Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PSIKOLOGI

“STRES dan ADAPTASI”

Oleh :

Ni Putu Ayu Penny Sartika (P07120219070)

Ni Nyoman Triyana Sari (P07120219079)

Ida Bagus Eka Utama Putra (P07120219082)

Komang Nova Sadana Yoga (P07120219102)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas Berkat rahmat dan
hidayah-nya makalah yang berjudul “Makalah Psikologi Stres dan Adaptasi” ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan dikarenakan kurangnya pengalaman dan keterbatasan
ilmu pengetahuan yang kami miliki. Maka dari itu, kami menerima kritik dan saran yang
membantu dalam menyempurnakan makalah ini.

Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bimbingan,
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini, kami
mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkat dan rahmatnya atas
bantuan yang telah diberikan kepada kami dalam penyusunan makalah ini, akhirnya
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 20 Januari 2021

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2
Daftar isi 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar belakang 4
1.2 Rumusan masalah 5
1.3 Tujuan 5
BAB II PEMBAHASAN 6
2.1.1 Definisi Stres 6
2.1.2 Penyebab Stres 6
2.1.3 Kategori dari Stres 7
2.1.4 Sifat Stres 7
2.1.5 Model Stres 8

2.1.6 Tahapan Stres 9


2.1.7 Faktor Yang Memengaruhi Respons Terhadap Stresor 10
2.1.8 Respons Stres Fisiologis 10
2.1.9 Definisi Adaptasi 12
2.2.1 Dimensi Adaptasi 13

2.2.2 Karakteristik Adaptasi atau Respons Stres 18


BAB III PENUTUP 23
3.1 Kesimpulan 23
3.2 Saran 23

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Modernisasi dan perkembangan teknologi membawa perubahan
tentang cara berpikir dalam pola hidup bermasyarakat, sehingga perubahan
tersebut membawa pada kosekuensi di bidang kesehatan fisik dan bidang
kesehatan jiwa. Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan
dunia yang selalu berubah- ubah. Manusia sebagaimana ia ada pada suatu
ruang dan waktu, merupakan hasil interaksi antara jasmani, rohani, dan
lingkungan. Ketiga unsur tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang
lain. Dalam segala masalah, kita harus mempertimbangkan ketiganya
sebagai suatu keseluruhan sehingga manusia disebut makhluk somato-psiko-
sosial.
Oleh karena itu, apabila terjadi gangguan pada jasmani, akan
menimbulkan usaha penyesuaian secara fisik atau somatic. Demikian pula
apabila terjadi gangguan pada unsur rohani, akan menimbulkan usaha
penyesuaian secara psikologis. Usaha yang dilakukan organisme untuk
mengatasi stress agar terjadi keseimbangan yang terus-menerus dalam batas
tertentu dan tetap dapat mempertahankan hidup dinamakan homeostasis.
Sumber gangguan jasmani maupun psikologis adalah stress. Apabila
kita mampu mengatasi keadaan stress, perilaku kita cenderung berorientasi
pada tugas, yang intinya untuk menghadapi tuntutan keadaan. Namun,
apabila stress mengancam perasaan, kemampuan, dan harga diri kita, reaksi
kita cenderung pada orientasi pembelaan ego (ego defence-oriented) .
Penyesuaian yang berorientasi pada tugas disebut adaptasi dan yang
berorientasi pada pembelaan ego.

4
1.2 Rumusan masalah
1. Apakah definisi dari Stres ?
2. Apa saja penyebab Stres ?
3. Apa saja kategori dari Stres?
4. Bagaimana saja sifat Stres ?
5. Bagaimana model Stres?
6. Apa saja tahapan Stres?
7. Apa saja faktor yang memengaruhi respons terhadap Stresor?
8. Bagaimanakah respons Stres Fisiologis?
9. Apakah definisi Adaptasi?
10. Bagaimana dimensi Adaptasi?
11. Bagaimanakah karakteristik Adaptasi atau Respons Stres ?

1.3 Tujuan
1) Agar mahasiswa mengetahui definisi dari Stres
2) Agar mahasiswa memahami penyebab Stres
3) Agar mahasiswa mengetahui kategori dari Stres
4) Agar mahasiswa mengetahui sifat Stres
5) Agar mahasiswa memahami model Stres
6) Agar mahasiswa mengetahui tahapan Stres
7) Agar mahasiswa memahami faktor yang memengaruhi respons terhadap
Stresor
8) Agar mahasiswa memahami respons Stres Fisiologis
9) Agar mahasiswa mengetahui definisi Adaptasi
10) Agar mahasiswa mengetahui dimensi Adaptasi
11) Agar mahasiswa mengetahui karakteristik Adaptasi atau Respons Stres

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.1 DEFINISI STRES

Stres merupakan keadaan yang membuat tegang yang terjadi ketika


seseorang mendapatkan maslah atau tantangan dan belum mempunyai jalan
keluarnya atau banyak pikiran yang mengganggu seseorang terhadap sesuatu
yang akan dilakukannya (Clonninger, 1996). Stres adalah segala masalah
atau tuntutan penyesuaian diri yang dapat mengganggu keseimbangan
seseorang (Maramis, 2015). Dari beberapa definisi diatas dapat dinyatakan
stress adalah ketegangan, dimana setiap ketegangan yang dirasakan
seseorang akan mengganggu dan dapat menimbulkan reaksi fisiologis,
emosi, kognitif, maupun perilaku.

2.1.2 PENYEBAB STRES

Davis dkk. (1995) mengemukakan pengalaman yang menyebabkan stress berasal


dari tiga sumber, yaitu:
1. Lingkungan
Lingkungan yang bersahabat menuntut kita untuk menyesuaikan diri dengan
cuaca, suara, kepadatan, tuntutan interpersonal, tekanan waktu, standar
penampilan, dan berbagai ancaman rasa aman dan harga diri seperti konflik,
permusuhan.
2. Tubuh (Fisiologis)
Pertumbuhan yang cepat pada remaja, menopause pada wanita, proses
menua, penyakit, kecelakaan, nutrisi yang buruk, gangguan tidur, dan
semuanya ini membebani tubuh kita.
3. Pikiran
Otak kita menafsirkan dan menerjemahkan perubahan yang kompleks pada
lingkungan dan menetapkan waktu menekan tombol panik. menafsirkan,

6
mempersepsikan, dan melebel pengalaman pada saat ini dan yang
diprakirakan pada masa yang akan datang dapat menyebabkan stres atau
rileks.

2.1.3 KATEGORI STRES

Identifikasi Kategori stresor menurut Lazarus dan Cohen (1977) sebagai berkut :
A. Stressors Cataclysmic
Stressors cataclysmic adalah semua peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
beberapa orang atau keseluruhan komunitas pada saat bersamaan. Stressors
cataclysmic biasanya tidak dapat diprediksi, mempunyai pengaruh sangat
kuat dan memerlukan usaha-usaha penanggulangan yang besar, contohnya
bencana alam, perang,pemberhentian kerja besar-besaran, dan bencana
teknologi.
B. Stressors Personal
Peristiwa-peristiwa seperti gagal dalam ujian, menganggur, atau bercerai
merupakan stressor personal yang memengaruhi individu. Stressor personal
kadang-kadang lebih sulit untuk ditangani daripada stressor cataclysm jika
kekurangan dukungan.
C. Background stressors
Sheridan dan Radmacher (1992) mengemukakan Background stressor
adalah berupa pertengkaran dalam kehidupan sehari-hari yang sering terjadi
dalam keluarga atau hubungan interpersonal. Backg round stressor
merupakan masalah-masalah kecil namun terus-menerus mengganggu dan
menyusahkan (Lazarus dan Folkman, 1984)

2.1.4 SIFAT STRES

Sheridan dan Radmacher (1992) mengemukakan bahwa berdasarkan respons


seseorang terhadap stresor yang mengenainya atau yang menimpanya ada tiga sifat

7
stres yaitu: eustress (stres yang baik), Distress (stres yang menyusahkan), dan
neutral effects (efeknya netral). Berikut ini ketiga sifat stres tersebut :
a. Eustress
Mengalami proses stres sebenarnya dapat memiliki efek positif yang lazim
disebut sebagai eustress atau 'stres yang baik.
b. Distress
Distress digunakan untuk menjelaskan respons pengaruh negatif yang dapat
diakibatkan dari stresor yang menimpanya. Kata distress atau menyusahkan
yang digunakan di sini mempunyai makna yang sama dengan sebutan 'stres'
bagi banyak orang
c. Neutral effects
Banyak stresor yang dihadapi setiap hari ditangani dengan satu cara atau
cara lain tanpa memengaruhi dirinya atau efeknya netral, Dohrenwend
(Sheridan dan Radmacher, 1992) menyatakan, ada berbagai peristiwa yang
menekan dapat ditanggulangi tanpa pengaruh apapun yang dirasakan oleh
individu bersangkutan.

2.1.5 MODEL STRES

Model stres digunakan untuk mengidentifikasi stresor bagi individu dan


memprediksi respons individu tersebut terhadap stresor (Potter dan Perry, 1992)
a. Model Stres berdasarkan respons
Model stres dari Selye(1976) merupakan model stres berdasarkan respons
yang mendefinisikan stres sebagai respons nonspesifik dari tubuh terhadap
setiap tuntutan yang ditimpakan padanya.
b. Model berdasarkan stimulus
Menurut (McNett 1989) bahwa model stres berdasarkan stimulus ini
memfokuskan pada asumsi sebagai berikut
1) Peristiwa perubahan dalam kehidupan adalah normal, dan perubahan
itu memiliki tipe dan durasi penyesuaian yang sama.

8
2) Individu adalah resipien pasif dari stres, dan persepsi mereka
terhadap peristiwa adalah tidak relevan.
3) Setiap orang mempunyai ambang stimulus yang sama, dan penyakit
dapat terjadi pada setiap titik setelah ambang tersebut.
c. Model Stres Berdasarkan Transaksi
Model ini memandang individu dan lingkungan dalam suatu hubungan yang
dinamis, resi prokal, dan interaktif (Lazarus dan Falkman, 1984). Stres
muncul karena adanya hubungan antara individu dan lingkungan, sehingga
muncul berbagai stimulus respons dalam suatu transaksi.
d. Model Adaptasi
Model ini menunjukkan bahwa ada empat faktor yang menentukan
seseorang mengalami suatu stres atau ketegangan (Mechanic 1962)
 Kemampuan untuk menghadapi stres yang bergantung pada
pengalaman seseorang dengan stresor serupa, sistem dukungan, dan
persepsi keseluruhan.
 Praktik dan norma kelompok individu sebaya
 Dampak dari lingkungan social dalam membantu seseorang untuk
beradaptasi terhadap stressornya.

2.1.6 TAHAPAN STRES

Menurut Amberg (1979) tahapan stres ada enam tahapan yaitu,


1. Tahap satu
Merupakan tahapan stres yang paling ringan dan kelihatannya menyenangkan
yang umumnya disertai gejala, semangat kerjanya berlebihan, pengelihatan taja
tidak seperti biasanya.
2. Tahap dua
Mulai muncul keluhan-keluhan yang sebenarnya akibat kehabisan energi yang
telah digunakan secara berlebihan pada tahap pertama. Cadangan energi tidak

9
cukup lagi untuk digunakan sepanjang hari karena tidak memiliki waktu
istirahat.
3. Tahap tiga
Pada tahapan ini, akan muncul gejala-gejala seperti, gangguan lambung dan
usus seperti gastritis dan diare, ketegangan otot-otot makin dirasakan, merasa
tidak tenang, ketegangan emosional meningkat dan, gangguan pola tidur.
4. Tahap empat
Gejala yang muncul pada tahap ini mulai dirasakan semakin berat dan biasanya
membutuhkan bantuan professional yang lebih luas dalam mengatasi stres.
5. Tahap lima
Pada tahap ini gejala yang muncul semakin berat seperti, takut dan cemas yang
berlebihan, mudah bingung dan panik, kelelahan fisik dan mental,gangguan
sistem pencernaan yang makin berat.
6. Tahap enam
Merupakan tahap puncak dari keseluruhan tahapan stres, yang biasanya
mengalami serangan panic dan perasaan takut mati.

2.1.7 FAKTOR YANG MEMENGARUHI RESPONS TERHADAP STRESOR

Faktor yang memengaruhi respons terhadap stressor diantaranya,


 Intensitas
 Cakupan
 Durasi
 Jumlah dan sifat dari stressor

2.1.8 RESPONS STRES FISIOLOGIS

Respon tubuh terhadap stress menurut (Hawai, 2002) meliputi,


1. Rambut

10
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan
dan rambut mengalami kerontokan.
2. Mata
Ketajaman mata yang terganggu, sehingga tidak jelas jika membaca dan
sering kali kabur, hal ini diakibatkan oleh otot-otot bola mata mengalami
kekenduran atau sebaliknya, sehingga dapat mempengaruhi focus lensa mata.
3. Telinga
Pendengaran sering kali menjadi terganggu dengan suara berdenging
(tinitus)
4. Daya pikir
Kemampuan berpikir, mengingat dan konsentrasi menjadi menurun. Orang
menjadi pelupa dan sering kali mengeluh sakit kepala atau pusing.
5. Ekspresi wajah
Wajahnya nampak tegang, dahi berkerut, mimic Nampak serius, tidak santai,
bicara berat, sukar untuk tersenyum/tertawa, dan kulit muka kedutan.
6. Mulut
Mulut dan bibir terasa kering, sehingga ia sering minum. Pada tenggorokan
dirasakan seolah-olah ada ganjalan, sehingga ia sukar menelan. Hal ini bisa
terjadi akibat otot-otot lingkar tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps)
sehingga serasa tercekik.
7. Kulit
Reaksi orang akan mengalami reaksi panas, dingin, atau keluar keringat
yang berlebihan. Kelembaban kulit berubah menjadi kering. Sering juga
ditemukan berkeringat dan basah pada telapak tangan.
8. System pernafasan
Nafas terasa berat sesak akibat adanya penyempitan saluran pernafasan
mulai dari hidung, tenggorokan, dan otot-otot rongga dada yang mengalami
spasme.
9. System kardiovaskular

11
Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit sehingga
menimbulkan reaksi pucat atau memerah.
10. System pencernaan
Mengalami gangguan pencernaan. Lambung terasa kembung, mual, dan
pedih, akibat produksi asam lambung yang berlebih. Selain itu terjadi gangguan
pada usus sehingga merasakan mulas, sukar BAB, atau sebaliknya diare.
11. System perkemihan
Frekuensi buang air kecil (BAK) meningkat.
12. System musculoskeletal
Oaring yang mengalami stress sering mengeluhkan otot terasa sakit seperti
ditusuk-tusuk, pegal, dan tegang. Merasa ngilu pada persendian dan merasa
kaku bila menggerakan anggota lainnya.
13. System endokrin
Kadar gula darah seseorang terkena stress bisa meningkat dan bila
berkepanjangan bisa mengalami penyakit kencing manis. Pada wanita akan
mengalami gangguan menstruasi berupa menstruasi tidak teratur dan adanya
rasa sakit saat mentruasi.
14. Libido
Energi psikis dalam diri seseorang yang menggerakan seseorang untuk
beraktivitas termasuk aktivitas seksual. Stress dapat mempengaruhi gairah
seksual, sehingga seorang yang terkena stress bisa mengeluh libidonya
menurun atau meningkat yang tidak seperti biasanya

2.1.9 DEFINISI ADAPTASI

Adaptasi adalah proses penyesuaian diri terhadap beban lingkungan agar


organisme dapat bertahan hidup (Sarafino, 2005). Sedangkan menurut Gerungan
(2006) menyebutkan bahwa adapatasi atau penyesuaian diri adalah mengubah diri
sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan
keadaan (keinginan diri).

12
2.2.1 DIMENSI ADAPTASI

A. Adaptasi fisiologis
Adalah proses dimana respon tubuh terhadap stresor untuk mempertahankan
fungsi kehidupan, dirangsang oleh faktor eksternal dan internal, respons dapat dari
sebagian tubuh atau seluruh tubuh serta setiap tahap perkembangan punya stresor
tertentu.
Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif, yaitu
suatu proses dimana mekanisme kontrol merasakan suatu keadaan abnormal seperti
penurunan suhu tubuh dan membuat suatu respons adaptif seperti mulai mengigil
untuk membangkitkan
panas tubuh. Ketiga dari mekanisme utama yang digunakan dalam menghadapi
stressor dikontrol oleh medula oblongata, formasi retikuler dan hipofisis. Riset
klasik yang telah dilakukan oleh Hans Selye (1946,1976) telah mengidentifikasi dua
respons fisiologis terhadap stres, yaitu:
1. LAS ( Lokal Adaptasion Syndrome)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stres, responnya
berjangka pendek. Karakteristik dari LAS:
a) Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua sistem.
b) Respons bersifat adaptif, diperlukan stresor untuk menstimulasikannya.
c) Respons bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
d) Respons bersifat restorative.
2. GAS (General Adaptasion Syndrom)
Merupakan respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respons yang
terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa
buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin. GAS diuraikan
dalam tiga tahapan berikut:
 Fase alarm

13
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahan dari tubuh dan pikiran untuk
menghadapi stresor seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya
volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan
respons melawan atau menghindar. Respons ini bisa berlangsung dari menit
sampai jam. Bila stressor menetap maka individu akan masuk kedalam fase
resistensi.
 Fase resistensi (melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis
dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha
menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan
tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stres.
Bila teratasi, gejala stres menurun atau normal. Bila gagal maka individu
tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir dari GAS yaitu: Fase kehabisan
tenaga.
 Fase exhaustion (kelelehan)
Merupakan fase perpanjangan stres yang belum dapat tertanggulangi pada
fase sebelumnya. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya
tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres.
Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap stresor inilah
yang akan berdampak pada kematian individu tersebut.

B. Adaptasi psikologis
Perilaku adaptasi psikologi membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi
stresor, diarahkan pada penatalaksanaan stres dan didapatkan melalui
pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan pengidentifikasian perilaku yang
dapat diterima dan berhasil.

14
Perilaku adaptasi psikologi dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku
konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan
konflik. Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan
pemecahan masalah, kepribadian dan situasi yang sangat berat, kemampuan
untuk berfungsi.
Perilaku adaptasi psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping.
Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan
teknik pemecahan masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman atau
dapat juga mekanisme pertahanan ego, yang tujuannya adalah untuk mengatur
distres emosional dan dengan demikian memberikan perlindungan individu
terhadap ansietas dan stres. Mekanisme pertahanan ego adalah metode koping
terhadap stress secara tidak langsung.

a) Task oriented behavior


Perilaku berorientasi tugas mencakup penggunaan kemampuan kognitif
untuk mengurangi stres, memecahkan masalah, menyelesaikan konflik dan
memenuhi kebutuhan (Stuart & Sundeen, 2005). Tiga tipe umum perilaku yang
berorientasi tugas adalah:
 Perilaku menyerang adalah tindakan untuk menyingkirkan atau mengatasi
suatu stresor.
 Perilaku menarik diri adalah menarik diri secara fisik atau emosional dari
stresor.
 Perilaku kompromi adalah mengubah metode yang biasa digunakan,
mengganti tujuan atau menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan untuk
memenuhi lain atau untuk menghindari stres.
b) Ego Dependen Mekanism
Perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis terhadap
peristiwa yang menegangkan (Sigmund Frued). Mekanisme ini sering kali

15
diaktifkan oleh stressor jangka pendek dan biasanya tidak mengakibatkan
gangguan psikiatrik. Ada banyak mekanisme pertahanan ego, yaitu:
 Represi : Menekan keinginan, impuls/dorongan, pikiran yang tidak
menyenagkan ke alam tidak sadar dengan cara tidak sadar.
 Supresi : Menekan secara sadar pikiran, impuls, perasaan yang tidak
menyenangkan ke alam tidak sadar.
 Reaksi formasi : Tingkah laku berlawanan dengan perasaan yang mendasari
tingkah laku tersebut.
 Kompensasi : Tingkah laku menggantikan kekurangan dengan kelebihan
yang lain.
 Rasionalisasi : Berusaha memperlihatkan tingkah laku yang tampak sebagai
pemikiran yang logis bukan karena keinginan yang tidak disadari.
 Substitusi : Mengganti obyek yang bernilai tinggi dengan obyek yang
kurang bernilai tetapi dapat diterima oleh masyarakat.
 Restitusi : Mengurangi rasa bersalah dengan tindakan pengganti.
 Displacement : Memindahkan perasaan emosional dari obyek sebenarnya
kepada obyek pengganti.
 Proyeksi : Memproyeksikan keinginan, perasaan, impuls, pikiran pada orang
lain/obyek lain/lingkungan untuk mengingkari.
 Simbolisasi : Menggunakan obyek untuk mewakili ide/emosi yang
menyakitkan untuk diekspresikan
 Regresi : Ego kembali pada tingkat perkembangan sebelumnya dalam
pikiran, perasaan dan tingkah lakunya.
 Denial : Mengingkari pikiran, keinginan, fakta dan kesedihan.
 Sublimasi : Memindahkan energi mental (dorongan) yang tidak dapat
diterima kepad tujuan yang dapat diterima masyarakat.
 Konvesi : Pemindahan konflik mental pada gejala fisik

16
 Introyeksi : Mengambil alih semua sifat dari orang yang berarti menjadi
bagian dari kepribadiannya sekarang.

C. Adaptasi perkembangan
Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas
perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap
perkembangan tersebut. Stres yang berkepanjangan dapat mengganggu atau
menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam
bentuk ekstrem, stres yang terlalu berkepanjangan dapat mengarah pada krisis
pendewasaan.
Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stresor di rumah. Jika diasuh
dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu
mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping
adaptif yang sehat (Haber et al, 2002)
Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka
mulai menyadari bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan
dapat membantu mereka mencapai tujuan, dan harga diri berkembang melalui
hubungan berteman dan saling berbagi diantara teman. Pada tahap ini, stres
ditunjukan oleh ketidakmampuan atau ketidakinginan untuk mengembangkan
hubungan berteman.
Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada
waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem
pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk
menyesuaikan diri terhadap stresor, tetapi remaja tanpa sistem pendukung sosial
sering menunjukan peningkatan masalah psikososial (Dubos, 2002).
Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke
tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang Antara tanggung

17
jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan dan
realitas.
Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga,
menciptakan karier yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua mereka.
Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada beberapa kasus
menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau orang tua dari kebutuhan
mereka.
Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam
keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup.
Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap perubahan penampilan fisik
dan fungsi fisiologis.

D. Adaptasi sosial budaya


Mengkaji stresor dan sumber koping dalam dimensi social mencakup
penggalian tentang besaranya, tipe dan kualitas dari interaksi sosial yang ada.
Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi
klien atau keluarga secara keseluruhan (Reis & Heppner, 2003).

E. Adaptasi spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam
banyak cara, tetapi stres dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual.
Stres yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu
mungkin memandang stresor sebagai hukuman.

2.2.2 KARAKTERISTIK ADAPTASI ATAU RESPONS STRES

a) Mekanisme koping
Koping merupakan suatu tindakan merubah kognitif secara konstan dan
usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai
membebani atau melebihi sumberdaya yang dimiliki individu.

18
Mekanisme diartikan sebagai suatu cara yang dilakukan oleh individu dalam
meyelesaikan maslah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon
terhadap sesuatu yang mengancam (Nasir dan Muhith, 2011).
Mekanisme koping merupakan setiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stres, yaitu cara dalam penyelesaian masalah dengan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.
Mekanisme koping pada dasarnya adalah mekanisme pertahanan diri terhadap
perubahan bahan yang terjadi baik dalam diri maupun dari luar diri (Stuart,
2009).
b) Sumber koping
Sumber koping merupakan pilihan-pilihan atau strategi yang membantu
seseorang menentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang berresiko.
Sumber koping adalah faktor pelindung. Hal yang termasuk sumber koping
adalah asset finansial/ kemampuan ekonomi, kemampuan dan keterampilan,
dukungan sosial, motivasi, serta hubungangan antara individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat (Stuart, 2009).
Sumber koping lain meliputi kesehatan (energi), dukungan spiritual,
keyakinan positif, kemampuan menyelesaikan masalah, keterampilan sosial,
sumber materi dan kesehatan fisik (Stuart, 2009). Menurut Suis, (2014) ada
beberpa faktor yang mempengaruhi mekanisme koping mahasiswa yaitu harga
diri, kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan hidup, keterampilan, dan
dukungan sosial materi.
c) Model mekanisme koping
1. Mekanisme koping yang berfokus pada masalah adalah mekanisme koping
yang melibatkan tugas dan upaya langsung untuk mengatsi ancaman itu
sendiri. Contohnya yaitu negosiasi, konfrontasi, dan mencari saran.
2. Mekanisme koping berfokus pada kognitif, dimana seseorang mencoba
untuk mengontrol makna dari suatu masalah dan dengan demikian

19
menetralisirnya. Contohnya yaitu perbandingan fositif, ketitaktahuan
slektif,subtitusi penghargaan,dan devaluasi benda yang diinginkan.
3. Mekanisme koping berfokus pada emosi, dimana pasien berorientasi pada
tekanan emosional moderat. Contohnya termasuk penggunaan mekanisme
pertahanan ego seperti penyangkalan, denial, supresi, dan proyeksi.
d) Gaya mekanisme koping
Menurut Nasir dan Muhith (2011), gaya koping merupakan
penentuan dari gaya seseorang dalam memecahkan suatu masalah
berdasarkan tuntutan yang dihadapi, ada dua macam gaya koping:
1. Gaya koping positif
Gaya koping positif merupakan gaya yang mampu mendukung integritas ego,
yaitu:
 Problem solving merupakan suatu usaha untuk memecahkan masalah,
dimana pada gaya koping ini masalah harus dihadapi, dipecahkan, dan
tidak dihindari atau menganggap masalah itu tidak berarti. Pemecahan
masalah ini digunakan untuk mengindari tekanan atau beban psikologis
akibat adanya stressor yang masuk dalam diri seseorang.
 Utilizing social support merupakan suatu tindak lanjut dari
menyelesaikan masalah belum terselesaikan. Tidak semua orang mampu
menyelesaikan masalahnya sendiri, hal ini terjadi karena rumitnya
masalah yang dialami., oleh sebab itu apabila seseorang mempunyai
masalah yang tidak bisa diselesaikan sendiri, seharusnya tidak disimpan
sendiri tetapi carilah dukungan dari orang lain yang dapat dipercaya dan
mampu memberikan bantuan dalam bentuk masukan ataupun saran dan
lainnya.
 Looking for silver lining masalah yang berat terkadang akan membawa
kebutaan dalam upaya menyelesaikan masalah, walaupun sudah dengan
usaha yang maksimal, terkadang masalah belum ditemukan titik temu,

20
oleh sebab itu seberat apapun masalah yang dihadapi manusia harus
tetap berfikir positif dan dapat diambil hikmah dari setiap masalah. Pada
fase ini diharapkan manusia mampu menerima kenyataan sebagai sebuah
ujian dan cobaan yang harus dihadapi selalu berusaha menyelesaikan
masalah tanpa menurunkan semangat motivasi.
2. Gaya koping Negatif
Gaya koping negatif yang dapat menurunkan integritas ego, dimana gaya
koping ini dapat merusak dan merugikan dirinya sendiri, yang terdiri atas
sebagai berikut:
 Avoidance merupakan suatu usaha untuk mengatasi situasi tertekan
dengan cara lari dari situasi tersebut dan menghindari masalah dan
akhirnya terjadinya penumpukan masalah. Bentuk melarikan diri seperti
merokok, menggunakan obat-obatan, dan berbelanja tujuannya untuk
menghilangkan masalah tetapi menambah masalah.
 Self-blam yaitu ketidak berdayaan atas masalah yang dihadapi, biasanya
menyalahkan diri sendiri yang dapat menyebabkan seseorang menarik
diri dari lingkungan sosial.
 Wishfull thinking merupakan kesedihan mendalam yang dialami
sesorang akibat kegagalan mencapai tujuan, karena penentuan keinginan
terlalu tinggi sehingga sulit tercapai.
e) Respon koping

Menurut Model Adaptasi Stres Stuart respon idividu terhadap stress berdasarkan
faktor predisposisi, sifat stresor, persepsi terhadap situasi dan analisis sumber
koping dan mekanisme koping. Respon koping klien dievaluasi dalam suatu rentang
yaitu adaptif atau maladaptif (Stuart,2009).

1. Reopons mekanisme koping adaptif

21
Respon yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar, dan mencapai
tujuan, seperti berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah dengan orang
lain, memecahkan masalah secara efektif, tehnik relaksasi, latihan seimbang dan
aktifitas konstriktif.

2. Respon mekanisme koping maladaptive

Respon yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan


otonomi dan cenderung menghalangi penguasaan terhadap lingkungan, seperti
makan berlebihan atau bahkan tidak makan, kerja berlebihan, menghindar, marah-
marah, mudah tersinggung, dan menyerang. Mekanisme koping yang maladaptif
dapat memberi dampak yang buruk bagi seseorang seperti isolasi diri, berdampak
pada kesehatan diri, bahkan terjadinya resiko bunuh diri.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Stres yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda tergantung pada masalah yang
dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut atau biasa disebut dengan
koping yang digunakan. Jika masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik maka
individu tersebut akan senang, sedangkan jika masalah tersebut tidak dapat diselesaikan
dengan baik dapat menyebabkan individu tersebut marah-marah, frustasi hingga depresi.

Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam
berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan
sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress. Ada
banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun
demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi
lainnya. Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internaldan eksternal
menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme.

Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang
optimal.

3.2 Saran

Kesehatan merupakan harta yang paling berharga bagi manusia, oleh karena itu
jagalah kesehatan sebagaimana mestinya. Stress dapat dikatakan sebagai salah satu tes
mental bagi jiwa manusia walaupun tidak dapat dipungkiri stress juga berdampak pada fisik
manusia. Untuk menghindari stress dapat dilakukan dengan menjaga kondisi tubuh antara
input dan output agar tetap seimbang (homeostatis). Sebagai manusia terapi psikologis juga
diperlukan untuk membangun spirit hidup, terapi psikologis yang paling sederhana dapat
dilakukan dengan cara selalu berpikir positif.

23
Berpikir positif akan selalu membawa manusia kepada hal-hal yang menjurus
kepada keberhasilan dan sikap optimisme, selain itu berpikir positif juga dapat mengurangi
dampak stress pada diri seseorang.

24
DAFTAR PUSTAKA

Candra, I Wayan; I Gusti Harini; I Nengah Sumirta. 2017. PSIKOLOGI. Denpasar;


ANDI.
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya.
Yogyakarta: Andi
Rasmun.,SKp.,M.Kep. Stress, Koping dan Adaptasi. 2004. Jakarta:Sagung Seto.
A.Wulandari. Konsep Stress dan
Adaptasi.https://www.academia.edu/34443285/MAKALAH_KONSEP_STRES_D
AN_ADAPTASI. Diakses pada tanggal 20 Januari 2021

25

Anda mungkin juga menyukai