Anda di halaman 1dari 15

PSIKOLOGI KEPEMIMPINAN

MAKALAH
STRESS KERJA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Psikologi Kepemimpinan


Di Universitas Medan Area
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Nur Aisyah, SE., MM

Oleh :

NADHIROTUL HUSNAH PANGGABEAN


NPM: 191804081

PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI


UNIVERSITAS MEDAN AREA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan Kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan-Nya
saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Stress Kerja” tepat pada waktunya
walaupun dalam bentuk maupun isi yang sederhana.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat digunakan sebagai acuan, pedoman maupun
petunjuk bagi para pembaca, namun yang paling utama semoga makalah ini dapat menambah
wawasan para pembaca mengenai materi yang saya bahas dalam makalah ini. Penulis menyadari
bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan banyak
perbaikan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang membangun sangat penulis butuhkan
untuk menyempurnakan pembuatan makalah-makalah kami yang akan datang.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan pembuatan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
membalas jasa-jasanya dan senantiasa meridhai kita semua.

Medan, 28 Oktober 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa global seperti ini, dimana persaingan semakin kompetitif. Dunia usaha dan kerja
semakin penuh dengan persaingan di kota- kota besar. Persaingan diantara berbagai bidang
tidak terkecuali bidang kesehatan yang semakin ketat, membuat setiap perusahaan atau instansi
pemerintahan maupun swasta berupaya memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya
secara optimal, termasuk sumber daya manusia. Sejalan dengan perubahan itu, karyawan atau
pegawai sebagai sumber daya manusia menghadapi konsekuensinya, yaitu mengalami stress.

Ada banyak factor lain yang memicu terjadinya stress serta gejala-gejala yang ditimbulkan
akibat stress kerja, namun sayangnya belum banyak orang yang menyadarinya dan dampak
yang ditimbukan dari stress kerja tersebut.

Stres kerja itu sendiri oleh para ahli perilaku organisasi, telah dinyatakan sebagai agen
penyebab dari berbagai masalah fisik, mental, bahkan output organisasi. Stres kerja tidak
hanya berpengaruh terhadap individu, tetapi juga terhadap biaya organisasi dan industri.
Banyak studi yang menghubungkan stres kerja dengan berbagai hal, termasuk dihubungkan
dengan kinerja.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka yang menjadi pokok
pembahasan pada makalah ini, antara lain:

1. Apa itu definisi stress kerja ?


2. Apa gejala-gejala stress kerja ?
3. Apa penyebab stress kerja ?
4. Apa dampak yang dapat di timbulkan oleh stress kerja ?
5. Bagaimana cara pengendalikan stress kerja ?
1.4 Tujuan Stress Kerja

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah yang ada, antara
lain:
1. Mengetahui definisi stress kerja ?
2. Mengetahui gejala-gejala stress kerja ?
3. Mengetahui penyebab stress kerja ?
4. Mengetahui dampak yang dapat di timbulkan oleh stress kerja ?
5. Mengetahui cara pengendalikan stress kerja ?

``
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Stress Kerja

Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan
dalam menghadapi pekerjaannya (Anwar Prabu, 1993: 93).

Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo, 2002:17), mendefinisikan stres kerja sebagai
suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan,
tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu.

Menurut Pandji Anoraga (2001:108), stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang,
baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkunganya yang dirasakan mengganggu
dan mengakibatkan dirinya terancam.

Luthans (dalam Yulianti, 2000:10) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam
menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai
konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan
tuntutan psikologis dan fisik seseorang.

Pengertian stres secara khusus adalah keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan
oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak
terkontrol.

2.2 Gejala Stress Kerja

2.2.1 Menurut Cary Cooper dan Alison Straw (1995:8-15)

 Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas,
otot-otot tegang, pencemaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala,
salah urat dan gelisah.
 Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya,
tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik,kehilangan semangat, sulit
konsentrasi, sulit berfikir jernih, sulit membuat keputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya
gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain.
 Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yangberlebihan, cemas
menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel menjadi meledak-
ledak.

2.2.2 Menurut Braham (dalam Handoyo; 2001:68)

 Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya
gangguan pencemaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada
bahu dan leher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah
tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi.
 Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas,
suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif
terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental.
 intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk
berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.
 Interpersonal, yailu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain
menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain
atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan
orang lain.

2.3 Penyebab Stress Kerja


2.3.1 Kepribadian

Seseorang dengan kcpribadian tipe A cenderung mengalami stres dibanding kepribadian tipe B.
Beberapa ciri kepribadian tipe A ini adalah:

 sering merasa diburu-buru dalam menjalankan pekerjaannya,


 tidak sabaran,
 konsentrasi pada lebih dan satu pekerjaan pada waktu yang sama,
 cenderung tidak puas terhadap hidup (apa yang diraihnya),
 cenderung berkompetisi dengan orang lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang
nonkompetitif.
Dengan begitu,bagi pihak perusahaan akan selalu mengalami dilema ketika mengambil pegawai
dengan kepribadian tipe A. Sebab, di satu sisi akan memperoleh hasil yang bagus dan pekerjaan
mereka, namun di sisi lain perusahaan akan mendapatkan pegawai yang mendapat resiko
serangan/sakit jantung

2.3.2 Lingkungan

Kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu panas,
terlalu dingin, tcrlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya. Ruangan yang terlalu panas
menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga
ruangan yang terlalu dingin. Panas tidak hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi juga
sirkulasi atau arus udara. Di samping itu, kebisingan juga memberi andil tidak kecil munculnya
stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang lain (Muchinsky
dalam Margiati 1999:73).

2.3.3 Beban Kerja dan Jam Kerja

Perubahan tipe pekerjaan, khususnya jika hal tersebut tidak umum. Situasi ini bisa timbul akibat
mutasi yang tidak sesuai dengan keahlian dan jenjang karir yang di lalui atau mutasi pada
perusahaan lain, meskipun dalam satu grup namun lokasinya dan status jabatan serta status
perusahaannya berada di bawah perusahaan pertama.

Adanya tugas yang terlalu banyak. Banyaknya tugas tidak selalu menjadi penyebab stres, akan
menjadi sumber stres bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun
keahlian dan waktu yang tersedia bagi karyawan.

Terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Karyawan biasanya mempunyai kemampuan


normal menyelesaikan tugaskantor/perusahaan yang dibebankan kepadanya. Kemampuan berkaitan
dengan keahlian, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu, pihak atasan
seringkali memberikan tugas dengan waktu yang lerbatas. Akibatnya, karyawan dikejar waktu
untuk menyelesaikan tugas sesuai tepat waktu yang ditetapkan atasan.

Kerja shift merupakan sumber utama dari stress ini dikarernakan para pekerja shif harus bisa
menyesuaikan diri dengan kondisi waktu pekerjaan yang berubah ubah, dari pagi, siang dan malam.
berbeda dengan pegawai yang bekerja dengan system satu shif saja, para pekerja yang berkerja
dengan satu shif misalnya shif pagi saja, otomatis tubuh mereka akan terbiasa dengan kondisi
lingkungan pekerjaan.

2.3.4 Menejemen yang Tidak Sehat

Banyak orang yang stres dalam pekerjaan ketika gaya kepemimpinan para manajernya cenderung
neurotis, yakni seorang pemimpin yang sangat sensitif, tidak percaya orang lain (khususnya
bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisir suasana hati atau peristiwa. sehingga mempengaruhi
pembuatan keputusan di tempat kerja. Situasi kerja atasan selalu mencurigai bawahan,
membesarkan peristiwa/kejadian yang semestinya sepele dan semacamnya, seseorang akan tidak
leluasa menjalankan pekerjaannya, yang pada akhirnya akan menimbulkan stres (Minner dalam
Margiati, 1999:73).

2.3.5 Tidak Adanya Dukungan Sosial

stres akan cendcrung muncul pada para karyawan yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan
sosial mereka. Dukungan sosial di sini bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun
lingkungan keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa, para karyawan yang mengalami stres
kerja adalah mereka yang tidak mendapat dukungan (khususnya moril) dari keluarga, seperti orang
tua, mertua, anak, teman dan semacamnya. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh
dukungan dari rekan sekerjanya (baik pimpinan maupun bawahan) akan cenderung lebih mudah
terkena stres. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya dukungan sosial yang menyebabkan
ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan dan tugasnya.

Tidak adanya kesempatan bcrpartisipasi dalam pembuatan keputusan dikantor juga merupakan
penyebab stress kerja, hal ini berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam menjalankan
tugas dan pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres kerja ketika mereka tidak dapat
memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya. Stres kerja juga bisa
terjadi ketika seorang karyawan tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut
dirinya.

2.4.6 Frustasi dan Kecemasan

Dalam lingkungan kerja, perasaan frustrasi memang bisadisebabkan banyak faktor. Faktor yang
diduga berkaitan dengan frustrasikerja adalah terhambatnya promosi, ketidakjelasan tugas dan
wewenang serta penilaian/evaluasi staf, ketidakpuasan gaji yang diterima.
Stres kerja juga sering disebabkan pengalaman pribadi yang menyakitkan, kematian pasangan,
perceraian, sekolah, anak sakit atau gagal sekolah, kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis
atau menghadapi masalah (pelanggaran) hukum. Banyak kasus menunjukkan bahwa tingkat stress
paling tinggi terjadi pada seseorang yang ditinggal mati pasangannya, sementara yang paling
rendah disebabkan oleh perpindahan tempat tinggal.

Menurut Baron & Greenberg (Margiati, 1999:73). perasaan takut akan ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan sehari-hari, kesepian, perasaan tidak aman, juga merupakan penyebab stress kerja.

2.3.7 Ambiguitas Peran

Agar menghasilkan performan yang baik, karyawan perlu mengetahui tujuan dari pekerjaan, apa
yang diharapkan untuk dikerjakan serta tanggungjawab dari pekerjaan mereka. Saat tidak ada
kepastian tentang definisi kerja dan apa yang diharapkan dari pekerjaannya akan timbul ambiguitas
peran.Faktor ini berkaitan dengan hak dan kewajiban karyawan. Atasan sering memberikan tugas
kepada bawahannya tanpa diikuti kewenangan (hak) yang memadai. Sehingga, jika harus
mengambil keputusan harus berkonsultasi, kadang menyerahkan sepenuhnya pada atasan.

2.3.8 Pelecehan Seksual

Yakni, kontak atau komunikasi yang berhubungan atau dikonotasikan berkaitan dengan seks yang
tidak diinginkan. Pelecehan seksual ini bisa dimulai dari yang paling kasar seperti memegang
bagian badan yang sensitif, mengajak kencan dan semacamnya sampai yang paling halus berupa
rayuan, pujian bahkan senyuman yang tidak pada konteksnya. Dari banyak kasus pelecehan seksual
yang sering menyebabkan stres kerja adalah perlakuan kasar atau pengamayaan fisik dari lawan
jenis dan janji promosi jabatan namun tak kunjung terwujud hanya karena wanita. Stres akibat
pelecehan seksual banyak terjadi pada negara yang tingkat kesadaran warga (khususnya wanita)
terhadap persamaan jenis kelamin cukup tinggi, namun tidak ada undang-undang yang
melindungnya.

2.3.9 Konflik Peran

Terdapat dua tipe umum konflik peran yaitu :

1. konflik peran intersender, dimana pegawai berhadapan dengan harapan organisasi


terhadapnya yang tidak konsisten dan tidak sesuai
2. konflik peran intrasender, konflik peran ini kebanyakan terjadi pada karyawan atau manajer
yang menduduki jabatan di dua struktur. Akibatnya, jika masing-masing struktur
memprioritaskan pekerjaan yang tidak sama, akan berdampak pada karyawan atau manajer
yang berada pada posisidibawahnya, terutama jika mereka harus memilih salah satu
alternative.

2.4 Dampak Stress Kerja


Hasil Penelitian Menurut penelitian Baker dkk (1987), stress yang dialami oleh seseorang
akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa
stress akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan
jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering dan mudah terserang
penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena tubuh tidak banyak memproduksi
sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak yang kalah.
Dua orang peneliti yaitu Plaut dan Friedman (1981) berhasil menemukan hubungan antara
stress dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stress sangat berpotensi
mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan
sistem auto-immune-nya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di
saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang sedang
positif.
Peneliti yang lain yaitu Dantzer dan Kelley (1989) berpendapat tentang stress dihubungkan
dengan daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stress terhadap daya tahan tubuh ditentukan pula
oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stress yang dialami seseorang. Peneliti lain juga
mengungkapkan, jika stress yang dialami seseorang itu sudah berjalan sangat lama, akan
membuat letih health promoting response dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon
adrenalin dan daya tahan tubuh.
Banyak sudah penelitian yang menemukan adanya kaitan sebab-akibat antara stress dengan
penyakit, seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan beberapa
penyakit lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh setiap orang untuk mempertahankan
tidak hanya kesehatan dan keseimbangan fisik saja, tetapi juga psikisnya.
Adapun dampak Negatif dan dampak Positif dari stres adalah:

 Dampak negatif dari stres

Perlu diketahui, bawah biasanya Stress bisa menimbulkan dampak yang menonjol, jika Stress
tersebut bersifat lama. Jika seseorang itu menyimpan stress tersebut dengan jangka waktu lama dan
berkesinambungan di dalam tubuh dan jiwanya. Saya mencoba mengambil 3 bagian dari diri kita
sebagai tempat berlabuhnya stress ini.

 Menurunnya sistem kekebalan dan kesehatan tubuh seseorang itu, sehingga tidak jarang
menimbulkan sakit perut, maag, mual, pening, meningkatnya detak jantung dan tekanan darah,
penyakit kulit seperti gatal dan alergi,dll.
 Jika sistem kekebalan dan kesehatan tubuh seseorang sudah menurun, maka ini akan
mempengaruhi kesehatan jiwa. Orang yang larut akan kesedihan, ketakutan, jengkel, emosi,
frustrasi, dsb, maka lama lama ini akan menimbulkan dampak yang tidak baik terhadap pikiran
kita. Hal buruk ini akan menimbulkan keadaan buruk lagi seperti; pelupa, tidak mampu untuk
mengambil keputusan, kurang kreatif, sering bingung, cepat capek, ngantuk dan lemas, dan
masih banyak lagi.
 Hati hati, jika hal kedua di atas sudah terjadi dengan jangka lama, maka kepribadian seseorang
bisa jadi berubah. Mereka akan memulai suatu kebiasaan yang merupakan suatu bentuk pelarian
dari semua ketakutan dan kegelisahan tersebut. Mereka melakukan ini sebagai tindakan pelarian
dan kompensasi untuk melindungi diri sendiri. Misalnya seseorang yang tidak peminum dan
perokok, bisa berubah dengan seketika menjadi kelihatan seperti pecandu, minum minuman
beralkohol dengan ukuran banyak, sering melakukan kesalahan, aggresiv, hingga kehilangan
jati diri yang sebenarnya.
 Sebagai dampak Positif dari stres

Kita akan semakin kuat dalam menjalani hidup yang penuh dengan tantangan, mata kita akan
semakin jeli untuk melihat tantangan yang akan datang, dan sudah mempunya suatu pengalaman
bagaimana untuk mengatasi hal tersebut. Karena itulah tidak jarang kita mendengar bahwa Buku,
guru dan pelajaran yang terbaik adalah PENGALAMAN itu sendiri.
2.5 Pengendalian Stress Kerja
 Ambil Jeda
Saat Anda menyadari mulai merasakan tekanan, hentikan apapun yang tengah Anda
kerjakan dan katakan dalam hati pada diri Anda sendiri ‘tenang.’ Bahwa kita ketahui apabila
kita tetap memaksakan pekerjaan pun akan menjadi tidak nyaman dan akan membuat
pikiran tidak fokus.

 Atur Tarikan Nafas

Tarik nafas dalam-dalam dan hembuskan dengan perlahan, konsentrasikan pada gerakan
diafragma Anda. Lakukan ini dua atau tiga kali hingga Anda mulai merasa terkendali.

 Redakan Ketegangan

Jika Anda sedang duduk, berdirilah dan lakukan perenggangan yang lembut seleber yang
Anda mampu. Gerakan tangan dan lengan Anda bergantian, lalu angkat bahu dan buat tubuh
Anda merasa rileks.

 Bergeraklah

Lakukan jalan cepat, meski itu hanya jalan-jalan di seputar ruangan atau kamar mandi, hal
ini berguna untuk membantu melancarkan aliran darah. Bergerak secara teratur ini dapat
membantu membakar efek negatif dari hormon stress.

 Berpikirlah Positif

Pilih sesuatu yang layak, sebuah pemikiran pribadi yang positif – seperti misalnya ‘Aku
merasakan tekanan positif, bukan stress yang negative’ – dan ulangi secara teratur pada diri
Anda sendiri.

 Santap Makanan Sehat

Jalani diet makanan sehat dan jangan tergoda untuk makan berlebih. Santap makanan kecil
yang sehat, seperti buah kering, biscuit gandung untuk membantu memperbaiki kadar gula
Anda.
 Berhubungan baik dengan rekan kerja

Agar tercipta suasana yang nyaman hendaklah saling menghargai kepada sesama pekerja
lainnya agar tercipta suasana nyaman tidak adanya konflik dan saling menghargai satu sama
lainnya. Ini merupakan hal yang penting karena salah satu pemicu terjadinya stress adalah
tidak adanya hubungan baik terhadap teman sepekerja sehingga adanya beban pikiran yang
mengakibatkan efek jatuh nya mental dan membuat seseorang menjadi malasa dan tidak
berkonsentrasi.

 Pertegas Diri Kita

Belajarlah untuk bersikap lebih tegas. Berkata ‘Tidak’ untuk permintaan yang tak masuk
akal akan membantu Anda mengurangi tekanan.

 Terorganisir

Mulai atur kehidupandan waktu Anda secara efektif. Buat Prioritas sehingga Anda dapat
mengatasi tekanan dalam satu waktu.

 Menkonsumsi Makanan Bergizi dan Suplemen Tubuh

Tapi perlu di ketahui, jika Kita sudah stress ada baiknya jangan membiasakan diri seorang
diri dalam mengatasinya. Pergilah untuk konsultasi ke ahli psikologi, atau berceritalah
kepada keluarga dan teman yang bisa kita percayai. Dengan suatu harapan, Mereka mampu
menolong kita. Kunci utama adalah kita MAU keluar dari keadaan Stress tersebut.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Stress kerja merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimana hal tersebut
dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka. Stress juga terjadi dalam kerja dimana
stress tersebut dapat bersumber dari empat hal yaitu tingkat individu, tingkat kelompok, tingkat
organisasi dan ekstraorganisasional. Keempat hal tersebut dapat menghasilkan stress yang berbeda
pada setiap individu tergantung bagaimana individu itu merespon stressor tersebut. Setelah adanya
respon barulah dapat ditentukan bagaimana stress yang dialami seseorang tersebut.

Stres yang terjadi dapat berupa stres positif maupun negatif dimana stress itu akan memberikan
dampak tersendiri bagi orang yang mengalami stress. Stres yang dialami pekerja tersebut masih
dapat diatasi atau dikurangi dengan banyak metode sehingga diperlukannya suatu manajemen stress
dalam pekerjaan suatu perusahaan. Serta adanya usaha dari orang tersebut untuk dapat mengurangi
stress yang mereka alami.

Pada dasarnya stress terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran seseorang serta adanya
tekanan yang membuat kurangnya konsentrasi. Namun semua itu masih dapat dicegah bahkan
dimanajemen untuk dapat mengurangi pengaruhnya dalam bekerja.

3.2 Saran

Stress dalam bekerja sebaiknya dikurangi dengan berbagi teknik pengurangan stress yang
dapat digunakan serta menajemen stress tersebut dengan baik. Karena hal tersebut mampu
mencegah stress dalam bekerja serta meningkatkan efektifitas dalam bekerja. Selain baik bagi
karyawan/pekerja juga baik bagi perusahaan (lembaga).
DAFTAR PUSTAKA

John M. Invancevich, Robert Konopaske, Michael T. Matteson. 2007. Perilaku dan Manajemen
Organisasi Edisi ke 7 Jilid 1.Erlangga: Jakarta.

Robert Kreitner, Angelo Kinichi. 2005. Perilaku Organisasi Edisi ke 5 Jilid 2. Salemba Empat:
Jakarta

Stephen P Robbins. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep Kontrobersim Aolikasi. Prenhalindo:


Jakarta

Veithzal Rivai, dan Deddy Mulyadi. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Rajawali
Press: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai