Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang mengalami stres.
Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial ekonominya saja tetapi juga dalam
bekerja. Pekerjaan yang terlalu suit serta keadaan sekitar yang penat juga dapat
menyebabkan stres dalam bekerja.
Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam
kehidupannya, padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres tersebut
kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar
terjaminnya keamanan dan kenyamanan dalam bekerja. Apabila seseorang yang
mengalami stres melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam
bekerja.
Di dalam dunia pekerjaan stres merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
menurunnya kualitas kerja yang di miliki seseorang dalam melakukan pekerjaan nya.
Lingkungan kerja yang tidak kondusif juga dapat mendorong terjadinya Stressor kerja,
Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang di persepsikan karyawan sebagai
suatu tuntutan yang dapat menimbulkan stress dalam kerja.
Untuk menjaga kestabilan kerja tersebut psikologi seseorang juga harus stabilagar
terjadi singkronisasi yang harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi yang terjadi. Jadi
kita harus benar-benar memperhatikan secara lebih, baik lingkungan yang dapat
mempengaruhi psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga stres dapat dicegah.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa stres dalam bekerja pasti akan terjadi pada
setiap karyawan/pekerja. Mereka mengalami stres karena pengaruh dari pekerjaan itu
sendiri maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang yang mengalami stres dalam bekerja
tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Disinilah muncul peran dari
perusahaan untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan yang dialami oleh pekerjanya.
Dalam hal ini perusahaan dapat menentukan penanganan yang terbaik bagi pekerja
tersebut serta tidak mengurangi kinerja karyawan tersebut.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stress Kerja


Stress kerja dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seorang karyawan merasa
tertekan secara psikologis dalam menghadapi beban pekerjaan dan lingkungan tempatnya
berkerja.
Berdasarkan pengertian diatas terdapat beberapa unsur utama stress kerja, yaitu :
1. Karyawan
Pihak yang mengalami stres kerja ini adalah karyawan. Stres kerja dapat terjadi pada
karyawan pada tingkat operasional sampai tingkat manajemen. Semakin tinggi tingkat
karyawan dari sisi struktural, pada umumnya mengalami stres kerja yang lebih tinggi
dibandingkan dengan karyawan pada tingkat operasional.
2. Tertekan secara psikologis
Stres dirasakan oleh karyawan secara psikologis. Pada umumnya orang yang sedang
stres akan nampak gejala seperti terlihat dari emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang,
suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, rasa cemas, tegang, gugup,
tekanan darah meningkat.
3. Beban kerja
Stres kerja pada umumnya dihadapi oleh karyawan yang merasakan bahwa beban
kerjanya melebihi batas kemampuan. Beban kerja yang berlebihan dapat terjadi
karena batas waktu penyelesaian tugas tertentu sudah semakin singkat, target yang
harus dicapai secara kuantitas yang terlalu banyak, atau jenis pekerjaan yang terlalu
memeras energi secara fisik, dan pekerjaan yang cukup berbahaya.
4. Lingkungan kerja
Stres kerja dapat muncul karena tempat bekerja yang jauh dari keluarga, lingkungan
yang terlalu bising atau sebaliknya terlalu sepi, lingkungan yang tidak aman, dan lain
lain.
Stress juga sering diartikan sebagai kelebihan tuntutan atau kemampuan
individu dalam memenuhi kelebihan – kelebihan. Masalah yang terdapat dalam
lingkungan keluarga, kegiatan sosial, pekerjaan di kantor, kegiatan di waktu
senggang, maupun yang ada hubungannya dengan orang lain, dapat menimbulkan
beban yang berlebihan.

2
Pengertian stres menurut Ivancevich dan Matterson sebagai berikut :
Stres merupakan respon adaptis, ditengah perbedaan individu yang merupakan
suatu konsekuensi dari tindakan, situasi atau kejadian eksternal (lingkungan) yang
menempatkan tuntutan fisik dan psikologis yang berlebihan terhadap seseorang.

Menurut Ivancevich, Gibson, Donnely pengertian stres sebagai berikut :


Suatu tanggapan penyesuaian yang dilatarbelakangi oleh perbedaan individu
atau proses psikologi yang merupakan konsekuensi setiap tindakan dari luar
(lingkungan), situasi, peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis / fisik yang
berlebihan kepada seseorang.
Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
berfikir, dan kondisi seseorang. Orang – orang yang mengalami stres menjadi nervous
dan merasakan kekhawatiran kronis, mereka menjadi sering marah – marah. Agresif,
tidak dapat rileks atau memperlihatkan sikap yang tidak kooperatif (dalam Hasibuan,
2017).
Adapun Dr. Hans Selye, seorang pelopor besar dan pemimpin dalam bidang
stres, menunjukkan bahwa ada dua jenis stres, yaitu distress dan eustress. Distress
muncul karena kita membenci pekerjaan kita, mengeluhkan berbagai tekanan
kehidupan dan merasa bahwa kita adalah korban yang tidak berdaya. Sebaliknya,
eustress datang dari dorongan / tekanan positif yang timbul karena adanya jarak
antara kondisi kita sekarang dan tujuan yang ingin kita capai – sasaran, proyek atau
penyebab lain yang bermakna, yang benar – benar menggerakkan kita dan mendulang
bakat – bakat dan gairah kita, atau dengan kata lain suara hati kita.
Melalui penelitian empiris yang saksama, Dr. Hans Selye memperlihatkan
bahwa eustress menopang kekebalan tubuh, meningkatkan jangka harapan hidup dan
kenikmatan hidup. Singkat kata seharusnya tidak menghindari stres jika hal itu
merupakan jenis stres yang tepat, yakni eustress, karena hal itu akan memperkuat kita
dan akan meningkatkan kapasitas kita. Tentu saja semua itu harus diseimbangkan dan
diselaraskan dengan istirahat dan relaksasi yang tepat.
Orang yang mengalami tingkat stres yang tinggi telah diimplikasikan sebagai
faktor penyebab dalam penyakit jantung, stroke, kanker, gangguan pernapasan,
pengeroposan tulang, gangguan lambung, susah tidur (insomnia), gangguan
psikologis (depresi, bunuh diri), penyakit psikosomatis, gangguan pada kulit, penyakit
– penyakit kronis, dan rasa nyeri.

3
Stres sulit didefinisikan. Matteson dan Ivancevich menemukan ratusan definisi
stres dalam literatur. Mrskipun demikian, di bawah ini akan disajikan beberapa
definisi stres dalam konteks pekerjaan.
SINDROM MENTAL DAN EMOSIONAL GEJALA – GEJALA FISIK
Sikap negatif Ketegangan / nyeri otot
Kekhawatiran Kekejangan otot
Pikiran – pikiran yang terobsesi Sakit kepala
Ketakutan / fobia Migrain
Kesedihan Kekakuan rahang
Peka / mudah tersinggung Menggertak nggertakkan gigi
Kemarahan / ingin meledak Letih / kelelahan
Mudah lupa / kelalaian terus menerus Sembelit
Rasa kesepian Diare
Bingung Gangguan pencernaan
Kurang konsentrasi Gangguan pada kulit
Keragu – raguan Gemetar
Putus asa Asma
Susah tidur (insomnia) Jantung berdebar-debar
Mimpi buruk Teekanan darah tinggi
Depresi Napas pendek/ memburu
Bunuh diri Kecenderungan mencelakakan diri

Stres adalah aspek umum pengalaman pekerjaan, yang paling sering terungkap
sebagai ketidakpuasan kerja, tetapi juga terungkap dalam keadaan afektif yang kuat
kemarahan, frustasi, permusuhan, dan kejengkelan.

2.2 Penyebab Stres Kerja


Penyebab stres atau stresor yang mempengaruhi karyawan berasal dari luar
organisasi / lingkungan, dari dalam organisasi, dari kelompok karyawan, atau
karyawan itu sendiri. Pertama, stresor lingkungan. Meskipun kebanyakan analisis
stres kerja mengabaikan pentingnya kekuatan dan kejadian dari luar atau lingkungan,
tetapi ternyata hal itu mempunyai dampak yang luar biasa, stresor lingkungan
mencakup hal – hal seperti perubahan sosial / teknologi, globalisasi, keluarga,
relokasi, kondisi ekonomi dan keuangan, serta kondisi tempat tinggal atau

4
masyarakat. Perubahan sosial / teknologi yang fenomenal mempunyai efek yang besar
pada gaya hidup seseorang dan hal itu tentu saja terbawa ke dalam pekerjaan.
Kedua, stresor organisasi. Stresor organisasi makro level dapat dikategorikan
menjadi kebijakan dan strategi administratif, struktur dan desain organisasi proses
organisasi dan kondisi kerja. Beberapa contoh khusus mengenai stresor organisasi
mencakup tanggungjawab tanpa otoritas, ketidakmampuan menyuarakan keluhan,
penghargaan yang tidak memadai dan kurangnya deskripsi kerja yang jelas atau
menurunnya hubungan antar-karyawan. Stresor organisasi makro leveel itu dapat
berasal dari penyusutan karyawan, tekanan persaingan, relokasi, dan lain – lain.
Ketiga, stresor kelompok. Kelompok dapat menjadi sumber stres. Stresor
kelompok dapat dikategorikan menjadi dua wilayah, yaitu kurangnya kohesivitas
kelompok dan kurangnya dukungan sosial. Kohesivitas atau kebersamaan merupakan
hal penting pada karyawan, terutama pada tingkat organisasi yang lebih rendah. Jika
karyawan tidak mengalami kesempatan kebersamaan karena desain pekerjaan, karena
penyelia melarang atau membatasinya, atau karena ada anggota kelompok yang
menyingkirkan karyawan lain, kurangnya kohesivitas akan menyebabkan stres. Selain
itu, karyawan sangat dipengaruhi oleh dukungan anggota kelompok yang kohesif.
Dengan berbagai masalah dan kebahagiaan bersama – sama, mereka jauh lebih baik.
Jika jenis dukungan sosial ini berkurang pada individu maka situasi akan membuat
stres. Terdapat penelitian yang mengindikasikan bahwa kurangnya dukungan sosial
merupakan hal yang membuat stres hingga menyebabkan pengeluaran biaya
perawatan kesehatan.

Stres kerja dapat disebabkan oleh faktor penentu, sebagai berikut :


1. Beban kerja
Beban kerja setiap karyawan berbeda – beda sesuai dengan posisi dan tanggungjawab
masing – masing di perusahaan. Jika seorang karyawan merasakan beban kerja yang
diterimanya di luar batas kemampuannya dapat menimbulkan stres kepada karyawan
yang bersangkutan.
2. Waktu penyelesaian kerja
Waktu penyelesaian pekerjaan yang terlalu singkat, dapat menimbulkan pikiran,
sikap, dan perilaku karyawan menjadi tidak fokus. Semakin lebih mendekati kepada
jatuh tempo, maka akan semakin stres karyawan tersebut.
3. Pengawasan kerja

5
Jenis pengawasan yang terlalu ketat dari atasan terhadap bawahan dapat menimbulkan
karyawan tersebut menjadi tertekan, sehingga merasa tidak nyaman dalam
melaksanakan tugas. Sebaliknya tanpa adanya pengawasan juga dapat menimbulkan
stres kerja karena karyawan merasa tidak diperhatikan oleh atasannya.
4. Suasana kerja yang tidak nyaman
Suasana di tempat kerja yang tidak nyaman terutama yang menyangkut hubungan
atasan dengan bawahan, hubungan antar karyawan, termasuk hubungan pihak
manajemen dengan pemilik perusahaan dapat menimbulkan stres bagi karyawan yang
harus melaksanakan berbagai tugas sehari – hari ditengah – tengah suasana yang tidak
harmonis tersebut.
5. Perbedaan nilai
Nilai – nilai yang diakui dan dipaksakan oleh pimpinan kepada karyawan akan
memicu stres bagi karyawan yang memiliki nilai – nilai yang berbeda dengan
pimpinan.
6. Tidak tertersedianya staf / media konsultasi
Saat karyawan merasakan stres ada baiknya untuk berkonsultasi kepada ahlinya. Jika
di perusahaan tidak ada tenaga ahli tersebut atau tidak adanya media untuk berbagi
rasa stres dan mencari solusi atas kondisi yang dihadapi maka tingkat stres karyawan
dapat memuncak menjadi suatu depresi berat.
7. Sanksi dari perusahaan
Sanksi yang diberikan perusahaan kepada karyawan dapat memicu stres karyawan
yang bersangkutan. Sanksi yang dirasakan terlalu berat oleh karyawan atau sanksi
yang diberikan tanpa alasa yang jelas atau dengan alasan yang tidak dapat diterima
oleh karyawan yang menerima sanksi tersebut akan menimbulkan stres. Demikian
juga sanksi yang diberikan secara berbeda kepada beberapa karyawan yang
melakukan kesalahan yang sama.
8. Lingkungan kerja di perusahaan
Banyak lingkungan kerja yang dapat membuat stres karyawan antara lain tempat kerja
terlalu bising, suhu udara terlalu dingin atau panas, lingkungan yang terlalu kotor dan
berbau tidak sedap, kondisi kerja yang berbahaya.
9. Kondisi fisik dan kesahatan karyawan
Kondisi fisik karyawan yang terlalu lelah, merasa haus atau lapar, atau sedang kurang
sehat dapat mempermudah terjadinya stres kerja.

6
Faktor – faktor yang dapat menyebabkan stres kerja yang dikemukakan oleh John
Suprihanto sebagai berikut :
1. Penyebab fisik
a. Kebisingan
Kebisingan dengan intensitas tertentu, yang berlangsung secara terus menerus
dalam jangka waktu panjang dapat menjadi sumber stres bagi karyawan.
b. Kelelahan
Masalah kelelahan dapat menyebabkan stres karena kemampuan untuk bekerja
menurun.
c. Penggeseran kerja
Perusahaan yang sering mengubah pola kerja dapat menimbulkan stres kerja
karyawan. Hal ini disebabkan karena karyawan sudah terbiasa dengan pola
kerja yang lama dan sudah terbiasa dengan kebiasaan – kebiasaan sebelumnya
harus beradaptasi lagi dengan pola kerja baru.
d. Jetlag
Jetlag adalah jenis kelelahan khusus yang disebabkan oleh perubahan waktu
sehingga mempengaruhi irama tubuh seseorang. Untuk itu disarankan bagi
mereka yang baru menempuh perjalanan jauh dimana terdapat perbedaan
waktu, agar beristirahat minimal 24 jam sebelum melakukan suatu aktivitas.
e. Suhu dan kelembaban
Bekerja dalam suatu ruangan yang suhunya terlalu tinggi dapat mempengaruhi
stres kerja bagi karyawan.
2. Beban kerja
Beban kerja yang terlalu berat dapat menyebabkan ketegangan dalam diri seseorang,
sehingga menimbulkan stres. Tingkat keahlian yang dituntut perusahaan terlalu tinggi,
kecepatan kerja yang dirasakan terlalu tinggi oleh karyawan, atau volume kerja terlalu
banyak dapat menyebabkan stres,
3. Sifat pekerjaan
a. Kesulitan beradaptasi dengan situasi tertentu misalnya setelah mengalami
mutasi karyawan.
b. Pengawasan terlalu ketat dari atasan dapat menyebabkan seseorang merasa
terancam kebebasannya.
c. Stres dapat terjadi juga pada saat seseorang tidak memiliki kemampuan
bekerja dengan cepat sesuai dengan tuntutan perusahaan.

7
d. Tugas yang tidak jelas bagi karyawan akan membuat karyawan tersebut
bingung, dan jika berjalan lama maka karyawan itu akan stres.
e. Karyawan menjadi stres jika tidak ada kejelasan tentang standar kerja.
4. Kebebasan
Bagi sebagian karyawan adanya kebebasan yang berlebihan membuat mereka merasa
tidak pasti untuk melakukan berbagai aktivitas di perusahaan.
5. Masalah pribadi
Kesulitan yang dialami di rumah, masalah keuangan, konflik dengan orang tua atau
mertua, dapat mengakibatkan seseorang merasa stres pada saat bekerja.

Selain itu ada beberapa tingkatan rangsangan yang dapat menyebabkan stres, yaitu :
Tingkatan Penyebab Stres Konsekuensi Psikologis

Tingkatan - Pekerjaan rutin yang - Prestasi kerja


rangsangan membosankan buruk
rendah - Kurang berhubungan dengan - Melakukan
orang lain sabotase dalam
- Hubungan yang tidak pekerjaan
memuaskan dan tidak - Merasa frustasi,
menguntungkan cemas, dan tegang
- Kurang kesempatan yang - Makan, minum
bersifat rekreatif berlebihan
- Kelelahan
- Bersikap masa
bodoh
Tingkatan - Terlalu sibuk - Prestasi kerja
rangsangan - Tuntutan konflik dengan buruk
tinggi waktu / keahlian - Merasa frustasi,
- Terlalu banyak aktivitas yang cemas, dan tegang
harus di kerjakan - Makan / minum
- Kurang kesempatan untuk berlebihan
santai - Kelelahan
- Kecemasan finansial / pribadi - Merasa sudah
tidak dapat

8
mengatasi situasi
- Berekreasi secara
berlebihan

2.3 Akibat Stres Kerja


Akibat stress dirasakan berbeda – beda antar satu individu dengan individu yang
lainnya. Akibat stress yang umum terjadi sebagai berikut :
1. Akibat fisik
Secara fisik anggota tubuh akan merasakan gejala tertentu sebagai akibat stres
yang dialaminya. Adanya peningkatan volume detak jantung, meningkatnya
tekanan darah, sakit kepala, demam, keringat dingin, dan mual.
2. Akibat psikologis
Secara psikologis stress akan berakibat pada timbulnya kecemasan,
ketegangan, kekesalan, kejenuhan, malas, tidak bersemangat.
3. Akibat tindakan
Seseorang yang sedang merasakan stress sampai batas tertentu pada umumnya
cenderung mengalami penurunan kinerja atau produktivitas, sering mangkir
kerja dapat juga sampai berhenti bekerja, tidak dapat mengendalikan emosi,
berubahnya kebiasaan sehari – hari seperti mengkonsumsi alcohol, lebih
sering merokok, sulit tidur, tidak ada nafsu makan atau sebaliknya makan
secara berlebihan, dan lain – lain.
Akibat stress menurut T.cox yang dikutip oleh Suwatno dan Priansa sebagai
berikut :
1. Dampak subjektif
Kekhawatiran, kegelisahan, kelesuan, kebosanan, depresi, keletihan, frustasi,
kehilangan kesabaran, perasaan terkucil, merasa kesepian.
2. Dampak perilaku
Karyawan dapat berperilaku emosional setiap menghadapi hambatan dalam
pelaksanaan tugas sehari – hari.
3. Dampak kognitif
Ketidakmampuan mengambil keputusan yang sehat, daya konsentrasi
menurun, kurang perhatian, sangat peka terhadap kritik, dan hambatan mental.
4. Dampak fisiologi

9
Kecanduan glukosa, darah tinggi, denyut jantung dantekanan darah
meningkat, mulut kering, berkeringat, bola mata melebar, demam.
5. Dampak kesehatan
Kepala terasa sakit sebelah, mimpi buruk, sering mengalami sulit tidur.
6. Dampak organisasi
Produktivitas dan loyalitas menurun.

2.4 Pengaruh Stres Terhadap Produktivitas Kerja


Stres berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan. Berdasarkan tingkat stress
yang dialami karyawan maka pengaruhnya terhadap produktivitas kerja akan berbeda
– beda. Pengaruh tersebut sebagai berikut :
1. Jika karyawan mengalami stres yang relative rendah dan terjadi dalam waktu
singkat dapat meningkatkan produktivitas kerja karena pada umumnya
karyawan akan lebih termotivasi untuk bekerja lebih cepat, lebih giat, dan
melakukan berbagai hal yang baik.
2. Jika karyawan mengalami stress yang relative rendah, tetapi terjadi dalam
jangka waktu lama dapat menurunkan produktivitas kerja karena karyawan
tersebut merasakan kelelahan, kejenuhan, kecapaian, sehingga produktivitas
kerja akan menjadi lebih rendah.
3. Jika karyawan mengalami stres yang tinggi maka produktivitas kerja akan
rendah karena karyawan pada umumnya akan memiliki motivasi kerja yang
rendah juga.

2.5 Cara Mengatasi Stres Kerja


Banyak cara yang dapat dilaksanakan untuk mengatasi stress kerja. Peran manajemen
dan karyawan sangat diperlukan untuk mengatasi stress kerja. Beberapa cara yang
dapat ditempuh untuk mengatasi stress kerja sebagai berikut :
1. Solusi langsung pada penyebab stress
Cara yang tepat ditempuh adalah mengetahui apa yang menjadi penyebab
terjadinya stres yang menimpa karyawan. Setelah mengetahui penyebabnya
barulah diberikan solusi sesuai dengan penyebab stress tersebut. Misalnya jika
karyawan stress karena bekerja diruangan yang panas, maka alternative solusi
adalah dengan memberikan ventilasi udara yang cukup terhadap ruang kerja
tersebut atau menambahkan air conditioner (AC). Jika karyawan mengalami

10
stress karena penerangan yang tidak cukup di ruangkerjanya, maka alternative
solusinya adalah menambahkan penerangan di ruangan tersebut.
2. Kebersamaan
Manajemen perusahaan dapat lebih dekat dengan karyawan sehingga
karyawan merasa menjadi bagian dari perusahaan bukan hanya sebagai mesin
yang hanya terlibat aktif dalam aktivitas produksi. Pada saat tertentu
sebaiknya manajemen perusahaan dapat menyelenggarakan acara bersama
misalnya menonton bersama – sama, karaoke bersama – sama, hiburan
permainan bersama – sama, atau rekreasi bersama – sama.
3. Menempuh cara – cara medis
Manajemen perusahaan dapat menempuh cara media dengan memfasilitasi
karyawan melalui bantuan tim kesehatan, psikolog, dan psikiater.
4. Pendekatan religi
Pihak manajemen perusahaan dan karyawan dapat melakukan pendekatan
religi dengan penekanan pada sisi keikhlasan, kesabaran, dengan tetap
bersemangat. Sehubungan dengan dalam hal ini perlu diyakinkan bahwa
semua masalah pasti ada solusinya, dan Allah akan mengubah nasib suatu
kaum selama kaum tersebut berupaya untuk mengubahnya.
5. Sedia payung sebelum hujan
Manajemen dan karyawan harus bersama – sama memiliki keyakinan bahwa
mencegah lebih baik daripada mengobati. Dengan demikian lebih baik
mencegah agar stress tidak dialami daripada harus mengobati jika stress benar
– benar terjadi. Pengorbanan akan menjadi lebih besar jika pihak manajemen
dan karyawan sampai mengalami stress kerja. Sehubungan dengan itu
pencegahan stress sangat penting
6. Program konseling
Manajemen perusahaan dapat memfasilitasi karyawan dengan program
konseling. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh karyawan baik pada saat mulai
merasakan adanya gejala stress maupun pada saat karyawan sudah benar –
benar mengalami stress kerja untuk mencari solusi atas masalahnya.

(Robbins, 2017) menyebutkan dalam mengelola stres dapat menggunakan dua


pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan Individu

11
Seseorang harus bisa mengelola tingkat stres pada diri sendiri. Dalam pendekatan
individu, strategi yang efektif dalam mengatur tingkat stres yaitu dengan
mengelola waktu, meningkatkan latihan fisik, memperbanyak interaksi sosial, dan
relaksasi.
2. Pendekatan organisasi
Ada banyak faktor yang menyebabkan stres dalam organisasi seperti kerja dengan
waktu yang terbatas, teman kerja yang tidak menyenangkan, dan tuntutan atasan.
Faktor utama penyebab stres dalam organisasi adalah tuntutan dari atasan. Strategi
yang efektif untuk mengelola stres antara lain perbaikan komunikasi organisasi,
peningkatan keterlibatan karyawan, dan menegakkan kesejahteraan.

2.6 Strategi Manajemen Stres


Dari sudut pandang organisasi, pemimpin mungkin tidak memerhatikan ketika
karyawan mengalami stres dengan tingkat yang rendah sampai menengah. Alasannya
adalah stres dengan tingkat seperti itu bisa bisa bersifat fungsional dan membawa kinerja
karyawan yang lebih tinggi. Namun, tingkat stres yang tinggi atau bahkan yang tingkat
rendah yang berlangsung lama dapat menurunkan kinerja karyawan sehingga
membutuhkan tindakan dari manajemen.
Meskipun jumlah stres yang terbatas bisa bermanfaat bagi kinerja karyawan, tetapi
jangan berharap melihatnya seperti itu. Dari sudut pandang karyawan, bahkan tingkat
stres yang rendah dipersepsi karyawan sebagai sesuatu yang tidak dikehendaki. Oleh
karena itu, karyawan dan pemimpin mungkin mempunyai persepsi yang berbeda
mengenai stres. Untuk itu pendekatan manajemen stres antara karyawan (atau dikenal
pendekatan individual) dan manajemen (atau yang dikenal dengan pendekatan organisasi)
berbeda.
Pemimpin harus memahami keadaan sebenarnya stres karena peran pemimpin itu
sendiri juga bisa mendatangkan stres. Hal ini karena stres yang dialami pemimpin bisa
merusak kinerja dan kesejahteraan pengikutnya. Untuk mencegah terjadinya stres yang
berlebihan yang bisa merusak dimensi kehidupan Anda sebagai pemimpin dan pengikut
Anda, sebaiknya Anda memerhatikan beberapa strategi manajemen stres yang efektif.

a. Mengidentifikasi apa yang menyebabkan stres


Pemimpin perlu mengidentifikasi apa yang menyebabkan stres. Sekilas hal ini mudah,
tetapi kenyataannya tidak perlu demikian. Kadang – kadang masalahnya sudah jelas

12
meskipun solusinya tidak selalu demikian. Akan tetapi, tidak selalu mencari akar
masalah. Jika masalah atau akar masalah ditemukan maka solusinya relatif lebih
mudah. Misalnya, jika anda memiliki pekerjaan yang terlalu banyak dari bos Anda,
mungkin hal ini disebabkan sikap Anda yang tidak tegas mengatakan “tidak”
kepadanya.
b. Mengelola waktu secara efektif
Banyak orang mengelola waktunya kurang baik. Hal – hal yang harus mereka
selesaikan dalam hari atau minggu tertemtu sering tidak selesai karena manajemen
waktu yang kurang baik. Karyawan yang terorganisasi dengan baik dapat
menyelesaikan pekerjaannya dua kali lebih banyak dari pada mereka yang tidak
terorganisasi dengan baik. Beberapa prinsip manajemen waktu yang baik adalah :
1. Membuat daftar aktivitas yang harus diselesaikan.
2. Memprioritaskan aktivitas berdasarkan kepentingan dan urgensinya.
3. Menjadwalkan aktivitas menurut prioritas yang ditetapkan.
4. Mengetahui siklus harian dan menangani bagian pekerjaan yang paling sulit
selama bagian siklus yang tinggi ketika anda paling siap dan produktif.
c. Melakukan olahraga dan kebugaran fisik
Olahraga dan kebugaran fisik dapat melindungi orang dari akibat buruk stres terhadap
kesehatan. Banyak kajian menunjukkan orang yang berolahraga atau yang secara fisik
bugar sering dilaporkan memiliki tingkat kecemasan, depresi, dan ketegangan dalam
hidup yang lebih kecil daripada mereka yang tidak berolahraga dan kurang bugar.
Olahraga nonkompetitif seperti aerobik berjalan, jogging, berenang, dan bersepeda
dianjurkan sebagai cara untuk mengatasi tingkat stres yang berlebihan. Bentuk –
bentuk olahraga ini meningkatkan kapasitas jantung, kapasitas paru, baik untuk
pernapasan, memberikan selingan mental dari tekanan pekerjaan dan memberikan
sarana untuk rileks.
d. Melakukan relaksasi atau peregangan
Relaksasi atau peregangan amat penting untuk memelihara tubuh agar menjadi sehat
dan terlepas dari stres. Stelah peregangan, orang merasa lebih baik, yang memberikan
dampak positif terhadap pikiran. Peregangan otot merupakan aktivitas yang ringan,
terutama pada saat seseorang baru saja hendak mulai berlatih. Lakukan secara santai
tanpa gerakan melompat. Tariklah napas sebelum melakukan peregangan dan
buanglah napas selama melakukannya. Pejamkan matadan gunakan visualisasi.
Pusatkan perhatian pada otot dan bagian – bagian yang sedang diregangkan.

13
Bayangkan otot yang sedang meregang dan menjadi tegang. Biasakan melakukan ini
paling tidak sekali sehari.
e. Tidur, istirahat, dan liburan
Tidur bagi manusia adalah hal yang sangat penting karena tidur mengendalikan
kehidupan kita sehari – hari. Jika kita kekurangan tidur atau mengalami gangguan
tidur maka hari – hari kita akan menjadi lambat dan kurang bergairah. Sebaliknya,
tidur yang cukup dan berkualitas akan membantu kita memiliki energi dan gairah
dalam menjalani aktivitas sehari – hari.
Sesekali kita perlu istirahat agar dapat menata kembali dan mengatur kembali fokus
dalam prioritas kita. Sesekali, pergilah rileks sejenak, sebab saat kita kembali bekerja
penilaian kita bisa lebih pasti. Bekerja terus menerus akan membuat kita kehilangan
kemampuan untuk melakukan penilaian. Berpergianlah agak jauh, sebab dengan
begitu, pekerjaan akan tampak lebih kecil dan lebih banyak yang bisa dicerna dalam
selayang pandang. Liburan sangat penting dan bermanfaat bagi kita. Liburan bisa
memberi kita kesempatan untuk menoleh ke belakang dan memandang ke depan,
menyetel diri kita dengan kompas yang ada di dalam diri kita. Kadang – kadang hal
mendesak dan penting yang mungkin bisa kita lakukan adalah beristirahat penuh.
Kembangkan kebiasaan untuk tidur lebih cepat dan bangun lebih pagi. Hampir semua
orang sukses mempraktikkan pesan orangtua : “Tidur lebih cepat dan bangun lebih
pagi membuat seseorang lebih sehat, sejahtera, dan bijaksana.” Ketika Anda bangun
lebih pagi, anda akan memiliki waktu yang cukup lama untuk memikirkan hari ini dan
merencanakan aktivitas kerja Anda. Bangun lebih pagi memberi anda kesempatan
untuk membaca, melakukan refleksi, dan bermeditasi. Bangun lebih pagi
memungkinkan anda untuk bangun dan bekerja tanpa merasa tertekan untuk
secepatnya keluar dari rumah agar tiba ditempat kerja tepat waktu.
Kembangkan kebiasaan untuk menggunakan jam – jam pertama setiap hari untuk diri
Anda sendiri. Bacalah sesuatu yang inspiratif , yang memotivasi, atau edukatif. Henry
Ward Beecher pernah menulis, “jam pertama merupakan kemudi dari hari itu.” Ketika
Anda menggunakan jam pertama Anda untuk diri anda sendiri, maka sisa hari Anda
akan terasa lebih lancar, dan akan terbentang dengan lebih efisiensi dan efektivitas
yang tinggi.
f. Bermeditasi
Meditasi mencakup relaksasi otot dan mental. Tujuan meditasi adalah untuk
memperlambat dan menenangkan pikiran, dan pada saatnya, dapat menenangkan

14
tubuh. Jika Anda dapat menenangkan pikiran, anda dapat mencapai perasaan damai
dan tenang. Lebih jauh, meditasi memiliki banyak manfaat yaitu mengurangi stres dan
kelelahan mental, meningkatkan kesehatan dan kualitas kehidupan secara
menyeluruh.
g. Latihan pernapasan
Pernapasan dan relaksasi jelas berhubungan erat satu sama lain. Bernapas dengan
benar menjadi dasar kesehatan fisik dan mental. Kebanyakan orang bernapas dengan
cepat, dangkal, dan susah karena menggunakan sepertiga dari kapasitas paru –
parunya. Kekurangan energi kehidupan menyebabkan level energi anda menjadi
rendah, merasa pengap, dan loyo. Surplus energi membuat Anda gembira dan kuat,
menjadi santai dan menghasilkan sikap positif, serta bebas stres.
h. Memberi dukungan sosial
Dukungan sosial bisa menjadi sarana menurunkan stres. Dukungan sosial memberi
Anda seseorang yang mau mendengarkan masalah Anda dan sudut pandang yang
lebih objektif terhadap situasi. Riset menunjukkan hubungan stres dan kelelahan
mental, yaitu makin tinggi dukungan sosial menurunkan kemungkinan bahwa stres
kerja berat menimbulkan kelelahan mental dalam pekerjaan.
Sebuah program pendidikan komunikasi yang menarik dikenal dengan Friends Can
Be Good Medicine . program ini dikenalkan di seluruh negara bagian California.
Tujuan utamanya adalah memberi informasi kepada masyarakat tentang manfaatnya
hubungan yang mendukung untuk kesehatan mental dan fisik dan mendorong orang
mengembangkan jaringan sosial.
Ketika hidup mendatangkan stres, orang yang kurang memiliki kontrol personal
mungkin berhenti mencoba dan berpikir. Mereka merasa tidak memiliki kekuatan dan
kontrol, mereka merasa tidak berdaya dan khawatir bahwa usaha mereka akan
menemui kegagalan dan mendatangkan malu. Bantuan psikologis utama yang mereka
butuhkan adalah meningkatkan efikasi-diri dan mengurangi kepasifan dan rasa tidak
berdaya. Pandangan pesimistis meningkatkan potensi stres seseorang dan mempunyai
pengaruh negatif terhadap kesehatannya.
Kontrol diri orang dapat ditingkatkan dengan memberikan dukungan, kasih sayang,
rasa hormat, memberikan lingkungan yang merangsang, memberikan pengahargaan
atau pujian terhadap presentasinya, menetapkan standar kinerja dan perilaku yang
masuk diakal yang dianggap seseorang sebagai tantangan, bukan ancaman. Dengan

15
melakukan hal seperti itu mungkin meningkatkan kontrol diri dan daya tahan
psikologis seseorang sehingga mampu mengatasi stresnya secara efektif.
i. Terapi kognitif
Sejumlah psikolog klinis memasuki bidang stres dengan teknik terapi kognitif.
Pendekatan ini berfokus pada restrukturisasi kognitif merupakan terapi rasional-
emotif. Pendekatan ini didasarkan pada pandangan bahwa stres kerap kali muncul dari
cara berfikir yang salah atau tidak rasional. Cara berpikir ini memengaruhi proses
penilaian stres dan meningkatkan anggapan ancaman atau kerusakan.
j. Tertawa
Tertawa merupakan obat mujarab yang membuat kita sehat. pepatah kuno yang
mengatakan “Tertawa adalah obat terbaik” jauh lebih mendekati kebenaran daripada
apapun juga dalam dunia yang sarat dengan stres ini. Tak diragukan lagi bahwa
tertawa akan mengurangi stres karena tertawa dapat menekan sejumlah hormon
penyebab stres dalam darah kita. Dengan tertawa kita bernapas lebih cepat dan lebih
dalam mendekati terengah – engah dan kita memasukkan lebih banyak oksigen,
membersihkan paru – paru. Detak jantung kita dipercepat dan kita mengirimkan lebih
banyak oksigen ke seluruh tubuh. Akibatnya, otot – otot kita akan mengendur.
k. Berdoa
Doa adalah kekuatan dahsyat yang tak kasat mata. Kita harus sadar bahwa sebagai
manusia, kita memiliki keterbatasan, termasuk didalamnya dalam mengendalikan
stres. Ada kekuatan yang jauh lebih kuat dari kekuatan manusia. Allah menyatakan
“Janganlah hendak kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala
hal keinginanmu kepada Allah dalam doa”
l. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
Strategi organisasi mengatasi stres dirancang untuk menghilangkan stresor tingkat
organisasi untuk mencegah atau mengurang stres kerja pada karyawan individual.
Dalam hal ini organisasi dapat mengatur kondisi fisik tempat kerja dari segi suhu,
cahaya, suara, kualitas udara, kepadatan, isolasi, keamanan, dan kualitas ergonomis,
semuanya menentukan bagaimana seseorang menjalani hari kerjanya. Selain itu,
organisasi perlu merancang pekerjaan dengan baik, agar tidak terlalu banyak beban
pekerjaan dan tuntutan kepada karyawan.

2.7 Kesesuaian Pegawai dengan Pekerjaan

16
Kesesuaian pegawai dengan pekerjaan yang dilakukannya melibatkan dua elemen
penting, yaitu :
1. Seberapa jauh kemampuan, ketrampilan dan bakat pegawai bersangkutan sesuai
dengan tuntutan dan persyaratan pekerjaan, termasuk lingkungan pekerjaan.
2. Seberapa jauh keserasian kebutuhan, nilai dan keinginan seorang pegawai untuk
menggunakan keterampilan dan bakat tertentu dapat dipenuhi atau dipertahankan oleh
pekerjaan bersangkutan.
Disamping itu, dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu pekerjaan, kemungkinan
pegawai akan dihadapkan kepada keadaan beban kerja berlebihan dan beban kerja yang
berkurang.
1. Beban kerja yang berlebihan
Apabila berdasarkan pengamatan dan hasil penelitian membuktikan bahwa beban
kerja seorang pegawai ternyata berlebihan, maka beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk dilakukan antara lain adalah :
a. Mengurangi tuntutan pekerjaan, dengan cara :
1) Mempertimbangkan gagasan yang tidak rasional dan tidak realistis
mengenai pekerjaan.
2) Mengatur kembali pekerjaan termaksud yang telah atau sedang dan akan
dilaksanakan. Ini mencakup pendelegasian tugas dan pemanfaatan staf
pendukung secara lebih baik, atau pelepasan tugas – tugas lama yang
sudah tidak perlu dikerjakan lagi kaitannya dengan tugas – tugas baru yang
telah diperoleh.
b. Mengatur dan memanfaatkan waktu dengan lebih baik.
c. Memperbaiki ketrampilan / kemampuan kerja.
Apabila pegawai mau selalu berupaya untuk meningkatkan ketrampilan /
kemampuan kerjanya, maka diharapkan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan
lebih efisien.
d. Mempertimbangkan kemungkinan untuk pindah tugas atau pindah pekerjaan.
Lebih sedikit mendapat uang dalam jangka pendek (atau bahkan jangka panjang)
dapat ditangguhkan, jika ingin mengutamakan untuk bisa lebih menikmati hidup,
tidak mudah mengalami stres, habiskan waktu bersama keluarga, atau
mengerjakan hal lain yang dirasakan lebih bermakna.

2. Beban kerja yang kurang

17
Apabila pada kenyataannya pegawai merasa bahwa beban kerjanya kurang banyak,
maka berikut ini adalah hal – hal yang perlu diperhatikan untuk dilakukan :
a. Mengembangkan pekerjaan.
Mencari cara untuk menyelesaikan pekerjaan guna menambah apa yang perlu
untuk dikerjakan. Hal ini dapat diupayakan dengan belajar dari menganalisis dan
menulis gagasan berdasarkan data yang ada. Memilih atau mengembangkan
pekerjaan baru, akan berguna sehubungan dengan pengembangan pekerjaan,
minat pribadi atau yang membuat pegawai dapat lebih bermanfaat bagi orang atau
pihak yang teat.
b. Gunakan ketrampilan di tempat lain.
Apabila seorang pegawai berada dalam pekerjaan yang tidak mungkin
dikembangkan, atau tidak mau mengembangkannya karena pada dasarnya ini
bukan pekerjaan yang ingin dilakukan, maka jelas bahwa pilihannya adalah
memanfaatkan ketrampilan yang telah dimiliki tersebut di tempat lain.
c. Pindah pekerjaan.
Seorang pegawai mungkin terperangkap dalam pekerjaan yang membosankan dan
dapat membuat stres yang membebani pegawai karena gaji yang besar, atau
bahkan gaji yang sedang – sedang saja. Seperti dalam beban kerja yang
berlebihan, maka perlu dipikirkan apakah pengurangan gaji perlu diimbangi
dengan pekerjaan yang dapat lebih dinikmati. Atau dengan mengikuti kursus
untuk belajar sesuatu yang baru guna mengejar kualifikasi tertentu dalam rangka
mengerjakan apa yang benar – benar diinginkan atau disyaratkan.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Stress kerja dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seorang karyawan merasa
tertekan secara psikologis dalam menghadapi beban pekerjaan dan lingkungan tempatnya
berkerja. Adapun penyebab dari stres atau stresor yang mempengaruhi karyawan yaitu
berasal dari luar organisasi / lingkungan, dari dalam organisasi, dari kelompok karyawan,
atau karyawan itu sendiri. Stres kerja dapat disebabkan oleh faktor penentu yaitu beban
kerja, waktu penyelesaian kerja, pengawasan kerja, suasana kerja yang tidak nyaman,
perbedaan nilai, tidak tertersedianya staf / media konsultasi, lingkungan kerja di
perusahaan, sanksi dari perusahaan, serta kondisi fisik dan kesahatan karyawan. Selain itu
ada beberapa tingkatan rangsangan yang dapat menyebabkan stres yaitu, tingkatan
rangsangan rendah dan tingkatan rangsangan tinggi. Akibat dari stres kerja yaitu adanya
peningkatan volume detak jantung, meningkatnya tekanan darah, sakit kepala, demam,
keringat dingin, dan mual. Secara psikologis stress akan berakibat pada timbulnya
kecemasan, ketegangan, kekesalan, kejenuhan, malas, tidak bersemangat, dan pada
umumnya cenderung mengalami penurunan kinerja atau produktivitas. Adapun cara
mengatasi stres yaitu dengan cara mencari tahu apa penyebab dari stres tersebut,
menyelesaikan secara bersama – sama, saling membantu satu sama lain, bukan dengan
membiarkan atau meninggalkan mengucilkan sendirian, berobat, berdoa, mendekatkan
diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, dll.

3.2 Saran
Stres dalam bekerja sebaiknya diberikan penanggulangan dengan cara yang benar
karena akan sangat berpengaruh terhadap karyawan atau pun suatu perusahaan. Serta
dapat selalu menerapkan strategi manajemen stres dengan baik. Dan alangkah baiknya
pimpinan atau atasan selalu memperhatikan kesehatan para karyawan karena hal tersebut
mempengaruhi efektifitas kinerja para karyawan.

19
DAFTAR PUSTAKA

 Kaswan. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia Strategis. Edisi 1. Yogyakarta:


Andi Offset.
 Ganyang, Machmed Tun. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia Konsep dan
Realita. Bogor: IN MEDIA
 Wahjono, Sentot Imam. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta Selatan:
Salemba Empat.
 Kadarisman, M. (2017). Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Rajawali Pers.
 Sedarmayanti. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama.

20

Anda mungkin juga menyukai