Anda di halaman 1dari 9

KIMIA DASAR 2 SUB BAB 13-7 13-10

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat dan hidayah Nya lah penulis dapat menyelesaikan dan menyusun
Makalah Kimia Dasar 2.
Tidak lupa penulis ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Dosen Pembimbing Kimia Dasar 2 yang telah memberikan pengarahan,
dan kepada teman teman yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Makalah ini merupakan tugas Kelompok dari matakuliah Kimia Dasar 2,
program studi Teknik Lingkungan, Universitas Sumatera Utara. Makalah ini
penulis sadari masih jauh dari sempurna oleh sebab itu kritikan dan saran sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu
pengetahuan, terutama pada bidang studi Kimia Dasar.

Medan, Mei 2015

Penulis,

KIMIA DASAR 2 SUB BAB 13-7 13-10

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Campuran merupakan hal yang sangat umum kita temukan dalam
kehidupan sehari-hari.Larutan kita gunakan dalam berbagai hal,mulai dari obat
hingga

kebutuhan

lainnya.Campuran

terbagi

atas

larutan,koloid,dan

suspensi.Pembagian trsebut didasarkan pada ukuran partikel dari masingmasing zat tersebut.Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri
dari dua atau lebih zat yang emiliki ukuran kurang dari 1nm. Zat yang jumlahnya
lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atausolut, sedangkan zat yang
jumlahnya

lebih

banyak

daripada

zat-zat

lain

dalam

larutan

disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat
terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Koloid
adalah campuran yang terdiri dari partikel terdispersi dan pertikel pendispersi.
Ukuran partikel koloid terletak antara 1 nm - 100 nm. Partikel koloid dapat
dipisahkan dengan menggunakan penyaring ultra. Suspensi adalah campuran
yang ukuran partikelnya lebih dari 100 nm. Beberapa contoh campuran adalah
es cendol, campuran batu kali dengan pasir dan lain-lain.
Pada proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan
tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika
pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk suatu sruktur zat
pelarut mengelilingi zat terlarut; hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut
dan pelarut tetap stabil.
Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut,
pada suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi.
Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada
suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan
pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan
jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam
perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut.

KIMIA DASAR 2 SUB BAB 13-7 13-10

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tekanan Osmotik
Osmosis adalah aliran spontan pelarut melalui membran semipermeabel
yang memisahkan dua larutan yang konsentrasinya berbeda. Membran
semipermeabel

adalah

material

yang

mengandung

lubang-lubang

submikroskopik, seperti kertas perkamen, selofan, dan dinding sel makhluk


hidup. Pada proses osmosis, migrasi pelarut terjadi dari larutan encer ke larutan
yang lebih pekat hingga dicapai keadaan kesetimbangan konsentrasidari kedua
larutan itu.
Tekanan yang digunakan untuk menghentikan aliran osmotik dalam larutan
dinamakan tekanan osmotik, yang dilambangkan dengan

. Besarnya

tekanan osmotik bergantung hanya pada banyaknya partikel zat terlarut per unit
volume larutan. Tekanan osmotik tidakbergantung pada identitas zat terlarut.
Tekanan osmotik dapat dihitung melalui persamaan :

n
RT
V
Atau

=M R T
Suku

menyatakan banyaknya zat terlarut (dalam mol), V adalah volume

larutan (dalam liter). Sedangkan


0,08206 mol

-1

adalah konstanta gas yang nilainya

K-1, T adalah suhu dalam kelvin, dan

larutan dengan satuan molaritas yang didapat dari

adalah konsentrasi

n/V .

Jika dua buah larutan yang dipisahkan oleh membran semipermeabel


memiliki tekanan osmotik yang sama, maka tidak akan terjadi proses osmosis.
Pada keadaan ini, kedua larutan disebut isotonik. Jika salah satu larutan memiliki
tekanan osmotik lebih besar dari larutan yang lain maka tersebut dinamakan
hipertonik terhadap larutan yng lebih encer. Sebaliknya, jika salah satu larutan

KIMIA DASAR 2 SUB BAB 13-7 13-10

memiliki tekanan osmotik lebih kecil dari larutan yang lain maka larutan tersebut
dinamakan hipotonik.
Osmosis memainkan peranan yang penting dalam sistem hidup. Misalnya,
sel darah merah berfungsi sebagai membran semipermeabel terhadap pelarut
sel darah merah.
Penempatan sel darah merah dalam larutan yang hipertonik relatif terhadap
cairan dalam sel menyebabkan cairan sel keluar dari dalam sel, yang
mengakibatkan sel mengkerut. Proses pengkerutansel seperti ini disebut krenasi.
Penempatan sel darah merah dalam larutan yang hipotonik relatif terhadap
cairan dalam sel menyebabkan air masuk ke dalam sel, dan akibatnya seldarah
dapat pecah. Proses seperti ini dinamakan hemolisis.
Seseorang yang membutuhkan penggantian cairan tubuh atau bahan
makanan yang dilewatkan melalui infus haarus memperhatikan konsentrasi
cairan infus, dimana konsentrasi cairan infus harus isotonik dengan cairan dalam
tubuh, untuk mencegah terjadinya krenasi atau hemolisis.
Beberapa contoh osmosis yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari :
Mentimun yang ditempatkan dalam cairan garam akan kehilangan airnya
akibat osmosis sehingga terjadi pengkerutan.
Penyerapan air dalam tanah oleh akar tanaman melalui proses osmosis.
Proses

osmosis

dapat

dihentikan,

bakan

dapat

dibalikkan

dengan

menggunakan tekanan yang sama atau lebih besar dari tekanan osmotik larutan.
Osmotis balik berguna untuk desalinasi (penghilangan garam) dari air laut untuk
memisahkan air tawar dan garam dapur, dimana air yang diperoleh dapat
digunakan untuk memasok air minum dalam keadaan darurat atau sebagai
sumber air minum.
Penggunaan tekanan melebihi nilai

mengakibatkan terjadinya osmosis

balik. Pada proses osmosis balik, molekul-molekul air melepaskan diri dari
larutan meninggalkan zat terlarut (garam). Mebran yang dapat dipakai untuk
osmosis balik adalah lapisan tipis selulosa asetat. Membran ini permeabel
terhadap molekul air, tetapi tidak permeabel terhadap ion-ion garam.
Aplikasi lain dari osmosis balik adalah pembuangan material terlarut dari air
limbah industri atau air limbah kota sebelum dibuang ke lingkungan.

KIMIA DASAR 2 SUB BAB 13-7 13-10

2.2 Penurunan Titik Beku dan Kenaikan Titik Didih Larutan


Nonelektrolit
Penurunan tekanan uap akibat zat terlarut yang tidak menguap juga dapat
menyebabkan penurunan titik beku larutan. Gejala ini terjadi karena zat terlarut
tidak larut dalam fase padat pelarut. Agar tidak terjadi pemisahan zat terlarut dan
pelarut ketika larutan membeku, maka diperlukan suhu lebih rendah lagi untuk
mengubah seluruh larutan menjadi fase padatnya.
Tekanan uap suatu zat cair akan meningkat jika suhu dinaikkan sampai zat
cair itu mendidih. Suatu zat cair dikatakan mendidih jika tekanan uapnya sama
dengan tekanan udara di atas cairan (tekanan udara luar). Jika kedalam cairan
yang mendidih ditambahkan zat yang tidak menguap maka tekanan uap larutan
yang terbentuk akan lebih rendah dari tekanan uap pelarut murni. Larutan akan
mendidih pada suhu yang lebih tinggi dari suhu didih pelarut murni.
Besarnya penurunan titik beku atau kenaikan titik didih sebanding dengan
fraksi mol zat terlarut (sama seperti penurunan tekanan uap). Dalam larutan
encer, fraksi mol terlarut sebanding dengan molalitasnya, sehingga kita dapat
menuliskan :

T f =K f m
T b=K b m
Tf

Pada persamaan diatas,

dan

Tb

penurunan titik beku dan kenaikan titik didih ;


dan

Kf

dan

proporsionalitas). Nilai

Kb
Kf

massa molar pelarut. Nilai

adalah

konstanta

secara berturut-turut adalah


adalah molalitas zat terlarut
kesebandingan

(konstanta

bergantung pada titik leleh, entalpi peleburan dan

Kb

bergantung pada titik didih, entalpi penguapan,

dan massa molar pelarut. Satuan

Kf

dan

Kb

adalah oC

nilainya menyatakan penurunan titik beku dan kenaikan titik didih untuk 1

-1

dan

KIMIA DASAR 2 SUB BAB 13-7 13-10

larutan. Berikut adalah tabel nilai

Kf

dan

Kb

beserta titik beku dan titik

didih beberapa jenis larutan.

Pelarut
Air
Benzena
Nitrobenzena
Asam Asetat
Fenol
Etanol
Kloroform
Karbon disulfida
Kamfor

Titik Beku
Normal (oC)
0
5,53
5,7
16,6
41
-144,60
-63,50
-111,50
179,80

Kf

(oC

-1

0,00
5,12
8,1
3,90
7,27
1,99
4,68
3,83
40,00

Titik Didih
Normal (oC)
100
80,10
210,8
118
182
78,4
61,2
46,2
208,0

K b (oC
m

-1

0,512
2,53
5,24
3,07
3,56
1,22
3,63
2,34
5,95

Garam seperti NaCl dapat digunakan untuk menyiapkan lumpur salju (slush
bath), yaitu campuran yang digunakan untuk mendinginkan atau membekukan
sesuatu. Salah satu contohnya adalah campuran es dan NaCl(s) yang digunakan
untuk membekukan es krim dalam usaha pembuatan es krim rumahan.
Berhubung lumpur salju berada pada suhu dibawah 0oC, lumpur salju dengan
mudah membekukan campuran gula dan susu dalam ramuan es krim. NaCl juga
berguna untuk menyingkirkanes di jalan-jalan. Garam ini efektif melelehkan es
pada suhu sampai serendah 21 oC. ini adalah titik beku terendah dari larutan
NaCl(aq).

2.3 Larutan Elektrolit


Partikel zat terlarut dalam larutan elektrolit adalah ion atau ion dan molekul.
Zat terlarut tertentu menghasilkan pengaruh lebih besar pada sifat koligatif
dibandingkan yang diduga.
Vant Hoff mendefinisikan faktor

sebgai rasio dari nilai terukur sifat

koligatif terhadap nilai yang diduga jika zat terlarut adalah nonelektrolit.

i=

T f terukur
T f yang diduga

KIMIA DASAR 2 SUB BAB 13-7 13-10

Teori Arrhenius mengenai disosiasi elektrolitik dapat menjelaskan nilai-nilai

faktor Vant Hoff

yang berbeda untuk zat terlarut yang berbeda. Untuk zat

terlarut seperti urea, glierol, dan sukrosa (semuanya nonelektrolit),

= 1.

Untuk elektrolit kuat seperti NaCl, yang menghasilkan dua mol ion dalam larutan
per mol zat terlarut yang dilarutkan, kita dapat menduga pengaruh pada
penurunan titik beku dua kali lebih besar dibandingkan untuk nonelektrolit. Kita
dapat menduga

= 2. Demikian pula, untuk MgCl, dugaan kita

= 3. Nilai

hitungan ini diasumsikan bahwa ketika garam dilarutkan kedalam air terjadi
ionisasi sempurna membentuk ion-ionnya.
Namun demikian, asumsi ini tidak selalu benar, sebab walaupun garamgaram itu terionisasi sempurna tetapi diantara ion-ion itu masih dapat
berinteraksi satu sama lain, sehingga seolah-olah tidak terionisasi. Makin besar
konsentrasi garam yang dilarutkan, makin tinggi pula terjadinya penyimpangan
dari hasil perhitungan.
Pernyataan ini menyiratkan bahwa persamaan tekanan osmotik, penurunan
titik beku dan kenaikan titik didih semuanya harus ditulis-ulang ke dalam bentuk

=i M R T
T f =i K f m
T b=i K b m
Jika persamaan ini digunakan untuk nonelektrolit, subtitusikan saja

i = 1.

2.4 Campuran Koloid


Koloid adalah keadaan pertengahan (intermediat) yang penting antara larutan
sejati dan campuran heterogen. Untuk digolongkan sebagai koloid, materi harus
mempunyai satu atau lebih dimensi (panjang, lebar, atau tebal) dalam kisaran 11000 nm. Jika semua dimensinya lebih kecil dari 1 nm, partikel itu berebentuk

KIMIA DASAR 2 SUB BAB 13-7 13-10

molekul. Jika semua dimensinya melebihi 1000nm, partikel itu berukuran biasa
atau makroskopik (meskipun hanya tampak di bawah mikroskop).
Fase

Medium

Terdispersi
Padat
Cair
Gas
Padat
Cair

Pendispersi
Cair
Cair
Cair
Gas
Gas

Padat

Padat

Sol padat

Cair
Gas

Padat
Padat

Emulsi padat
Busa padat

Jenis

Contoh

Sol
Emulsi
Busa
Aerosol padat
Aerosol cair

Cat, selai, air pati kelapa, gelatin


Susu, mayones, saos
Busa sabun dan detergen
Asap, debu
Kabut, awan
Kaca rubi, beberapa batu mulia
alami dan sintetik
Opal, mutiara, keju, mentega
Batu apung, lava, karet busa

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Osmosis adalah aliran spontan pelarut melalui membran semipermeabel
yang memisahkan dua larutan yang konsentrasinya berbeda. Membran
semipermeabel

adalah

material

yang

mengandung

lubang-lubang

submikroskopik.
Tekanan yang digunakan untuk menghentikan aliran osmotik dalam larutan
dinamakan tekanan osmotik, yang dilambangkan dengan

. Besarnya

KIMIA DASAR 2 SUB BAB 13-7 13-10

tekanan osmotik bergantung hanya pada banyaknya partikel zat terlarut per unit
volume larutan. Tekanan osmotik tidakbergantung pada identitas zat terlarut.
Jika dua buah larutan yang dipisahkan oleh membran semipermeabel
memiliki tekanan osmotik yang sama, maka tidak akan terjadi proses osmosis.
Pada keadaan ini, kedua larutan disebut isotonik. Jika salah satu larutan memiliki
tekanan osmotik lebih besar dari larutan yang lain maka tersebut dinamakan
hipertonik terhadap larutan yng lebih encer. Sebaliknya, jika salah satu larutan
memiliki tekanan osmotik lebih kecil dari larutan yang lain maka larutan tersebut
dinamakan hipotonik.
Besarnya penurunan titik beku atau kenaikan titik didih sebanding dengan
fraksi mol zat terlarut (sama seperti penurunan tekanan uap). Dalam larutan
encer, fraksi mol terlarut sebanding dengan molalitasnya.
Partikel zat terlarut dalam larutan elektrolit adalah ion atau ion dan molekul.
Zat terlarut tertentu menghasilkan pengaruh lebih besar pada sifat koligatif
dibandingkan yang diduga.
Koloid adalah keadaan pertengahan (intermediat) yang penting antara larutan
sejati dan campuran heterogen. Untuk digolongkan sebagai koloid, materi harus
mempunyai satu atau lebih dimensi (panjang, lebar, atau tebal) dalam kisaran 11000 nm. Jika semua dimensinya lebih kecil dari 1 nm, partikel itu berebentuk
molekul. Jika semua dimensinya melebihi 1000nm, partikel itu berukuran biasa
atau makroskopik (meskipun hanya tampak di bawah mikroskop).

Anda mungkin juga menyukai