Anda di halaman 1dari 5

STRES KERJA DAN MANAJEMENNYA

Sebagian besar kita sadar bahwa stres karyawan semakin menjadi


masalah dalam organisasi. Teman – teman mengatakan kepada kita
bahwa mereka stres karena beban kerja yang besar dan harus bekerja
lebih lama karena adanya perampingan pada perusahaan mereka. Orang
tua berbicara tentang tidak adanya stabilitas kerja dalam dunia dewasa
ini dan terus mengingat zaman ketika perusahaan besar
mengimplikasikan keamanan masa kerja. Kita membaca survey di mana
para pemberi kerja mengeluh tentang stres yang tercipta dalam usaha
menyeimbangkan kehidupan kerja dan tanggung jawab keluarga.

Stres adalah kondisi dinamik yang di dalamnya individu menghadapi


peluang, kendala (constraints), atau tuntutan (demands) yang terkait
dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan
sebagai tidak pasti tetapi penting.

Stres tidak dengan sendirinya harus buruk. Walaupun stres lazimnya


dibahas dalam konteks negatif, stres juga mempunyai nilai positif. Stres
merupakan peluang bila stres itu menawarkan potens perolehan.

Secara lebih khusus, stres terkait dengan kendalan dan tuntutan. Kendala
adalah kekuatan yang mencegah individu dari melakukan apa yang
sangat diinginkan. Tuntutan adalah hilangnya sesuatu yang sangat
diinginkan.

Memahami Stres dan Konsekuensinya

Apa yang menyebabkan stres? Apakah konsekuensi – konsekuensinya


bagi masing – masing karyawan? Mengapa serangkaian kondisi yang
sama yang menciptakan stress bagi seseorang tetapi hanya sedikit
berdampak atau bahkan tidak sama sekali bagi orang lain?
Potensi Sumber Stres

Ada tiga ketegori potensi stressor: lingkungan, organisasi, dan individu.

Faktor Individu

Seperti halnya ketidakpastian lingkungan mempengaruhi perancangan


struktur organisasi, ketidakpastian itu juga mempengaruhi tingkat stress
di kalangan para karyawan dalam organisasi tersebut.

Ketidakpastian politik cenderung tidak menciptakan stress bagi sebagian


besar orang Amerika Utara seperti stress yang ditimbulkannya bagi para
karyawan Negara – Negara seperti Haiti atau Venezuela. Alasan yang
jelas adalah bahwa Amerika Serikat dan kanada mempunyai system
politik yang stabil di mana perubahan lazimnya dilaksanakan dalam cara
yang tertib.

Ketidakpastian teknologi merupakan tipe ketiga yang dapat


menyebabkan stress. Karena inovasi – inovasi baru dapat membuat
keterampilan dan pengalaman karyawan menjadi ketinggalan dalam
periode waktu yang sangat singkat.

Terorisme adalah sumber stress yang disebabkan lingkungan yang


semakin meningkat dalam abad ke-21.

Faktor Organisasi

Banyak sekali factor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stress.


Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam
kurun waktu yang terbatas, beban kerja yang berlebihan, bos yang
menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan
merupakan beberapa contoh.

Tuntutan tugas merupakan factor yang terkait dengan pekerjaan


seseorang. Faktor ini mencakup desain pekerjaan individu itu (otonomi,
keragaman tugas, tingkat otomatisasi), kondisi kerja, dan tata letak kerja
fisik.

Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada


seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam
organisasi itu. Kelebihan peran terjadi bila karyawan diharapkan untuk
melakukan lebih daripada yang dimungkinkan oleh waktu.

Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan


lain. Kurangnya dukungan social dari rekan – rekan dan hubungan antar
pribadi yang buruk dapat menimbulkan stress yang cuup besar,
khususnya di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan social yang
tinggi.

Struktur organisasi menentukan tingkat differensiasi dalam organisasi,


tingkat aturan dan peraturan, dan di mana keputusan diambil. Aturan
yang berlebihan dan kurangnya partisipasi dalam pengambilan keputusan
berdampak pada karyawan merupakan contoh variable structural yang
dapat merupakan potensi sumber stress.

Kepemimpinan organisasi menggambarkan gaya manajerial eksekutif


senior organisasi. Beberapa pejabat eksekutif kepala (CEO) menciptakan
budaya yang dicirikan oleh ketegangan, rasa takut, dan kecemasan.
Mereka memberikan tekanan yang tidak realistis untuk berkinerja dalam
jangka pendek, memaksakan pengawasan yang sangat ketat, dan secara
rutin memecat karyawan yang tidak dapat “mengikuti”.

Faktor Individu

Kategori terakhir mencakup factor – factor dalam kehidupan pribadi


karyawan. Terutama sekali factor – factor ini adalah persoalan keluarga,
masalah ekonomi pribadi, dan karakteristik kepribadian bawaan.

Sebagian besar orang menganggap hubungan pribadi dan keluarga


sebagai sesuatu yang sangat berharga. Maka apabila orang tersebut
mengalami kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan, dan kesulitas
disiplin anak – anak merupakan contoh masalah hubungan yang
menciptakan stress bagi para karyawan dan terbawa ke tempat kerja.

Masalah ekonomi yang diciptakan oleh individu yang terlalu


merentangkan sumber daya keuangan mereka merupakan perangkat
kesulitan pribadi lain yang dapat menciptakan stress bagi karyawan dan
mengalihkan perhatian mereka dari kerja.

Faktor individu penting yang mempengaruhi stress adalah kodrat


kecenderungan sifat dasar seseorang, Artunya, stres yang diungkapkan
pada pekerjaan itu sebenarnya mungkin berasal – usul dari kepribadian
orang itu.

Perbedaan Individu

Ada beberapa variable perbedaan individual yang memperlunak


hubungan antara penyebab stress dan stress yang dialami. Sekurang –
kurangnya ada lima variable yaitu persepsi, pengalaman kerja, dukungan
social, keyakinan akan lokus kendali, dan permusuhan.

Karyawan bereaksi karena menanggapi persepsi mereka terhadap


realitas bukannya realitas itu sendiri. Oleh karena itu persepsi akan
memperlunak hubungan antara potensi penyebab stress (stressor) dan
reaksi karyawan terhadap kondisi itu. Sebagai contoh, rasa takut
seseorang bahwa ia akan kehilangan pekerjaan karena perusahaannya
melakukan PHK missal dapat dipersepsikan oleh orang lain sebagai
kesempatan memperoleh pesangon yang besar dan memulai bisnisnya
sendiri. Jadi potensi stress tidak terletak pada kondisi objektifnya;
melainkan terletak pada penafsiran karyawan terhadap kondisi – kondisi
itu.

Pengalaman pada pekerjaan cenderung berhubungan secara negative


dengan stres kerja. Ada dua penjelasan mengenai pernyataan di atas.
Pertama, gagasan penarikan diri yang selektif. Keluarnya karyawan
secara sukarela lebih mungkin terjadi di kalangan orang yang mengalami
lebih banyak stress. Oleh karena itu, orang yang tetap lebih lama berada
dalam organisasi adalah mereka dengan ciri yang lebih tahan stres.
Kedua, pada akhirnya orang mengembangkan mekanisme untuk
mengatasi stress. Karena pengembangan ini memerlukan waktu, anggota
senior organisasi lebih cenderung menyesuaikan diri sepenuhnya dan
akan mengalami lebih sedikit stress.

Dukungan social yaitu hubungan kolegial dengan rekan sekerja atau


penyelia dapat menyangga dampak stress. Dukungan social bertindak
sebagai pereda, yang mengurangi dampak negative dari pekerjaan –
pekerjaan yang berketegangan tinggi sekalipun.

Lokus kendali merupakan atribut kepribadian. Orang yang memiliki lokus


kendali internal yakin bahwa mereka mengendalikan tujuan akhir mereka
sendiri. Mereka yang memilki lokus kendali eksternal yakin bahwa
kehidupan mereka dikendalikan oleh kekuatan – kekuatan luar. Kaum
internal mempersepsikan pekerjaan mereka sebagai kurang mengandung
stress disbanding kaum eksternal. Apabila kaum internal dan eksternal
menghadapi situasi penuh stress yang serupa, kaum internal cenderung
yakin bahwa mereka memilki pengaruh yang besar dalam hasil. Oleh
karena itu mereka bertindak mengendalikan peristiwa – peristiwa.
Sebaliknya kaum eksternal mungkin lebih cenderung pasif dan merasa
tak berdaya.

Keefektivan diri juga ternyata mempengaruhi stress. Individu – individu


yang memiliki keefketivan diri yang kuat bereaksi kurang negative
terhadap kendala yang diciptakan oleh jam kerja yang panjang
denganbeban kerja yang berlebih disbanding mereka yang memilki
tingkat keefektivan diri yang rendah. Artinya kepercayaan terhadap
kemampuan diri seseorang tampaknya mengurangi stress. Keefektivan
diri yang kuat mengukuhkan kekuatan keyakinan diri dalam melunakkan
dampak dari situasi yang sangan terbatasi.
Konsekuensi Stres

Stres muncul lewat beberapa cara. Berikut adalah tiga kategori umum:
gejala fisiologis, psikologis, dan perilaku.

Gejala Fisiologis

Sebagian besar perhatian dini stress diarahkan ke gejala fisiologis. Ini


terutama katena topic tersebut diteliti oleh spesialis ilmu kesehatan dan
medis. Riset tersebut memandu ke kesimpulan bahwa stress dapat
menciptakan perubahan metabolism, meningkatkan laju detak jantung
dan pernapasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit
kepala, dan menyebabkan serangan jantung.

Gejala Psikologis

Stres dapat menyebabkan ketidakpuasan. Stres yang berkaitan dengan


pekerjaan dapat menimbulkan ketidakpuasan yang berkaitan dengan
pekerjaan. Contoh keadaan psikologis lain pada saat stress adalah
ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan, dan suka menunda –
nunda. Bila orang ditempatkan dalam pekerjaan yang mempunyai
tuntutan ganda dan berkonflik atau di tempat yang tidak ada kejelasan
mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab memikul pekerjaan,
stress dan ketidakpuasan akan meningkat.

Gejala Perilaku

Gejala stress yang terkait dengan perilaku mencakup perubahan


produktivitas, absensi, dan tingkat keluar – masuknya karyawan.

Anda mungkin juga menyukai