Oleh:
KELOMPOK I
Toasih Ekowati NIM 20510298
Wiwik Wijayanti NIM 20510300
Umsiyah NIM 20510267
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah YME, atas limpahan karunia,
taufik, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
kelompok dalam pembuatan makalah ini. Makalah yang berjudul ” STRES KERJA
DAN MANAJEMEN KONFLIK” ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata
miliki, oleh karena itu kami mohon kepada pembaca untuk memberikan saran dan kritik
ini, kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang berbicara tentang stres. Kita mendengar topik ini sebagai
bahan pembicaraan sehari-hari, baik di radio, televisi, surat kabar dan diberbagai
konferensi maupun di kalangan Universitas. Sayangnya hanya sedikit saja orang
yang mengerti konsep stres yang benar. Manager menganggap stres sebagai frustasi
atau ketegangan emosi; pengatur lalu lintas pesawat berpendapat sebagai problem
konsentrasi; seorang remaja yang kandas cita-citanya dan para atlit yang gagal
berprestai karena ketegangan otot. Secara umum pengertian stres adalah suatu
bentuk ketegangan yang mempengaruhi fungsi alat-alat tubuh. Kalau ketegangan
itu berlebihan sehingga menggangu fungsi alat-alat tubuh tadi, maka keadaan
demikian disebut dengan istilah distres. Stres dalam kehidupan tidak dapat
dihindarkan. Masalahnya adalah bagaimana manusia hidup dengan stres tanpa
harus mengalami distres.
Bagi masyarakat pada era industrialisasi sekarang ini, pekerjaan merupakan
suatu aspek kehidupan yang sangat penting. Bagi masyarakat modern bekerja
merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik dalam rangka memperoleh imbalan
berupa uang atau jasa, ataupun dalam rangka mengembangkan dirinya. Pekerjaan
juga seringkali meliputi penggunaan waktu dan usaha di luar keinginan individu
pekerja. Banyak pekerja yang melakukan pekerjaan rutin, yang tidak atau hanya
sedikit menuntut inisiatif dan tanggungjawab, dengan sedikit harapan untuk maju
atau berpindah kejenis pekerjaan lain.
Teknologi dan industrialisasi yang pesat juga mencipta-kan suatu perubahan
yang penting dalam sifat ancaman dan stres itu sendiri. Bagi manusia yang hidup
dijaman yang masih primitif, ketegangan itu suatu keadaan yang masih mudah
ditentukan sebab musababnya dan dapat dengan jelas dikenali, walaupun
mengancam langsung kehidupan tetapi sekurang-kurangnya gamblang untuk
dihadapi. Manusia jaman dulu dapat menanggapi ketegangan dengan tindakan yang
konkrit berupa perilaku fisik yang relevan dengan ancaman fisik yang dihadapinya,
sehingga dampak lanjutan dari ketegangan tersebut dapat dihindari. Manusia jaman
sekarang masih terbuka terhadap stres atau ketegangan seperti yang telah
dikemukakan di atas. Tetapi seringkali manusia modern kurang intensif dalam
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
A. Kajian teori
1. pengertian stress
Stres yang dapat diartikan banyak sekali, dari perspektif orang biasa stres
dapat digambarkan seperti perasaan tegang, gelisah atau khawatir. “Stress dapat
ditempatkan ke dalam dua kategori yaitu stress sebagai suatu stimulus dan suatu
respons. Stress sebagai definisi ialah sebagai sejumlah karakteristik atau pristiwa
yang mungkin meghasilkan konsekuensi yang tidak beraturan.
Sedangkan stres sebagai suatu respons dapat dilihat secara sebagian sebagai
suatu respon yang terhadap sejumlah stimulus yang disebut stressor. Dalam
definisi respons, stres merupakan konsekuensi dari interaksi antara suatu
stimulus lingkungan (suatu stressor) dan respons individual. Sedangkan stressor
ialah suatu pristiwa eksternal atau situasi yang secara potensial membahayakan
seseorang. (Ivancevich, John M., Robert Konopaske, 2006)
Menurut Selye “stres kerja merupakan suatu konsep yang terus menerus
bertambah. Ini terjadi jika semakin banyak permintaan, maka semakin bertambah
munculnya potensi stres kerja dan peluang untuk menghadapi ketegangan akan
ikut bertambah pula. Sedangkan menurut Caplan stres kerja mengacu pada
semua karakteristik pekerjaan yang mungkin memberi ancaman kepada individu
tersebut. Dua jenis stres kerja mungkin mengancam individu yaitu baik berupa
tuntutan di mana individu mungkin tidak berusaha mencapai tujuannya atau
persediaan yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan individu tersebut
(Wijono, 2018).
Stres adalah suatu proses yang bersumber dari hubungan transaksi antara
faktor individu dan faktor lingkungan yang dapat mengganggu atau
meningkatkan kestabilan secara fisiologis, psikologis individu. Stres dapat
memberi pengaruh pada prestasi kerja baik yang positif dan negatif tergantung
dari penghayatan subjektif terhadap situasi yang ada di lingkungannya (Wijono,
2018).
Stres (stress) adalah suatu respons adaptif yang dimoderasi oleh perbedaan
individu, yang merupakan konsekuensi dari setiap tindakan, situasi, atau
peristiwa dan yang menempatkan tuntuan khusus terhadap sesekrang (Ivancevich,
John M., Robert Konopaske, 2006).
2. Jenis-jenis stress
Quinck & Quick (Sandra & Ilfdil, 2015) mengkategorikan bahwa stres kerja
daam dua jenis, yakni (a) eustress, yaitu respon terhadap stres yang bersifat sehat,
positif, dan konstruktif (bersifat membangun); (b) distress, yaitu hasil dari respon
terhadap stres yang bersifat tidak membangun, tidak sehat, negatif dan destruktif
(bersifat merusak).
Beberapa stres kerja bisa jadi berdampak baik, namun bisa juga berdapak
buruk. Ada 4 tipe stres kerja, yaitu:
1) Eustress
Merupakan stres positif yang bisa memunculkan usaha-usaha kreatif, ketika
membutuhkan inspirasi, maka eustress bisa menambah energi untuk
melakukannya
2) Distress
Merupakan jenis stres negatif, yang umumnya terjadi saat ketika pikiran tidak
nyaman dengan perubahan dan rutinitas dan sangat membutuhkan rutinitas
yang lebih familiar. Ada dua tipe distress yaitu stres akut (muncul secara tiba-
tiba karena adanya perubahan rutinitas, bisa hilang dengan cepat) dan stres
kronis (muncul secara terus-menerus karena adanya perubahan rutinitas yang
terjadi, dan bisa berdampak pada kesehatan fisik maupun mental)”
3) Hyperstress
4) Hypostress
Sejalan dengan hal tersebut, Wijono (Sandra & Ilfdil, 2015) mengatakan bahwa
stres kerja yang dapat meningkatkan motivasi karyawan adalah stres kerja yang
positif, sebaliknya stres kerja yang mengakibatkan kehancurannya produktivitas
karyawan dapat disebut dengan stres negatif.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat jenis kerja yang secara
umum orang ketahui yaitu eustress yang berarti stres kerja yang
positif dan distress yang berarti stres kerja yang negatif, eustress
meningkatkan motivasi dan produktivitas pada individu, tetapi
distress dapat mengurai semangat kerja individu tersebut.
5. Sumber-sumber stress
6) Perubahan Organisasi
Perubahan organisasi termasuk budayannya pada sebuah perusahaan atau
grup perusahaan dapat menjadi sumber stres bagi para karyawan, bila
dilakukan terlalu cepat, mendadak, dan kurangnya sosialisasi sebelum
dialokasikan.
7) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja yang merupakan keseluruhan alat perkakas dan bahan
yang akan duhadapi oleh seseorang. Lingkungan kerja dapat dikatakan baik
atau sesuai apabila karyawan dapat bekerja dan melaksanakan kegiatan
secara maksimal, optimal, sehat, aman, dan nyaman (Wijaya, Purnomolastu,
& Tjahoanggoro, 2015).
1) Mengelola waktu
Kita memiliki waktu yang terbatas untuk menghadapi berbagai tuntutan.
Tetapi, apabila waktu diatur dengan baik, maka akan dapat eningkatkan
penyelesaian berbagai pekerjaan dengan lebih efektif. Beberapa prinsip
yang dapat menjadi acuan ialah:
2) Latihan fisik
3) Relaksasi
5) Pace yourself
1) Meditasi
2) Relaksasi
3) Terapi
A.2.Manajemen Konflik
1. Pengertian konflik
3) Functional conflict
Keyakinan bahwa konflik perlu dipertahankan dan harus ada pada
tingkat minimum secara berkelajutan, sehingga dapat mendukung
tujuan organisasi dan meningkatkan kinerja organisasi tersebut
(Robbins & Timothy A. Judge, 2013).
2. Sumber-sumber konflik
Konflik secara umum akan terjadi dalam satuasi dimana dua atau lebih
orang memiliki pandangan yang tidak sepaham terhadap suatu
permasalahan yang menyangkut kepentingan organisas serta adanya
perasaan permusuhan antar individu tersebut. Robbins menjelaskan bahwa
ada beberapa sumber konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak
dicapai, yaitu:
2. Pribadi
Faktor personal merupakan kategori terakhir dari sumber potensi
konflik kami adalah variabel pribadi, yang meliputi kepribadian,
emosi serta nilai-nilai. dapat terjadi apabila individu dalam
organisasi tidak dapat saling memahami antar individu, sehingga
menyebabkan konflik dalam organisasi. Sebagai contoh apabila ada
seorang karyawan yang datang ke kantor untuk bekerja tetapi dalam
perjalanan pagi karyawan tersebut mengalami macet yang tidak
seperti biasanya. Hal ini akan menjadikan emosi dan karyawan
tersebut membawa kemarahannya ke kantor. Kemarahan ini yang
dapat megganggu rekan kerja, yang dapat menyebabkan pertemuan
penuh ketegangan (Robbins & Timothy
A. Judge, 2008).
1. Pemecahan Masalah
Pertemuan tatap muka pihak-pihak yang berkonflik untuk
mengidentifikasi masalah dan menyelesaikannya melalui diskusi
terbuka
2. Tujuan superordinat
Menetapkan tujuan bersama yang tidak dapat dicapai tanpa kerja
sama dari setiap pihak yang berkonflik
4. Penghindaran
Penarikan diri dari, ataupenyembunyian konflik
5. Memperhalus
Meninimalkan perbedaan sembari menekankan kepentingan
bersama di antara pihak-pihak yang berkonflik
A. Kesimpulan
Dari berbagai pendapat di atas, stres merupakan suatu kondisi dimana seseorang
mengalami gangguan psikologi maupun fisik dalam menghadapi suatu
permasalahan atau pekerjaan. Serta perasaan-perasaan yang negatif dan tidak
menyenangkan pada suatu kondisi kerja karena tuntutan yang terlalu berlebih serta
kurangnya waktu istirahat yang berakibat pada konfisi fisik dan psikir yang tidak
stabil.
B. Saran
Kita harus dapat mengetahui dan mengelola stress dengan baik , yaitu dengan
mengetahui jeni, sumber dan solusi dalam menghadapi strss.
Seorang manajer atau pimpinan dalam organisasi harus mampu mengelola
konflik yang terdapat dalam organisasi secara baik agar tujuan organisasidapat
tercapai tanpa hambatan-hambatan yang menciptakan terjadinya konflik. Terdapat
banyak cara dalam penanganan suatu konflik , manajer atau pimpinan harus mampu
mendiagnosis sumber konflik serta memilih strtegi pengelolaan konflik yang sesuai
sehingga diperoleh solusi tepat atas konflik tersebut.. Dengan pengelolaan yang
konflik yang baik maka akan diperoleh pengalaman dalam menangani berbagai
konflik yang akan selelau terus terjadi dalam organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ede Muhammad, N., & Khadijah. (2014). Peningkatan Kompetensi Melalui Amalan
Organisasi Pembelajaran. Johor Baru: University Teknologi Malaysia.
Foster, B., & Sidharta, I. (2019). Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: Diandra Kreatif.
Kramis, J. A. (2003). What The Best CEO’S (Kiat Sukses 7 Pemimpin Hebat dalam
Mengubah SEMUA BISNIS). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mustafa, Z., & Maryadi. (2017). Kepemimpinan Pelayan (Diemensi Baru dalam
Kepemimpinan). Makasar: Celebes Media Perkasa.
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2008). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.