Anda di halaman 1dari 24

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

ETIOLOGI PENYAKIT DAN PERSEPSI SEHAT SAKIT

Oleh :

Kelas : S.Tr.Keperawatan 2. B

I Gede Made Krisna Dwipayana (P07120219064)

Dimas (P07120219085)

Putu Nanda Aura Nhaha Putri Yasa (P07120219090)

Ni Made Dwinda Permata Anandhi (P07120219092)

Pande Gede Angga Gustina Aryanto (P07120219097)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPEWATAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Etiologi Penyakit Dan Persepsi Sehat Sakit tepat waktu.

Makalah Etiologi Penyakit Dan Persepsi Sehat Sakit disusun guna memenuhi tugas Bapak I
Nengah Sumirta, SST.M.Kes pada mata kuliah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan di
Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Etiologi Penyakit Dan Persepsi Sehat Sakit

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen mata kuliah.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
1.3 Manfaat......................................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
2.1 Etiologi Penyakit........................................................................................................................2
A. Pengertian Penyakit.....................................................................................................................2
B. Etiologi Penyakit.........................................................................................................................2
C. Perbedaan Sakit dan Penyakit dalam Masalah Kesehatan Masyarakat........................................3
D. Model Penyebab Penyakit............................................................................................................4
2.2 Persepsi Sehat dan Sakit...........................................................................................................5
A. Persepsi Masyarakat Tentang Sehat Sakit....................................................................................5
BAB III.....................................................................................................................................................20
PENUTUP................................................................................................................................................20
3.1 KESIMPULAN........................................................................................................................20
3.2 SARAN.....................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional


diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan
yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi
datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang- kadang bisa
dicegah atau dihindari.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Etilogi Penyakit ?


2. Apa yang dimaksud dengan persepsi sehat sakit ?

1.3 Manfaat

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan etiologi penyakit


2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan persepsi sehat sakit

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Etiologi Penyakit

A. Pengertian Penyakit
Cassell, mengartian penyakit adalah sesuatu yang didapatkan oleh seorang pasien
sepulang dari dokter setelah merasakan gejala-gejala. Jadi penyakit adalah sesuatu
yang dimiliki dan dirasakan oleh suatu organ. Kleinmen, mengartikan penyakit adalah
gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologis dan psikofisiologis pada
seseorang.
Setiap nama penyakit yang terpisah ditandai secara spesifik oleh seperangkat
gambaran yang jelas (sebab, tanda dan gejala perubahan morfologi dan fungsi).
Berbagai penyakit mempunyai gambaran umum yang sama sehingga mereka
dikelompokkan bersama-sama pada system (Notoatmodjo 2007).
Penyakit (disease) adalah gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai
akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Penyakit adalah suatu kondisi di
mana terdapat keadaan tubuh yang abnormal. yang menyebabkan hilangnya kondisi
normal yang sehat.
Dari definisi di atas, dapat dibedakan konsep antara sakit dan penyakit seperti berikut:
a. Penyakit (disease) adalah suatu bentuk reaksi biologis terha suatu organisme,
benda asing atau lika (injury). Hal ini adalah suatu fenomena objektif yang
ditandai oleh perubahan fungsi tubuh sebagai organisme biologis.
b. Sakit (Hines) adalah penilaian seseorang terhadap penyakit sehubungan dengan
pengalaman yang langsung dialaminya. Hal ini merupakan fenomena subjektif
yang ditandai dengan perasaan tidak enak (feeling unwell)

B. Etiologi Penyakit
Etiologi suatu penyakit adalah penyebab penyakit itu sendiri yang merupakan
inisiator serangkaian peristiwa yang menyebabkan sakitnya penderita. Atau, etiologi

2
adalah suatu gambaran mengenai penyebab penyakit yang meliputi identifikasi
factor-faktor yang menimbulkan penyakit tertentu. Agen penyebab penyakit secara
umum adalah
 Kelainan genetic
 Agen infeksi bakteri, virus, parasit, jamur
 Bahan kimia
 Radiasi
 Trauma mekanik

Beberapa penyakit dapat disebabkan oleh campuran beberapa faktor,misalnya faktor


genetic dan agen infeksi. Penyakit seperti ini dikenal sebagai penyakit yang
mempunyai sebab multifactor. Kadang penyebab penyakit tidak diketahui, tapi
penyakit tersebut diketahui lebih sering berjangkit pada manusia yang mempunyai
bentuk tubuh tertentu, pekerjaan, kebiasaan atau tempat tinggal. yang kesemuanya
dikenal dengan faktor resiko. Factor-faktor ini mungkin memberikan arahan pada
penyebab yang tidak teridentifikasi. Contoh etiologi, TBC disebabkan oleh basil
tuberculosis dengan faktor penyebab lain adalah usia, status gizi pekerjaan.

C. Perbedaan Sakit dan Penyakit dalam Masalah Kesehatan Masyarakat

Penyakit adalah keadaan yang bersifat objektif dan rasa sakit bersifat subjektif.
Kasus klasik adalah apabila rasa sakit atau masalah dirasakan ada dan memang ada
penyakitnya. Psikosomatik adalah apabila rasa sakitnya ada namun dari pemeriksaan
dan analisis tidak ditemukan penyakit. Masalah kesehatan masyarakat adalah rasa
sakit dan masalahnya tidak dirasakan/ diketahui masyarakaat pada saat itu, namun
menurut pandangan kesehatan masalahnya/penyakitnya ada. Sehat, menurut gambar
di atas adalah rasa sakit atau penyakit tidak ada.

3
Kajian utama epidemiologi adalah hubungan kasus klasik dengan masalah kesehatan
masyarakat, karena epidemiologi tidak mempelajari tentang rasa sakit tetapi
mempelajari tentang penyakit. Jadi penyebab penyakit adalah kejadian, kondisi, sifat
ataupun kombinasi dari faktor- faktor tersebut di atas yang berperan penting dalam
kejadian penyakit. Pemahaman tentang konsep penyebab timbulnya penyakit perlu
dimiliki untuk dapat menjelaskan bagaimana mekanisme terjadinya dan
penyebarannya.

D. Model Penyebab Penyakit


Tokoh yang paling berperan dalam model ini adalah Robert Koch yang berhasil
menemukan basil Tuberculosis sebagai penyebab penyakit tuber- kulosa sehingga
terkenal dengan Postulat Henle Koch. Postulat ini menya- takan bahwa suatu agent
(bibit penyakit) dapat menyebabkan penyakit apabila memenuhi 4 syarat:
a. Kuman harus ada pada setiap kasus dan dibuktikan melalui kultur (faktor yang
diperlukan)
b. Kuman tersebut tidak ditemukan pada kasus-kasus yang disebabkan oleh penyakit
lain (sufficcient factor)
c. Kuman harus dapat menimbulkan penyakit yang sama pada binatang percobaan,
atau dari binatang percobaan dapat ditemukan kuman yang dimaksud (spesifitas
efek).
d. Adanya faktor yang berkontribusi dan berperan dalam timbulnya penyakit,
misalnya kondisi umum, daya tahan, dan lain-lain (faktor kontributor).

Melihat perkembangan penyakit pada masanya, ternyata konsep penyebab tunggal


mulai ditinggalkan. Alasannya, orang mulai menyadari bahwa berkembangnya
penyakit tidak dapat dijelaskan hanya dengan mengenali jenis kumannya saja, namun
diperlukan faktor lain yang turut memengaruhi sehingga dikenal konsep/model
penyebab majemuk. Berikut ini ditampilkan beberapa model multiple causation
(penyebab majemuk) yang merupakan model yang sering digunakan dalam melihat
terjadinya penyebab penyakit.

4
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan pada satu komponen akan
mengubah keseimbangan ketiga komponen. Dari hasil interaksi antara tiga faktor
host, agent, dan environment itu penyakit berpeluang untuk terjadi dan kemudian
berkembang dan menyebar. Model ini cocok untuk menerangkan penyakit infeksi.

Model jaring sebab-akibat (web of causation) menjelaskan bahwa pe- nyebab


penyakit terdiri dari berbagai faktor yang majemuk, faktor atau komponen tersebut
saling terkait dan membentuk jaringan sebab-akibat yang cukup rumit.

2.2 Persepsi Sehat dan Sakit

A. Persepsi Masyarakat Tentang Sehat Sakit


Persepsi masyarakat tentang sehat atau sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur
pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya. Sebaliknya, petugas kesehatan
berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria medis yang obyektif berdasarkan
symptom yang tampak guna mendiagnosa kondisi fisik seorang individu.
Perbedaan persepsi antara masyarakat dan petugas kesehatan inilah yang sering
menimbulkan masalah dalam melaksanakan program kesehatan. Kadang-kadang
orang tidak pergi berobat atau menggunakan sarana kesehatan yang tersedia sebab dia
tidak merasa mengidap penyakit. Atau jika si individu merasa bahwa penyakitnya itu
disebabkan oleh makhluk halus, maka dia akan memilih untuk berobat kepada orang
pandai yang dianggap mampu mengusir makhluk halus tersebut dari tubuhnya
sehingga penyakitnya itu akan hilang

5
I. Perilaku Sehat
a. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO) sehat keadaan sempurna meliputi
sehat fisik, sehat psikis, sehat sosial, dan spiritual. Menurut Undang-Undang Nomor
23 Tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Perilaku sehat adalah perilaku individu yang berkaitan dengan upaya mencegah
atau menghindari penyakit dan penyebab masalah kesehatan (preventif), dan perilaku
dalam mengupayakan mempertahankan dan meningkatkan kesehatan (promotif).
Perilaku tersebut mencakup, makan dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak
merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat cukup, mengendalikan
stres dan perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya
menjaga kebersihan lingkungan.
Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan
kebersihan diri, dan penjagaan kebugaran me lalui olahraga dan makanan
bergizi.

b. Domain Perilaku Sehat


Skinner (dalam Marmi & Margiyati, 2013) memiliki rumus perilaku yaitu S-O-R
atau Stimulus mempengaruhi organisme, kemudian organisme tersebut
menghasilkan respon. Berdasarkan teori S-O-R tersebut, Skinner mengelompokan
perilaku menjadi dua, yakni:
1) Perilaku Tertutup (covert behaviour) Perilaku tertutup terjadi bila respons
terhadap stimulus tersebut masih belum bisa diamati orang lain secara jelas.
Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,
dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk perilaku tertutup adalah
pengetahuan dan sikap.
2) Perilaku Terbuka (overt behaviour) Perilaku terbuka adalah perilaku yang dapat
diamati atau dapat diobservasi. Perilaku ini terjadi bila respons terhadap
stimulus sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati oleh orang lain.
Secara lebih operasional, menurut Becker (dalam Notoatmodjo, 2014), perilaku
sehat mencakup:
 Pengetahuan

6
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Sebagian 14 besar
pengetahuan didapatkan dari indera penglihatan dan pendengaran. Terkait
kesehatan, pengetahuan kesehatan meliputi apa yang diketahui individu
terkait cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang
penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan atau
mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan
kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.

 Sikap
Sikap juga merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan. Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian
seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.
Seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas
pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.
 Praktik
Praktik kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas
orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap
penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap factor-faktor yang
terkait dan atau memengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas
pelayanan kesehatan, juga tindakan untuk menghindari kecelakaan.
Berdasarkan paparan di atas, perilaku sehat dikelompokan menjadi
perilaku tertutup dan terbuka. Perilaku tertutup terdiri dari pengetahuan dan
sikap. Sementara perilaku terbuka yaitu praktik atau tindakan. Menurut
teori tersebut, dalam berperilaku individu tidak dapat bertindak tanpa
didasari oleh pengetahuan dan sikap.
c. Bentuk-bentuk Perilaku Sehat
Berikut ini beberapa macam bentuk perilaku sehat. Pertama, Menurut Becker (dalam
Benih, 2014), dalam perilaku sehat, mencakup:
 Makan dengan menu seimbang
 Olahraga teratur
 Tidak merokok

7
 Tidak minum minuman beralkohol
 Istirahat cukup
 Mengendalikan stress
 Perilaku lain yang positif bagi kesehatan
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat
Menurut Green (dalam Notoatmodjo, 2014) perilaku individu dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu:
 Faktor predisposisi (predisposing), yaitu faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Faktor ini terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan sebagainya.
 Faktor pemungkin (enabling), yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau
yang memfasilitasi individu untuk berperilaku. Faktor ini terwujud dalam
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku sehat.
Ketiadaan fasilitas dapat menurunkan niat individu untuk berperilaku sehat.
 Faktor penguat (reinforcing), yaitu faktor-faktor yang mendorong atau
mendukung dan memperkuat terjadinya perilaku. Faktor ini terwujud dalam
adanya dukungan sosial, sikap dan perilaku petugas kesehatan serta adanya
referensi dari pribadi yang dipercaya.

II. Perilaku Sakit


a. Pengertian
Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektunl, sosial,
perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya ke
adaan terjad inya proses penyak it. Oleh karena itu sakit tidak sama dengan
penyakit. Sebagai contoh klien dengan Leukenia yang sedang menjalani
pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti biasanya, sedangkan klien
ain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk
menjalanaio operasi mungkin akan merasak:an akibatnya pada dimensi lain,
selain dimensi fisik.
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi cara
seseorang menantau tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala
yang dialami, melakukan upaya penyembuhan, dan penggumaan system

8
pelayanan kesehatan. Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit
perilaku sakit bias berfungsi sebagai mek :anis me koping.
Perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu
yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Perilaku sakit menurut
Suchman adalah tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak atau rasa sakit
sebagai akibat dari timbulnya gejala tertentu.

b. Penyebab perilaku sakit


Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh Solito Sarwono (1993) bahwa
penyebab perilaku sakit itu sebagai berikut.
 Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala yang menyimpang dari keadaan
normal.
 Anggapan adanya gejala serius yang dapat menimbulkan bahaya.
 Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak terhadap hubungan
dengan keluarga, hubungan kerja, dan kegiatan kemasyarakatan.
 Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala yang
dapat dilihat
 Kemungkinan individu untuk terserang penyakit.
 Adanya informasi, pengetahuan, dan anggapan budaya ten tang penyakit.
 Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit.
 Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit.
 Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti: fasilitas, tenaga,
obat-obatan, biaya, dan transportasi.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit
1. Faktor Intemal
(a) Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami Klien akan
segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu
rutinitas kegiatan sehari-hari. Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit
punggung, jika ini merasa hal tersebut bisa membahayakan dan
mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan. Akan
tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya.

9
Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi
dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.
(b) Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin
mengganegu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya
akan segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang
diberik an. Sedangkan pada penyakit kronik biasany berlangsung lama
(26 bulan) sehingga jelas dapat meneganggu fungsi diseluruh dimensi
yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi
yang diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada, maka
klien mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi
yang ada.
2. Faktor Eksternal
(a) Gejala yang Dapat Dilihat
Gajala yaing terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra
Tubuh dan Perilaku Sakit. Misalnya. orang yang mengaani bibir kering
dan pecah-pecah mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari
pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar orang
lain terhadap gejala bibir pecah-pec-ah yang dialaminya.
(b) Kelonpok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancanan penyakit, atau
justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Misalnya: Ada 2
orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal
dari dua kelonmpok sosial yang berbeda telah menemukan adanya
benjokan pada Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian mereka
mendisukusikannya dengan temmnnya masing-masing. Teman Ny. A
mungkin akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan
apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny. B mungkin akan
mengatakan itu hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu diperiksakan ke
dokter.

10
(c) Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengjarkan sesorang bagaimana menjadi
sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat
perlu mennhani latar belakang budaya yang dimiliki klien
(d) Ekonom
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat
tangegap terhadap gejala penyakit yang ia rasak an. Sehingga ia akan
segera mencari pertolongan ketik:a merasa ada gangguan pada
kesehatannya.
(e) Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klnik atau tempat pelayanan medis lain
sering menpengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem
pelayanan kesehatan. Demikian pula beberapa klien enggan mencari
pelayanan yang kompleks dan besar dan mereka lebih suka untuk
mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.
(f) Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan
yang bersifat peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan
berbagai kegiatan, seperti seninar kesehatan, pendidikan dan pelatihan
kesehatan, latian (aerobik, senam POCO. POCO dil). Juga menyediakan
fasilitas olehraga seperti, kolam renang. lapangan Bola Basket, Lapangan
Sepak Bola, dll.
Tahap-tahap Perilaku Sakit
i. Tahap I (Mengalam Gejala)
 Pada tahap ini pasien menyadari balnva "ada sesuatu yang
salah "
 Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi
belum menduga adanya diagnosa tertentu.
 Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi :
(a) Kesadaran terhadap perubahan fisik (nyeri, benjolan, dll)

11
(b) evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan
memutuskan apakah hal tersebut merupakan suatu gejala
penyakit;
(c) respon emosional.
 Jika gejaka itu dianggap merupakan suatu gejala penyakit dan
dapat mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari
pertolongan.
ii. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)
 Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat
 Orang yang sakit akan melakukan konfirmasi kepada keuarga,
orang terdekat atau kelonpok sosialnya bahwa ia benar benar
sakit sehinga harus distirahatkan dari kewajban normalnya dan
dari harapan terhadap perannya.
 Menimbulkan perubahan emosional spt : menarik dirvdepresi,
dan juga perubahan fisik. Perubahan emosional yang terjadi
bisa kompleks tergantung atau sederhana beratnya penyakit,
tingkat ketidakmampuan, dan perkiraan lama sakit.
 Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari
pelayanan kesehatan, sehingea ia menunda kontak dengan
sistem pelayanan kesehatan → akan tetapi jika gejala itu
menetap dan semakin memberat maka ia akan segera
melakukan kontak dengan system pelayanan kesehatan dan
berubah menjadi seorang klien
iii. Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)
 Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan
pengobatan dari seorang ahl, mencari penjelasan mengenai
gejala yang dirasakan, penyebab penyakit, dan implikasi
penvakit terhadap kesehatan dimasa yang akan dating
 Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka
tidak menderita suatu penyakit atau justru menyatakan jika
mereka menderita penyakit yang bisa mengancam

12
kehidupannya. → klien biasa menerima atau menyangkal
diagnosa tersebut.
 Bila klen menerima diagnosa mereka akan mematuli rencan
pengobatan yang telah ditentukan, akan tetapi jik:a
menyangkal mereka mungkin akan mencari sistem pelayanan
kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi
pelayanan kesehatan lain sampai mereka menemukan orang
yang membuat diagnosa sesuai dengan keinginannya atau
sampai mereka menerina diagnosa awal yang telah ditetapkan
Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi
kesehatan, mungkin ia akan mengunjungi profesi kesehatan
lain sampai ia memperoleh diagnosa yang diinginkan.
 Klen yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutana
yang mengancam kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi
kesehatan lain untuk meyakink an bahwa kesehatan atau
kehidupan mereka tidak terancam. Misanya: klien yang
didiagnosa mengidap kanker, maka ia akan mengunjungi
beberapa dokter sebagai usaha klien menghindari diagnosa
yang sebenarnya.
iv. Tahap IV (Peran Klien Dependen)
 Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehinega
klien bergantung pada pada pemberi pelayanan kesehatan
untuk menghilangkan gejala yang ada.
 Kien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari
berbagai tuntutan dan stress hidupnya.
 Secara sosial klien diperbolelkan untuk bebas dari kewajibam
dan tugas normanya → semakin parah sakitmya, semakin
bebas.
 Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikannya dengan
perubahan jadwal sehari-hari. Perubahan ini jelas akan

13
mempengaruhi peran klien di tempat ia bekerja, rumah maupun
masyarakat.
v. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)
Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara
tiba-tiba, misalnya penurunan demam
 Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien
butuh perawatan lebih lama sebelum kembali ke fungsi
optimal, misalnya pada penyakit kronis. Tidak semua klien
melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien melewatinya
dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama. Pemahaman
terhadap tahapan perilaku sakit akan membantu perawat dalam
mengiden tifikasi perubahan-perbahan perilaku sakit klien dan
bersama-sama klien membuat rencana perawatan yang efektif

d. Menurut Sri Kusmiyati dan Desmaniarti (1990), terdapat 7 perilaku orang sakit
yang dapat diamati, yaitu:
1) Carefulness (merasa ketakutan), umumnya individu yang sedang sa kit
memiliki perasaan takut. Bentuk ketakutannya, meliputi takut penyakitnya
tidak sem takut mati, takut mengalami kecacatan, dan takut tidak mendapat
pengakuan dari lingkungan sehingga me rasa diisolasi.
Contoh: Takut anak istri terlantar apabila ia meninggal. Takut tidak ada yang
mencari nafkah untuk keluarga apabila cacat akibat sakit. Takut istri dan
keluarga tidak akan menerima kehadirannya karena penyakit yang dideritanya
tidak kunjung sembuh.
2) Regresi, salah satu perasaan yang timbul pada orang sakit adalah ansietas
(kecemasan). Untuk mengatasi kecemasan tersebut, salah satu caranya adalah
dengan regresi (menarik diri) dari lingkungan nya.
Contoh: Bila tidak diajak bicara atau ditanya, tidak akan berbicara atau
berdiam diri, Tidak berani mengungkapkan apa yang dirasakan

14
3) Egosentris, mengandung arti bahwa perilaku individu yang sakit banyak
mempersoalkan tentang dirinya sendiri. Perilaku egosentris, ditandai dengan
hal-hal berikut.
 Hanya ingin menceritakan penyakitnya yang sedang diderita.
 Tidak ingin mendengarkan persoalan orang lain.
 Hanya memikirkan penyakitnya sendiri.
 Senang mengisolasi dirinya baik dari keluarga, lingkungan maupun
kegiatan.
4) Terlalu memperhatikan persoalan kecil, yaitu perilaku individu yang sakit
dengan melebih-lebihkan persoalan kecil. Akibatnya pasien menjadi cerewet,
banyak menuntut, dan banyak mengeluh tentang masalah sepele.
5) Reaksi emosional tinggi, yaitu perilaku individu yang sakit ditandai dengan
sangat sensitif terhadap hal-hal remeh sehingga menyebabkan reaksi
emosional tinggi. Contoh:
 Makan siang di rumah sakit agak terlambat sedikit sudah ma rah-marah.
 Perasaan sakit sedikit saja, sudah menangis.
 Diberi nasihat baik-baik oleh perawat, malah tersinggung
 Tuntutan perhatian dan kasih sayang dari orang lain yang berlebihan
6) Perubahan persepsi terhadap orang lain karena beberapa faktor di atas,
seorang penderita sering mengalami perubahan persepsi ter hadap orang lain.
Contoh:
 Dokter adalah dewa penolong yang sangat diharapkan untuk dapat
menyembuhkan penyakitnya.
 Perawat dipandang sebagai orang yang tepat untuk mencu rahkan isi hati
karena mempunyai sifat sabar, keibuan, dapat melindungi, menolong,
dapat dipercaya, dan dapat memberi kan dorongan untuk sembuh.
7) Berkurangnya minat, individu yang menderita sakit di samping memiliki rasa
cemas juga kadang-kadang timbul stres. Faktor psiko logis inilah salah satu
sebab berkurangnya minat sehingga ia tidak mempunyai perhatian terhadap
segala sesuatu yang ada di ling kungannya. Berkurangnya minat terutama
kurangnya perhatian ter hadap sesuatu yang dalam keadaan normal ia tertarik
15
atau berminat terhadap sesuatu. Contoh: Seseorang yang dalam keadaan
sehat, biasanya senang terhadap berita-berita politik melalui TV, akan tetapi
setelah ia sakit menjadi kurang berminat terhadap berita tersebut.

e. Dampak Sakit
1) Terhadap Perilaku dan Emosi Klien
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal
penyakit, reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain
Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam
kehidupannya akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi
klien dan keluarga. Misalnya seorang Ayah yang mengalami demam,
mungkin akan mengalami penurunan tenaga atau kesabaran untuk
menghabiskan waktunya dalam kegiatan keluarga dan mungkin akan menjadi
mudah marah, dan lebih memilih menyend iri. Sedangkan penyakit berat,
apalagi jika mengancam kehidupannya.dapat menimbulkan perubahan emosi
dan periaku yang lebih huas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan
menarikd diri. Perawat berperan dalam mengembangkan koping klien dan
keluarga terhad ap stress, karena stressor sendiri tidak bisa dihilangkan.
2) Terhadap Peran Keluarga
Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah,
pengambil keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua. Saat
mengalani penyakit, peran-peran kien tersebut dapat mengalani perubahan.
Perubahan tersebut mungkin tidak terlibat dan berlangsung singkat atau
terlileat secara drastis dan berlangsung ama. Individu / keluarga lebih mudah
beradaftasi dengan perubalan yang berlangsung singkat dan tidak terlihat.
Perubahan jangka pendek menyebabkan klien tidak mengalami tahap
penyesuaian yang berkepanjangan. Akan tetapi pada perubahan jangka
panjang klien memerlukan proses penyesuaian yang sama dengan 'Tahap
Berduka'. Peran perawat adalah melibatkan keluarga dalam pembuatan
rencana keperawatan.

16
3) Terhadap Citr Tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan
fisiknya. Beberapa penyakit dapat menimbulkan perubahan dalam penampian
fisiknya, dan klienvkeluarga akan bereaksi dengan cara yang berbeda-beda
terhadap perubahan tersebut. Reaksi klien/keluarga etrhadap perubahan
gambaran tuhuh itu tergantung pada:
Jenis Perubahan (mis: kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau organ
tertentu)
 Kapasitas adaptasi
 Kecepatan perubahan
 Dukungan yang tersedia.
4) Terhadap Konsep Diri
Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri,
mencakup bagaimanm mereka melibat kekuatan dan kelemahannya pada
seluruh aspek kepribadiannya. Konsep diri tidak hanya bergantung pada
gambaran tubuh dan peran yang dimilikinya tetapi juga bergantung pada
aspek psikologis dan spiritual diri Perubalan konsep diri akibat sakit mungkin
bersifat kompleks dan kurang bisa terobservasi dibandingkan perubahan
peran.
Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota
keluarganya yang lan. Klien yang mengalani perubahan konsep diri karena
sakitnya mungkin tidak mampu lagi; memenuhi harapan keluarganya, yang
akhirnya menimbulkan ketegangan dan konfik. Akibatnya anegiota keluarga
ak:an merubah interaksi mereka dengan klien. Misal: Klien tidak lagi teribat
dalam proses pengambilan keputusan dikeluarga atau tidak akan merasa
manpu memberi dukungan emosi pada anggota keluarganya yang lain atau
kepada teman-temannya sehingga klien akan merasa kehilangan fungsi
sosialnya. Perawat seharusnya mampu mengobservasi perubahan konsep diri
klien, dengan mengembangk an rencama perawatan yann membantu mereka
menyesuaikan diri dengan akibat dan kondisi yang dialami klien.

17
5) Terhadap Dinamika Keluarga
Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan
fungsi, mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota
keluarganya, dan melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan hidup
sehari- hari. Misak jika salah satu orang tua sakit maka kegiatan dan
pengambilan keputusan akan tertunda sampai mereka sembuh.
Jika penyakitnya berkepanjangan, seringkali keluarga harus membuat pola
fungsi yang baru sehingga bisa meninb ulkan stress emosional. Misal anak
kecil akan mengalami rasa kehilangan yang besar jika salah satu orang tuanya
tidak mampu memberikan kasih sayang dan rasa aman pada mereka. Atau
jika anaknya sudah dewasa maka seringkali ia harus menggantikan peran
mereka sebagai mereka termasuk kalau perlu sebagai pencari nafkah.

f. Lima Macam Reaksi Dalam Proses Pengobatan (Schuman)


1) Shopping : proses mencari alternatif sumber pengobatan untuk menemukan
seseorang yang dapat memberikan diagnosa dan pengobatan sesuai dengan
harapan si sakit
2) Fragmentation : proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada
lokasi yang sama
3) Procrastination : proses penundaan pencarian pengobatan meskipun gejala
penyakitnya sudah dirasakan
4) Self medication : pengobatan sendi dengan menggunakan berbagai cara atau
obat-obatan yang dinilai tepat
5) Discontinuity : penghentian proses pengobatan

g. Peningkatan Kesehatan Dan Pencegahan Penyakit


Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan dua konsep
yang berhubungan erat dan pada pelaksanaannya ada beberapa hal yang menjadi
saling tumpang tindih satu sama lain. Peningkatan kesehatan merupakan upaya
memelihara atau memperbaiki tingkat kesehatan klien saat ini. Sedangkan
Pencegahan Penyakit merupakan upaya yang bertujuan untuk melindungi klien

18
dari ancaman kesehatan yang bersifat aktual maupun potensial. Persamannya
Keduanya berorientasi pada masadepan.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari


berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia,
sosial budaya, prilaku, populasi penduduk, generasi genetika, dan sebagaiannya
Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat di jelaskan dari segi impersonal
dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang di
sebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia

3.2 SARAN

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangannya, maka dari itu
kami membutuhkan berbagai masukan-masukan ataupun saran yang bersifat konskruktif
untuk memperbaiki pembuatan makalah selanjutnya

20
DAFTAR PUSTAKA

Arief,Alvin Noor.2017. “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Perilaku


Sehat Pada Mahasiswa Yang Memiliki Riwayat Keluarga Hipertensi” Skripsi, thesis.
Yogyakarta: Universitas Mercu Buana.
Neneng (dkk.).2017. “Makalah Etiologi Penyakit Persepsi Sehat dan Sakit”.
Serang: STIKES Faletehan.
Nurjanah,Asti, (dkk.).2015. “Makalah Kosep Sehat Sakit”. Tanjungkarang:
Poltekkes Kemenkes
Rajab, Wahyudin dan Ester, Monica (ed.). 2009. Buku Ajar Epidemiologi
Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
Sunaryo dan Ester, Monica (ed.).2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta:
EGC.

21

Anda mungkin juga menyukai