Oleh:
Meylia Chairunnisa
NIM :2124005
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
yang telah dikaruniakan kepada penulis. Dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis berusaha semaksimal
mungkin dalam menyelesaikan makalah dengan judul “Stress dan Manajemen
Stress”. Makalah ini dibuat sebagai hasil dari penugasan mata kuliah Pelayanan
Prima, Program Studi Manajemen Industri, Universitas Mulia Balikpapan.
Keberhasilan penulisan makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bu Linda Fauziyah Ariani, Dr., S.Pd., M.Pd selaku Dosen mata kuliah
Pelayanan Prima.
2. Rekan-rekan mahasiswa jurusan manajemen industri angkatan tahun 2021.
3. Dan semua pihak yang membantu penyelesaian makalah ini.
Meylia Chairunnisa.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa itu stress?
2. Apa saja jenis jenis stress?
3. Penyebab, faktor dan gejala stress
4. Bagaimana cara menghindari stress
5. Apa itu manajemen stress?
6. Strategi manajemen stress?
7. Cara mengontrol stress secara individu
8. Manajemen stress dalam perusahaan
9. Studi kasus terkait manajemen stress diperusahaan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
ancaman pada mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia dimana
jika ini terus terjadi maka akan berpengaruh pada Kesehatan fisik.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, bisa disimpulkan bahwa stress merupakan
ketidakstabilan antara tuntutan dan kemampuan seseorang, dimana tuntutan yang
diberikan lebih besar dibandingkan dengan kemampuannya. Stress sangat
dikaitkan dengan kestabilan mental atau psikis seseorang dalam menghadapi
problematika kehidupan. Maka dari itu, jika seseorang sedang mengalami stress
berkepanjangan akan mempengaruhi kestabilan diri dan produktivitas kerjanya.
Faktor Biologis
Factor (stressor) biologis meliputi factor keturunan, pengalaman hidup, ritme
biologis, makanan, waktu tidur, postur tubuh, kelelahan, penyakit, dan abnormal
adaptasi.
a. Factor keturunan (genetika)
Factor kecenderungan yang menyebabkan stress ini adalah proses
perkembangan pada saat di kandungan. Jika seorang ibu yang sedang
mengandung rutin dan suka mengkonsumsi minuman beralkohol, obat-
obatan, racut atau makanan yang membuat alergi, maka tentu saja itu
semua akan merusak sistem syaraf dan mengganggu pertumbuhan bayi
didalam kandungan. Kerusakan-kerusakan itu seperti kelemahan tubuh,
tidak berfungsinya organ, dan tingkah laku abnormal sehingga memicu
terjadinya stress.
b. Pengalaman hidup
Setiap orang memiliki pengalaman hidup yang berbeda–beda. Contoh
pengalaman yang dapat menyebabkan stres adalah: (1) pada masa kanak
kanak: sakit, demam, patah tulang, dan (2) pada masa remaja: masalah
penyesuaian pengembangan perasaan tidak bergantung pada orang lain
dan hal baru seperti kematangan organ seksual.
c. Waktu tidur
Setiap individu pasti memiliki waktu untuk tidur karena tidur adalah
kebutuhan yang sangat penting. Jika kurang tidur atau kualitas tidur buruk
karena tidak nyenyak, maka akan mengakibatkan kurang baik juga pada
dirinya, seperti: tidak dapat berkonsentrasi dengan baik, kurangnya
semakngat untuk menjadi seseorang yang produktif akibat kelelahan
7
(bekerja atau belajar), mudah tersinggung dan mengalami gangguan
halusinasi.
d. Diet kekurangan (malnutrisi) atau kelebihan nutrisi (makan yang
berlebihan)
Factor ini tentu mempengaruhi proses metabolisme tubuh. terganggunya
kadar gula yang normal dan mekanisme hemeostasis tubuh dapat
menyebabkan stress. Akibat lebih buruknya lagi adalah terjadinya
kelelahan yang berkepanjangan, pola tidur yang tidak teratur, dan jatuh
sakit.
e. Postur tubuh
Maksud dari postur disini adalah kerangka dan otot tubuh secara
keseluruhan: postur yang kurang sempurna atau normal dapat
mempengaruhi fungsi sistem-sistem organ tubuh, seperti (1) gerak-gerak
reflek, (2) sistem kardiovaskular (organ sirkulasi darah), dan (3) sistem
pencernaan. Bentuk tubuh yang baik dapat membuat sikap percaya diri
dan sifat ekstrovert, sedangkan bentuk tubuh yang kurang baik dapat
menumbuhkan rasa kurang percaya diri dan menimbulkan jiwa introvert.
f. Kelelahan (fatigue)
Kelelahan adalah kondisi dimana otot sensorik kehilangan kemampuan
atau kekuatanya untuk merespon stimulus (ransangan), sehingga itu dapat
menimbulkan stress.
g. Penyakit (disease)
Penyakit merupakan gangguan suatu fungsi atau struktur organ tubuh yang
mengakibatkan kegagalan dalam menolak datangnya stressor (factor
penyebab stress). Kemampuan seseorang untuk mencegah penyakit
berdasar pada sejumlah kegiatan penyeimbang yang kompleks, yaitu
proses hemeostasis atau kestabilan dinamis yang melibatkan berbagai
bagian tubuh untuk bekerjasama dengan yang lainnya. Jika mekanisme ini
mengalami gangguan, maka tubuh akan dengan mudahnya terserang oleh
stressor.
h. Adaptasi
Penyakit – penyakit yang bisa masuk ke dalam tubuuh manusia biasanya
disebabkan oleh reaksi penyesuaian diri yang tidak baik. Jika keadaan
tubuh sudah tidak baik maka akan mudah stress untuk menyerang individu
tersebut.
Faktor Psikologis
a. Persepsi
Apabila seseorang bisa mengendalikan persepsi terhadap sesuatu maka
dipastikan ia juga dapat mengendalikan sumber stress kerna kebanyakan
kasus stress disebabkan oleh sesuatu yang kita lihat atau dengar. Apa yang
dikatakan atau dilakukan seseorang akan berdampak bagi orang yang suka
8
terpengaruh orang lain (observer). Sebaliknya, jika seseorang tidak
memperhatikan sesuatu dari orang lain dan tetap percaya dengan pendapat
diri sendiri, maka stress bisa dihindarkan. Selama kita bisa mengendalikan
persepsi diri sendiri, maka kita juga bisa mengendalikan stress.
c. Situasi
Situasi merupakan suatu kondisi atau keadaan dimana individu berada
pada suatu waktu. Kombinasi dari sensasi, perasaan atau emosi tertentu
dapat dirasakan sebagai situasi stress oleh seseorang tetapi tidak bagi
orang lain. Situasi yang dapat menyebabkan stress adalah: (1) ancaman,
yaitu keadaan yang membuat diri tidak nyaman, karena kejahatan,
kerusakan, keelakaan, bencana, dan lain-lain. Seseorang yang berpresepsi
semua situasi sebagai sesuatu yang mengancam maka akan mengalami
stres. (2) frustrasi, seseorang dikatakan frustrasi apabila ia merasakan
gangguan didalam tahap-tahap usahanya dalam mencapai tujuan tertentu.
Kondisi berkelanjutan seperti ini akan menimbulkan stres. (3) konflik,
keadaan ini bisa terjadi secara interpersonal (internal) atau intrapersonal.
Tidak mampunya individu mengatasi juga bisa menimbulkan stress. (4)
ketakutan, suatu ancaman bisa menyebabkan ketakutan. Jika seseorang
ketakutan, maka orang itu akan membayangkan sesuatu yang tidak
menyenangkan akan terjadi dan membuat pikiran menjadi emosi dan
stress.
d. Pengalaman hidup
Setiap kejadian memiliki keterlibatan perkembangan dalam hidup dan
beberapa diantara dapat membuat stress. Pengalaman hidup dibagi
menjadi 3 kategori yaitu perubahan hidup, masa transisi kehidupan (life
passages), dan krisis kehidupan (life crises). Kejadian traumatis
sebenarnya sangat dekat jika dianalisis hubungannya dengan stres. (a)
Perubahan hidup, perubahan hidup adalah peristiwa di mana reaksi
penanganan hal penting untuk dilakukan, seperti dalam hal perceraian,
kecelakaan, kesibukkan, dsb. Akumulasi sejumah pengalaman hidup
traumatis cenderung memengaruhi individu kepada stress yang lebih serius
baik secara fisik maupun mental. (b) Masa Transisi Kehidupan Dalam
kehidupan individu, ada saatnya masa stabil dan ada juga masa labil. Masa
9
labil ini dapat menyebabkan stres bagi sebagian individu di mana
perubahan sikap yang signifikan diperlukan dalam masa ini. Di masa
muda atau remaja, masalah-masalah baru mucul terkait dengan
penggunaan waktu, masalah penemuan identitas diri, dan pembaharuan
diri selalu mendesaknya. Jika remaja kurang dipersiapkan untuk
menyikapi atau menjalani perubahan tersebut secara wajar, maka tidak
sedikit remaja yang mengalami stress. (c) Krisis Kehidupan, krisis
kehidupan dapat diartikan sebagai perubahan status yang radikal dalam
kehidupan seseorang yang mengandung resiko baginya. Krisis kehidupan
bergantung kepada kesadaran (kognisi) dan penilaian (appraisal) setiap
individu.
e. Keputusan Hidup
Keputusan hidup bukan berarti keputusan yang diambil individu dalam
kesehariannya untuk menentukan pilihan-pilihan yang ada, namun
keputusan hidup memiliki konsekuensi psikologis yang lama yang akan
menentukan jalan hidup dan kesehatan mental individu. Teori analisis
transaksional menyatakan bahwa dalam menjalani kehidupan, setiap orang
akan berada dalam salah satu dari empat posisi kehidupan tersebut.
I’M NOT OK – YOU’RE OK
I’M NOT OK – YOU’RE NOT OK
I’M OK – YOU’RE NOT OK
I’M OK – YOU’RE OK
(Haris, 1967 dalam Yusuf dan Nurihsan, 2010).
f. Perilaku (Behavior) Perilaku secara umum didefinisikan sebagai semua
output dari setiap tingkatan hierarki dari sistem syaraf, seperti sensasi,
perasaan, emosi, kesadaran, penilaian, dan sebagainya. Lebih jauh lagi,
setiap perilaku di atas dapat menyebabkan stres dan juga dapat merupakan
akibat dari stres.
Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
Hal ini seperti cuaca (sangat panas atau sangat dingin), peristiwa alam
(seperti gempa bumi, topan badai, banjir bandang, dan tanah longsor),
suasana gedung tempat bekerja yang tidak nyaman, perlengkapan kerja
yang tidak memadai, minimnya sumber air bersih, dan lingkungan yang
kotor atau polutif.
b. b. Lingkungan Biotik
Manusia modern cenderung menjadi pemangsa (predator) bagi makhluk
lainnya. Meskipun begitu mereka juga rentan untuk dimangsa. Pemangsan
manusia dewasa ini bukan lagi seekor serigala atau harimau, melainkan
makhluk microscopic, seperti: bakteri dan virus-virus yang menyebabkan
10
timbulnya penyakit atau kerusakan pada tubuh. Para dermatologis (ahli
penyakit kulit) memperkirakan bahwa pada umumnya setiap 1 cm kulit
manusia mengandung 25 juta organisme (bakteri).
c. Lingkungan Sosial
Yang menjadi sumber stress manusia pada dasarnya adalah manusia itu
sendiri, yaitu manusia dalam lingkungan kehidupan sosial yang lebih luas.
Lingkungan sosial yang dapat dikategorikan sebagai sumber stress,
diantaranya, kehidupan perkotaan, gaya hidup modern, suasana tempat
kerja (jenis pekerjaan yang monoton, tuntutan kerja yang berat, dan
pimpinan yang bersikap sewenang-wenang), dan iklim kehidupan keluarga
(ketidakharmonisan hubungan antar anggota keluarga atau antar orangtua
dengan anak, anak yang kurang mendapat perhatian orangtua dan
perceraian).
11
tekanan tanpa menjadi berantakan, dengan cara aktif dan positif mengatasi stres.
Manajemen stres menurut Taylor (dalam Segarahayu, 2013) meliputi 3 tahap,
yaitu:
1. Tahap pertama, partisipan mempelajari apakah stress itu dan
bagaimana mengidentifikasi stressor dalam kehidupan mereka
sendiri.
2. Tahap kedua, mereka memperoleh dan mempraktekan
keterampilan untuk mengatasi stress.
3. Tahap terakhir, partisipan mempraktekkan teknik manajemen stres
yang ditargetkan situasi penuh stres dan memonitor efektivitas
teknik itu.
Dalam melakukan manajemen stres terdapat beberapa cara yang dapat digunakan
setiap pekerja di lingkungan pelayanan untuk mengelola stres. Berikut ini ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengelola stres (dalam Priyoto, 2014)
berikut: (a) Konsentrasi, (b) Keterampilan belajar, (c) Istirahat yang cukup, (d)
Percakapan kalbu (e) Manajemen waktu, (f) Jaringan pendukung.
1. Berkonsentrasi: Konsentrasi adalah pemusatan pemikiran kepada suatu
objek tertentu, semua kegiatan membutuhkan konsentrasi. Dengan
konsentrasi individu dapat mengerjakan pekerjaan lebih cepat dengan hasil
yang lebih baik. Oleh karena itu konsentrasi sangat penting dan perlu
dilatih, pikiran tidak boleh dibiarkan melayang-layang karena dapat
menyebabkan gangguan konsentrasi dan menimbulkan stres.
2. Keterampilan belajar: Ada banyak hal yang perlu dipelajari, yang ingin
diketahui, ada banyak kegiatan yang ingin diikuti, waktu terbatas. Oleh
karena itu, agar tidak menjadi stres, mahasiswa perlu memiliki berbagai
skill belajar yang sesuai sehingga bisa belajar secara efektif juga efisien
dalam menggunakan daya dan waktu serta sumber lainya.
3. Istirahat yang cukup: Tubuh kita default memerlukan, jedah, istirahat.
Individu perlu belajar bagaimana speeding, tetapi up’ juga slowing dan
bila down’ kita terampil untuk tidak memiliki. Keterampilan istirahat,
santai (bukan leha-leha) maka besar kemungkinan akan mengalami stress.
4. Percakapan kalbu: Self talk yaitu percakapan kalbu, di mana individu
biasa mendengar apa yang kata hati atau hati nurani katakan. Isi
percakapan itu bisa positif, membuat kita optimis, tetapi sering kali juga
negatif, membuat kita tertekan-stress. Masih perlu lebih mengembangkan
arah percakapan dari diri sendiri kepada hati nurani ataupun kata hati,
sehingga terjadi percakapan timbal-balik antara kita dengan diri kita.
Dalam hal menangani stress, perlu bisa secara sadar mengganti isi
percakapan yang tidak mendukung dengan kalimat yang bisa mendukung.
Langkah ini biasa disebut percakapan kalbu. Hal terpenting adalah
12
bagaimana mengelola stres dengan sikap dan pola pikir yang tepat melalui
rasa syukur dan keikhlasan kepada sang penguasa kehidupan.
5. Manajemen waktu: Selain skill belajar, skill penting yang juga perlu
dikuasai untuk menangani stres adalah manajemen waktu, untuk keperluan
tersebut maka sangat perlu memiliki paradigma waktu yang tepat.
6. Jaringan pendukung: Manusia adalah mahluk sosial, jadi pada hakikatnya
tidak tahan sendirian, butuh perasaan tidak sendiri, tetapi punya sejumlah
orang yang saling peduli, yang akan merasa kehilangan ketika lama tidak
saling bertemu atau berkomunikasi. Dalam keadaan stres sebaiknya kita
berusaha bertemu dengan teman, sehingga paling tidak kita tetap punya
penghayatan tidak sendirian yang sungguh mencekam. Itulah sebabnya
dianjurkan kepada mahasiswa untuk membangun dan merawat jaringan
suportifnya sehingga bisa saling mendukung di saat diperlukan.
13
2.5 KIAT-KIAT MENGELOLA STRES INDIVIDU
Beberapa hal berikut ini merupakan keterampilan dan perilaku yang penting untuk
mengurangi dan menciptakan ketahanan terhadap stres. Mengelola stres bukan
proses ajaib. Apabila melakukan hal-hal berikut ini (dummies.com, 2015):
14
banyak perspektif dan bertanya, "Pada skala satu sampai sepuluh,
di angka berapa hal ini penting bagi saya?" Nilai terbanyak
mungkin bisa diambil dari terkena penyakit serius, kehilangan
orang terkasih, atau bangkrut dalam jumlah yang besar. Sedangkan
nilai terkecil bisa diambil dari jam tangan mati atau dompet yang
tertinggal di rumah.
b. Mengurangi kemarahan, mengurangi stress
Menghindari amarah dan melatih kesabaran adalah hal yang harus
Anda kuasai. Anda dapat belajar bagaimana mengatur ekspresi
kemarahan, kesedihan, dan penyesalan Anda. Banyak amarah
Anda berasal dari pikiran yang menyimpang. Anda mungkin
memiliki harapan yang tidak realistis dari orang lain dan dari diri
Anda sendiri, yang akan memicu kemarahan Anda ketika hal
tersebut tidak terpenuhi.
c. Kelola waktu secara efisien
Ketahui perbedaan antara bagaimana Anda menghabiskan waktu
Anda dengan bagaimana Anda membuang-buang waktu Anda.
Belajarlah menggunakan waktu secara efektif dengan mengatur
jadwal kegiatan Anda. Anda dapat menggabungkan antara daftar
kegiatan Anda, dengan sebuah kalender (kertas maupun digital).
Jika Anda mampu mengatur jadwal Anda dengan baik, Anda
mempunyai kontrol atas waktu Anda. Selain itu, Anda juga bisa
mendapatkan gambaran tentang hal-hal yang harus diubah.
d. Dapatkan yang kuat
Jangan pernah mengabaikan orang-orang yang berarti dalam hidup
Anda. Menghabiskan waktu bersama dengan keluarga, teman,
kenalan, atau orang lain dalam hidup Anda dapat meminimalisir
stres. Carilah orang-orang yang mau mendengarkan dan peduli
pada Anda. Selain itu, Anda juga dapat mencoba hal yang baru,
seperti datang ke perpustakaan atau berolahraga. Tempat ibadah
juga dapat membuat Anda berhubungan dengan orang-orang yang
mau berbagi nilai dan tujuan hidup. Anda dapat menolong dan
bertemu dengan banyak orang.
e. Hiduplah sebagai diri sendiri
Anda dapat mencoba untuk melihat kembali nilai dan tujuan hidup
Anda, apakah itu benar-benar mewakili diri Anda. Mencoba
meraih nilai dan tujuan yang tidak sesuai dengan Anda, tidak akan
membuat Anda bahagia. Tanyakan pada diri Anda, "Apa yang
benar-benar saya inginkan dalam hidup? Apa hal-hal yang paling
penting untuk saya?"
f. Humor untuk meredakan stress
15
Coba sesekali untuk menertawakan kerepotan dan gangguan hidup
yang Anda alami. Jangan dirasakan terlalu serius, Anda dapat
menertawakan diri sendiri. Ingatlah bahwa dia yang tertawa adalah
dia yang hidup.
16
persepsi yang tidak tepat menjadi pemikiran positif dengan proses
menyadari secara rasional (Cornier,1985). Cognitive restructuring
adalah menata kembali pikiran yang menyebabkan timbulnya stress,
perasaan tidak bahagia dan suasana hati serta pemikiran negatif yang
tidak perlu menjadi pikiran yang positif. Kegiatan ini dapat membantu
kita mengubah suasana hati sehingga kita bisa mendekati situasi
dalam kerangka berpikir positif (Cornier, 1985). Imagery adalah suatu
teknik visualisasi untuk membantu tubuh memasuki fase relaksasi
sehingga dapat membantu mengelola stres dan mereduksi ketegangan
dengan cepat dan mudah (Rossman, 2001). Afirmations adalah latihan
untuk pernyataan/penetapan/penegasan/peneguhan yang positif secara
berulang-ulang untuk berpikir dan bertindak dengan cara yang baru
(Kristyaningsih, Keliat, Helena, 2009).
17
meningkatkan kualitas tidur dan menjaga suasana hati (mood).
Surviving Business Travel adalah membuat suatu perjalanan bisnis
menjadi menarik, sehingga menjauhkan dari stres selama perjalanan
bisnis.
18
membantu menghilangkan stress di pagi hari sehingga dapat memulai hari
dengan rasa segar dan penuh energi.
g. Anger Management.
Anger Management ini meliputi how good is your anger management,
anger. Management How good is your anger management, marah
adalah kondisi emosional yang bervariasi mulai dari yang ringan
19
sampai berat dan kasar. Respon ini diikuti dengan perubahan secara
fisiologis dan biologis seperti peningkatan detak jantung, tekanan
darah dan level hormone epinephrine dan nor-epinephrine (APA, 2006
dalam Townsend, 2009). How good is your anger management adalah
satu metoda atau cara untuk mengukur kemampuan individu dalam
mengontrol marah. Bertujuan untuk menilai kemampuan individu
dalam mengontrol marah, mengukur sejauh mana individu berisiko
mengalami marah secara maladaptif, mengetahui terapi yang tepat
diterapkan pada tiap level marah. Anger management adalah proses
belajar bagaimana untuk "tenang" dan meredakan emosi negatif dari
kemarahan sebelum sampai ke tingkat yang lebih merusak. Bertujuan
untuk mengembangkan teknik untuk menghadapidan mengusir respon
negatif dan emosi sebelum menyebabkan stres, kecemasan dan
ketidaknyamanan.
20
stress karyawannya. Dengan adanya fasilitas olahraga secara gratis,
maka akan mampu mengurangi kebiasaan mengatasi stress dengan cara
yang tidak sehat seperti minum minuman beralkohol. Olahraga juga di
klaim mampu mengatasi fokus dan meningkatkan konsentrasi setiap
karyawan.
c. Bersosialisasi dengan orang lain
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, untuk mengatasi tekanan
dalam lingkungan kerja, maka pihak perusahaan bisa memberikan
pekerjaan secara tim agar mampu mengurangi stress karyawan dalam
bekerja. Dengan bekerja secara tim, maka akan ada interaksi dengan
rekan kerja dan secara tidak langsung akan melahirkan sosialisasi yang
tinggi di dalam lingkungan perusahaan. Selain itu, bersosialisasi juga
akan mengeluarkan suatu hormon yang akan membuat pikiran menjadi
senang. Salah satu contoh yang bisa dilakukan adalah membantu orang
lain.
d. Membiasakan gaya hidup sehat
Bila perusahaan memberikan fasilitas makan siang di kantor,
disarankan agar manajer HRD lebih memilih menu makan yang sehat.
Dengan memberikan makanan yang baik dan sehat untuk karyawan,
maka tingkat konsentrasi dan fokus mereka akan meningkat. Hal
tersebut juga bisa dijadikan sebagai bentuk penghargaan atas performa
SDM perusahaan. Beberapa gaya hidup sehat lain yang bisa disarankan
oleh manajer HRD adalah dengan tidak menggunakan obat terlarang,
tidur yang cukup, tidak meminum minuman keras, konsumsi makanan
sehat, menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, menggunakan smartphone
secukupnya, menghadapi masalah dengan cerdas, ikut andil dalam
berbagai kegiatan, serta tidak menimbulkan tekanan jiwa pada orang
lain.
e. Menerapkan 4A (Avoid, Alter, Adapt, Accept)
Pihak manajemen bisa memprediksi apa saja yang bisa menyebabkan
stress di lingkungan kerja, seperti tugas atau deadline dengan tekanan
yang tinggi. Tekanan kerja seperti ini bisa dihadapi dengan cara
menghindari pekerjaan yang bisa membuat stress, mengubah respon
penyebab stress, beradaptasi dengan pekerjaan yang menyebabkan
stress, dan menerima berbagai hal yang tidak bisa diubah.
f. Menyediakan waktu untuk bersantai
Selain dengan berolahraga, melakukan kegiatan santai dan bersenang-
senang akan secara efektif mengurangi rasa stress. Setiap individu pasti
mempunyai kegiatan yang mereka sukai, dengan melakukan kegiatan
tersebut di waktu senggang, maka stres mereka akan teralih.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
A. Karena stres tidak bisa dihindari, sehingga yang bisa kita lakukan adalah
mengelola stress dengan baik agar tidak menimbulkan akibat lanjut yang
membahayakan fisik maupun psikis. Kemampuan individu dalam
mengelola stress sangat menentukan tercapainya keseimbangan dan
kesehatan mental.
B. Setiap individu hendaknya mampu dan memiliki pengetahuan untuk
meminimalkan dampak akibat stress yang dialami.
C. Hendaknya memilih beberapa cara pencegahan terhadap stress yang
sesuai.
D. Melakukan beberapa metode penanganan terhadap stress yang sesuai
dengan kemampuan dan kondisi individu.
22
DAFTAR PUSTAKA
Wicaksana, A., Seta., Ardani, Sarah, Siti. (2022). Psikologi Pelayanan, Kunci
Pelayanan Prima di Masyarakat 5.0. Penerbit Dd Publishing.
23