emosional, yaitu mudah marah, mudah tersinggung dan
terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan
depresi, gugup, mudah bermusuhan, dan kelesuan mental.
Jika salah satu dari gejala itu sudah ditunjukkan, maka artinya stress telah lahir di tengahtengah kita. Kemudian apa yang harus dilakukan? Jangan panik. Sambutlah dan kendalikanlah ia!
Lalu hal lain yang terpenting adalah jangan pernah menyalahkan diri kita ataupun orang lain dengan
adanya stress yang muncul dalam diri kita, karena stress memang alaminya dapat lahir dalam diri
siapapun. Setelah lahir, maka ia pun dapat tumbuh sesuai dengan kondisi-kondisi yang kita berikan
padanya. Ia akan semakin subur apabila kita tidak dapat mengendalikannya. Sebaliknya dengan
mengenalinya, maka ia dapat kita kendalikan bahkan kita matikan.
Langkah selanjutnya adalah mendekati dan memahami keilmuan Manajemen Stress.
Menurut Stephen Covey, stress muncul bukan karena beban yang membuat kita menyuburkan stress
tersebut, tetapi lamanya kita memikul beban tersebutlah yang membuat intensitas stress meningkat.
Dengan demikian menurutnya lagi, jika kita membawa beban itu terus menerus, lambat laun kita tidak
akan mampu membawanya lagi. Justru beban itu akan meningkat beratnya. Sehingga yang harus kita
lakukan adalah meninggalkan beban itu secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu
membawanya kembali. Jadi, merujuk pada nasehat Covey ini ada baiknya sebelum kita pulang ke
rumah dari pekerjaan di hari ini, tinggalkanlah beban pekerjaan hanya sampai di tempat kerja. Jangan
membawa serta pulang pekerjaan ke tempat istirahat kita bersama orang-orang tercinta yang telah
menunggu kita di rumah. Beban ini dapat diambil lagi besok. Apapun beban yang ada di pundak kita
hari ini, sebisa mungkin cobalah tinggalkan sejenak. Setelah cukup beristirahat, maka nantinya dapat
kita sambut kembali.
Salah satu cara mengatasi stress adalah humor. Menurut Hodgkinson(1991), humor dapat
menimbulkan refleks tertawa dan tertawa merupakan obat terbaik melawan stress. Untuk dapat
merasakan humor,maka seseorang individu harus memiliki sense of humor.
Kemper dan Danhauer (2005) menjelaskan mengenai manfaat musik.Musik selain dapat
meningkatkan kesehatan seseorang juga dapat meringankan dari rasa sakit, perasaanperasaan dan
pikiran yang kurang menyenangkan serta membantu untuk mengurangi rasa cemas.
Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya
secara adaptif dan efektif (Margiati, 1999: 76). Memanajemen stres berarti membuat perubahan
8
Febrian Karinda Hasibuan 140407034Nur Rakhmah Latifah - 140407047

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN STRESS KELOMPOK 11


dalam cara berfikir dan merasa, dalam cara berperilaku dan sangat mungkin dalam lingkungan
individu masing-masing (Margiati, 1999: 76).
Manajemen stres menurut Taylor (2003) meliputi 3 tahap , yaitu:
a. Tahap pertama, partisipan mempelajari apakah stres itu dan bagaimana mengidentifikasi stresor
dalam kehidupan mereka sendiri.
b. Tahap kedua, mereka memperoleh dan mempraktekan ketrampilan untuk mengatasi(koping) stres.
c. Tahap terakhir, partisipan mempraktekkan teknik manajemen stres mereka yang ditargetkan situasi
penuh stres mereka dan memonitor efektivitas teknik itu.

BAB IV
9
Febrian Karinda Hasibuan 140407034Nur Rakhmah Latifah - 140407047

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN STRESS KELOMPOK 11

KESIMPULAN
Stres adalah respon tubuh tidak spesifik terhadap kebutuhan tubuh yang terganggu. Stres
merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat
dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Stres memberikan dampak secara total pada individu
seperti dampak: fisik, sosial, intelektual, psikologis, dan spiritual (Rasmun, 2004).
Secara umum, stres terjadi jika individu dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan
sebagai ancaman kesehatan fisik atau psikologis. Keadaan atau peristiwa yang menyebabkan stres
disebut stresor (Manktelow, 2007) dan reaksi individu terhadap peristiwa yang menyebabkan stres
disebut respon stres.
Schafer (2000), membagi stres menjadi tiga jenis, yaitu :
1) Neustress, merupakan jenis stres yang netral dan tidak merugikan.
2) Distress, merupakan jenis stres yang dapat menyebabkan masalah baik psikis maupun fisik.
3) Positive stress, adalah jenis stres yang dapat membantu untuk mengerjakan halhal tertentu.
Hardjana (1994) menjelaskan bahwa individu yang mengalami stress memiliki gejala:
1. Gejala Fisikal
Gejala stress yang berkaitan dengan kondisi dan fungsi fisik atau tubuh dari seseorang
2. Gejala Emosional
Gejala stress yang berkaitan dengan keadaan psikis dan/atau mental seseorang.
3. Gejala intelektual
Gejala stress yang berkaitan dengan pola pikir sesorang
4. Gejala interpersonal
Gejala stress yang mempengaruhi hubungan dengan orang lain baik didalam maupun diluar rumah.
Hal-hal yang dapat mencegah stres antara lain dengan tidak melakkan aktifitas berlebihan
yang akan menyebabkan timbulnya tekanan jiwa,serta melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat
menenagkan fikiran seperti mendengarkan musik, membaca cerita lucu , ataupun hal lainnya.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Dewi,Mahargyantari P.2009. Studi Metaanalisis: Musik Untuk Menurunkan Stres. JURNAL


PSIKOLOGI VOLUME 36, NO. 2, 106 115

10
Febrian Karinda Hasibuan 140407034Nur Rakhmah Latifah - 140407047

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN STRESS KELOMPOK 11


Adi,Tri Nugroho.2010. Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah

MPK Kuantitatif. Acta diurnA Vol 6 No 2


Hidayati, dkk.2008. KECERDASAN EMOSI, STRES KERJA DAN KINERJA KARYAWAN. Jurnal

Psikologi Volume 2, No. 1


Segarahayu,Rizky Dianita.2013. PENGARUH MANAJEMEN STRES TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT STRES PADA NARAPIDANADI LPW MALANG.


Zuama, Hj. Shofiyanti Nur. KEMAMPUAN MENGELOLA STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA.78-

87
Sukoco,Aquarista Stevie Pramudita.2014.Jurnal Tugas Akhir Hubungan Sense Of Humor Dengan

Stres Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi.Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.1
Pathmanathan, Vilaseeni V.,dkk.2012.Gambaran Tingkat Stres Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Semester Ganjil Tahun Akademik 2012/2013. E-Journal FK USU Vol. 1

No.1
Hendrawan, Donny.2014.Identifikasi dan Prediksi Reaktivitas Stres Melalui Pengukuran Baseline

Executive Function.
Karima, Asri. 2014.FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRESS KERJA PADA
PEKERJA DI PT X TAHUN 2014

11
Febrian Karinda Hasibuan 140407034Nur Rakhmah Latifah - 140407047

Anda mungkin juga menyukai