Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

STRESS DALAM KONTEKS ORGANISASI

Dosen Pengampu :
Dr.Rolland E.Fanggidae, S.si-Toel.,MM

Kelompok 4
Bela Stefani Natasya Sau 2310030115
Cristin Natalia Beileto 2310030108
Djean Sefanya Sarumaha Lopo 2310030104
Frengki Rivaldo Lay Ratu 2310030101
Nolanda Wulandari Sinlae 2310030106
Reyxia Zhamarend 2111102431216
Theodora Linivia Bere 2310030109
Yeni Tamonob Benu 2310030112
Yunita Adriana Mudak 2310030103

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Stress Dalam
Konteks Organisasi”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perilaku
Organisasi, sebagai salah satu wawasan mahasiswa.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Demikian makalah ini dibuat semoga dapat bermanfaat baik pembaca dan kami
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun.

Kupang, 22 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................iii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan ..............................................................................................................2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................3
A. Definisi Stress ................................................................................................. 3
B. Penyebab Utama Stres .....................................................................................4
C. Konsekuensi Dari Stress ................................................................................. 6
D. Strategi Mengelola Stress ............................................................................... 7
E. Contoh Kasus Implementasi Strategi Pengelolaan Stress ............................... 9
BAB III ..................................................................................................................10
PENUTUP ............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 12

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Stres Menurut Ahli ......................................................................4

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan salah satu aspek yang sangat berkontribusi
terhadap kemajuan dan perkembangan sebuah perusahaan. Semakin banyak
individu berkualitas yang terlibat dalam perusahaan, maka akan semakin cepat
perusahaan mencapai tujuannya. Selain memiliki sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi, tujuan perusahaan juga dapat tercapai lebih cepat apabila
jumlah pekerjaan yang dilakukan sebanding dengan tindakan dan kemampuan
mereka. Jika karyawan diberikan beban kerja yang berlebihan, hal ini dapat
menimbulkan tekanan dan stres pada mereka. Akibatnya, tidak hanya tingkat stres
yang akan terdampak, tetapi juga berpotensi memunculkan konflik dalam
lingkungan kerja (Kusuma, 2020).
Stress merupakan fenomena yang umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
terutama dalam konteks organisasi. Organisasi modern sering kali menjadi tempat di
mana individu menghadapi tekanan dan tuntutan yang tinggi. Ketika stres tidak dikelola
dengan baik, hal ini dapat berdampak negatif terhadap kinerja individu dan produktivitas
organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi organisasi untuk memahami
dan mengelola stres dengan baik agar dapat menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan
produktif.

Stres kerja adalah perubahan kondisi seseorang yang muncul melalui


interaksi manusia dengan pekerjaanya yang tidak seimbang atau tidak normal
yang sesuai (Tunjungsari, 2011). Menurut Fahmi (2016:214) stres menyatakan
suatu keadaan yang menekan diri dan jiwa seseorang diluar batas kemampuannya,
sehingga jika terus dibiarkan tanpa ada solusi maka ini akan berdampak pada
kesehatannya, maka dapat dikatakan bahwa stres kerja itu kondisi seseorang
mengalami tekanan yang sangat berat saat bekerja yang dapat membuat seseorang
tersebut bisa mengalami penurunan kesehatan dan menyembakan orang tersebut
menjadi sakit. Menurut Tewal, et al., (2017:141) terdapat dua faktor yang
menyebabkan stres kerja yaitu penyebab stres dari individu dan penyebab stres
pada kelompok dan organisasi.
Munculnya fenomena stres kerja dapat terlihat dari beberapa faktor, seperti
adanya target kerja yang harus dipenuhi dan jam kerja yang tidak pasti, seringkali
memaksa karyawan untuk bekerja hingga larut malam atau bahkan dihadapkan
pada tugas di luar kota. Kondisi semacam ini cenderung menciptakan tekanan
pada karyawan. Selain itu, kelelahan juga menjadi salah satu dampak dari beban
pekerjaan yang berlebihan, dan hal ini berpotensi meningkatkan tingkat emosi
yang pada akhirnya dapat berujung pada stres kerja. Salah satu penyebab stres
lainnya adalah konflik peran, di mana karyawan sering kali dihadapkan pada

1
tuntutan untuk melaksanakan tugas di luar bidang keahliannya. Sebagai contoh,
seorang karyawan yang memiliki keahlian di bidang administrasi tiba-tiba
diharapkan untuk berperan sebagai seorang pemasar, dan sebaliknya. Hal ini dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dan stres dalam bekerja.
Fenomena beban kerja mencakup situasi di mana karyawan merasa tertekan
karena harus menghadapi jumlah pekerjaan yang besar. Tekanan waktu juga
menjadi faktor penting yang mempengaruhi karyawan, karena mereka harus
mampu menyelesaikan tugas-tugas dengan tepat waktu, terutama untuk mencegah
keterlambatan keberangkatan calon tenaga kerja Indonesia yang akan ditempatkan
di luar negeri. Karyawan perlu bersiap untuk menerima tugas baru kapan saja
yang diberikan oleh perusahaan. Tingginya tuntutan dari perusahaan dapat
menyebabkan tingkat stres yang signifikan dalam lingkungan kerja.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut :
1. Apa definisi stres dalam konteks organisasi?
2. Apa penyebab utama stres dalam konteks organisasi?
3. Bagaimana konsekuensi stres terhadap individu dan organisasi?
4. Apa saja strategi yang dapat digunakan untuk mengelola stres dalam konteks
organisasi?
5. Apakah ada contoh kasus di mana strategi pengelolaan stres telah berhasil
diimplementasikan dalam suatu organisasi?

C. Tujuan
Tujuan dari ditulisnya mkalah ini adalah :
1. Mengetahui definisi stress dalam konteks organisasi.
2. Mengetahui penyebab utama stress dalam konteks organisasi.
3. Mengetahui konsekuensi stress terhadap individu dan organisasi.
4. Mengetahui strategi apa saja yang dapat digunakan untuk mengelola stress
dalam konteks organisasi.
5. Mengetahui contoh kasus di mana strategi pengelolaan stress dapat berhasil
diimplementasikan dalam suatu organisasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Stress
Stress merupakan fenomena yang pasti dialami oleh semua manusia. Dalam
ilmu psikologi, stress adalah perasaan tertekan dan ketegangan mental. Tingkat
stress yang rendah mungkin diinginkan, bermanfaat, dan bahkan sehat. Stress,
dapat menimbulkan dampak positif, yaitu dapat meningkatkan fasilitasi kinerja.
Stress yang positif dianggap sebagai faktor penting untuk motivasi, adaptasi, dan
melakukan reaksi terhadap lingkungan sekitar. Namun, tingkat stressnya tinggi
dapat mengakibatkan masalah biologis, psikologis, dan sosial dan bahkan bahaya
serius bagi seseorang. Stress dapat berasal dari faktor eksternal yang bersumber
pada lingkungan, atau disebabkan oleh persepsi internal individu. Stres di tempat
kerja dapat memengaruhi siapa saja dan bisa dipicu oleh apa saja. Umumnya, stres
akibat kerja terjadi ketika seseorang tidak dapat memenuhi tuntutan atau
kebutuhan dari pekerjaannya. Terlalu banyak yang harus dilakukan, kurangnya
waktu, dan kurangnya sumber daya untuk menuntaskan pekerjaan.
Menurut empat dari lima manajer di Eropa, stres merupakan bencana dalam
perusahaan. Stres adalah salah satu risiko psikososial di tempat kerja yang
penanganannya lebih sulit dibandingkan masalah kesehatan. Stres diimplikasikan
sebagai faktor penyebab dari absen, kecelakaan kerja, masalah psikologis,
tuntutan kompensasi, produktivitas yang rendah, tindakan pencurian di tempat
kerja, kinerja yang tidak maksimal, dan tingkat keluar masuk pekerja yang tinggi.
Stress merupakan perilaku individu yang dapat menimpa siapapun dalam
organisasi. Stres yang berkepanjangan dan tidak ditangani segera, akan
memunculkan konflik antar individu atau kelompok dalam organisasi yang akan
menurunkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Dalam konteks tersebut, figur
pemimpin (manajer) organisasi sangat substansial dalam menangani konflik yang
terjadi. Hubungan pemimpin dengan bawahan untuk bertindak otoriter ataupun
persuasif sangat tergantung pada tingkat kematangan (level of maturity) bawahan
yang dipimpinnya. Bawahan tidak mungkin diperintah terus menerus atau dibujuk
terus menerus, akan tetapi harus bisa membuat seluruh sistem mengarah pada
pengharapan manusianya sebagai sumberdaya terpenting. Aktivitas dan
keterikatan anggota organisasi mempunyai peranan penting dalam mengemban
fungsi dan tugas masing-masing. Keinginan kuat tersebut akan nampak dalam
keterlibatan dan peran serta mereka dalam organisasi yang didasarkan pada
keinginan mereka untuk tetap menjadi anggota organisasi, keterlibatannya untuk
berusaha bekerja sebaik mungkin, dan kepercayaan serta kesediaan untuk
menerima nilai-nilai organisasi. Bagian pertama (tabel 1) akan menyajikan
definisi stress yang bersumber dari beberapa sumber.

3
Tabel 1. Definisi Stres Menurut Ahli

No. Sumber Definisi Stress


1. Kahn, Wolfe, Quinn, Snoek, Stress kerja juga telah dipandang sebagai
& Rosenthal (1964) disfungsional bagi organisasi dan anggota
organisasi.
2. National Institute for Stres kerja sebagai "respons fisik dan
Occupational Safety and emosional yang merugikan yang muncul
Health (NIOSH) ketika tuntutan pekerjaan tidak seimbang
dengan kemampuan, sumber daya, atau
kebutuhan pekerja"
3. Richard S. Lazarus dan Dalam teori appraisal, mendefinisikan stres
Susan Folkman kerja sebagai "ketidakseimbangan antara
tuntutan yang diberikan oleh pekerjaan dan
sumber daya yang dimiliki pekerja untuk
memenuhi tuntutan tersebut".
4. Cary L. Cooper Stres kerja adalah ketidakseimbangan
antara tuntutan pekerjaan dan kemampuan
individu untuk memenuhi tuntutan
tersebut, yang dapat menghasilkan dampak
negatif pada kesejahteraan fisik dan mental
pekerja.
5. Christina Maslach dan Stres kerja adalah kelelahan emosional,
Michael P. Leiter depersonalisasi, dan kehilangan rasa
pencapaian yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara tuntutan kerja
dan sumber daya yang dimiliki individu.

B. Penyebab Utama Stres


Penyebab utama Stress di bagi menjadi 3 faktor yaitu :
1. Faktor lingkungan seperti ketidakpastian lingkungan akan memengaruhi desain
dan struktur organisasional, hal ini juga memengaruhi level stress di antara
karyawan di dalam organisasi tersebut. Ketidakpastian merupakan alasan terbesar
orang-orang yang memiliki masalah dalam mengatasi perubahan organisasional.
2. Faktor organisasional, tidak terdapat kekurangan faktor di dalam organisasi
yang menyebabkan stress. Tekanan untuk menghindari kesalahan atau
menyelesaikan tugas dan waktu yang terbatas, beban kerja yang berlebihan, bos
yang sangat menuntut dan tidak sensitif, serta para rekan kerja yang tidak
menyenangkan. Dalam faktor organisasional di bagi lagi menjadi tiga yaitu,
tuntutan tugas, tuntutan, peranan dan tuntutan interpersonal.
Tuntutan tugas terkait dengan pekerjaan seseorang meliputi desain pekerjaan
(tingkat kemandirian,variasi tugas, tingkat otomatisasi) kondisi kerja, dan tata

4
ruang kerja secara fisik. Lini perakitan dapat menempatkan tekanan pada orang-
orang ketika mereka memandang kecepatan lini menjadi berlebihan.
Tuntutan peranan, terkait dengan peranan yang di tempatkan pada seseorang
sebagai fungsi dari peranan tertentu yang di pegang dalam organisasi. Konflik
peran menciptakan ekspetasi yang akan sulit untuk mendamaikan atau
memuaskannya.
Tuntutan interpersonal merupakan tekanan yang diciptakan oleh para
karyawan lainnya. Kurangnya dukungan kerja dari para kolega dan hubungan
interpersonal yang buruk dapat menyebabkan stress, terutama di antara karyawan
dengan hubungan sosial yang tinggi.
3. Faktor pribadi, kategori terakhir adalah faktor-faktor dalam kehidupan pribadi
dari karyawan: permasalahn keluarga, permasalahan ekonomi pribadi, dan
karakteristik kepribadian yang inheren.

Menurut Luthan (dalam Asih, et al., 2018:26) faktor-faktor yang


menyebabkan stress (anteseden stress) antara lain:
1. Stressor ekstraorganisasi, mencakup perubahan sosial/teknologi, keluarga,
relokasi kerja, kondisi ekonomi, ras dan kelas, perbedaan persepsi serta perbedaan
kesempatan bagi pegawai atas penghargaan atau promosi.
2. Stressor organisasi, mencakup kebijakan dan strategi adsministratif, struktur
organisasi, kondisi kerja, tanggung jawab tanpa otoritas, ketidakmampuan
menyuarakan keluhan, serta penghargaan yang tidak memadai.
3. Stressor kelompok, mencakup kurangnya kohesivitas kelompok seperti pegawai
tidak memiliki kebersamaan karena desain kerja, karena penyelia melarang atau
membatasinya, serta kurangnya dukungan sosial pada individu.
4. Stressor individu, mencakup disposisi individu seperti kepribadian, persepsi
kontrol personal, ketidakberdayaan yang dipelajari, daya tahan psikologis, serta
tingkat konflik intra individu yang berakar dari frustrasi.
Menurut Tewal, et al., (2017:141-144) terdapat dua faktor yang menyebabkan
stres kerja yaitu:
1. Penyebab Stres dari Individu, yang mencakup:
a. Konflik peran (role conflict), yang terjadi ketika seseorang dituntut untuk
mengemban lebih dari satu peran.
b. Beban kerja berlebihan (overload), yang terjadi manakala jumlah pekerjaan
yang diberikan tidak sesuai dengan beban kerja sebenarnya.

5
c. Kemenduaan peran (role ambiguity) adalah tidak adanya pengertian tentang hak
dan kewajiban pegawai dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
2. Penyebab Stres pada Kelompok dan Organisasi, yang mencakup:
a. Kurangnya kohesivitas antara anggota kelompok kerja.
b. Tidak adanya kesempatan kebersamaan antar pegawai karena desain kerja,
kebijakan penyelia atau karena anggota kelompok yang ingin menyingkirkan
pegawai lain.
c. Budaya organisasi.
d. Kurangnya kesempatan karier yang diberikan kepada pegawai.
Faktor lainnya yang dapat memicu stres kerja pada pegawai adalah system
pemberlakuan kerja lembur namun tidak dibarengi dengan pemberian insentif.
Pegawai yang kerap melakukan lembur kerja akan rentan mengalami stres kerja
dan akan berdampak pada penurunan kinerja. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan kemampuan yang dimiliki pegawai.

C. Konsekuensi Dari Stress


Stress memperlihatkan dirinya dalam sejumlah cara, seperti tekanan darah
yang tinggi, maag, sifat lekas marah, kesulitan dalam mengambil keputusan yang
rutin, kehilangan nafsu makan dan lain sebagainya. Gejala-gejala tersebut sesuai
di bawah tiga kategori umum:

a. Gejala Fisiologis
Stres akan memiliki efek fisiologis yang membahayakan. Salah satu kajian
mengaitkan antara tuntunan pekerjaan yang penuh tekanan terhadap
meningkatkan kerentanan terhadap penyakit pernapasan bagian atas dan fungsi
sistem kekebalan tubuh yang buruk terutama bagi para individu dengan efektivitas
diri yang rendah. Kajian dalam jangka panjang yang dilaksanakan di Inggris
menemukan bahwa tekanan pekerjaan dikaitkan dengan level penyakit jantung
koroner yang lebih tinggi.
b. Gejala Psikologis
Ketidakpuasan pekerjaan merupakan penyebab yang sangat jelas dari stress.
Namun, stress memperlihatkan dirinya sendiri dalam keadaan psikologis kainnya
sebagai contoh ketegangan, kecemasan, difat lekas marah, kebosanan, dan
penundaan.

6
Pekerjaan yang membuat tuntutan berlipat dan pertentangan atau kurangnya
kejelasan mengenai kewajiban dari pemegang jabatan, otoritas dan tanggung
jawab yang meningkatkan baik stres maupun ketidakpuasan. Sama halnya,
kurangnya kendali atas orang yang melebihi kecepatan dari pekerjaan mereka,
maka semakin tinggi stress dan ketidakpuasan mereka. Pekerjaan yang
menyediakan level variasi, signifikansi kemandirian, umpan balik, dan identitas
yang rendah terlihat dapat menciptakan stress serta menurunkan kepuasan dan
keterlibatan dalam pekerjaan. Tidak setiap orang bereaksi dengan kemandirian
dalam cara yang sama. Bagi mereka dengan ruang kendali secara eksternal,
meningkatkan pengendalian pekerjaan akan meningkatkan kecenderungan untuk
mengalami stress dan kelelahan.
c. Gejala Perilaku

Gejala stress yang terkait dengan perilaku meliputi penurunan dalam produktivitas,
ketidakhadiran, dan tingkat perputaran. Demikian pula dengan perubahan dalam
kebiasaan makan, meningkatnya merokok atau konsumsi alcohol, pidato yang
cepat, gelisah dan gangguan tidur.
Terlalu banyak stress memberikan tuntutan yang tidak dapat dicapai oleh
seseorang, yang dapat menghasilkan kinerja yang lebih rendah.

D. Strategi Mengelola Stress

Strategi pengelolaan stress dalam organisasi dapat diterapkan melalui


beberapa langkah :
1. Meningkatkan kesadara: Karyawan perlu memahami bahwa stres dapat berasal
dari berbagai sumber, seperti tuntutan pekerjaan yang berlebihan, kurangnya
dukungan, atau ketidakpastian dalam lingkungan kerja. Menyadari asal-usul stres
membantu individu dalam mengidentifikasi strategi yang tepat untuk
mengelolanya
2. Meningkatkan keterampilan perencanaan dan prioritisasi: Karyawan perlu
mengembangkan keterampilan perencanaan dan prioritisasi untuk mengatasi
beban kerja yang tinggi

7
3. Melakukan perencanaan: Organisasi perlu mendorong kebijakan yang
mendukung fleksibilitas kerja, seperti bekerja dari rumah atau jadwal kerja yang
dapat disesuaikan.
4.Melakukan identifikasi risiko: Organisasi harus melakukan identifikasi risiko
terkait stres akibat kerja dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
5. Mengumpulkan data: Organisasi harus mengumpulkan data-data pekerja yang
mengalami stres akibat kerja dan akar penyebabnya.
6. Melakukan evaluasi: Organisasi harus melakukan evaluasi terhadap data-data
terkait stres akibat kerja yang diperoleh dan menentukan tindakan pengendalian
yang efektif.
7. Memilih strategi penyelesaian masalah yang efektif: Organisasi harus memilih
strategi penyelesaian masalah yang efektif, seperti melakukan aktivitas
menyenangkan.
8. Membiasakan gaya hidup yang sehat: Karyawan perlu dilakukan pelatihan dan
pendidikan tentang gaya hidup yang sehat untuk mengurangi stress.
Dalam pengelolaan stress, juga perlu diperhatikan faktor lingkungan,
institusional, dan pribadi yang dapat menyebabkan stress. Pengelolaan stress
adalah hal yang juga perlu dikuasai oleh individu yang berkecimpung di dunia
kerja.

Cara menerapkan standar manajemen penanganan stres di tempat kerja:

1. Melakukan perencanaan, seperti komitmen manajemen puncak untuk


mendukung program dan menyediakan sumber daya atau tim yang akan bekerja
untuk program ini.
2. Melakukan identifikasi risiko terkait stres akibat kerja dan faktor-faktor yang
memengaruhinya.
3. Mengumpulkan data-data pekerja yang mengalami stres akibat kerja dan akar
penyebabnya.
4. Melakukan evaluasi terhadap data-data terkait stres akibat kerja yang diperoleh
dan menentukan tindakan pengendalian yang mungkin dilakukan.

8
5. Membuat rencana tindakan atau program penanganan stres akibat kerja secara
berkelanjutan dan penerapannya.
6. Melakukan pengukuran dan peninjauan ulang secara berkala untuk mengetahui
efektivitas program penanganan stres yang diterapkan.

E. Contoh Kasus Implementasi Strategi Pengelolaan Stress

Berikut adalah contoh kasus keberhasilan pengelolaan stres dalam organisasi:


1. Implementasi strategi manajemen stres yang efektif di tempat kerja: Salah satu
contoh keberhasilan pengelolaan stres dalam organisasi adalah dengan
menerapkan strategi manajemen stres yang efektif di tempat kerja. Hal ini
melibatkan identifikasi sumber-sumber stres yang terjadi dalam keseharian, baik
yang berkaitan dengan pekerjaan, keluarga, maupun hubungan interpersonal.
Dengan mengimplementasikan strategi ini, perusahaan dapat membantu karyawan
menghadapi stres dengan lebih baik dan meningkatkan performansi, efisiensi, dan
produktivitas kerja karyawan.

2. Penerapan standar manajemen penanganan stres akibat kerja: Contoh lain dari
keberhasilan pengelolaan stres dalam organisasi adalah dengan menerapkan
standar manajemen penanganan stres akibat kerja. Perusahaan yang memberikan
kesempatan kepada karyawan untuk berkonsultasi tentang perubahan yang terjadi
di perusahaan, memberikan kesempatan kepada karyawan untuk memberikan
masukan, dan memberikan pelatihan untuk mendukung perubahan tersebut, telah
terbukti berhasil dalam mengelola stres di lingkungan kerja. Dengan menerapkan
standar ini, perusahaan dapat mengurangi dampak negatif stres terhadap karyawan
dan perusahaan.
Dengan demikian, implementasi strategi manajemen stres yang efektif di
tempat kerja dan penerapan standar manajemen penanganan stres akibat kerja
merupakan contoh kasus keberhasilan pengelolaan stres dalam organisasi.

9
BAB III

PENUTUP

Stres dalam konteks organisasi merupakan fenomena yang umum terjadi dan
dapat memiliki dampak negatif terhadap individu maupun organisasi secara
keseluruhan. Penyebab stres dalam konteks organisasi dapat bervariasi, mulai dari
tuntutan pekerjaan yang tinggi, konflik antar rekan kerja, hingga kurangnya
keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi. Dampak stres yang
tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan penurunan kinerja, peningkatan
absensi, dan masalah kesehatan mental.
Untuk mengelola stres dalam konteks organisasi, beberapa strategi dapat
diterapkan. Identifikasi sumber stres yang spesifik adalah langkah awal yang
penting. Selanjutnya, organisasi perlu membangun lingkungan kerja yang sehat,
termasuk memastikan komunikasi yang efektif, dukungan sosial, dan kesempatan
pengembangan karir. Pengembangan keterampilan mengatasi stres juga penting,
seperti manajemen waktu, teknik relaksasi, dan pembentukan pola pikir yang
positif. Selain itu, promosi kesejahteraan karyawan melalui program kesehatan
dan kebugaran dapat membantu mengurangi tingkat stres.
Studi kasus menunjukkan bahwa implementasi strategi pengelolaan stres
dalam organisasi dapat memberikan manfaat yang signifikan. Organisasi yang
menerapkan pendekatan yang holistik terhadap manajemen stres mampu
menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat, meningkatkan kinerja karyawan,
dan mengurangi tingkat absensi. Contoh strategi yang berhasil diimplementasikan
meliputi pendekatan berbasis tim, pelatihan keterampilan manajemen stres, dan
program kesejahteraan karyawan yang komprehensif.
Dalam kesimpulannya, stres dalam konteks organisasi merupakan tantangan
yang signifikan yang perlu diatasi. Dengan pemahaman yang baik tentang sumber
stres, dampaknya, dan strategi pengelolaan yang efektif, organisasi dapat
menciptakan lingkungan kerja yang sehat, produktif, dan mendukung
kesejahteraan karyawan. Penting bagi organisasi untuk mengambil langkah-
langkah proaktif dalam mengelola stres, karena hal ini tidak hanya bermanfaat

10
bagi individu, tetapi juga berdampak positif terhadap keseluruhan kinerja
organisasi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Asih, G. Y. (2018). Stress Kerj. Semarang, University Press.

Judge., S. P. (2016). Perilaku Organisasi (edisi 16).


Lara Sagitha Odini, A. P. (2023). Pengaruh Beban Kerja, Job Burnout, Dan
Konflik Peran Terhadap. Jurnal Riset Ilmu Manajemen dan
Kewirausahaan, 18.
Lina Nur Hidayati, M. H. (2021). NJAUAN LITERATUR MENGENAI STRES
DALAM ORGANISASI. 11.
Ratnaningsih, D. S. (2021). PENGARUH KEPUASAN KERJA, STRES KERJA,
DAN KOMITMEN. 12.
Richard S. Lazarus, P. S. (1984). Stress, Appraisal, and coping. New York:
Springer Publishing Company.
Stephen P.R., T. A. (2017). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Emoat.
Stress and Health: Psychological, B. a.-D. (2007). Stress and Health:
Psychological, Behavioral, and Biological DeterminantsAnnual Review of
Clinical Psychology.
Tewal, B. A. (2017). Perilaku Organisasi. Cv. Patra Media Grafindo.

12

Anda mungkin juga menyukai