Anda di halaman 1dari 19

MATA KULIAH

PERENCANAAN STRATEGI PENDIDIKAN


Dosen Pengampu:
Dr. Ngurah Ayu Nyoman M, M.Pd

MAKALAH
Judul:
“PERENCANAAN PROGRAM KERJA SEKOLAH
BERBASIS EDS”

Oleh:
TRIWIK SUYANTI
NPM. 20510271
DEDY IRAWAN
NPM. 20510273

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


PENDIDIKAN PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
KATA PENGANTAR

i
Bismillahirrohmanirrohiim,
Alhamdulillahiroobil álamiin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Ta’ala
atas limpahan nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah yang berjudul “PERENCANAAN PROGRAM KERJA SEKOLAH
BERBASIS EDS”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Manajemen Pendidikan
Nasional Semester 2 Program Studi Manajemen Pendidikan, Program
Pascasarjana (S2) Universitas PGRI Semarang.
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang turut membantu
dalam penyusunan makalah ini. Sehingga, makalah ini dapat kami tuntaskan
sesuai waktu yang telah ditetapkan.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami. Untuk itu mohon kritik
dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua tentang peran pendidik dan
tenaga kependidikan dalam pengembangan budaya organisasi sekolah.

Pemalang, 19 Nopember 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL ..
i
……………………………………………………...
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ..
iii
……………………………………………………………...
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………... 1
C. Tujuan Penyusunan Makalah …………………………………. 1
D. Sistematika Penyusunan ………………………………………. 1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Kajian Pustaka ..……………………………………………….. 3
1. Evaluasi Diri Sekolah
3
………………………………………
2. Perencanaan ……………………………………………….. 4
3. Program Kerja Sekolah ……………………………………. 7
B. Kajian Kritis
1. Rencana Program Sekolah Berbasis EDS ………….………
9
2. Penyusunan Program Sekolah Berbasis EDS ……………...
10
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan ………………………………… 18
2. Saran ……………………………………… 18
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………… 19

iii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,
sesuai amanat UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
telah lahir berbagai kebijakan di berbagai tingkat dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan. Akan tetapi visi misi sisdiknas ini tidak akan tercapai bila
sekolah sebagai intitusi ujung tombak tidak mengimplementasikannya secara
optimal. Baik sebagi sebuah organisasi, maupun berkaitan dengan pengelolaan
atau manajerialnya.
Dalam sistem manajemen terdapat setidaknya empat unsur utama, yaitu
Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating
(Pelaksanaan), dan Evaluating (Evaluasi). Perencanaan merupakan pondasi
sekaligus guidance. Olehkarenanya perencanaan yang matang adalah sebuah
keharusan jika menginginkan program yang tepat sasaran.
Dasar penyusunan perencanaan program kerja setidaknya didasari pada
target apa yang akan dicapai, dan modal apa yang telah dimiliki untuk
mencapai tujuan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Inventarisir keunggulan dan kekurangan sekolah dapat diketahui
dengan cara melaksanakan Evaluasi Diri Sekolah (EDS). Maka munculah
pertanyaan seberapa pentingkah EDS sebagai dasar penyusunan program
kerja sekolah?
C. Tujuan Penyusunan Makalah
Tujuan penyusunan makalah ini yang berjudul “Perencanaan Program
Kerja Sekolah Berbasis EDS” bukan saja hanya sebatas tugas perkuliahan
Perencanaan Strategi Pendidikan, melainkan juga sebagai sarana kontribusi
penyusun untuk mewujudakan visi serta misi pendidikan nasional.
D. Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi

1
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II Pembahasan
A. Tinjauan Pustaka
B. Tinjauan Kritis
BAB III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

2
BAB II. PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka
1. Evaluasi Diri Sekolah
a. Pengertian
Wrigstone, dkk (1956) mengatakan bahwa evaluasi
adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan ke
arah tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan. Sedangkan
dalam perusahaan, pengertian evaluasi adalah proses
pengukuran akan efektifitas strategi dalam upaya mencapai
tujuan bagi perusahaan. Adapun pengertian evaluasi juga
dikemukakan oleh Sudijono (1996) yang mengatakan bahwa
pengertian evaluasi adalah penafsiran atau interpretasi
bersumber pada data kuantitatif, sedangkan data kuantitatif
berasal dari hasil pengukuran.
Evaluasi Diri Sekolah (EDS) merupakan evaluasi
sekolah secara internal yang mengikutsertakan semua
pemangku kepentingan  untuk membantu sekolah dalam
menilai mutu penyelenggaraan pendidikan berdasarkan
indikator-indikator kunci yang mengacu pada 8 Standar
Nasional Pendidikan (SNP).
Melalui EDS kekuatan dan kemajuan sekolah dapat
diketahui dan aspek-aspek yang memerlukan peningkatan
dapat diidentifikasi. Proses evaluasi diri sekolah merupakan
siklus, yang dimulai dengan pembentukan TPS, pelatihan
penggunaan Instrumen, pelaksanaan EDS di sekolah dan
penggunaan hasilnya sebagai dasar penyusunan RPS/RKS dan
RAPBS/RKAS.
b. Tujuan Pelaksanaan EDS
Setidaknya terdapat 2 tujuan utama dilaksanakannya
Evaluasi Diri Sekolah, yaitu:

3
1) Sekolah menilai kinerjanya berdasarkan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional
Pendidikan (SNP)
2) Sekolah dapat menyusun encana Pengembangan Sekolah
(RPS) atau Rencana Kegiatan Sekolah (RKS), Rencana
Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) sesuai kebutuhan
nyata menuju tercapainya SPM dan SNP.
c. Manfaat Pelaksanaan EDS
1) Sekolah dapat menganalisis kelebihan serta
kekurangannya sendiri dan merencanakan pengembangan
di masa yang akan datang.
2) Sekolah memiliki data dasar yang akurat sebagai dasar
pengembangan diri di masa yang akan datang.
3) Sekolah dapat mengidentifikasi peluang untuk
meningkatkan mutu pendidikan, mengkaji apakah inisiatif
peningkatan tersebut berjalan dengan baik dan
menyesuaikan program sesuai hasilnya.
4) Sekolah dapat memberikan laporan formal kepada
pemangku kepentingan, demi meningkatkan akuntabilitas
sekolah.

2. Perencanaan
a. Pengertian
Perencanaan merupakan suatu proyeksi tentang apa yang
harus dilaksanakan guna mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan (Kaufman 1972; Hadikumoro 1980). Sebagai suatu
proyeksi, perencanaan memiliki unsur kegiatan mengidentifikasi,
menginventarisasi dan menyeleksi kebutuhan berdasarkan skala
prioritas, mengadakan spesifikasi yang lebih rinci mengenai hasil
yang akan dicapai, mengidentifikasi persyaratan atau kriteria untuk
memenuhi setiap kebutuhan, serta mengidentifikasi kemungkinan
alternatif, strategi, dan sasaran bagi pelaksanaannya.

4
Kebutuhan terhadap perencanaan pendidikan diakibatkan
oleh adanya kompleksitas masyarakat dewasa ini, seperti masalah
jumlah penduduk, kebutuhan akan tenaga kerja, masalah
lingkungan, dan adanya keterbatasan sumber daya alam. Hal
tersebut antara lain dikemukakan Banghart dan Trull (1973:5)
dalam bukunya yang menyatakan bahwa: “The need for planning
arose with the intensified complexcities of modern technological
society. Problems such as population, manpower needs, ecology,
decreasing natural resources and haphazard aplication of scientific
developments all place demand on educational institutions for
solution”.

Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih mengalami


krisis besar karena perkembangan dan kebutuhan akan pendidikan
tidak dapat terpenuhi oleh sumber-sumber yang tersedia. Sejak
beberapa tahun lalu, Coombs (1968) dan Manap (1999, 2008)
menghimbau agar pendidikan direncanakan secara seksama.
Caranya dengan melihat pada keterbatasan yang ada dan diarahkan
kepada penyelenggaraan pendidikan yang lebih sesuai dengan
kebutuhan perkembangan masyarakat.

Banghart dan Trull (1973:120) merekomendasikan


beberapa hal yang harus dicermati dalam merencanakan
pendidikan, di antaranya (1) mengidentifikasi berbagai kebijakan
terkait dengan sistem pendidikan; (2) mengevaluasi dan
mempertimbangkan berbagai alternatif metode pendidikan dan
dalam kaitannya dengan masalah-masalah khusus pendidikan;
(3) mencermati masalah-masalah kritis yang memerlukan
perhatian, penelitian, dan pengembangan; (4) mengevaluasi
keunggulan dan kelemahan sistem pendidikan yang ada; serta (5)
melaksanakan kajian terhadap sistem pendidikan dan komponen-
komponennya. Perencanaan berfungsi sebagai pemberi arah bagi

5
terlaksananya aktivitas yang disusun secara komprehensif,
sistematis, dan transparan.
b. Tahap-tahap Penyusunan Rencana Strategi
Tahap diagnosis dimulai dengan pengumpulan berbagai informasi
perencanaan sebagai bahan kajian. Kajian lingkungan internal
bertujuan untuk memahami kekuatan-kekuatan (strengths) dan
kelemahan-kelemahan (weakness) dalam pengelolaan pendidikan.
Sementara kajian lingkungan eksternal bertujuan untuk
mengungkap peluang-peluang (opportunities) dan tantangan-
tantangan (threats) dalam penyelenggaraan pendidikan.
Tahap perencanaan dimulai dengan menetapkan visi dan misi.
Visi (vision) merupakan gambaran (wawasan) tentang keadaan
yang diinginkan di masa depan. Sementara misi (mission)
ditetapkan dengan jalan mempertimbangkan rumusan penugasan,
yang merupakan tuntutan tugas dari luar organisasi dan keinginan
dari dalam berkaitan dengan visi masa depan dan situasi yang
dihadapi saat ini.
Tahap pengembangan dirumuskan berdasarkan misi yang
diemban dan dalam rangka menghadapi isu utama (isu strategis).
Urutan strategi pengembangan disusun sesuai dengan isu-isu
utama. Dalam rumusan strategi, pengembangan dapat dibedakan
menurut kelompok strategi, dengan rincian terdiri atas tiga tingkat
(seperti strategi utama, substrategi, dan rincian strategi).
Tahap penyusunan dokumen rencana strategis dirumuskan secara
singkat, tidak terlalu tebal supaya mudah dipahami dan dapat
dilaksanakan oleh tim manajemen secara luwes.
c. Kaitan antara Renstra, Ronip,dan SP4
Rencana strategis yang dirumuskan dalam jabaran visi, misi, isu
utama, dan strategi pengembangan harus dijadikan sebagai
pedoman dalam mengembangkan rencana 5 tahunan. Dalam
rencana 5 tahunan antara lain tercakup program kerja/kegiatan,
sasaran, dan pentahapannya. Dari rencana operasional 5 tahunan

6
kemudian dipilah-pilah menjadi rencana operasional tahunan yang
berisi proyek atau kegiatan, sasaran dan data atau alasan
pendukungnya. Untuk mendapatkan anggaran bagi proyek/kegiatan
tahunan tersebut, tiap instansi terlebih dahulu harus mengisi
formulir daftar isian proyek (DIP) dan daftar isian kegiatan (DIK)
sesuai dengan mata anggaran masing-masing. Model formulir
dimaksud dikenal dengan istilah sistem penyusunan perencanaan
dan penganggaran proyek (SP4). Dalam perkembangan terakhir
(mulai tahun 2005/2006) praktik pengisian SP4 dan format
pendukungnya disusun dalam bentuk daftar isian pagu anggaran
(DIPA) dan rencana kerja anggaran kegiatan lembaga (RKAKL).
d. Langkah-langkah penyusunan Rencana Strategi
Judson (1966) dalam bukunya yang berjudul Manager’s
Guide to Making Changes, menjelaskan lima langkah penting
dalam mengimplementasikan rencana strategis (perubahan), yakni
(1) analisis dan rencanakan perubahan yang akan dilaksanakan; (2)
komunikasikan apa yang harus diubah; (3) ciptakan suasana
penerimaan atas perubahan yang diperlukan; (4) memulai transisi
dari statusquo menuju kondisi yang terbarukan; dan (5)
konsolidasikan kondisi baru dan keberlanjutannya. Beberapa
prasyarat bagi penerapan konsep perencanaan dan manajemen
strategis antara lain (1) menyiapkan dan mengomunikasikan
rencana strategis; (2) penganggaran; (3) memahami lingkungan
internal organisasi berupa asumsi dan kepercayaan, nilai-nilai,
budaya organisasi, visi strategis, strategi utama, tujuan umum,
tujuan khusus, serta faktor kritis menuju sukses; (4) pengukuran
dinamika produk atau strategi pemasaran, teknologi pengukuran;
(5) pemetaan pemasaran produk; (6) analisis portofolio; dan (7)
memahami analisis kompetitif portofolio.
3. Program Kerja Sekolah
a. Pengertian

7
Program kerja sekolah dapat diartikan sebagai proses
perencanaan terhadap semua hal yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pendidikan di suatu sekolah untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien. Penyusunan Program Kerja
Sekolah disesuaikan dengan kondisi sekolah, potensi daerah
sekitar, kondisi sosial budaya masyarakat sekitar, dan juga
kebutuhan peserta didik. Dengan demikian, penyusunan
program sekolah tidak boleh menyimpang dan harus relevan
dengan visi, misi, serta tujuan penyelenggaran pendidikan pada
sekolah yang bersangkutan.

b. Landasan Hukum Penyusunan Program Kerja Sekolah


Program Kerja Sekolah disusun berdasarkan beberapa landasan
hukum berikut.
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan
3. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar
Kompetensi Lulusan (K13)
4. Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi
(K13)
5, Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses
6. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar
Penilaian
7. Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 tentang Komite
Sekolah
8. Permendikbud Nomor 3 Tahun 2017 tentang Penilaian Hasil
Belajar

c. Tujuan Penyusunan Program Kerja Sekolah

8
Tujuan penyusunan Program Kerja Sekolah, antara lain
sebagai berikut:
1) Untuk menyatukan pandangan dan cita-cita seluruh warga
sekolah dalam mewujudkan tujuan penyelenggaraan
pendidikan dan peningkatan mutu.
2) Untuk memudahkan dalam melaksanakan tugas
pengelolaan sekolah sesuai tupoksi masing-masing.
3) Untuk memudahkan dalam melakukan evaluasi tugas
pengelolaan sekolah.
4) Untuk memberikan gambaran nyata kondisis sekolah saat
ini dan satu tahun yang akan datang.
5) Sebagai bentuk laporan tertulis kepada masyarakat dan
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pengelolaan
sekolah.
6) Sebagai bahan kajian bagi pendidik dan tenaga
kependidikan pada sekolah yang bersangkutan.

D. Tinjauan Kritis
1. Rencana Program Sekolah Berbasis EDS
Penyusunan Program Kerja Sekolah harus dilakukan secara
sistematis, rinci, terukur, serta dapat dipertanggungjawabkan.
Pengembangan Program Kerja Sekolah dilakukan dengan
memperhatikan potensi sekolah, kekuatan dan kelemahan sekolah,
tantangan eksternal dan internal yang akan dihadapi, serta hambatan
dalam pelaksanaan program. Kesuksesan penyelenggaraan pendidikan
pada sebuah sekolah salah satunya ditentukan oleh perencanaan
Program Kerja Sekolah yang matang. Sekolah dalam Penyusunan
Program Kerja Sekolah dapat melibatkan komite sekolah dan
berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan setempat. Oleh karena itu
sekolah harus melaksanakan Evaluasi Diri Sekolah sebagai basis data
dan indikator-indikator Program Sekolah.

9
Sebelum melaksanakan EDS, sekolah terlebih dahulu
membentuk Tim Pengembang Sekolah (TPS). TPS ini beranggotakan
Kepala Sekolah, guru, Komite Sekolah, Perwakilan Wali Murid, serta
Pengawas Sekolah. Pengawas Sekolah dalam hal ini berfungsi sebagai
Fasilitator, Pembimbing, serta mengkroscek validitas data dengan
realisasinya di lapangan. Hal ini nantinya akan erat kaitannya dengan
Rapot Mutu.

2. Penyusunan Program Sekolah Berbasis EDS


Langkah awal Penyusunan Program Sekolah Berbasis EDS
adalah, TPS mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk
menilai kinerja sekolah berdasarkan indikator-indikator yang
dirumuskan dalam Instrumen. Kegiatan ini melibatkan semua
pendidik dan tenaga kependidikan di  sekolah  untuk memperoleh
informasi dan pendapat dari seluruh pemangku kepentingan sekolah.
EDS juga akan melihat  visi dan misi sekolah. Apabila sekolah belum
memiliki visi dan misi, maka  diharapkan kegiatan ini akan memacu
sekolah membuat atau memperbaiki visi dan misi dalam mencapai
kinerja sekolah yang diinginkan.
a. Bentuk Instrumen EDS
Instrumen EDS terdiri dari 8 (delapan) bagian sesuai  dengan 8
SNP. Setiap bagian terdiri atas :
1) Serangkaian pertanyaan terkait dengan SNP sebagai dasar
bagi sekolah dalam memperoleh informasi kinerjanya yang
bersifat kualitatif.
2) Setiap standar bisa terdiri dari beberapa aspek yang
memberikan gambaran lebih menyeluruh .
3) Setiap aspek dari standar terdiri dari 4 tingkat pencapaian :
tingkat pencapaian 1 berarti kurang, 2 berarti sedang, 3
berarti baik, dan 4 berarti amat baik.
4) Tiap tingkatan pencapaian mempunyai beberapa indikator.

10
5) Pada bagian akhir dari aspek setiap standar, terdapat halaman
rekapitulasi untuk menuliskan hasil penilaian pencapaian
yang diperoleh. Halaman rekapitulasi ini terdiri dari bukti
fisik yang menguatkan pengakuan atas tingkat pencapaian,
deskripsi umum temuan yang diperoleh untuk menilai aspek
tersebut, dan penentuan tingkat pencapaian kinerja sekolah.
6) Sejumlah pertanyaan terkait dengan 8 SNP yang paling erat
hubungannya dengan mutu pembelajaran dan aspek-aspek
yang perlu dikembangkanbagi keperluan penyusunan rencana
peningkatan sekolah.
7) Tingkat pencapaian pada tiap Standar dalam Instrumen ini
dapat digunakan sekolah untuk menilai kinerjanya pada
standar tertentu.
b. Penggunaan EDS
1) Anggota TPS secara bersama mencermati Instrumen EDS
pada setiap aspek dari setiap standar. Sebaiknya perlu
disiapkan peraturan menteri, indikator atau peraturan
pemerintah yang berkaitan dengan SNP sebagai rujukan.
2) Berdasarkan kondisi nyata sekolah, anggota TPS menilai
apakah sekolah mereka termasuk dalam tingkatan 1, 2, 3 atau
4 dalam pencapaian 8 SNP ini. Misalnya pada Standar Isi ada
aspek kesesuaian dan relevansi kurikulum serta aspek
penyediaan kebutuhan untuk pengembangan diri. Bisa saja
aspek kesesuaian dan relevansi kurikulum berada di tingkat 4,
tapi aspek kebutuhan untuk pengembangan diri ada di tingkat
2.  Ini tidak menjadi masalah.  Tingkat pencapaian  pada
setiap standar  menggambarkan keadaan seperti apa kondisi 
kinerja sekolah pada saat dilakukan penialian  terkait dengan
pertanyaan tertentu.
3) Setelah menentukan tingkat pencapaiannya, sekolah perlu
menyertakan bukti fisik atas pengakuannya. Contoh bukti
fisik atas keikutsertaan masyarakat dalam kehidupan sekolah

11
berupa rapat komite sekolah, notulen, daftar hadir, dan
undangan.
4) Hasil semua penilaian dan penentuan tingkat pencapaian
kinerja sekolah untuk aspek tertentu pada setiap standar
ditulis pada lembar laporan penilaian atau rekapitulasi dengan
menyertakan bukti fisik yang sesuai (lihat keterangan pada
nomor 5 di atas).
5) Sekolah menetapkan tingkat pencapaian kinerja dan bukan
hanya sekedar memberikan tanda cek (contreng)  pada setiap
butir dalam Instrumen EDS.
6) Tingkat pencapaian kinerja sekolah bisa berbeda dalam aspek
yang berbeda pula. Hal ini penting sebab sekolah harus
memberikan laporan kinerja apa adanya. Dalam pelaksanaan
EDS yang dilakukan setiap tahun, sekolah mempunyai dasar
nyata  aspek dan standar yang memerlukan perbaikan secara
terus-menerus.
7) Dengan menggunakan Instrumen EDS ini,  sekolah dapat
mengukur dampak kinerjanya terhadap pembelajaran peserta
didik. Sekolah juga dapat memeriksa hasil dan tindak
lanjutnya terhadap perbaikan layanan pembelajaran yang
diberikan  dalam memenuhi kebutuhan pembelajaran peserta
didik.
c. Bukti EDS
1) Bukti fisik yang menggambarkan tingkat pencapaian harus
sesuai dengan aspek atau standar yang dinilai. Untuk itu perlu
dimanfaatkan berbagai sumber informasi yang dapat
dijadikan sebagai bukti fisik misalnya kajian catatan, hasil
observasi, dan hasil wawancara/konsultasi dengan pemangku
kepentingan seperti komite sekolah, orang tua, guru-guru,
siswa, dan unsur lain yang terkait.
2) Perlu diingat bahwa informasi kualitatif yang
menggambarkan kenyataan dapat berasal dari informasi

12
kuantitatif. Sebagai contoh, Rencana Pelaksanaan Pengajaran
(RPP) tidak sekedar merupakan catatan mengenai bagaimana
pengajaran dilaksanakan. Keberadaan dokumen kurikulum
bukan satu-satunya bukti bahwa kurikulum telah
dilaksanakan.
3) Berbagai jenis bukti fisik dapat digunakan sekolah sebagai
bukti tingkat pencapaian tertentu. Selain itu, sekolah perlu
juga menunjukkan sumber bukti fisik lainnya yang sesuai.
d. Proses EDS Membantu Penyusunan Program Sekolah
1) TPS menganalisis informasi yang dikumpulkan,
menggunakannya untuk mengidentifikasi dan menetapkan
prioritas yang selanjutnya menjadi dasar penyusunan
RPS/RKS dan RAPBS/RKAS.
2) Berdasarkan hasil EDS, sekolah mengembangkan RPS
dengan prioritas peningkatan mutu kinerja sekolah yang
dirumuskan secara jelas, dapat diobservasi dan diukur.
Dengan demikian, RPS menjadi dokumen kinerja sekolah
yang meliputi aspek implementasi, skala prioritas, batas
waktu, dan ukuran keberhasilannya.
3) Proses EDS berkaitan dengan aspek perubahan dan
peningkatan. Upaya perubahan dan peningkatan tersebut
hanya bermanfaat apabila diwujudkan dalam perencanaan
bagi peningkatan mutu pendidikan dan hasil belajarpeserta
didik. Diharapkan dengan adanya ragam data dan informasi
yang diperoleh dari hasil EDS, sekolah bukan saja dapat
merumuskan perencanaan pengembangan dengan tepat, akan
tetapi penilaian kemajuan di masa depan juga akan lebih
mudah dilakukan dengan tersedianya data yang dapat
dipercaya. Hal tersebut dengan sendirinya memudahkan
sekolah untuk menunjukkan hasil-hasil upaya peningkatan
mereka setiap saat.
e. Pelaporan EDS

13
1) Sekolah menyusun laporan hasil EDS dengan menggunakan
format yang terpisah, yang menyajikan tingkat pencapaian
serta bukti-bukti yang digunakannya. Hasil EDS digunakan
untuk dasar penyusunan RPS sekolah, namun dilaporkan juga
ke Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kandepag
untuk dianalisis lanjut dengan memanfaatkan EMIS
(Educational Management Information System/Sistem
Informasi Manajemen Pendidikan) bagi keperluan
perencanaan dan berbagai kegiatan peningkatan mutu
lainnya.
2) Laporan sekolah yang mengungkapkan berbagai temuan
dapat digunakan untuk melakukan validasi internal (menilai
dan mencocokkan) oleh pengawas sekolah, dan validasi
external dengan menggunakan beberapa sekolah oleh
Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (KKPS) pada tingkat
kecamatan dengan bantuan staf penjaminan mutu dari LPMP.
3) Hasil EDS merupakan bagian yang penting dalam kegiatan
monitoring kinerja sekolah oleh pemerintah daerah dalam
rangka penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan. Hasil
ini juga dapat diakses oleh sekolah melalui laman
https://rapormutu.pmp.kemdikbud.go.id/

14
BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Evaluasi Diri Sekolah memiliki fungsi dan peran yang sangat
penting dalam penyusunan Program Sekolah. Melalui EDS, sekolah dapat
menyusun Program Sekolah secara rinci, sistematis, terukur, dan
akuntabel. EDS dalam pelaksanaanya juga harus dikerjakan oleh Tim
Pengembang Sekolah yang terdiri dari stekholder pendidikan di sekolah
terkait. Semua pihak harus bisa bekerjasama dan berkoordinasi dengan
baik agar menghasilkan EDS yang optimal. Karena hal ini erat terkait
dengan Rapot Mutu Sekolah.
Sekolah yang memiliki EDS yang baik akan menghasilkan Rapot
Mutu yang baik. Sekolah dengan Rapot Mutu yang Baik merupakan tolak
ukur keberhasilan Program Sekolah.
B. Saran
Setiap sekolah hendaknya dalam penyusunan Program Sekolah
tidak boleh lepas dari EDS. Begitu juga dalam penyusunan TPS, sekolah
hendaknya memilih individu yang berintegritas dan berdedikasi tinggi
dalam memajukan dan mencapai tujuan pendidikan. Baik di tingkat
instansi/lembaga/sekolah, maupun si tingkat nasional. Karena Tujuan
Pendidikan Nasional tidak akan tercapai jika sekolah-sekolah atau
lembaga pendidikan tidak dapat mewujudkan tujuan pendidikan di tingkat
sekolah.
Banyak kritik dan saran positif yang kami harapkan dalam
penyusunan makalah ini. Semoga kritik dan saran tersebut dapat
memperbaiki kualitas makalah kami selanjutnya. Terimakasih.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini,Pendidikan Dasar dan Menengah. 2020.


Rencana Strategis. Penerbit : Kemendikbud

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Perencanaan Pendidikan.


Jakarta: Pusdiklat Kemendikbud.

Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah


(Modul Untuk Pelatih). Jakarta: Bantuan Operasional Sekolah.

Makawimbung, Jerry H. 2011. Supervisi dan Peningkatan Mutu


Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Soemantri, Manap. 2014. Perencanaan Pendidikan. Bogor: PT Penerbit IPB


Press.

https://www.lpmp-aceh.com/evaluasi-diri-sekolah-eds/

16

Anda mungkin juga menyukai