Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ricky Rinaldi

NPM : 170610190025
Kelas : A

RESUME PERTEMUAN MINGGU KE - 12


MATA KULIAH PERILAKU ORGANISASI
MATERI STRES KERJA

A. Pengertian Stres Kerja


Stress Kerja adalah suatu ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan
psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi individu (Riva’i)

B. Jenis – Jenis Stres


Menurut Berney & Selye jenis – jenis stress diantaranya adalah:
1) Eustres (good stress)
Organisasi pembelajaran adalah “Sebuah organisasi yang memfasilitasi pembelajaran
dari seluruh anggotanya dan secara terus menerus mentransformasikan diri”.
2) Distress
Merupakan stress yang memunculkan efek yang membahayakan bagi individu yang
mengalaminya. Seperti tuntutan yang tidak menyenangkan atau berlebihan yan menguras
energy individu sehingga membuatnya menjadi lebih mudah jatuh sakit.
3) Hyperstress
Merupakan stress yang berdampak luar biasa bagi yang mengalaminya. Meskipun dapat
bersifat positif atau negatif tetapi stress ini tetap saja membuat individu terbatasi
kemampuan adaptasinya. Contohnya adalah stress akibat serangan teroris.
4) Hypostress
Merupakan stress yang muncul karena kurangnya stimulasi. Contohnya stress karena
bosan atau karena pekerjaan yang rutin.

C. Gejala Stres Kerja


Gejala stress kerja dapat dikasifikasikan berdasarkan beberapa gejala, yakni:
1) Gejala Psikologis, diantaranya:
 Kecemasan, ketegangan, kebingungan, dan mudah tersinggung
 Perasaan frustasi, rasa marah, dan dendam
 Sensitif dan hyperacctive
 Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi
 Komunikasi yang tidak efektif
 Perasaan terkucil dan terasing
 Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
 Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi
 Kehilangan spontanitas dan kreativitas
 Menurunnya rasa percaya diri
2) Gejala Fisiologis, diantaranya:
 Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami
penyakit kardiovaskular
 Meningkatnya adrenalin dari hormon stress
 Gangguan lambung
 Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
 Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang
kronis
 Gangguan pernapasan
 Gangguan pada kulit
 Sakit kepala, sakit punggung, dan ketegangan otot
 Gangguan tidur
 Rusaknya fungsi imun tubuh
3) Gejala Perilaku, diantaranya:
 Menunda, menghindari, dan absen dari pekerjaan
 Menurunnya prestasi dan produktivitas
 Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan
 Perilaku sabotase dalam pekerjaan
 Perilaku makan yang tidak normal untuk melampiaskan stress
 Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas
 Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman
 Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri

D. Faktor – Faktor Stres Kerja


Terdapat tiga faktor stress kerja, yakni:
1) Faktor Lingkungan
2) Faktor Organisasi
3) Faktor Individu

E. Mengelola Stres Kerja


Mengelola stress kerja dapat dilakukan dengan coping stress yakni suatu usaha yang
dilakukan oleh individu dalam mengelola tuntutan-tuntutan baik tuntutan internal maupun
eksternal untuk memberikan ketahanan terhadap dampak stress yang berupa fisiologis,
emosional, kognitif, interpersonal, dan organisasional.

F. Jenis – Jenis Stres


 Emotion focused coping. Menurut Taylor (1999:145), emotional focused coping ini
digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stress
 Problem focused coping. Problem focused coping ini digunakan untuk mengurangi
stress, dimana individu akan mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan
yang baru

G. Manajemen Stres Kerja


Beberapa strategi stress kerja diantaranya:
1) Pendekatan Individu
Karyawan dapat bertanggung jawab secara pribadi untuk menurunkan tingkat stress. Hal
yang bisa dilakukan antara lain manajemen waktu, meningkatkan latihan fisik, relaksasi,
dan memperluas jaringan dukungan sosial, olahraga teratur, makan makanan yang sehat,
dan bersantai.
2) Pendekatan Organisasi
Strategi yang bisa dilakukan oleh perusahaan atau organisasi yaitu peningkatan seleksi
karyawan, penempatan pekerjaan, pelatihan, penetapan tujuan yang realistis, merancang
kembali pekerjaan untuk memberikan karyawan tanggung jawab yang lebih, pekerjaan
yang lebih bermakna, lebih mandiri, dan meningkatkan umpan balik.

H. Kiat Mengurangi Stres Kerja


Terdapat beberapa kiat untuk mengurangi stress kerja, diantaranya:
1) Menyediakan waktu relaks
2) Bersikap lebih asertif
3) Bekerja lebih efisien
4) Tingkatkan energi dengan tidur
5) Mengatur lingkungan kerja
6) Meningkatkan keterampilan
7) Memahami bahwa pekerjaan bukan segalanya

I. Contoh Kasus Kerja


1) PT Goldman Sachs
The Goldman Sachs Group, Inc. adalah sebuah perusahaan bank investasi dan
jasa keuangan multinasional asal Amerika yang berkantor pusat di New York.
Perusahaan ini menawarkan layanan manajemen investasi, sekuritas, manajemen aset,
kepialangan utama, dan penjaminan emisi. Perusahaan ini juga menyediakan layanan
perbankan investasi untuk investor institusional.
Permasalahan:
Analis junior tahun pertama (karyawan baru) Goldman Sachs merasa terlalu
banyak bekerja sehingga mengalami stress. Mereka menuntut perusahaan agar jam
kerja mereka dibatasi maksimal hingga 80 jam saja. Permintaan tersebut mereka
sampaikan dalam presentasi setebal 11 halaman, lengkap dengan statistik dan grafik.
Tuntutan diajukan karena berdasarkan hasil jajak pendapat 13 karyawan
Goldman Sachs mengatakan mereka bekerja rata-rata 98 jam seminggu sejak awal
tahun, tidur hanya lima jam semalam, dan menanggung perlakuan buruk di tempat
kerja. Mereka juga mengungkapkan kesehatan fisik dan mental mereka menderita.
Seorang pekerja mengatakan bahwa dirinya di malam hari tidak bisa tidur lagi
karena tingkat kecemasannya yang tinggi. Selain itu, ada suatu keadaan dimana
seorang analis junior Goldman Sachs tidak makan, mandi, atau melakukan hal lain
selain bekerja dari pagi hingga lewat tengah malam "Ini di luar tingkat 'pekerja keras',
Ini tidak manusiawi" kata salah seorang diantaranya.
Kesimpulan:
Permasalahan PT Goldman Sachs juga berkaitan dengan salah satu jenis stres
kerja yang diungkapkan oleh Berney dan Selye yaitu Distress, stres yang
memunculkan efek yang membahayakan bagi individu yang mengalaminya. Dampak
dari jam kerja yang berlebihan juga menimbulkan kecemasan yang tinggi terhadap
karyawan sehingga karyawan tidak dapat tidur di malam hari. Hal ini sesuai dengan
ciri-ciri stres yang diungkapkan oleh Munandar (2014) yang menyatakan bahwa
stress diungkapkan melalui ciri-ciri umum, seperti somnabulisme (tidak dapat tidur),
merokok berat, peminum minuman keras, khawatir, mudah tersinggung, gelisah, sulit
berkonsentrasi dalam pengambilan keputusan, dan masa-masa lelah yang panjang.
Stres juga ditimbulkan karena adanya ketidakseimbangan antara gaji atau upah
yang diberikan oleh perusahaan terhadap adanya jam kerja yang berlebihan. Stres
kerja yang dialami oleh karyawan tentu berdampak buruk kepada kinerja yang akan
diberikan oleh karyawan terhadap perusahaan. Tujuan dari manajemen stres ini
sendiri adalah untuk mencegah timbulnya stres dari karyawan, menampung akibat
fisiologikal dari stres, untuk memperbaiki kualitas hidup karyawan agar menjadi lebih
baik, serta untuk mencegah berkembangnya stres jangka pendek menjadi stres jangka
panjang atau stres yang kronis. Kemudian, untuk pendekatan organisasional dapat
dilakukan dengan cara mengikutsertakan karyawan terhadap pengambilan keputusan
yang dilakukan perusahaan, memberikan cuti panjang, memberikan program
kesehatan kepada karyawan baik secara fisik maupun mental dan memberikan afeksi
kepada karyawan baik berupa upah lembur yang sesuai ataupun bentuk apresiasi
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai