Anda di halaman 1dari 6

COPING STRES KARYAWAN

Zidan1, Wahyu2, Ivan3, Agus4, Nico5

I. PENDAHULUAN

Perkembangan dunia usaha menimbulkan banyak perusahaan berdiri di era


industrialisasi saat ini. Dalam kemajuan berdirinya banyak perusahaan di Indonesia,
semakin banyak perusahaan yang membutuhkan sumber daya manusia untuk
menjalankan aktivitas perusahaan. Sumber daya manusia atau karyawan
merupakan aset bagi perusahaan. Semakin ketatnya persaingan dunia usaha,
menuntut perusahaan untuk mencari sumber daya yang berkualitas untuk dapat
meningkatkan keuntungan perusahaan. Perusahaan dituntut bekerja dengan ritme
yang serba cepat dan bersifat kompetitif dan karyawan merupakan alat bagi
perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan (keuntungan) agar dapat bertahan
di persaingan dunia usaha.

Persaingan dunia usaha yang semakin ketat membuat karyawan dituntut


bekerja dengan performa yang baik. Tidak jarang dunia pekerjaan akan membuat
karyawan merasa stres karena tuntutan perusahaan agar terus meningkatkan
kinerja semaksimal mungkin. Rasa was-was, tegang, dan stres mungkin telah
menjadi bagian dari karyawan dalam menjalani aktivitas perusahaan untuk
memenuhi tanggung jawab mereka terhadap tugas-tugas yang harus dijalankan.
Stres kerja merupakan kondisi yang dialami oleh pekerja atas interaksinya dengan
pekerjaannya, biasanya stres terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara
pekerjaan dengan karyawan sehingga menimbulkan ketegangan dan rasa cemas.

Coping stress merujuk pada upaya individu untuk mengatasi, menanggulangi,


atau merespon stressor atau situasi stres dalam hidup mereka. Ini mencakup
berbagai strategi kognitif, emosional, dan perilaku yang digunakan seseorang untuk
mengurangi ketegangan dan menghadapi tantangan. Beberapa contoh coping stress
termasuk pemecahan masalah, dukungan sosial, restrukturisasi kognitif, dan
aktivitas fisik. Pemahaman yang lebih baik tentang cara individu mengelola stres
dapat membantu dalam pengembangan intervensi kesehatan mental dan strategi
coping yang lebih efektif.

Berdasarkan hasil survey Regus pada tahun 2012 yang diperoleh dari CFO
Innovation Asia Staff (2016), tingkat stress kerja di negara-negara Asia Tenggara
seperti Malaysia 57%, Hongkong 62%, Singapura 63%, Cina 73%, Indonesia 73%,
dan Thailand 75%. Di Indonesia angka ini meningkat sebesar 9% dari tahun
sebelumnya yang hanya sebesar 64%.
Stress kerja merupakan masalah serius di Indonesia. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas 2018) kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa jumlah gangguan
mental yang terjadi sebanyak 9,8%. Selanjutnya angka stress kerja sebanyak 35%
yang berakibat fatal menyebabkan kehilangan pekerjaan bagi masyarakat indonesia
sebanyak 43% dari jumlah penduduk produktif.

II. PEMBAHASAN

a. Stres Kerja

Stres kerja didefinisikan sebagai suatu keadaan yang timbul dalam interaksi di
antara karyawan dan pekerjaan, (Beehr & Newman dalam Wijono, 2010 : 145). Juga
definisi stres kerja merupakan rangsangan eksternal yang mengganggu fungsi
mental, fisik, dan kimiawi dalam tubuh individu, (Nykodyn & George dalam Wijono,
2010 : 145). Pendapat yang serupa diungkapkan Selye (dalam Wijono, 2010 : 145)
jika stres kerja adalah sebuah konsep yang terus menerus bertambah karena jika
meningkatnya permintaan tuntutan kerja maka potensi stres kerja juga semakin
meningkat dan peluang untuk menghadapi ketegangan akan ikut bertambah.

Definisi stres kerja menurut Van Chapo (2020 : 37) adalah keadaan emosional
yang timbul karena adanya ketidaksesuaian beban kerja dengan kemampuan
individu untuk menghadapi tekanan tekanan yang dihadapinya. Stres juga bisa
diartikan sebagai suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya
ketidakseimbangan fisik dan psikis yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan
kondisi seorang pegawai.

b. Sumber Stres Kerja

Berdasarkan Bisen & Priya (2010), terdapat enam perspektif yang berbeda
pada penyebab stres karyawan dalam pekerjaan. Perspektif tersebut meliputi:

● Biological
Beberapa penyebab stress terletak pada bagian biologis pada tubuh atau
interaksi tubuh dengan makanan atau lingkungan tempat tinggal. Beberapa
contoh stres secara biologis meliputi kurang bugar; kurang diet (misalnya,
kekurangan vitamin, terlalu banyak kafein); alergi terhadap bahan kimia
dalam makanan; gangguan genetik mengakibatkan ketidakseimbangan kimia
dalam tubuh; dan perubahan fungsi tubuh, seperti kehamilan, pubertas,
menopause.

● Social/Culture
Stres dapat disebabkan oleh berbagai macam tekanan sosial dan budaya,
seperti (1) perubahan keadaan social (misalnya, kematian pasangan, pindah
kerja, menikah, hari libur); (2) tekanan untuk menyesuaikan diri dengan social
atau pola perilaku karyawan, terutama di mana perilaku ini bukan perilaku
yang diharapkan oleh individu (misalnya, tuntutan individu yang introvert
untuk berperilaku extrovert); (3) konflik dalam suatu hubungan, atau tidak
adanya pujian atau penilaian dari orang lain; (4) kurang dukungan, waktu
untuk didengarkan; (5) memiliki tekanan yang tinggi dalam bekerja,
menganggur, atau hanya memiliki lingkungan sosial yang kecil (misalnya,
jarang meninggalkan rumah, memiliki sedikit hobi).

● Psychodynamic
Istilah psikodinamik mengacu pada pikiran bawah sadar dan perasaan, yang
sering muncul dari pengalaman masa kanak-kanak. Cara di mana seseorang
belajar untuk mengatasi masa kanak-kanak adalah dengan menggunakan
mekanisme pertahanan yang melibatkan penipuan diri. Individu masih
menggunakan pertahanan tersebut saat ini. Contoh psikodinamik penyebab
stres mencakup (1) konflik batin yang belum ditangani, namun ditekan (yaitu
mendorong keluar pada kesadaran); (2) menghadapi situasi yang
menimbulkan perasaan stress yang dialami saat kanak-kanak; (3) berupaya
untuk menjaga pertahanan dalam situasi yang mengancam harga diri; (4)
kurangnya kesadaran diri; (5) meningkatkan kesadaran diri dan
perkembangan pribadi.

● Rational
Proses rasional dalam pikiran individu secara terus-menerus
menginterpretasikan dan mengevaluasi dunia sekitar. Peristiwa dapat
diartikan dalam banyak cara, dan cara yang dilakukan dapat mempengaruhi
tingkat stress yang dirasakan. Beberapa contoh penyebab rasional stres
meliputi (1) melihat konsekuensi dari tindakan berbahaya atau mengancam.
Persepsi ini mungkin tidak akurat; (2) memiliki persepsi diri yang tidak akurat;
(3) percaya bahwa mampu mencapai banyak pencapaian dan harapan yang
terlalu tinggi; (4) menyalahartikan tindakan orang lain sehingga dapat
dimaafkan (bukan diterima) dan dukungan yang diberikan; (5) tidak memiliki
keterampilan dan pengetahuan untuk mengatasi situasi tertentu, seperti tidak
memiliki pendekatan rasional untuk memecahkan masalah atau resolusi
konflik, dan tidak mampu mengatasi masalah yang muncul.

● Experiential
Cara pengalaman individu dari setiap masalah dalam waktu, bahkan dalam
situasi yang sangat mirip, adalah sangat berbeda. Seseorang mungkin
menemukan situasi yang stressful, sementara yang lain mungkin akan
menyenangkan, setiap reaksi adalah unik. Mungkin ada tekanan seketika
yang menyebabkan seseorang mengalami stres, seperti banyak tuntutan
yang sama dari orang yang berbeda; tekanan dari lingkungan, seperti suara,
kondisi sempit, atau berantakan di sekitar; kebutuhan yang terpenuhi atau
frustasi; munculnya ancaman bagi kelangsungan hidup, harga diri atau
identitas; mengubah pola makan, tidur, zona waktu, hubungan.
● Spiritual
Kebutuhan mengembangkan spiritual individu yang telah lama diakui oleh
agama. Hanya selama 30 tahun terakhir bahwa psikologi telah mengakui
adanya sisi spiritual pada individu. Beberapa penyebab stres spiritual meliputi
pelanggaran moral pribadi atau agama, pelanggaran hukum; kurang
mengembangkan spiritual; tidak adanya kebenaran (misalnya menipu diri
sendiri dan orang lain); kurang memiliki rasa terhadap pribadi yaitu seseorang
dapat mempengaruhi suatu peristiwa; tidak memiliki hubungan dengan Tuhan
dan kurang memaafkan.

c. Indikasi Stress Kerja

Faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya dapat menimbulkan stres pada


karyawan, melalui faktor tersebut stres dapat diindikasikan dengan beberapa tanda
yang diasumsikan bahwa seorang tersebut mengalami stres dalam pekerjaan.
Indikasi tersebut antara lain:
1. Kesehatan fisik secara keseluruhan menurun
2. Melakukan tindakan pelarian
3. Murung
4. Merasa harga diri rendah
5. Tidak puas dengan kehidupan
6. Tidak puas dengan pekerjaan
7. Motivasi kerja merosot
8. Bermaksud untuk berhenti dari pekerjaan
9. Sering mengkritik atasan
10.Kerap mangkir

d. Coping Stres

Coping didefinisikan sebagai upaya seseorang dalam bentuk kognitif maupun


perilaku untuk mengatasi tuntutan eksternal maupun internal yang dianggap sebagai
sesuatu yang membebani atau melebihi kemampuan individu tersebut. Upaya yang
dilakukan setiap orang akan berbeda-beda, begitupun dalam menghadapi stres.

e. Strategi Coping Stress

Strategi coping yaitu upaya untuk mengontrol dan mengelola keadaan yang
membebani, menemukan cara untuk dapat memecahkan masalah-masalah
dan untuk dapat mengatasi atau mengurangi timbulnya rasa stres (Moreno et
al.,2020).

Strategi Coping dapat didefinisikan menjadi dua dimensi, yaitu:


1. Problem Focused Coping, merupakan tindakan yang tertuju pada pemecahan
masalah. Seorang individu menggunakan perilaku ini jika menilai masalah yang
datang dan sedang dihadapinya dapat dikontrol dan diselesaikan. Problem
focuses coping ini dilakukan jika seorang individu menilai bahwa sesuatu yang
konstruktif dapat dilakukan dalam kondisi tersebut dan yakin dapat mengubah
situasi tersebut. Berikut ini merupakan Problem Focused
Coping:
● Planful Problem Solving adalah reaksi yang timbul dengan melakukan
usaha tertentu yang ditujukan untuk dapat mengubah situasi dan
penyelesaian masalah.
● Confrontative Coping adalah reaksi untuk dapat mengubah suatu
keadaan dibarengi dengan tingkat resiko yang dapat diambil.
● Seeking Social Support adalah reaksi yang timbul dengan mencari
dukungan orang lain dari pihak luar untuk mendapatkan bantuan secara
nyata atau dukungan secara emosional.
2. Emotion Focused Coping merupakan suatu tindakan dalam melakukan usaha
yang ditujukan untuk mengungkapkan fungsi emosi tanpa adanya usaha untuk
mengubah situasi. Emotion focused coping ini dilakukan jika seorang individu
merasa tidak dapat mengubah suatu keadaan atau masalah yang menekan,
mereka hanya bisa menerima situasi tersebut karena merasa tidak mampu
mengatasinya. Berikut ini merupakan Emotion Focused Coping:
● Positive Reappraisal adalah timbulnya reaksi dengan makna yang positif
yang dilakukan untuk pengembangan diri dalam hal-hal religius.
● Accepting Responsibility adalah timbulnya reaksi tumbuhnya kesadaran
diri dalam situasi atau permasalahan tersebut, dan berpikir masalah yang
dihadapi sebagaimana mestinya.
● Self Controlling adalah timbulnya pikiran yang matang dalam mengambil
suatu tindakan.
● Distancing adalah timbulnya tindakan menjaga jarak dengan situasi dan
masalah yang menekan agar tidak terikat dengan permasalahan tersebut.
● Escape Avoidance yaitu tindakan menghindar dari situasi atau masalah
yang menekan.

III. PENUTUP

Pada setiap organisasi harus dapat memahami adanya berbagai


gejala yang dapat menyebabkan stress kerja. Stres timbul karena adanya
tuntutan fisik atau lingkungan dan situasi sosial yang menyebabkan perubahan
psikologis dan perilaku individu. Sumber-sumber yang menyebabkan stress
kerja ada yang berhubungan dengan pekerjaan dan di luar pekerjaan.
Sumber-sumber stress kerja yang berhubungan dengan pekerjaan adalah
organisasi, kelompok kerja, keamanan kerja, relocation, remuneration, career,
dan workload. Sumber-sumber yang berhubungan di luar pekerjaan adalah
individu, change in life structure, stress and behavior, dan environment factors.
Dari berbagai sumber stress yang muncul dari setiap individu, maka diharapkan
organisasi atau pemilik perusahaan dapat membantu karyawan untuk mengatasi
stress yang dihadapi dengan berbagai teknik.
IV. REFERENSI

https://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/download/13649/6487

https://journal.binus.ac.id/index.php/Humaniora/article/view/2920/2314

Anda mungkin juga menyukai