Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjat ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “MANAJEMEN STRESS” penyusunan makalah ini
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KDM. Kami berharap dapat
menambah wawasan dan pengetahuan khusunya dalam bidang medis.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena


itu, kami mengharapkaan kritik dan saran dari pembaca untuk melengkapi segala
kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3
A. Pengertian Manajemen Masalah .................................................. 3
B. Faktor Yang Mempengaruhi Stres ............................................... 3
C. Gejala Stress ................................................................................. 6
D. Teknik Management Stres ............................................................ 7
BAB III PENUTUP ............................................................................... 12
A. Kesimpulan ................................................................................ 12
B. Saran ........................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata “stres” bisa diartikan berbeda bagi tiap-tiap individu. Sebagian
individu mendefinisikan stres sebagai tekanan, desakan atau respon
emosional. Para psikolog juga mendefinisikan stres dalam pelbagai
bentuk. Definisi stres yang paling sering digunakan adalah definisi Lazarus dan
Launier (Ognen dalam Tanumidjojo, Basoeki, Yudiarso, 2004) yang
menitikberatkan pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Stres
merupakan konskuensi dari proses penilaian individu, yakni pengukuran apakah
sumber daya yang dimilikinya cukup untuk menghadapi tuntutan dari lingkungan.
Stres bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres
tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi
sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai
tujuan.Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap
permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak
implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.
Stress merupakan kondisi psikofisik yang ada (inheren) dalam diri setiap
orang. Artinya stress dialami oleh setiaop orang, tidak mengenal jenis kelamin, usia,
kedudukan, jabatan, atau status sosial ekonomi. Stress bisa dialami oleh bayi, anak-
anak, remaja atau dewasa; dialami oleh pejabat dan rakyat jelata; dialami oleh
pengusaha atau karyawan; dialami oleh orangtua atau anak; dialami oleh guru
maupun siswa; dan dialami oleh pria maupun wanita. Bahkan mungkin strea juga
dialami oleh makhluk hidup lainnya.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen stress?
2. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi stress?
3. Apa saja gejalanya?
4. Apa saja teknik dalam management stress?

C. Tujuan
Agar pembaca mengetahui definisi stress dan cara menanganinya serta memberi
sedikit penjelasan tentang teknik relaksasi untuk stress.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Stress

Manajemen Stres – Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang


mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang (Handoko, 1997:200).
Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk
menghadapi lingkungannya.

Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai macam


gejala Stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Stres dapat juga
membantu atau fungsional, tetapi juga dapat berperan salah atau merusak prestasi
kerja. Secara sederhana hal ini berarti bahwa Stres mempunyai potensi untuk
mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat
Stres yang dialami oleh karyawan tersebut (Handoko, 1997:201-202).

Adapun menurut Robbins (2001:563) Stres juga dapat diartikan sebagai suatu
kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan
dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.
Dan apabila pengertian Stres dikaitkan dengan penelitian ini maka Stres itu sendiri
adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang
karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat
mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Jadi, Stres dapat dilihat dari dua sisi yaitu
sisi positif dan negatif tergantung dari sudut pandang mana seseorang atau
karyawan tersebut dapat mengatasi tiap kondisi yang menekannya untuk dapat
dijadikan acuan sebagai tantangan kerja yang akan memberikan hasil yang baik atau
sebaliknya.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres

Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan Stres disebut Stressors.


Meskipun Stres dapat diakibatkan oleh hanya satu Stressors, biasanya karyawan
mengalami Stres karena kombinasi Stressors.

3
4

Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan
timbulnya Stres yaitu :

1. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan
pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap
karyawan.
Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan
Stres bagi karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang
sangat cepat karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut
membuat seseorang mengalami ancaman terkena Stres. Hal ini dapat terjadi,
misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat.
Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian
seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan
dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan
adanya teknologi yang digunakannya.
2. Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan
Stres yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan
organizational leadership.
Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam
suatu organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk
memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu
organisasi tersebut.
b. Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya
dalam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara
karyawan satu dengan karyawan lainnya akan dapat menyeba bkan
komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam
5

organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan


menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang
satu dengan karyawan lainnya.
c. Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana
keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur
pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi
kinerja seorang karyawan dalam organisasi.
d. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang
pimpinan dalam suatu organisasi.
Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins,
2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih
mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara langsung
antara pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin
yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.
Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam
mengukur tingginya tingkat Stres. Pengertian dari tingkat Stres itu
sendiri adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau
masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam
mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-
permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan keinginannya
dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi
penting (Robbins, 2001:563).

3. Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam
keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan.
Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan
akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat
terbawa dalam pekerjaan seseorang.
6

Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang


tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan
keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya.
Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat
menimbulkan Stres terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh
seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala Stres yang timbul pada tiap-
tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.

C. Indikasi Atau Gejala Stress


Hardjana (1994) mengemukakan bahwa terdapat kriteria-kriteria gejala-gejala
stress, antara lain :
1. Gejala Fisikal.
Sakit kepala, pusing, pening. tidur tidak teratur, insomania atau
susah tidur, bangun terlalu awal, sakit punggung, terutama bagian bawah
,mencret-mencret dan radang usus besar, sulit buang air besar, sembelit.
gatal – gatal pada kulit. urat-urat tegang terutama leher dan bahu, keringat
berlebih, terganggu pencernaan atau bisulan, tekanan darah tinggi atau
serangan jantung, berubah selera makan, lelah atau kehilangan daya energy,
bertambah banyak melakukan kekeliruan dan kesalahan dalam kerja dan
hidup.
2. Gejala Emosional
Gelisah dan cemas, sedih, depresi, mudah menangis, merasa jiwa
dan hati atau mood berubah-ubah dengan cepat, mudah panas dan marah,
gugup, rasa harga diri menurun dan merasa tidak aman, rasa harga diri
menurun dan merasa tidak aman, marah-marah, gampang menyerang orang
dan bersikap bermusuhan, emosi mengering kehabisan sumber dayamental
(burn out).
3. Gejala Kognitf
Susah berkonsentrasi dan memusatkan pikiran, sulit mengambil
keputusan, mudah terlupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun
secara berlebihan, pikiran dipenuhi oleh satu pikiran saja, kehilangan rasa
7

humor yang sehat, produktifitas atau prestasi kerja menurun, mutu kerja
yang rendah.
4. Gejala Interpersonal
Kehilangan kepercayaan terhadap orang lain., mudah
mempermasalahkan orang lain., mudah membatalkan janji atau tidak
memenuhi perjanjian, suka mencari – cari kesalahan orang lain atau
menyerang orang dengan kata-kata, mengambil sikap terlalu membentengi
dan mempertahankan diri, membiarkan orang lain.

D. Teknik Manajemen Stress


1. Guide Imagery
Imajinasi terbimbing adalah sebuah teknik relaksasi yang bertujuan
untuk mengurangi stress dan meningkatkan perasaan tenang dan damai serta
merupakan obat penenang untuk situasi yang sulit dalam kehidupan.
Imajinasi terbimbing atau imajinasi mental merupakan suatu teknik untuk
mengkaji kekuatan pikiran saat sadar maupun tidak sadar untuk
menciptakan bayangan gambar yang membawa ketenangan dan keheningan
(National Safety Council,2004).

a. Manfaat Imajinasi Terbimbing


Imajinasi terbimbing merupakan salah satu jenis dari teknik
relaksasi sehingga manfaat dari teknik ini pada umumnya sama dengan
manfaat dari teknik relaksasi yang lain. Para ahli dalam bidang teknik
imajinasi terbimbing berpendapat bahwa imajinasi merupakan penyembuh
yang efektif. Teknik ini dapat mengurangi nyeri, mempercepat
penyembuhan dan membantu tubuh mengurangi berbagai macam penyakit
seperti depresi, alergi dan asma (Holistic-online,2006).
b. Dasar Imajinasi Terbimbing
Imajinasi merupakan bahasa yang digunakan oleh otak untuk
berkomunikasi dengan tubuh. Segala sesuatu yang kita lakukan akan
diproses oleh tubuh melalui bayangan. Imajinasi terbentuk melalui
8

rangsangan yang diterima oleh berbagai indera seperti gambar aroma, rasa,
suara dan sentuhan (Holistic-online, 2006). Respon tersebut timbul karena
otak tidak mengetahui perbedaan antara bayangan dan aktifitas nyata.
Penelitian membuktikan bahwa dengan menstimulasi otak melalui imajinasi
dapat menimbulkan pengaruh langsung pada system saraf dan endokrin
(Tusek, 2000).
c. Proses Asosiasi Imajinasi
Imajinasi terbimbing merupakan suatu teknik yang menuntut
seseorang untuk membentuk sebuah bayangan/imajinasi tentang hal-hal
yang disukai. Imajinasi yang terbentuk tersebut akan diterima sebagai
rangsang oleh berbagai indra, kemudian rangsangan tersebut akan
dijalankan ke batang otak menuju sensor thalamus.
Di talamus rangsang diformat sesuai dengan bahasa otak, sebagian
kecil rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala dan hipokampus sekitarnya
dan sebagian besar lagi dikirim ke korteks serebri, di korteks serebri terjadi
proses asosiasi pengindraan dimana rangsangan dianalisis, dipahami dan
disusun menjadi sesuatu yang nyata sehingga otak mengenali objek dan arti
kehadiran tersebut.
Hipokampus berperan sebagai penentu sinyal sensorik dianggap
penting atau tidak sehingga jika hipokampus memutuskan sinyal yang
masuk adalah penting maka sinyal tersebut akan disimpan sebagai ingatan.
Hal – hal yang disukai dianggap sebagai sinyal penting oleh
hipokampus sehingga diproses menjadi memori. Ketika terdapat
rangsangan berupa bayangan tentang hal – hal yang disukai tersebut,
memori yang telah tersimpan akan muncul kembali dan menimbulkan suatu
persepsi dari pengalaman sensasi yang sebenarnya, walaupun pengaruh /
akibat yang timbul hanyalah suatu memori dari suatu sensasi
(Guyton&Hall, 1997).
Amigdala merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada
tingkat bawah sadar. Amigdala berproyeksi pada jalur system limbic
seseorang dalam hubungan dengan alam sekitar dan pikiran. Berlandaskan
9

pada informasi ini, amigdala dianggap membantu menentukan pola respon


perilaku seseorang sehingga dapat menyesuaikan diri dengan setiap
keadaan.
Dari hipokampus rangsangan yang telah mempunyai makna dikirim
ke amigdala. Amigdala mempunyai serangkaian tonjolan dengan reseptor
yang disiagakan untuk berbagai macam neurotransmitter yang mengirim
rangsangan kewilayah sentralnya sehingga terbentuk pola respons perilaku
yang sesuai dengan makna rangsangan yang diterima (Guyton&Hall, 1997)
d. Macam Teknik Imajinasi terbimbing
Berdasarkan pada penggunaannya terdapat beberapa macam teknik
imajinasi terbimbing (holistic-online.2006):
1) Guided Walking Imagery : teknik ini ditemukan oleh psikoleuner. Pada
teknik ini pasien dianjurkan untuk mengimajinasikan pemandangan
standar seperti padang rumput, pegunungan, pantai dll. kemudian
imajinasi pasien dikaji untuk mengetahui sumber konflik.
2) Autogenic Abeaction : dalam teknik ini pasien diminta untuk memilih
sebuah perilaku negatif yang ada dalam pikirannya kemudian pasien
mengungkapkan secara verbal tanpa batasan. Bila berhasil akan tampak
perubahan dalam hal emosional dan raut muka pasien`
3) Covert sensitization : teknik ini berdasar pada paradigma reinforcement
yang menyimpulkan bahwa proses imajinasi dapat dimodifikasi
berdasarkan pada prinsip yang sama dalam modifikasi perilaku.
4) Covert Behaviour Rehearsal : teknik ini mengajak seseorang untuk
mengimajinasikan perilaku koping yang dia inginkan. Teknik ini lebih
banyak digunakan.

2. Latihan
Latihan adalah salah satu cara penurunan stress yang paling
sederhana dan efektif. Kegiatan fisik secara teratur adalah penyaluran
alamiah system tubuh ketika tubuh dalam keadaan “menyerang dan
10

menghindar”. Setelah latihan tubuh anda kembali kekeadaan keseimbangan


normal dan anda merasa rileks dan segar.
Anda mempunyai kebutuhan latihan yang sama dengan nenek
moyang pada zaman dulu, di mana gaya hidup berburu dan mengumpulkan
sesuatu membutuhkan berjalan dan berlari bermil-mil setiap harinya. Bila
pola kegiatan hidup anda lebih banyak menuntut duduk yaitu pola yang
berkembang sejak revolusi industry, anda mungkin tidak mendapat latihan
yang anda buthkan.
Hanya satu dari empat orang bertempat tinggal di kota mendapat
latihan yang cukup. Meluasnya ketidak-aktifan secara fisik berperan utama
dalam terjadinya penyakit jantung koroner, obesitas, penyakit sendi dan ruas
spinal, kelelahan, ketegangan otot dan depresi.

1) Latihan Aerobik
Tujuan latihan aerobic adalah menghasilakan “efek latihan” yang
secara bertahap memperkuat system kardiovaskular dan meningkatkan
stamina. Untuk menghasilkan efek ini perlu latihan tiga hari seminggu. Tiap
denyut jantung anda harus mencapai rentang aerobic yang tepat untuk usia
dan bertahan selama 20 menit. Latihan di bawah denyut jantung aerobic
tidak akan memberikan efek latihan, dan latihan konsisten di atas denyut
jantung aerobic akan terlalu memaksa jantung.
2) Latihan Intensitas Rendah
Latihan dengan intensitas rendah, tidak cukup menggiatkan atau
memperpanjang efek latihan. Latihan ini dapat digunakan untuk
meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas otot serta gerak sendi. Namun, hal
ini tidak memberi banyak keuntungan pada system kardiovaskular. Bila
anda terlalu banyak duduk atau kondisi fisik buruk, latihan intensitas rendah
membantu menyiapkan anda untuk latihan aerobikdengan resiko minimum
untuk terjadi cidera kardiovaskular.
Penelitian yang baru dimulai untuk menjelaskan mengapa latihan
efektif dalam menurunkan ansietas umum dan depresi. Selama 15 menit
11

sampai 20 menit latihan yang giat merangsang baik sekresi neurokimia yang
disebut katekolamin ke dalam otak, dan melepaskan endorphin ke dalam
darah. Orang depresi sering kekurangan katekolamin. Endorphin adalah
penghilang nyeri alamiah dan peningkan suasana hati.

a. Kontraindikasi
1) Memulai secara tiba-tiba program latihan aerobic dapat menyebabkan
serangan jantung yang fatal apabila anda tidak melakukan pemanasan.
Memulai secara perlahan denganlatihan intensitas rendah seperti jalan
dan kalistenik bila anda mempunyai pola kegiatan yang lebih banyak
duduk, atau berat badan berlebih, makan terlalu banyak lemak atau
makanan banyak mengandung garam atau merokok.
2) Jangan memulai program latihan tanpa konsultasi dokter untuk uji fisik
keseluruhan bila usia anda lebih tiga puluh tahu, obesitas (20% diatas
berat normal), atau mempunyai tekanan darah tinggi, penyempitan
pembuluh darah, atau kadar kolesterol tinggi. Banyak dokter
merekomendasikan untuk pengukuran elektrokardiogram dengan
aktifitas bila usia anda diatas 40 tahun.
3) Bila anda mulai program latihan, temui dokter anda bila merasakan
palpitasi jantung, pusing, nyeri dada, atau sangat sulit bernafas.
b. Instruksi
Buat catatan harian untuk mendapatkan waktu yang tepat dalam
jadwal latihan anda dapat meningkatkan latihan intensitas rendah. Buat
catatan di catatan harian setiap kali anda sempat untuk berjalan paling
sedikit sepuluh menit. Juga catat bagaimana anda menghentikan diri anda
dari latihan yang berlebihan dengan alasan yang cepat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stress merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, namun sangat individual;
sebuah situasi yang menurut seseorang merupakan stresor utama mungkin tidak
terlalu berpengaruh pada orang lain. Beberapa metode untuk membantu
mengurangi stress akan efektif bagi seseorang; metode lain akan lebih sesuai
untukorang lain. Seorang perawat yang peka terhadap kebutuhan dan reaksi klien
dapat memilih metode intervensi yang paling efektif bagi masing-masing individu.

B. Saran
Stres dalam bekerja sebaiknya dikurangi dengan berbagi teknik
pengurangan stres yang dapat digunakan serta menajemen stres tersebut dengan
baik. Karena hal tersebut mampu mencegah stres dalam bekerja serta meningkatkan
efektifitas dalam bekerja. Selain baik bagi karyawan/pekerja juga baik bagi
organisasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, dkk. (2010). Fundamental Keperawatan. Konsep, Praktik & Proses.


Jakarta: EGC
Davis, Martha Ph.D, dkk. (1995). Panduan Relaksasi & Reduksi Stress. Jakarta:
EGC

13

Anda mungkin juga menyukai