Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TENTANG
DAMPAK STRES DAN TINGKAT KEPUASAN
KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

NAMA

: NI NENGAH ARDIANTI

NIM

: 022616338

MATA KULIAH

: PERILAKU ORGANISASI

KATA PENGANTAR

Puju syukur penulis ucapkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
makalah yang berjudul Dampak Stres Dan Tingkat Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan dan tepat pada waktunya. Makalah ini
merupakan tugas dari Mata kuliah Perilaku Organisasi. Dalam penulisan makalah ini penulis
merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Penulis berharap, semoga makalah ini bermamfaat untuk para pembaca.

DAFTAR ISI

Cover i
Kata Pengantar.. ii
Daftar Isi.. iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.. 1
1.2 Identifikasi masalah.. 1
1.2 Rumusan Masalah 1
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Stres Kerja, Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan 3
2.2 Faktor-faktor Penyebab Stres, Dampak Stres kerja pada pegawai dan dampak stres
pada perusahaan dan mengelola stress 3
2.3 Dampak kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai dan Faktor-faktor yang yang dapat
menimbulkan kepuasan kerja. 4
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja. 7
Bab IIIPenutup
3.1 Kesimpulan 8
3.2 Saran.. 8
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Karyawan dan perusahaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Karyawan
memegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan perusahaan. Apabila karyawan
memiliki produktivitas dan motivasi kerja yang tinggi, maka laju roda pun akan berjalan

kencang, yang akhirnya akan menghasilkan kinerja dan pencapaian yang baik bagi perusahaan.
Di sisi lain, bagaimana mungkin roda perusahaan berjalan baik, kalau karyawannya bekerja tidak
produktif, artinya karyawan tidak memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak ulet dalam bekerja
dan memiliki moril yang rendah serta mengalami stres kerja.
Biasanya karyawan yang puas dengan apa yang diperolehnya dari perusahaan akan
memberikan lebih dari apa yang diharapkan dan ia akan terus berusaha memperbaiki kinerjanya.
Sebaliknya karyawan yang kepuasan kerjanya rendah, cenderung melihat pekerjaan sebagai hal
yang menjemukan dan membosankan, sehingga ia bekerja dengan terpaksa dan asal-asalan.
Untuk itu merupakan keharusan bagi perusahaan untuk mengenali faktor-faktor apa saja
penyebab stres kerja dan yang membuat karyawan puas bekerja di perusahaan. Dengan
tercapainya kepuasan kerja karyawan dan terhindarnya stres kerja maka produktivitas pun akan
meningkat.
Di dalam lingkungan kerja, ketegangan yang sering dialami oleh karyawan akan
mengganggu situasi kerja serta konsentrasi dalam menyelesaikan tugasnya. Keadaan itu bisa
mengakibatkan menurunnya prestasi kerja yang tentunya sangat merugikan diri karyawan dan
perusahaan.Timbulnya ketegangan seperti digambarkan di atas pada hakikatnya disebabkan oleh
tiga faktor, yakni masalah organisasi di lingkungan kerja, faktor si karyawan, dan hal lain yang
berhubungan dengan masyarakat. Bisa terjadi seorang karyawan mengalami ketegangan karena
ketiga faktor atau salah satu faktor saja. Faktor di lingkungan kerja yang dapat menyebabkan
ketegangan pada diri seseorang antara lain masalah administrasi, tekanan yang tidak wajar untuk
menyesuaikan diri dengan pekerjaan dan situasi kerja, struktur birokrasi yang tidak tepat,
sistem manajemen yang tidak sesuai, perebutan kedudukan, persaingan yang semakin ketat untuk
memperoleh kemajuan, anggaran yang terbatas, perencanaan kerja yang kurang baik, jaminan
pekerjaan yang tidak pasti, beban kerja yang semakin bertambah dan segala sesuatu yang ada
kaitannya dengan pekerjaan.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat di diidentifikasi
permasalahan-permasalahan berikut :

1. Perlunya mengelola dampak stres kerja dalam peningkatan kinerja karyawan.


2. Masih banyak ditemukan kendala atau hambatan-hambatan dalam mencapai kepuasan
kerja.
3. Dampak

stres

dan

tingkat

kepuasan

kerja

terhadap

kinerja

pegawai.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas dapt dirumuskan permasalahan sebagai


berikut : Dampak Stres Dan Tingkat Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai
1.3. Perumusan Masalah
Masalah yang akan diuraikan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Pengertian Stres Kerja, Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan
2. Faktor-faktor Penyebab Stres, Dampak Stres kerja pada pegawai dan dampak stres pada
perusahaan dan mengelola stres.
3. Dampak kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai dan Faktor-faktor yang yang dapat
menimbulkan kepuasan kerja.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Stres


Stres adalah suatu kondisi dinamik yang didalamnya seorang individu dikonfrontasikan
dengan suatu peluang, kendala (constraints), atau tuntutan (demands) yang dikaitkan dengan apa
yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting.
(Schuler : 1980) Stres adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan
psikologis. Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan.
Akan tetapi karena pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemahnya dan
rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut. (wikipedia.de/stress). Stres tidak dengan
sendirinya harus buruk. Walaupun stres lazimnya dibahas dalam konteks negatif, stres juga
mempunyai nilai positif. Stres merupakan suatu peluang bila stres itu menawarkan perolehan
yang potensial. Perhatikan misalnya kinerja yang unggul yang ditunjukkan oleh seorang atlit atau
pemanggung dalam situasi-situasi yang mencekam. Individu semacam itu sering menggunakan
stres secara positif untuk meningkatkan kinerja mendekati maksimum mereka.
2.2 Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja
Terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres atau stres kerja,
yaitu faktor Lingkungan kerja dan Faktor personal (Dwiyanti, 2001:75).
a) Faktor Lingkungan Kerja
Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun
hubungan sosial di lingkungan pekerjaan.

b) Faktor Personal

Sedang faktor personal bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa/pengalaman


pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga di mana pribadi berada dan
mengembangkan diri.
Betapapun faktor kedua tidak secara langsung berhubungan dengan kondisi
pekerjaan, namun karena dampak yang ditimbulkan pekerjaan cukup besar, maka faktor
pribadi ditcmpatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres. Secara umum
dikelompokkan sebagai berikut (Dwiyanti, 2001:77-79):
1. Tidak adanya dukungan sosial. Artinya, stres akan cenderung muncul pada
para karyawan yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial
mereka.
Dukungan sosial di sini bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan
maupun lingkungan keluarga. Begitu juga ketika seseorang tidak
memperoleh dukungan dari rekan sekerjanya (baik pimpinan maupun
bawahan) akan cenderung lebih mudah terkena stres.
2. Tidak adanya kesempatan bcrpartisipasi dalam pembuatan keputusan di
kantor. Hal ini berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam
menjalankan tugas dan pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres kerja
ketika mereka tidak dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung
jawab dan kewcnangannya. Stres kerja juga bisa terjadi ketika seorang
karyawan tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut
dirinya.
3. Pelecehan seksual. Yakni, kontak atau komunikasi yang berhubungan atau
dikonotasikan berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan. Pelecehan
seksual ini bisa dimulai dari yang paling kasar seperti memegang bagian
badan yang sensitif, mengajak kencan dan semacamnya sampai yang
paling halus berupa rayuan, pujian bahkan senyuman yang tidak pada
konteksnya.

Dari

banyak

kasuspelecehan

seksual

yang

sering

menyebabkan stres kerja adalah perlakuan kasar atau pengamayaan fisik

dari lawan jenis dan janji promosi jabatan namun tak kunjung terwujud
hanya karena wanita..
4. Kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa
suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, tcrlalu sesak, kurang cahaya, dan
semacamnya. Ruangan yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan
seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan yang
terlalu dingin. Panas tidak hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi
juga sirkulasi atau arus udara. Di samping itu, kebisingan juga memberi
andil tidak kecil munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat
sensitif pada kebisingan dibanding yang lain (Muchinsky dalam Margiati,
1999:73).
5. Manajemen yang tidak sehat. Banyak orang yang stres dalam pekerjaan
ketika gaya kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yakni
seorang pemimpin yang sangat sensitif, tidak percaya orang lain
(khususnya bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisir suasana hati
atau peristiwa sehingga mempengaruhi pembuatan keputusan di tempat
kerja. Situasi kerja atasan selalu mencurigai bawahan, membesarkan
peristiwa/kejadian yang semestinya sepele dan semacamnya, seseorang
akan tidak leluasa menjalankan pekerjaannya, yang pada akhirnya akan
menimbulkan stres (Minner dalam Margiati, 1999:73).
6. Tipe kepribadian. Seseorang dengan kcpribadian tipe A cenderung
mengalami sires dibanding kepribadian tipe B. Bebcrapa ciri kepribadian
tipe

ini

adalah

sering

merasa

diburu-buru

dalam

menjalankan

pekerjaannya, tidak sabaran, konsentrasi pada lebih dan satu pekerjaan


pada waktu yang sama, cenderung tidak puas terhadap hidup (apa yang
diraihnya), cenderung berkompetisi dengan orang lain meskipun dalam
situasi atau peristiwa yang non kompetitif. Dengan begitu, bagi pihak
perusahaan akan selalu mengalami dilema kctika mengambil pegawai
dengan kepribadian tipe A. Sebab, di satu sisi akan memperoleh hasil yang

bagus dan pekerjaan mereka, namun di sisi lain perusahaan akan


mendapatkan pegawai yang mendapat resiko serangan/sakit jantung
(Minner dalam Margiati, 1999:73).
7. Peristiwa/pengalaman pribadi. Stres kerja sering disebabkan pengalaman
pribadi yang menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak
sakit atau gagal sekolah, kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis
atau

menghadapi

masalah

(pelanggaran)

hukum.

Banyak

kasus

menunjukkan bahwa tingkat stress paling tinggi terjadi pada seseorang


yang ditinggal mati pasangannya, sementara yang paling rendah
disebabkan

oleh

perpindahan

tempat

tinggal.

Disamping

itu,

ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari, kesepian, perasaan


tidak aman, juga termasuk kategori ini (Baron & Greenberg dalam
Margiati, 1999:73).
2.3 Dampak kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai dan Faktor-faktor yang yang dapat
menimbulkan kepuasan kerja.
Perkembangan ekonomi yang cepat, perampingan perusahaan, PHK, merger dan
bangkrutnya beberapa perusahaan sebagai akibat dari krisis yang berkepanjangan telah
menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi ribuan bahkan jutaan tenaga kerja.
Mereka harus rela dipindahkan ke bagian yang sangat tidak mereka kuasai dan tidak tahu
berapa lama lagi mereka akan dapat bertahan atau dipekerjakan. Selain itu mereka harus
menghadapi bos baru, pengawasan yang ketat, tunjangan kesejahteraan berkurang dari
sebelumnya dan harus bekerja lebih lama dan lebih giat demi mempertahankan status
sosial ekonomi keluarga. Para pekerja di setiap level mengalami tekanan dan
ketidakpastian.

Situasi

inilah

yang

seringkali

memicu

terjadinya

stres

kerja.

Dalam hubungan dengan pekerjaan atau profesi yang ditekuni setiap orang memiliki
kemampuan berbeda untuk menyangga beban pekerjaannya. Interaksi manusia sebagai
pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerja menyebabkan efek positif ataupun efek
negatif. Sikap positif terhadap pekerjaan membuat karyawan menganggap stresor dari
pekerjaan sebagai suatu yang memberikan manfaat baginya sehingga dapat memperlemah

terjadinya

stres

namun,

sebaliknya

bila

karyawan

tidak

mampu

menghadapi

stresor dari pekerjaan maka hal tersebut akan membuat karyawan mengalami stres.
Charles

dan

Sharason

(1988,

hal

29)

menjelaskan

bahwa

stres

kerja

terjadi ketika kemampuan individu tidak seimbang atau tidak sesuai dengan tuntutan dalam
lingkungan pekerjaannya. Stres dalam pekerjaan menimbulkan konsekuensi yang
bermacammacam jenisnya, baik berupa akibat kognitif, fisiologis maupun keorganisasian.
Akibat kognitif dari stress antara lain adalah ketidakmampuan mengambil keputusan yang
sehat, kurangkonsentrasi, sangat peka terhadap kecaman dan rintangan mental. Akibat
fisiologis

dari

kering,

stres

berkeringat

antara

lain

adalah

kerja,

menurunnya

antara
dan

lain

adalah

sebagainya.

kemangkiran,
ketertarikan

tekanan

darah

Akibat

keorganisasian

produktivitas

rendah,

dan

loyalitas

terhadap

naik,

mulut

dari

stres

ketidakpuasan
organisasi

(Gibson, Ivancevich dan Donnely, 1988).


Ada

beberapa

alasan

mengapa

masalah

stres

yang

berkaitan

dengan

organisasi perlu diangkat ke permukaan pada saat ini (Nimran, 1999:79-80).


Di antaranya adalah:
1. Masalah stres adalah masalah yang akhir-akhir ini hangat dibicarakan, dan
posisinya sangat penting dalam kaitannya dengan produkttfitas kerja
karyawan.
2. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari luar organisasi,
stress juga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam
organisasi. Oleh karenanya perlu disadari dan dipahami keberadaannya.
3. Pemahaman akan sumber-sumber stres yang disertai dengan pemahaman
terhadap cara-cara mengatasinya, adalah penting sekali bagi karyawan dan
siapa saja yang terlibat dalam organisasi demi kelangsungan organisasi yang
sehat dan efektif.

4. Banyak di antara kita yang hampir pasti merupakan bagian dari satu atau
beberapa organisasi, baik sebagai atasan maupun sebagai bawahan, pernah
mengalami stres meskipun dalam taraf yang amat rendah.

Dampak Stres Kerja Pada Karyawan


Pengaruh stres kerja ada yang menguntungkan maupun merugikan bagi
perusahaan. Namun pada taraf tertentu pengaruh yang menguntungkan perusahaan
diharapkan akan rnemacu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan scbaikbaiknya. Reaksi terhadap stress dapat merupakan reaksi bersifat psikis maupun fisik.
Biasanya pekerja atau karyawan yang stress akan menunjukkan perubahan perilaku.
Perubahan perilaku tcrjadi pada din manusia sebagai usaha mengatasi stres. Usaha
mengatasi stres dapat berupa perilaku melawan stres (flight) atau freeze (berdiam diri).
Dampak Stres Terhadap Perusahaan
Sebuah organisasi dapat dianalogikan sebagai tubuh manusia. Jika salah satu dari
anggota tubuh itu terganggu, maka akan menghambat keseluruhan gerak, menyebabkan
seluruh tubuh merasa sakit dan menyebabkan individunya tidak dapat berfungsi secara
normal. Demikian pula jika banyak di antara karyawan di dalam organisasi mengalami
stress kerja, maka produktivitas dan kesehatan organisasi itu akan terganggu. Jika stress
yang dialami oleh organisasi atau perusahaan tidak kunjung selesai, maka sangat
berpotensi mengundang penyakit yang lebih serius. Bukan hanya individu yang bisa
mengalami penyakit, organisasi pun dapat memiliki apa yang dinamakan Penyakit
Organisasi.
Randall Schuller (1980), mengidentifikasi beberapa perilaku negatif karyawan
yang berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini, stress yang dihadapi oleh
karyawan berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja,
serta tendensi mengalami kecelakaan. Secara singkat beberapa dampak negatif yang
ditimbulkan oleh stress kerja dapat berupa:

1. Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun


operasional kerja
2. Mengganggu kenormalan aktivitas kerja
3. Menurunkan tingkat produktivitas
4. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian finansial
yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas
dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan
fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak masuk kerja dengan
berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya entah karena
kelambanan atau pun karena banyaknya kesalahan yang berulang.
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja staff, menurut Burt,
meliputi:
1. Faktor Individual (umur, jenis kelamin dan sikap pribadi terhadap pekerjaan)
2. Faktor Hubungan Antar staff, yang di dalamnya termasuk: hubungan antara
manajer dan staff, hubungan sosial diantara sesama, sugesti dari teman sekerja,
faktor fisik dan kondisi tempat kerja, emosi dan situasi kerja.
3. Faktor Eksterna, meliputi: keadaan keluarga, rekreasi, pendidikan. Keberadaan
faktor-faktor tersebut akan meningkatkan motivasi bagi staff untuk memperoleh
tingkat kepuasan kerja. Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan hal yang
bersifat individual. Setiap individu staff memiliki tingkat kepuasan yang berbedabeda sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang dianutnya. Semakin banyak
aspek dalam pekerjaannya yang sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang
dianut individu, semakin tinggi tingkat kepuasan yang didapat.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah
dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan dengan
karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan.
Adanya beberapa atribut tertentu dapat mempengaruhi daya tahan stres seorang karyawan.
Faktor-faktor di pekerjaan yang berdasarkan penelitian dapat menimbulkan stres dapat
dikelompokkan ke dalam lima kategori besar yaitu faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan,
peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan, serta struktur dan
iklim organisasi. Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya,
yakni belajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi productivitas kerja pegawai. Pegawai bekerja secara produktif atau tidak banyak
tergantung pada banyak faktor. Faktor motivasi, kepuasan kerja, tingkat stress, kondisi fisik
pekerjaan, sistem kompensasi, desain pekerjaan dan aspek-aspek ekonomis sangatlah ikut
berperan. Pegawai dengan tingkat motivasi kerja yang tinggi, sebagai sumber daya penggerak,
pengguna dan pemberi manfaat bagi sumber daya lainnya memberi kontribusi besar dalam
keberhasilan perusahaan. Perusahaan dengan modal besar, nama besar , dan sistem operasi
yang

sudah

teruji

keberhasilannya

sekalipun

akan

mengalami

hambatan

dalam

mempertahankan usaha jika mengabaikan aspek sumber daya manusia. Agar pegawai dapat
bekerja dengan baik, maksimal, dan mempunyai motivasi tinggi perusahaan harus
memperhatikan kepuasan kerja pegawai.

Salah satu penentu kepuasan kerja pegawai adalah faktor pekerjaan itu sendiri. Pegawai
yang menganggap pekerjaannya membosankan, kurang menantang dan tidak membantu dirinya
berkembang, tidak akan dapat berkonsentrasi penuh dalam bekerja sehingga apa yang mereka
hasilkan menjadi tidak maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Wibowo, SE.,M.Phil. , 2007. Manajemen Kinerja, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
James A.F. Stoner / Charles Wankel. 1988. Manajemen, Edisi Ketiga. CV. Intermedia Jakarta.
Purwoto Wanasentana, DR, Materi Kuliah Evaluasi Kinerja, Program Pascasarjana, Magister
Manajemen, Universitas Krisnadwipayana
I.G.A.K. Wardani, dll, 2007. Buku Materi Pokok, Teknik Menulis Karya Ilmiah, , Jakarta : BPKPusat Penerbitan UT.
http://www.google.co.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepuasan_Kerja”
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2007/11/faktor-faktor-yang-mendorong kepuasan.html
http://agungpia.multiply.com/journal/item/35/Stress_Kerja_pengertian_dan_pengenalan.
http://forum.datalowongankerja.com/index.php?action=printpage;topic=22.0
http://lensaprofesi.blogspot.com/2008/09/mengelola-stres-kerja.html Oleh :Ns. Abdul Haris
Awie, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai