Anda di halaman 1dari 15

PERENCANAAN STRATEGIS DIBIDANG AKADEMIK

DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Strategis Pendidikan

Oleh:
KELOMPOK 2

Nama NPM
1. Komariyah Yuniarti,S.Si 20510269
2. Irawati,S.Pd 20510270
3. Wakhidin,S.Pd 20510272

KELAS II D MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
GASAL 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamiin,segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan


taufiq serta nikmat yang tiada hentinya sehingga makalah “ Perencanaan Strategis Dibidang
Akademik Dalam Peningkatan Mutu “ dapat kami selesaikan.
Adanya dorongan , motivasi dan partisipasi dari berbagai pihak maka makalah ini dapat
terselesaikan.

Makalah ini disusun untuk mempermudah kami dalam memahami mata kuliah
Perencanaan Strategis Pendidikan.Sebagai sumber belajar,makalah ini disusun sedemikian rupa
sehingga kami mudah mempelajarinya.Selain itu makalah ini disusun sebagai salah satu tugas
yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Perencanaan Strategis Pendidikan.Makalah ini
terdiri dari tiga bab yaitu pendahulian,pembahasan dan penutup.

Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan
penyusun.Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun akan menjadi masukan
yang berharga bagi kesempurnaan modul ini selanjutnya.

Semoga ,makalah ini memiliki manfaat.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan meningkatkan mutu
Sumber Daya Manusia (SDM) menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan
sehingga disadari bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sangat fundamental bagi
setiap individu.Dunia pendidikan Indonesia saat ini memiliki tantangan dalam
mengembangkan sekolah yang bermutu dan mencetak lulusan yang berkualitas dan
berkepribadian unggul, yang memiliki daya saing baik kancah nasional maupun
internasional. Dalam menyelesaikan problem ini, sekolah dapat melakukan beberapa
strategi untuk meningkatkan mutu pendidikannya diantaranya yaitu dengan cara
perencanaan strategis yang efektif, dan mempunyai suatu tim dan sumber daya manajemen,
yang memberikan kemampuan dalam mengatasi berbagai yang dibutuhkan demi mencapai
tujuan sekolah yang ingin dicapai.
Perencanaan pendidikan yang bersifat stategis sangat penting dalam rangka penentuan
prioritas pembangunan pendidikan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Saud dan
Makmun (2007, hlm.19) yang menyatakan bahwa perencanaan stratejik pembangunan
pendidikan adalah perencanaan yang mengambil fokus atau prioritas pembangunan kualitas
pendidikan.
Perencanaan pendidikan memiliki posisi yang strategis dalam keseluruhan proses
pendidikan. Perencanaan pendidikan akan dapat memberikan kejelasan arah usaha dalam
proses pendidikan. Dengan kejelasan arah ini usaha pendidikan dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien. Dengan demikian,salah satu indikator keberhasilan proses pendidikan
terletak pada kualitas perencanaan pendidikan yang menyeluruh (Akdon,2011, hlm. 252).
Perencanaan memiliki dua arti penting. Pertama, sebagai pijakan (titik awal) dari
keseluruhan proses manajemen. Kedua, berfungsi mengarahkan segenap aktivitas dalam
organisasi. Perencanaan secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga jenis,yaitu
perencanaan strategis, standing plans yaitu rencana yang relatif baku untuk jangka waktu
tertentu,dan single-use plans yaitu rencana untuk sekali/sebuah program/kegiatan
(Kompri,2017, hlm. 109)
Perencanaan strategi bertujuan agar organisasi menjadi kesatuan yang dapat
menampilkan kinerja yang maksimal karena lembaga yang berhasil adalah lembaga yang
jenjang efektivitas dan produktifinya semakin tua akan semakin tinggi.Tercapainya
kesesuaian antara lingkungan suatu sekolah yang strategis, struktur serta proses sekolah
akan mempengaruhi pada hasil akademik siswa.Oleh sebab itu makalah ini membahas
tentang perencanaan strategis di bidang akademik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana penyusunan perencanaan strategis di bidang akademik terhadap mutu
pendidikan

C. Tujuan Makalah
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Menegetahui penyusunan perencanaan strategis di bidang akademik terhadap
peningkatan mutu pendidikan

D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari makalah ini adalah untuk memberikan masukan terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, utamanya yang berkaitan dengan
manajemen pendidikan di Indonesia
2. Manfaat Praktis
Memberikan sumbangan fikiran guna memperoleh masukan untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan perencanaan strategis di bidang akademik agar
meningkatnya mutu pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teoritis dan Landasan Kritis

1. Konsep Strategi
Strategi berasal dari bahasa yunani strategia ( stratos = militer dan ag =
memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral. Strategi bisa
diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer
dan material pada daerah - daerah tertentu untuk mencapai tujuan tindakan tetentu
Strategi merupakan sejumlah tindakan yang terintegrasi dan terkoordinasi yang
diambil untuk mendayagunakan kompetensi inti serta memperoleh keunggulan
bersaing. Keberhasilan suatu perusahaan, sebagaimana diukur dengan daya saing
strategis dan profitabilitas tinggi, merupakan fungsi kemampuan perusahaan dalam
mengembangkan dan menggunakan kompetensi inti baru lebih cepat daripada usaha
pesaing untuk meniru keunggulan yang ada saat ini
David mengatakan strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka
panjang,merupakan tindakan potensial yang membutuhkan keputusan
manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan/organisasi dalam jumlah
yang besar. Selain itu ditegaskannya bahwa strategi memengaruhi kemakmuran
perusahaan/organisasi dalam jangka panjang dan berorientasi masa depan. Hal itu
sejalan dengan pemikiran Glueck dan Jauch bahwa strategi adalah rencana yang
disatukan, luas dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis
perusahaan dengan tatanan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan
bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melaui pelaksanaan yang tepat
melalui organisasi.
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa startegi merupakan suatu
rencana yang ditunjukan untuk mencapai tujuan yang di inginkan.

2. Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis adalah suatu proses yang dilakukan dengan
merumuskan perencanaan strategis dan kebijakan yang menentukan perubahan
karakter atau arah dari organisasi.Perencanaan strategis adalah instrumen
kepemimpinan dan suatu proses, ia menentukan apa yang dikehendaki suatu
organisasi dimasa depan dan bagaimana usaha mencapainya, “suatu proses yang
menjelaskan sasaran-sasaran”
Kaufman (1992) memberikan defenisi tentang perencanaan strategis sekolah,
yaitu perencanaan yang dimulai dengan mengidentifikasi apa yang seharusnya dan
apa yang dapat dilakukan. Kemudian bekerja untuk memastikan bahwa seluruh
bagian organisasi sekolah dapat didesain secara layak. (Mukhtar : 2003, 96)
Johnson Kast Rozens-Weig dalam mengartikan perencanaan strategik yaitu
adalah proses penentuan sasaran utama, kebijakan yang mengatur pengadaan dan
pendayagunaan sumber-sumber serta strategi yang mengatur pengadaan dan
pendayagunaan sumber untuk pencapaian tujuan. (Nanang: 2004, 56)
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
perencanaan strategis (strategic planning) adalah proses memutuskan atas program
yang akan dilakukan organisasi, dengan mengidentifikasi apa yang seharusnya dan
apa yang dapat dilakukan. Sebuah petunjuk bagi organisasi dari kondisi yang
sedang dihadapi sampai kepada kondisi.

3. Bidang akademik
Akademik (akademis) : adalah bersifat ilmiah; bersifat ilmu pengetahuan;
bersifat teori(Glosarium Bahasa Indonesia (panduansoal.blogspot.co.id)
Akademik adalah seluruh lembaga pendidikan yang bersifat akademis. Artinya
bersifat ilmiah, bersifat ilmu pengetahuan, bersifat teori tanpa arti praktis yang
langsung. Akademik bersifat formal baik pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, pendidikan kejuruan maupun perguruan tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu cabang sebagian cabang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan atau seni tertentu.

4. Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan merupakan tingkat pencapaian pendidikan sesuai dengan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan yang mencakupinput, proses dan output
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “mutu” berarti ukuran baik buruknya sesuatu,
kualitas, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan).
Menurut Hari Sudradjad pendidikan yang bermutu adalah Pendidikan yang mampu
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan atau kompotensi, baik kompetensi
akademik maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal dan
sosial, serta nilai-nilai akhlak mulia, yang keseluruhannya merupakan
kecakapan hidup (life skill), pendidikan yang mampu menghasilkan manusia seutuhnya
(manusia paripurna) atau manusia dengan pribadi yang integral (integrated personality)
mereka yang mampu mengintegralkan iman, ilmu, dan amal
Menurut Mujamil mutu pendidian adalah “Kemampuan lembaga pendidikan dalam
mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar
seoptimal mungkin”
Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input
pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila
mampu menciptakan suasana Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan
(PAKEM).

5. Tinjauan kritis ( berbagai persoalan pendidikan)


Kebutuhan terhadap perencanaan pendidikan diakibatkan oleh adanya kompleksitas
masyarakat dewasa ini, seperti masalah jumlah penduduk, kebutuhan akan tenaga kerja,
masalah lingkungan, dan adanya keterbatasan sumber daya alam.
Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih mengalami krisis besar karena
perkembangan dan kebutuhan akan pendidikan tidak dapat terpenuhi oleh sumbersumber
yang tersedia. Sejak beberapa tahun lalu, Coombs (1968) dan Manap (1999, 2008)
menghimbau agar pendidikan direncanakan secara seksama. Caranya dengan melihat
pada keterbatasan yang ada dan diarahkan kepada penyelenggaraan pendidikan yang
lebih sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat.

B. Pendekatan dalam perencanaan Pendidikan


Untuk mengatasi permasalahan pendidikan secara komprehensif, Banghart dan Trull
(1973:120) merekomendasikan beberapa hal yang harus dicermati dalam merencanakan
pendidikan, di antaranya (1) mengidentifikasi berbagai kebijakan terkait dengan sistem
pendidikan; (2) mengevaluasi dan mempertimbangkan berbagai alternatif metode pendidikan
dan dalam kaitannya dengan masalah-masalah khusus pendidikan; (3) mencermati masalah-
masalah kritis yang memerlukan perhatian, penelitian, dan pengembangan; (4) mengevaluasi
keunggulan dan kelemahan sistem pendidikan yang ada; serta (5) melaksanakan kajian
terhadap sistem pendidikan dan komponen-komponennya. Perencanaan berfungsi sebagai
pemberi arah bagi terlaksananya aktivitas yang disusun secara komprehensif, sistematis, dan
transparan.
Perencanaan dan manajemen pendidikan diarahkan untuk dapat membantu:
(1) memenuhi keperluan akan tenaga kerja,
Pemenuhan keperluan akan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas menempati
prioritas utama karena tanpa didukung tenaga kerja yang terampil, maka pembangunan di
berbagai bidang sukar dilaksanakan dan tingkat pengangguran akan terus meningkat.
(2) perluasan kesempatan pendidikan,
Pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan merupakan upaya pembebasan
yang bersifat politis dan merakyat
(3) peningkatan mutu pendidikan, serta
(4) peningkatan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan
Peningkatan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan merupakan pra syarat
bagi terwujudnya pemenuhan keperluan akan tenaga kerja dan perluasan kesempatan
untuk memperoleh pendidikan
Pendekatan perencanaan pendidikan :
(1) pendekatan kebutuhan sosial (social demand approach);
pendekatan ini menekankan pada tujuan pendidikan yang mengandung misi
pembebasan, yakni pembebasan masyarakat dari kebodohan dan kemiskinan. Misalnya
keperluan akan pendidikan yang memadai, yang implementasinya tertuang dalam bentuk
kebijakan wajib belajar, pembebasan biaya pendidikan bagi kelompok masyarakat yang
terbatas secara ekonomis. Pendekatan ini membawa misi bagaimana perencana dapat
mengakomodir agar semua orang dapat memperoleh pendidikan yang memadai dengan
pembiayaan wajar.
Pendidikan adalah hak setiap warga negara, setiap orang harus mempunyai
kesempatan untuk memperoleh pendidikan, tidak dibatasi oleh ketidakberdayaan secara
ekonomis, fisik, ataupun faktor sosial budaya lainnya. Pemerintah dan/atau penyelenggara
pendidikan harus berupaya untuk dapat mengakomodir semua penduduk usia sekolah
(PUS) yang berada dan terlibat dalam sistem pendidikan. Mahalnya pendidikan jadi relatif,
yang pasti semua penduduk usia sekolah harus ambil bagian dalam proses pendidikan.
Tingkat keberhasilan pemerintah dalam pelayanan pendidikan dapat diketahui dari
besarnya persentase penduduk usia sekolah yang bersekolah, yang dikenal dengan istilah
angka partisipasi pendidikan.
(2) pendekatan perencanaan ketenagakerjaan (manpower planning approach); dan
menekankan pada kesesuaian atau relevansi antara lulusan (output) satuan
pendidikan dan keperluan akan tenaga kerja di berbagai bidang. Implementasinya
tertuang dalam kebijakan “link and match, kurikulum berbasis kompetensi, penerapan
konsep life skill, dan sejenisnya”. Proses pendidikan dipandang sebagai wahana untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi sumber daya manusia (SDM) yang terdidik dengan
baik, yakni SDM yang kreatif, inovatif, kompetitif, memiliki sikap dan kepribadian yang
unggul, serta memiliki keterampilan hidup yang memadai untuk hidup mandiri dan
mengembangkan dirinya. SDM yang terdidik dengan baik akan menjadi manusia produktif
yang dapat menyumbang pada keberhasilan pembangunan. SDM yang terdidik dengan
baik akan menjadi manusia yang bermakna bagi dirinya, keluarganya, organisasi di mana ia
berada, serta masyarakat dan bangsa pada umumnya. Pendekatan perencanaan
ketenagakerjaan (manpower planning approach) mempersiapkan SDM untuk menjadi
tenaga kerja yang produktif di masa yang akan datang.
(3) pendekatan untung-rugi dalam perencanaan pendidikan (rate of return approach).
menekankan pada analisis untung rugi yang lebih bersifat ekonomis dan berlandaskan
pada konsep investment in human capital. Pendidikan dipandang sebagai investasi sumber
daya manusia yang akan mendatangkan keuntungan yang dapat diukur dengan nilai
moneter. Penyelenggara pendidikan akan mempertimbangkan berapa banyak investasi
yang diperlukan untuk penyelenggaraan pendidikan, keuntungan apa yang akan
diperolehnya dan berapa banyak, adakah keuntungan langsung ataupun keuntungan tidak
langsung atas program penyelenggaraan pendidikan tersebut. Masalah untung-rugi
menjadi bahan pertimbangan utama dalam penyelenggaraan pendidikan. Konsep ini juga
menjadi dasar pemikiran bahwa semakin banyak dana dialokasikan untuk pendidikan,
akan semakin banyak keuntungan yang akan diperoleh penyelenggara pendidikan di masa
yang akan datang.
(4) pendekatan analisis keefektifan biaya (cost effectiveness analysis approach),oleh Davis
(1980)
lebih menekankan pada penggunaan dana dan fasilitas yang secermat mungkin untuk
mencapai hasil optimal, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pertimbangan utama
dalam pendekatan efektivitas biaya adalah berapa banyak budget yang tersedia untuk
pendidikan, pendidikan apa yang dapat dilakukan dengan budget tersebut. Dalam konteks
ini dianut prinsip produktivitas, yakni dengan dana minimal diupayakan dapat mencapai
hasil yang maksimal. Para penyelenggara pendidikan akan menghindari adanya
pemborosan dalam pembiayaan pendidikan dan akan berupaya seoptimal mungkin agar
tujuan pendidikan dapat dicapai secara cepat dan tepat.
Pemerintah sebagai penyedia/penyelenggara pendidikan perlu mempertimbangkan
penggunaan keempat pendekatan tersebut dalam merencanakan pendidikan. Hal itu
tercermin dalam perencanaan yang berkaitan dengan penuntasan program wajib belajar
pendidikan dasar, di mana semua anak usia pendidikan dasar pada saatnya dapat terlayani
semua dalam sistem pendidikan nasional.

C. Bentuk – bentuk perencanaan

1. Ditinjau dari segi waktu


Perencanaan pendidikan dapat dibedakan atas :
a. perencanaan jangka panjang (antara 11– 30 tahun),
b. perencanaan jangka menengah (antara 5–10 tahun), dan
c. perencanaan jangka pendek (antara 1–4 tahun).
Ketiga bentuk perencanaan tersebut berkaitan antara satu dan yang lainnya.
Perencanaan jangka pendek merupakan bagian dari perencanaan jangka menengah,
keduanya merupakan bagian dari perencanaan jangka panjang. Beberapa perencanaan
jangka pendek yang digabungkan secara sistematis dan sistemik dapat dipandang sebagai
perencanaan jangka menengah, beberapa perencanaan jangka menengah yang dirangkai
dalam satu kesatuan akan menjadi rencana jangka panjang.
2. Berdasarkan ruang lingkupnya
Perencanaan pendidikan dapat dibedakan atas:
(1) perencanaan makro, level nasional, meliputi seluruh usaha pendidikan pada semua
jenjang dan jenis pendidikan, kurikulum, peserta didik, dan pendidik dalam suatu sistem
pendidikan yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional;
(2) perencanaan meso, yaitu level regional atau lokal, meliputi semua jenis dan jenjang
pendidikan di suatu daerah; serta
(3) perencanaan mikro, biasanya bersifat institusional, meliputi berbagai kegiatan
perencanaan pada suatu lembaga atau satuan pendidikan tertentu atau pada beberapa
lembaga yang sama dan berdekatan lokasinya
Dalam konteks ini, kita kenal adanya (1) Perencanaan Pendidikan Nasional; (2)
Perencanaan Pendidikan Provinsi; (3) Perencanaan Pendidikan
Kabupaten/Kota/Kecamatan; dan (4) Perencanaan Satuan Pendidikan atau Perencanaan
Kelembagaan atau Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Rencana pembangunan
pendidikan nasional merupakan “kumulatif” dari perencanaan pendidikan provinsi.
Rencana pembangunan pendidikan
provinsi merupakan kumulatif dari perencanaan pendidikan kabupaten/kota. Rencana
pembangunan pendidikan kabupaten/kota merupakan kumulatif dari perencanaan
pengembangan satuan-satuan pendidikan.
3. Dari segi pendekatannya, perencanaan pendidikan dibedakan atas:
(1) perencanaan terintegrasi (integrated planning), yaitu perencanaan yang mencakup
keseluruhan aspek pendidikan sebagai suatu sistem dalam pola pembangunan
nasional;
Perencanaan terintegrasi dalam bidang pendidikan mengandung makna bahwa
pembangunan pendidikan bukanlah penerapan konsep pembangunan yang parsial,
tetapi merupakan bagian yang tidak terpisahkan (terintegrasi) dengan pembangunan
nasional di berbagai bidang. Pembangunan pendidikan tidak dapat lepas dari program
pembangunan: (1) ketenagakerjaan; (2) teknologi; (3) industri; (4) transportasi; (5)
lingkungan sosialbudaya; (6) lingkungan geografis; serta (7) ekonomi dan keuangan.
(2) perencanaan komprehensif (comprehensive planning), yaitu perencanaan yang
disusun secara sistematis dan sistemik, sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh
dan menyeluruh;
Perencanaan pendidikan yang komprehensif adalah perencanaan pendidikan
yang disusun secara sistematis, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh dan
menyeluruh tentang perencanaan, tentang penyelenggaraan dan pengembangan
pendidikan pada suatu wilayah tertentu, yang kegiatannya meliputi perencanan
pengembangan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi. Perencanaan dan pengembangan pendidikan berkaitan dengan
substansi kesiswaan, ketenagaan (pendidik dan tenaga kependidikan), kurikulum,
sarana dan prasarana, biaya, metode, isi/kurikulum, mutu kelembagaan pendidikan,
kependudukan, dan hal lain yang bermakna bagi pengembangan penyelenggaraan
pendidikan.
(3)perencanaan strategis (strategic planning), yaitu perencanaan yang disusun
berdasarkan skala prioritas, sehingga berbagai sumber daya yang ada dapat diatur dan
dimanfaatkan secermat dan seefisien mungkin; serta
Perencanaan ini mengutamakan pada adanya prioritas dalam penyelenggaraan
dan pembangunan pendidikan. Sebagai contoh, prioritas pendidikan diletakkan pada
pendidikan dasar. Sebagai bukti bahwa pendidikan dasar mendapatkan prioritas dalam
pembangunan pendidikan adalah besarnya biaya pendidikan yang dialokasikan untuk
membiayai penyelenggaraan pendidikan dasar. Argumentasi bahwa pendidikan dasar
dijadikan prioritas didasarkan pada kenyataan bahwa mutu pendidikan dasar masih
belum menggembirakan, padahal mutu pendidikan dasar akan menjadi fondasi bagi
jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan dasar juga merupakan hak setiap warga
negara untuk mendapatkannya. Hal tersebut dibuktikan dengan ditetapkannya
kebijakan wajib belajar pendidikan dasar dan kebijakan pembebasan biaya pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar, yang pada sebagian kasus sering dijadikan ikon
unggulan cakada (calon kepala daerah) dalam meraih simpati konstituennya dengan
janji “pendidikan gratis”. Apabila prioritas penyelenggaraan dan pembangunan
pendidikan dasar telah terpenuhi, maka prioritas akan bergeser pada perluasan dan
peningkatan mutu pendidikan menengah
(4)perencanaan operasional (operational planning), yang mencakup kegiatan
pengembangan dari perencanaan strategis.
merupakan penjabaran dari perencanaan strategis. Perencanaan yang mampu
memberikan penjelasan secara detail tentang (what) apa yang harus dikerjakan, (who)
siapa yang mengerjakan, (how) bagaimana mengerjakannya, (where) di mana akan
dikerjakan, (when) bilamana hal itu akan dilaksanakan. Perencanaan operasional
secara dokumen diwujudkan dalam bentuk program kerja atau kegiatan yang disusun
sedemikian rupa dan menjadi panduan bagi setiap orang yang terlibat dalam
melaksanakan program kerja tersebut. Dalam konteks persekolahan, perencanaan
operasional diwujudkan dalam bentuk program kerja sekolah, agenda akademik
sekolah, jadwal pembelajaran, dan sejenisnya.

D. Peningkatan Mutu Pendidikan


Upaya peningkatan mutu diarahkan pada peningkatan mutu proses pendidikan dan
hasil pendidikan. Mutu dapat ditingkatkan apabila proses belajar dapat dilaksanakan secara
efektif, sehingga peserta didik dapat mengalami proses belajar yang berarti dan ditunjang oleh
sumber daya, seperti sarana-prasarana, tenaga pengajar, dan dana yang memadai.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur mutu pendidikan dalam
penelitian ini antara lain (1) angka putus sekolah; (2) angka mengulang kelas; (3) angka naik
tingkat; (4) angka kelulusan; (5) efisiensi internal penyelenggaraan pendidikan; (6) satuan biaya
pendidikan; (7) angka buku; (8) persentase alat peraga yang dimiliki; (9) persentase
laboratorium yang dimiliki; (10) persentase perpustakaan yang dimiliki; (11) rata-rata NEM; (12)
angka guru yang ditatar; (13) angka kesesuaian penataran guru; (14) angka guru tepat didik;
(15) angka guru tepat guna; (16) persentase ruang kelas; dan (17) angka ruang guru.
Dirjen Dikti (1994:21) merumuskan bahwa perencanaan strategis untuk mutu
merupakan perencanaan berjangka panjang, berdasarkan visi, misi, dan prinsip-prinsip
kelembagaan yang berorientasi pada kebutuhan para pelanggan, baik untuk masa kini maupun
masa datang. Perencanaan berjangka panjang secara konseptual sudah mencakup perencanaan
jangka menengah dan perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka menengah dan jangka
pendek merupakan bagian dari perencanaan jangka panjang, yang secara operasional
berlangsung secara berkesinambungan .
Ada beberapa konsep atau urutan pemikiran yang perlu dipahami dalam menyusun rencana
strategis untuk mutu, yaitu (1) visi, (2) misi, (3) prinsip, (4) tujuan, (5) analisis pasar, (6) analisis
keadaan diri, (7) rencana lembaga, (8) kebijaksanaan mutu, (9) rencana mutu, (10) pembiayaan
mutu, serta (11) evaluasi dan pemantauan (Dirjen Dikti 1994:22–23).
Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu kualitas proses
dan kualitas produk. Suatu pendidikan disebut berkualitas dari segi proses, jika proses
belajarmengajar berlangsung secara efektif dan peserta didik mengalami proses pembelajaran
yang bermakna, ditunjang oleh sumber daya (manusia, dana, sarana, dan prasarana) yang
memadai. Proses pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan produk pendidikan yang
berkualitas pula. Oleh karena itu, intervensi yang sistematis perlu diberikan terhadap
prosesnya, sehingga dapat memberikan jaminan kualitas yang meyakinkan (Depdikbud 1993:4)
Hasil pendidikan disebut berkualitas dari segi produk jika mempunyai salah satu atau
lebih dari ciriciri: (1) peserta didik menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap
tugastugas belajar (learning tasks) yang harus dikuasainya sesuai dengan tujuan dan sasaran
pendidikan, di antaranya hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk prestasi belajar (kualitas
internal); (2) hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam kehidupannya,
dengan belajar peserta didik bukan hanya “mengetahui” sesuatu, melainkan “dapat melakukan
sesuatu yang fungsional untuk kehidupannya”; (3) hasil pendidikan relevan dengan tuntutan
lingkungan khususnya dunia kerja. Dalam hal ini, relevansi merupakan salah satu aspek atau
indikator kualitas.
Mengingat multidimensional dan multikriteria kualitas pendidikan, maka untuk dapat
mencapainya diperlukan adanya kesepahaman mengenai apa yang dimaksud dengan kualitas
selama ini dan apa kriterianya.
Peningkatan mutu pendidikan merupakan basis pengembangan SDM, kegiatannya dapat
dilakukan dengan jalan meningkatkan mutu: (1) kegiatan belajar-mengajar; (2) manajemen
pendidikan; (3) buku dan sarana belajar; (4) fisik dan lingkungan sekolah; serta (5)
pengembangan partisipasi masyarakat.
Sekolah dinilai bermutu jika hasil belajar peserta didiknya bermutu dan hasil belajar
yang bermutu hanya mungkin dicapai jika terjadi proses pembelajaran yang nyata dan bermutu.
Keberhasilan kegiatan belajarmengajar banyak ditentukan oleh kemampuan guru dalam
merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar secara profesional.
Oleh karena itu, kegiatan pembinaan kegiatan belajar mengajar lebih ditekankan pada
peningkatan kemampuan profesional guru, meliputi peningkatan:
1) penguasaan kurikulum dan perangkat pedoman pelaksanaannya;
2) penguasaan materi pelajaran;
3) keterampilan dalam menggunakan berbagai metode secara variatif;
4) kemampuan menggunakan berbagai macam media pembelajaran;
5) kemampuan menyelenggarakan evaluasi proses dan hasil belajar;
6) tanggung jawab dan dedikasi guru terhadap tugasnya; serta
7) kedisiplinan guru dalam melaksanakan tugasnya
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka kesimpulan yang dapat diambil dari pembahaan makalah ini
sebagai berikut :
1. Perencanaan pendidikan sangat diperlukan dalam upaya mengatasi masalah pendidikan
secara komprehensif mulai dari penyediaan tenaga kerja yang terampil dan
berkualitas,perluasan kesempatan pendidikan,peningkatan mutu pendidikan dan
peningkatan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan. Perencanaan berfungsi
sebagai pemberi arah bagi terlaksananya aktivitas yang disusun secara komprehensif,
sistematis, dan transparan.
2. Perencanaan pendidikan perlu mempertimbangakan pendekatan yang tepat dari keempat
pendekatan yang ada sehingga pemerintah sebagai penyedia/penyelenggara pendidikan
dapat melayani semua dalam sistem pendidikan nasional.
3. Perencanaan strategis untuk mutu merupakan perencanaan berjangka panjang,
berdasarkan visi, misi, dan prinsip-prinsip kelembagaan yang berorientasi pada kebutuhan
para pelanggan, baik untuk masa kini maupun masa datang.
4. Sekolah dinilai bermutu jika hasil belajar peserta didiknya bermutu dan hasil belajar yang
bermutu hanya mungkin dicapai jika terjadi proses pembelajaran yang nyata dan bermutu.
Keberhasilan kegiatan belajarmengajar banyak ditentukan oleh kemampuan guru dalam
merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar secara profesional

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari semourna karenanya dibuthkan saran dan kritik yang dapat
membangun makalah ini.Segala kekurangan yang ada pada makalah ini karena keterbatasan
penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Bryson, John M. 2001. Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial.Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

David, Fred R.. 2006. Manajemen Strategis, Edisi Sepuluh. Jakarta: Salemba Empat.

Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004

Glueck, William F. dan Lawrence R. Jauch. 1994. Manajemen Strategis dan Kebijakan
Perusahaan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hunger, J. David & Thomas L. Wheelen. 2012. Manajemen Strategis.Yogyakarta:


Penerbit Andi

Insiya Ahda ,S.2019.Implementasi Perencanaan Strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan


di SMK Al Falah Moga Kabupaten Pemalang.Tesis : Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang

Manap Somantri,2014. Perencanaan Pendidikan .Bogor : PT penerbit IPB Press

Mayangsari Lubis.2008.Perencanaan Strategi Pendidikan

Pearce, John A. II dan Richard B. Robinson, Jr.. 2008. Manajemen Strategis- Formulasi,
Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat

Permendiknas 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah

Sagala, Syaeful. 2009. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.


Bandung: Alfabeta

http://etheses.iainkediri.ac.id/1455/3/932113615%20-%20BAB%20II.pdf diakses tanggal 21


Oktober 2021

https://www.academicindonesia.com/pengertian-akademik/ diakses tanggal 21 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai