Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MANAJEMEN STRES

Disusun oleh:

Dela Mustika (PO713241211007)

Rizka Aulia Rahma (PO7132412110)

St. Nadhifa Zahra Imtiyaaz G (PO7132412110)

Zazkya Rezki Ramadani (PO7132412110)

D3 FISIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt, atas limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami ini dalam bentuk
yang sangat sederhana. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs.
Yonathan Ramba, S.Pd. S.Ft. Physio.Msi selaku dosen yang telah memberi tugas ini sebagai
sarana kami untuk menambah ilmu dan wawasan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Psikologi Kesehatan dan juga
karena ingin berbagi kepada pembaca khususnya tentang “Manajemen Stres”.

Sebelum itu, kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah kami kali
ini, baik itu dari segi penggunaan kata, penyusunan kalimat, penguraian isi atau data yang
kurang lengkap dan lain sebagainya. Selain itu, kami sangat menghargai setiap kritik dan
saran yang diberikan kepada kami, agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi
kedepannya.

Terakhir, kami sangat berharap semoga makalah sederhana ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca khususnya bagi kami sendiri.

Makassar, 10 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................................................

DAFTAR ISI .....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................................

B. Rumusan Masalah .........................................................................................................

C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Stres .........................................................................................

B. Indikasi atau Gejala Stres ..............................................................................................

C. Dampak Stres ................................................................................................................

D. Faktor-Faktor Penyebab Stres .......................................................................................

E. Solusi Dalam Upaya Menghindari dan Mengatasi Stress .............................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stress merupakan sebuah bentuk respon tubuh seseorang yang memiliki beban
pekerjaan berlebihan. Jika seseorang tersebut tidak sanggup mengatasinya, maka orang
tersebut dapat mengalami gangguan dalam menjalankan pekerjaan (Hawari, 2011).
Seorang yang menderita stress, selalu terwujud dalam berbagai macam penyakit, dapat
pula memalui ketidak mampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
sehingga menderita gangguan kecemasan, depresi dan gangguan psikomatik. Penderitaan
fisik dan atau psikik menyebabkan orang tak dapat berfungsi dengan wajar, tak mampu
berprestasi tinggi dan sering menjadi masalah bagi lingkungannya yang merupakan
akibat dari stress berkelanjutan.
Pada saat mengalami stres, tanpa kita sadari tubuh selalu melakukan manajemen stres.
Manajemen dalam menghadapi stres ini merupakan cara yang dilakukan agar kekebalan
dirinya terhadap stres dapat ditingkatkan. Manajemen stres yang efektif akan
menghasilkan adaptasi yang menetap sehingga menimbulkan kebiasaan baru atau
perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan manajemen stres yang tidak efektif akan
berakhir dengan maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang dan merugikan diri sendiri,
orang lain ataupun lingkungan.
Manajemen stres yang digunakan setiap individu bermacam-macam antara lain dengan
makan, banyak tidur, minum minuman keras/alkohol, berdzikir, dan merokok. Merokok
merupakan salah satu contoh dari strategi manajemen yang tidak efektif namun banyak
disukai. Meskipun semua orang mengetahui akibat negatif dari merokok, tetapi jumlah
perokok semakin meningkat dan usia perokok semakin bertambah muda (Hawari, 2011).

3
4

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen stres?
2. Apa sajakah indikasi atau gejala dari stres?
3. Apa saja dampak dari stres?
4. Apa sajakah faktor-faktor penyebab stres?
5. Apa saja solusi dalam upaya menghindari dan mengatasi stres?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen stres
2. Untuk mengetahui indikasi atau gejala dari stres
3. Untuk mengetahui dampak dari stres
4. Untuk mengetahui factor-faktor penyebab stress
5. Untuk mengetahui solusi dalam upaya menghindari dan mengatasi stres
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Stres


Stres merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari setiap individu, karena stres
dapat mempengaruhi setiap orang. Dapat didefinisikan bahwa stres merupakan suatu
keadaan dimana individu tidak dapat menyesuaikan diri antara kemampuan diri dan
tuntutan yang diterima oleh individu sehingga menimbulkan kecemasan-kecemasan
negatif didalam diri. Stress adalah sutu rangsangan yang menegangkan psikologis dari
suatu organisme, tekanan-tekanan fisik dan psikologis yang menekan organ tubuh dan
atau diri sendiri. Selain itu, stress juga diartikan sebagai suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang(Handoko,1997:2002). Stress
yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseoran untuk menghadapi
lingkungannya. Adapun menurut Robbins (2001:563) stress juga dapat diartikan sebagai
suatu kondisi yang menekan keadaan psikis sasaorang dalam mencapai suatu kesempatan
dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.
Stress yang dialami seseorang biasanya selalu berkonotatif negatif karena akan
mengalami suatu kontra produktif. Stress sendiri juga dapat membatu proses mengingat
yang dialamidalam jangka pendek dan tidak terlau kompleks. Stress bias meningkatkan
glukosa yang menuju ke otak, yang memberikan energy lebih kepada neuron. Hal ini
dapat mendorong untuk meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan. Disisi
lain, jika stress dialkukan secara terus menerus, akan menghambat pengiriman glukosa ke
otak yang mengakibatkan rendahnya daya ingat manusia.

5
6

Menurut Novia Efrita, (2014:13) berpendapat bahwa stress adalah suatu kondisi yang
dinamis saat seseorang dihadapkan pada peluang dan tuntutan, stress adalah beban rohani
yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri. Lebih lanjut Peter Tyler (dalam
Lubis, 2009: 17) mengemukakan bahwa stres adalah perasaan tidak enak yang
disebabkan oleh persoalan-persoalan di luar kendali, atau reaksi jiwa dan raga terhadap
perubahan. Sementara itu, Kartini Kartono (dalam Lubis, 2009: 17) mendefinisikan stres
sebagai berikut: (1) Suatu stimulus yang meneganggakan kapasitas (daya) psikologi atau
fisiologi dari suatu organisme, (2) sejenis frustrasi, dimana aktivitas yang terarah pada
pencapaian tujuan telah diganggu atau dipersulit, tetapi tidak terhalang-halangi; peristiwa
ini biasanya disertai oleh perasaan was-was (khawatir) dalam pencapaian tujuan, (3)
kekuatan yang ditetapkan pada suatu system berupa tekanan-tekanan fisik dan psikologis
yang dikenakan pada tubuh dan pada pribadi, dan (4) suatu kondisi ketegangan fisik dan
psikologis disebabkan oleh adanya persepsi ketakutan dan kecemasan. Hal ini didukung
oleh National Safety Council (2004: 2) yang menjelaskan bahwa stres sebagai
ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan
spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia
tersebut.
Manajemen stress adalah suatu program untuk melakukan pengontrolan atau
pengaturan stress di mana bertujuan untuk mengenal penyebab stress dan mengetahui
tehnik-tehnik mengelola stress, sehingga orang lebih baik dalam menguasai stress dalam
kehidupan dari pada dihimpit oleh stress itu sendiri Schafer (dalam Segarahayu, 2013: 5).
Manajemen stress lebih dari pada sekedar mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya
secara adaptif dan efektif Margianti (dalam Segarahayu, 2013: 5).
Manajemen stress merupakan kemampuan penggunaan sumber daya Manusia secara
efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul
karena tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stress itu sendiri adalah untuk
memperbaiki kualitas hidup seseorang agar menjadi lebih baik.
7

B. Indikasi Atau Gejala Dari Stres


Menurut Humpherey (1999) mengemukakan beberapa gejala awal yang diakibatkan
oleh stres yaitu:
a. Gejala perilaku, orang akan mudah gugup, penyalahgunaan obat, mudah marah,
hilang semangat, tidak tenang, diam, perilaku impulsif, dan lain sebagainya.
b. Untuk gejala emosi, seseorang akan mudah gelisah, selalu sensitif dengan
kritikan, mudah tersinggung, apatis, merasa bersalah dan frustasi dan untuk
gejala kognitif seseorang akan mengalami kesulitan dalam mengambil
keputusan, sulit untuk mengingat, khawatir dengan pelaksanaan tugas dan apatis.
c. Untuk gejala fisik, seseorang akan merasakan detak jantung yang semakain
cepat, berkeringat, mulut kering, penyempitan pupil mata, sakit perut, sakit
kepala dan panas dingin.
Menurut Andrew Goliszek, gejala-gejala stres dapat dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu gejala fisik, emosional, dan gejala perilaku. Antara lain:
a. Gejala fisik: sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, rasa lemah, gangguan
pencernaan, rasa mual atau muntah-muntah, sakit perut, nafsu makan hilang atau
selalu ingin makan, jantung berdebar-debar, sering buang air kecil, tekanan
darah tinggi, tidak dapat tidur atau tidur berlebihan, berkeringat secara
berlebihan, dan sejumlah gejala lain.
b. Gejala emosional: mudah tersinggung, gelisah terhadap hal-hal kecil, suasana
hati berubah-ubah, mimpi buruk, khawatir, panik, sering menangis, merasa tidak
berdaya, perasaan kehilangan kontrol, muncul pikiran untuk bunuh diri, pikiran
yang kacau, ketidakmampuan membuat keputusan, dan sebagainya.
c. Gejala perilaku: merokok, memakai obat-obatan atau mengkonsumsi alcohol
secara berlebihan, berjalan mondar-mandir, kehilangan ketertarikan pada
penampilan fisik, menarik atau memutar-mutar rambut, perilaku sosial berubah
secara tiba-tiba, dan lainnya.
8

Indikator stres dapat dilihat dari dua gejala, yaitu gejala fisik dan gejala mental.
Adapun yang termasuk gejala fisik antara lain: tidak peduli dengan penampilan fisik,
menggigit-gigit kuku, berkeringat, mulut kering, sulit tidur atau tidur tidak teratur,sakit
kepala, adanya gangguan pencernaan, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan
darah tinggi atau serangan jantun dan kehilangan energy. Sedangkan untuk gejala
mentalnya antara lain: kemarahan yang tak terkendali, atau lekas marah/agresivitas,
mencemaskan hal-hal kecil, ketidakmampuan dalam memprioritaskan, berkonsentrasi
dan memutuskan apa yang harus dilakukan, suasana hati yang sulit ditebak atau tingkah
laku yang tak wajar, ketakutan atau fobia yang berlebihan, hilangnya kepercayaan pada
diri sendiri, cenderung menjaga jarak, terlalu banyak berbicara atau menjadi benar-benar
tidak komunikatif, ingatan terganggu dan dalam kasus-kasus yang ekstrim benar-benar
kacau.
C. Dampak Stres Bagi Kesehatan
Menurut dr. Theresia Rina Yunita dari Klikdokter.com, stres merupakan reaksi fisik
dan mental yang alami terhadap pengalaman baik maupun buruk. Respons tubuh
terhadap stres, yakni dengan melepaskan sejumlah hormon dan meningkatkan detak
jantung serta laju pernapasan. Beberapa masalah kesehatan yang harus diwaspadai
akibat stress, antara lain:
a. Sistem saraf pusat dan sistem endokrin: Sistem saraf pusat di otak bertanggung
jawab atas respons tubuh. Didalam otak, hipotalamus memberi tahu kelenjar
adrenalin untuk melepaskan hormon stres adrenalin dan kortisol. Hormon-hormon
ini meningkatkan detak jantung dan mengirim darah mengalir ke daerah-daerah
yang paling membutuhkannya dalam keadaan darurat, seperti otot, jantung, dan
organ penting lainnya. Ketika rasa takut yang dirasakan hilang, hipotalamus harus
memberitahu semua sistem untuk kembali normal. Jika sistem saraf pusat gagal
kembali normal atau jika pemicu stres tidak hilang, respons akan berlanjut. Menurut
dr. Theresia, hal ini juga akan memicu sakit kepala atau insomnia.
9

b. Sistem pernapasan dan kardiovaskular: Stres dapat memengaruhi sistem pernapasan


dan kardiovaskular. Selama respons stres, tubuh akan bernapas lebih cepat dalam
upaya cepat untuk mendistribusikan darah yang kaya oksigen ke tubuh. Jika
seseorang mengalami stres dan sudah memiliki masalah pernapasan, seperti asma
atau emfisema, stres dapat membuat pernapasan lebih sulit bernapas. Sementara,
jantung akan memompa lebih cepat dari biasanya jika stres. Pada akhirnya, hormon
stres mengakibatkan kontraksi pada pembuluh darah dan meningkatkan tekanan
darah. Stres kronik juga membuat jantung bekerja lebih keras dari biasanya,
sehingga meningkatkan risiko hipertensi.
c. Sistem pencernaan: Ketika stres, lever akan menghasilkan gula darah (glukosa)
yang biasanya bisa meningkatkan energi. Gula darah yang tak terpakai akan kembali
diserap oleh tubuh. Bahayanya, jika mengalami stres berkepanjangan, tubuh tidak
mampu lagi menyimpan glukosa yang berlebih. Yang mengakibatkan seseorang
dapat mengalami peningkatan risiko penyakit diabetes tipe 2. Di sisi lain, aliran
hormon, pernapasan cepat, dan peningkatan denyut jantung juga dapat mengganggu
sistem pencernaan. Kemungkinan besar mengalami mulas atau refluks asam karena
peningkatan asam lambung. Stres juga dapat memengaruhi cara makanan bergerak
ke seluruh tubuh Anda, yang menyebabkan diare atau sembelit. Anda mungkin juga
mengalami mual, muntah, atau sakit perut.
Adapula dampak stress bagi individu, yaitu:
1. Dampak Fisiologik Secara umum orang yang mengalami stress mengalami sejumlah
gangguan fisik seperti : mudah sakit kepala, kejang otot,kegemukan atau menjadi
kurus yang tidak dapat dijelaskan dan lain sebagainya.
2. Dampak Psikologika Keletihan emosi dan jenuhb.Terjadi depersonalisasi, dalam
keadaan stress berkepanjangan, , seiring dengan keletihan emosi.c.Pencapaian
pribadi yang menurun, sehingga berakibat menurunnya rasa kompeten dan rasa
sukses.
3. Dampak Perilakua Manakala stress menjadi distress, prestasi belajar menurun dan
sering terjadi tingkah laku yang tidak diterima oleh masyarakat.b.Level stress yang
cukup tinggi berdampak negatif pada kemampuan mengingat informasi, mengambil
keputusan dan megambil langkah yang tepat.c.Mahasiswa yang ‘over-stressed’
10

stress berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif mengikuti kegiatan
pembelajaran.

D. Faktor-Faktor Penyebab Stress


Sesuatu yang merupakan akibat pasti memiliki penyebab atau yang disebut stressor,
begitu pula dengan stress, seseorang bisa terkena stress karena menemui banyak masalah
dalam kehidupannya. Seperti yang telah diungkapkan di atas, stress dipicu oleh stressor.
Tentunya stress tersebut berasal dari berbagai sumber, yaitu:
1. Lingkungan
Yang termasuk dalam stressor lingkungan di sini yaitu:
 Sikap lingkungan, seperti yang kita ketahui bahwa lingkungan itu memiliki nilai
negatif dan positif terhadap prilaku masing-masing individu sesuai pemahaman
kelompok dalam masyarakat tersebut. Tuntutan inilah yang dapat membuat
individu tersebut harus selalu berlaku positif sesuai dengan pandangan
masyarakat di lingkungan tersebut.
 Tuntutan dan sikap keluarga, contohnya seperti tuntutan yang sesuai dengan
keinginan orang tua untuk memilih jurusan saat akan kuliah, perjodohan dan
lain-lain yang bertolak belakang dengan keinginannya dan menimbulkan
tekanan pada individu tersebut.
 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), tuntutan untuk selalu
update terhadap perkembangan zaman membuat sebagian individu berlomba
untuk menjadi yang pertama tahu tentang hal-hal yang baru, tuntutan tersebut
juga terjadi karena rasa malu yang tinggi jika disebut gaptek.
2. Diri sendiri, terdiri dari
 Kebutuhan psikologis yaitu tuntutan terhadap keinginan yang ingin dicapai
 Proses internalisasi diri adalah tuntutan individu untuk terus-menerus menyerap
sesuatu yang diinginkan sesuai dengan perkembangan.
3. Pikiran
 Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan pengaruhnya pada
diri dan persepsinya terhadap lingkungan.
11

 Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara penyesuaian yang biasa
dilakukan oleh individu yang bersangkutan.

E. Solusi Dalam Upaya Menghindari Dan Mengatasi Stres


1. Prinsip Homeostatis. Stres merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan
cenderung bersifat merugikan. Oleh karena itu setiap individu yang mengalaminya pasti
berusaha mengatasi masalah ini. Hal demikian sesuai dengan prinsip yang berlaku pada
organisme, khususnya manusia, yaitu prinsip homeostatis. Menurut prinsip ini
organisme selalu berusaha mempertahankan keadaan seimbang pada dirinya. Sehingga
bila suatu saat terjadi keadaan tidak seimbang maka akan ada usaha mengembalikannya
pada keadaan seimbang. Prinsip homeostatis berlaku selama individu hidup. Sebab
keberadaan prinsip pada dasarnya untuk mempertahankan hidup organisme. Lapar,
haus, lelah, dll. merupakan contoh keadaan tidak seimbang. Keadaan ini kemudian
menyebabkan timbulnya dorongan untuk mendapatkan makanan, minuman, dan untuk
beristirahat. Begitu juga halnya dengan terjadinya ketegangan, kecemasan, rasa sakit,
dst. mendorong individu yang bersangkutan untuk berusaha mengatasi ketidak
seimbangan ini.
2. Proses Coping terhadap Stres Upaya mengatasi atau mengelola stress dewasa ini
dikenal dengan proses coping terhadap stress. Menurut Bart Smet, coping mempunyai
dua macam fungsi, yaitu :
 Emotional-focused coping dan
 Problem-focused coping.

Emotionalfocused coping dipergunakan untuk mengatur respon emosional terhadap


stress. Pengaturan ini dilakukan melalui perilaku individu seperti penggunaan minuman
keras bagaimana meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan, dst. Sedangkan
problem-focused coping dilakukan dengan mempelajari keterampilan-keterampilan atau
cara-cara baru mengatsi stres. Menurut Bart Smet, individu akan cenderung
menggunakan cara ini bila dirinya yakin dapat merubah situasi, dan metoda ini sering
dipergunakan oleh orang dewasa. Berbicara mengenai uapaya mengatasi Stres, Maramis
12

berpendapat bahwa ada bermacam-macam tindakan yangdapat dilakukan untuk itu,


yang secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu:

 cara yang berorientasi pada tugas atau task oriented dan


 cara yang berorientasi pada pembelaan ego atau ego defence mechanism.

Mengatasi stres dengan cara berorientasi pada tugas berarti upaya mengatasi masalah
tersebut secara sadar, realistis, dan rasional. Menurut Maramis cara ini dapat dilakukan
dengan “serangan”, penarikan diri, dan kompromi. Sedangkan cara yang berorientasi
pada pembelaan ego dilakuakn secara tidak sadar (bahwa itu keliru), tidak realistis, dan
tidak rasional. Cara kedua ini dapat dilakukan dengan : fantasi, rasionalisasi,
identifikasi, represi, regresi, proyeksi, penyusunan reaksi (reaction formation),
sublimasi, kompensasi, salah pindah (displacement).
12
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Stres dalam hidup sehari-hari dapat memberikan rasa kurang/tidak nyaman, tetapi dapat
pula justru memberikan rasa nyaman. Sebagai elemen yang memberikan rasa nyaman ia
dapat dimanfaatkan, dapat dinikmati, selain sebagai pemberi rasa tersebut, juga sebagai
pendorong untuk maju dalam kehidupan.

Sebagai faktor yang memberi disires, ia akan menimbulkan banyak keluhan, dalam
keadaan akut dalam bentuk kegelisahan, dalam bentuk khronis, gangguan fisik maupun
mental, kebosanan, kelelahan dan akhirnya kematian. Penatalaksanaan stres tentunya sesual
sifatnya. Bila ia membebani manfaat dalam hidup ia selayaknya dinikmati. Bila ia
menimbulkan distres, dalam keadaan akut, tersedia berbagai alternatif untuk mengatasinya,
baik terhadap stresnya sendiri maupun dampak yang ditimbulkannya.

Dalam keadaan kronis, gangguan yang timbul tentunya harus dihadapi dengan
pengobatan. Di sini peran kerja sama dari berbagai bidang kedokteran perlu bila gangguan
bersifat onganik. Penting justru peran psiklatri dalam menghadapi gangguan-gangguan
tersebut. Dalam menghadapi gangguan psikiatrik mural terdapat pilihan cara menghadapi
dan farmakoterapi hingga kepada psikoterapi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Andreasen. N. C and Black. D. W, 2001, Introductory Textbook Of Psychiatry. 3rd ed. British Library.
USA.

Danial. Apa itu Stres. available from: http://dr.danial.faithweb.com/konseling.htm. diakses tanggal. 27


Januari 2022

Gabbard GO. 1994. Anxiety Disorders: The DSM IV Edition, American Psychiatric Press, Washington.

Gunarya A. Manajemen Stres. TOT Basic Study Skill tahun 2008. Afailable from:
http://www.unhas.ac.id/maba/bss2009/manajemen%20diri/ modul%20MD08-Manajemen %20stres.pdf.
diakses pada tanggal 27 Januari 2022

Horowitz M. 2002. Stress response syndromes and their treatment in Handbook of Stress. Theoretical
and Clinical Aspects. GoIdbct Breznltz S (eds). New York: The Free Press.

Kaplan HI. Sadock BJ. Grebb JA. 2004. Kaplan and Sadock's Synopsis of Psychia try, Behavioral
Sciences, Clinical Psychiatry. seventhed. Baltimore: Williams & Wilkins.

Maramis. W.F. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press

Soewadi. 1990. Bahan Kuliah Ilmu Kedokteran Jiwa. Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta.

Surbakti EP. Stres dan koping Lansia pada masa pensiun di kelurahan Pardomuan, kec. Siantar timur
kotamadya pematang siantar. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14286/1/09 E01612.pdf. diakses pada tanggal 13
November 2010

Dwiputra, K. 0. (2009). Efek Stres pada Kesehatan yang Harus Diwaspadai.

Jakarta: www.klikdokter.com (diakses pada 27 Januari 2022)

Homba C. V. (2018). detikNews. https://news.detik.com/berita/d-4033361/akhir-

tragis-abg-terjun-dari-apartemen-karena-stres-hadapi-ujian (diakses pada

27 Januari 2022)

Siswanto, 2007, Kesehatan Mental Konsep, Cakupan dan Perkembangan,

Yogyakarta: Andi Offset.


Yusuf, S., Nurikhsan. (2005). Landasan Bimbingan Konseling. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai