Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR – FAKTOR PSIKOLOGI DAN KELELAHAN KERJA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ergonomi yang diampu oleh
Dr.Endah Kurniawati Purwaningtyas, M.Psi

Disusun oleh:

Nadhifa Febriyanti 18410111


Ahmad Rizki Fadilah 18410170

Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji
bagi Allah yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayahNya sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah yang berjudul Faktor-Faktor Psikologi dan Kelelahan Kerja ini
dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ergonomi. Banyak pihak
yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini, maka pada kesempatan ini kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr.Endah Kurniawati Purwaningtyas, M.Psi, sebagai dosen mata kuliah Ergonomi kami
yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
2. Orang tua yang telah memberikan fasilitas sehingga menjadikan penyusunan makalah ini
menjadi lebih efektif dan efisien.
3. Rekan-rekan yang memberi dukungan dan saling melengkapi dalam penyusunan makalah
ini
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, segala kritik, sara, dan masukan yang bersifat membangun guna menyempurnakan
makalah selanjutnya dikemudian hari.

Malang, 18 April 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ergonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentag bagaimana mengatur dan mendalami
hubungan antara manusia (psychology to psychology), mesin atau peralatan, lingkungan
kerja, organisasi, seta tata cara untuk menyelesaikan task dengan tepat, efisien, nyaman,
dan aman. Menurut Alan Hadge (2017) mengartikanbahwa ergonomi adalah ilmu yang
mempelajari tentang kerja, yang berfokus pada peningkatan kemampuan manusia agar
mendapatkan performa kerja yang baik. Pada lingkup ergonomi tidak hanya membahas
tentang alat serta desain saja, terdapat juga ruang lingkup fisik, organisasi, kognitif dan
lingkungan.
Ergonomi fisik adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas fisik manusia
yang meliputi anatomi tubuh manusia, karakteristik fisiologi, dan biomekanika,
antropometri, kekuatan fisik manusia, postur kerja beban fisik kerja gerakan kerja dan
waktu kerja pemindahan material tata letak tempat kerja keselamatan kerja kesehatan kerja
ukuran atau dimensi tempat atau alat kerja fungsi Indra dalam kerja control and display dan
sebagainya.
Ergonomi kognitif merupakan ilmu yang berkaitan dengan proses mental manusia bekerja
yang membahas soal ingatan dalam kerja reaksi dalam kerja, persepsi dalam kerja, beban
kerja, pengambilan keputusan, human computer interaction, kehandalan manusia motivasi
kerja, performa kerja, dan stres kerja.
Ergonomi organisasi merupakan merupakan ilmu yang membahas tentang Sosio teknik
dalam sistem kerja yang meliputi kebijakan dan proses manajemen SDM, komunikasi kerja
alokasi fungsi kerja, kultur organisasi komunitas kerja, dan lain sebagainya.
Ergonomi lingkungan merupakan ilmu yang berkaitan dengan beberapa hal yang ada di
sekitar orang yang melakukan pekerjaan yang meliputi tentang pencahayaan, kebisingan
aturan desain, interior warna, temperature, kelembaban, dan lain sebagainya.
Salah satu bahasan pada lingkup ergonomi yaitu adanya faktor – faktor psikologi dan
kelelahan kerja, dengan mempelajari hal tersebut kita dapat mengetahui apa saja faktor –
faktor psikologi yang terdapat pada dunia kerja, adanya penyebab kelelahan kerja,
kelelahan otot, faktor kewaspadaan saat bekerja, serta adanya faktor rasa bosan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa saja faktor – faktor psikologi dalam dunia kerja?
2. Apa yang dimaksud dengan kelelahan kerja?
3. Apa yang di maksud dengan kelelahan otot?
4. Apa yang dimaksud dengan kewaspadaan?
5. Apa yang dimaksud dengan rasa bosan?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penyusunan makalah
ini adalah:
1. Mengetahui apa saja faktor psikologi dalam dunia kerja.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kelelahan kerja.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kelelahan otiot.
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kewaspadaan.
5. Mengetahui apa yang dimaksud dengan rasa bosan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Faktor Psikologi

Ferrinadewi (2008:153), menyebutkan bahwa Faktor Psikologi utama meliputi motivasi,


persepsi, pembelajaran, keyakinan, dan sikap.

a. Motivasi
Merupakan suatu penggerak atau dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan dan
mencapai suatu tujuan.
b. Persepsi.
Seseorang yang termotivasi, siap untuk bertindak. Bagaimana seseorang yang
termotivasi bertindak akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu.
c. Pembelajaran
Meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman
d. Sikap
Merupakan evaluasi, perasaam emosi, dan kecenderungan tindakan yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap
objek atau gagasan tertentu.

2.2 Kelelahan Kerja

Fatigue berasal dari kata “fatigare” yang berarti hilang lenyap. Secara umum dapat
diartikan sebagai adanya perubahan yang lebih kuat kearah keadaan yang lebih lemah. Menurut
Suma’mur (Maharja, 2015) kelelahan kerja merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan
ketahanan juga daya tubuh untuk melakukan pekerjaan dan aktivitas kerja yang dilakukan
melibatkan semua organ tubuh, otot, dan otak, sehingga peningkatan aktivitas kerja
mengindikasikan terjadi peningkatan beban kerja. Sedangkan menurut Matthew (Grech dkk,
2009) kelelahan kerja termasuk keadaan psychophysiological yang ditandai dengan perasaan
kelelahan dan hilangnya energi. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa
kelelahan kerja yaitu akibat dari banyaknya beban kerja yang ada pada individu yang
menyebabkan kemampuan daya tahan kerja tubuh menurun, sehingga mengakibatkan individu
tidak dapat bekerja dengan maksimal bahkan berpotensi untuk melakukan kesalahan dalam
sebuah pekerjaan karena hilangnya daya konsentrasi dari individu tersebut.
2.3 Aspek-Aspek Kelelahan Kerja

Menurut Pines dan Aronsoon (1989) ada tiga aspek kelelahan kerja, yakni:

a. Kelelahan Fisik
Kelelahan yang berhubungan dengan fisik dan stamina fisik. Sakit fisik yang
dirasakan seperti sakit kepala, sakit punggung, susah tidur, gelisah, dan perubahan pola
makan.
b. Kelelahan Emosional
Kelelahan yang berhubungan diri individu itu sendiri dengan munculnya gejala
seperti putus asa, banyaknya beban pikiran, mudah tersinggung, depresi dan tidak
berdaya.
c. Kelelahan Mental
Kelelahan yang menyangkut pada rendahnya penghargaan pada diri sendiri dan
despersonalisasi. Gejala yang ditimbulkan seperti merasa tidak berharga, tidak
terampil, tidak berkompeten, dan merasa tidak puas terhadap suatu pekerjaan.

2. 4 Faktor-Faktor Kelelahan Kerja

Menurut Setyowati, Salahuiah & Widjasena (2014), ada empat faktor yang mempengaruhi
kelelahan kerja:

a. Konflik Kerja
Biasanya timbul dalam suatu organisasi dikarenakan adanya masalah
komunikasi antar individu, hubungan pribadi antar individu, atau struktur organisasi
yang tidak sesuai dengan keinginan individu.
b. Lingkungan Fisik Tempat Kerja
Suatu keadaan dimana individu merasa bahwa keadaan fisik di sekitar tempat
kerja individu tersebut mempengaruhi individu secara langsung atau tidak langsung.
c. Kapasitas Kerja
Merupakan kemampuan individu dalam menyelesaikan pekerjaannya dan
bergantung kepada keterampilan, status kesehatan, usia, jenis kelamin, dll.
d. Stres Kerja
Suatu kondisi terjadinya ketegangan yang menciptakan ketidakseimbangan
fisik dan psikis yang dapat mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi individu.
Dengan adanya dorongan dari faktor internal, dapat menimbulkan stress kerja dan dapat
mendorong terjadinya kelelahan kerja.

2.5 Kelelahan Otot


Kelelahan otot atau muscle fatigue adalah suatu kondisi yang terjadi apabila otot yang
beraktivitas tidak dapat merespon rangsangan dengan aktivitas sesuai kemampuan
kontraksi otot. Menurut Susanto (2004) kelelahan otot adalah suatu kegiatan yang dapat
menimbulkan kontraksi otot dimana pada kontraksi otot serta metabolismenya tidak
mampu lagi meneruskan pemberian energi yang dibutuhkan untuk membuang
metabolisme. Jika pada proses pembuangan metabolism asam laktat (dari penyodium
ATP) terkumpul makan otot akan kehilangan nkemampuan, aliran darah terbatas pada otot
ketika berkontraksi, otot menekan pembuluh darah dan membawa oksien sehingga terjadi
kemungkina kelelahan.

Menurut A.M.Sugeng Budiono, dkk.,(2003) gejala otot dapat terlihat dari luar (Eksternal
signs) yang ditandai dengan tiga hal, yaitu:
1. Ketinggian beban yang mampu diangkat menurun.
2. Kontraksi dan relaksasi rendah.
3. Interval antara stimuli awal berkontraksi lebih lama

Selain tuga hal tersebut menurut Budiono , dkk (2003) kelelahan otit juga ditandai dengan
kemampuan tenaga kerja melemah dalam melakukan pekerjaan serta kesalahan dalam
melakukan kegiatan kerja sehingga dapat terjadi kecelakaan kerja.

Menurut Anies (2005) upaya dalam menghadapi kelelahan otot dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Seleksi yang baik (memilih tenaga kerja yang mempunyai kondisi yang
prima).
2. Adanya pengaturan jadwal dan istirahat.
3. Ruang istirahat (agar tenaga kerja tida beristirahat di tempat yang
sembarangan).
2.6 Kewaspadaan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata kewaspadaan berasal dari kata waspada yang
artinya berhati-hati dalam segala hal sedangkan arti kewaspadaan itu sendiri berarti
bersiap-siaga.
Grandjean (1985) mengatakan bahwa kewaspadaan atau vigiliance yaitu suatu
kemampuan dalam mempertahankan kesiagaan dalam waktu yang lama. Dorrian, dkk,
(2005) dalam Harnadini (2012) mengungkapkan bahwa vigiliance atau tingkat
kewaspadaan merupakan derajat kesiapan seseorang dalam memberikan tanggapan
terhadap suatu hal. Kewaspadaan berkaitan dengan konsentrasi yang tinggi dan berdasar
kepada sikap mental seseorang dalam menghadapi ancaman.
Indikator yang dapat digunakan dalam menentukan tingkat kewaspadaan psychomotor
vigilance test (PVT). pengukuran yang digunakan untuk mengetahui kecepatan reaksi,
dimana semakin tinggi atau besar skor yang dihasilkan maka tingkat kewaspadaan
semakin menurun.

2.7 Kebosanan
Kebosanan adalah suatu kelelahan psikologis yang mempunyai ciri tyaitu hilangnya minat
terhadap pekerjaan. Kebosanan kerja adalah suatu kelelahan psikologis yang memiliki ciri
yaitu hilangnya minat terhadap pekerjaan menurunnya semangat kerja, dan juga
mengakibatkan ketidakpuasan an an serta keinginan untuk mencapai tujuan dalam
pekerjaan berkurang Gray (2001). Menurut Anoraga (2014), kebosanan kerja juga dapat
disebut sebagai kelelahan mental karena na merupakan ungkapan yang kurang
menyenangkan, perasaan resah, dan lelah yang mengikis minat serta tenaga, dan juga
pekerjaan tidak dianggap menarik dan membosankan.

Geiwitz (1996) berpendapat bahwa kebosanan kerja ialah hal yang kompleks dan bersifat
individual karena setiap orang dapat bertahan sesuai dengan pekerjaan yang sama dan
berulang-ulang. Kebosanan kerja juga merupakan aktivitas karyawan yang sama
sederhana dan dilakukan berulang-ulang setiap beberapa menit atau ratusan kali setiap hari
sehingga untuk mengurangi rasa bosan memerlukan pengembangan dalam pekerjaan
untuk menciptakan suasana kerja yang nyaman Wexley dan Yulk (2003).

a. Aspek kebosanan kebosanan kerja


Gray (2001) mengatakan bahwa ada aspek-aspek dari kebosanan kerja yaitu:
1. Hilangnya minat dan semangat kerja, dalam hal ini karyawan menjadi tidak
bergairah dalam bekerja sehingga semangat kerja menjadi menurun.
2. Lamban dalam bekerja, dalam hal ini karyawan menjadi lamban sehingga
berpengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai dalam pekerjaannya serta waktu yang
kurang dimanfaatkan secara optimal oleh karyawan.
3. Cenderung bercakap-cakap saat bekerja, dalam hal ini karyawan sering
berbicara saat bekerja yang bertujuan untuk mengurangi rasa bosan.
4. Kesalahan, dalam hal ini kesalahan yang terjadi pada diri karyawan di tempat
kerja tentunya sangat dapat merugikan dan menimbulkan kerusakan pada alat yang
digunakan hal tersebut juga dapat menimbulkan kecelakaan kerja saat karyawan
melakukan pekerjaannya.

b. Faktor yang mempengaruhi kebosanan kerja

Pardede (2009) berpendapat bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya


kebosanan kerja yaitu:
1. Tidak cocok dengan pekerjaannya, dalam hal ini karyawan tidak merasakan rasa
puas dengan kemampuannya yang digunakan selama melakukan pekerjaannya hal ini
dapat menimbulkan keluhan jadinya tidak bisa menggunakan kemampuan yang
dimilikinya.
2. Pekerjaan yang tidak menarik atau tidak menantang, dalam hal ini karyawan
menginginkan adanya perubahan karena sudah lama bekerja dalam keadaan statis
sehingga karyawan memerlukan sesuatu yang menarik dan dapat menantanh firi
karyawan agar bisa mengembangkan aktivitas kerja nya.
3. Tidak memiliki otonomi, Dalam hal ini karyawan tidak memiliki kebebasan,
karyawan cenderung memiliki keterbatasan untuk memilih dan memutuskan dalam
melakukan pekerjaannya dan pekerjaannya diawasi oleh atasan.
4. Kemungkinan promosi yang kecil, dalam hal ini karyawan menginginkan
sesuatu agar dia dapat berkembang dengan optimal di tempat dia bekerja.
5. Lingkungan yang tidak menyenangkan, dalam hal ini di mana lingkungan dapat
mengganggu proses aktivitas kerja karyawan sehingga karyawan dapat merasa bosan
lingkungan yang bising kotor berdebu Anas membuat karyawan tidak nyaman untuk
menjalani pekerjaannya.
6. Pekerjaan yang monoton, karyawan yang bekerja sudah lama bertahun-tahun
dan pekerjaan yang dilakukan selalu menonton sehingga karyawan tidak merasakan
kenaikan aktivitas atau perbedaan aktivitas sebelumnya sehingga karyawan tetap saja
mengerjakan aktivitas yang sama selama bertahun-tahun sehingga menimbulkan rasa
jenuh terhadap pekerjaan yang dilakukannya.
7. tidak adanya kontak dengan rekan sekerja, dalam hal ini seseorang dapat
menjadi jenuh tanpa adanya kontak dengan rekan sekerja karena karena hal tersebut
membuat karyawan merasa jenuh merasa sendiri dan tidak ada motivasi dari
lingkungannya
8. kurangnya perhatian atas kesejahteraan karyawan, dalam hal ini karyawan
merasa diperlakukan tidak adil di tempat kerja sehingga karyawan merasa kurang
sejahtera khususnya dalam hal insentif sehingga karyawan merasa tidak diperhatikan
dan kurang dihargai.
9. Kurangnya umpan balik dan imbalan karyawan, dalam hal ini ini penelitian
yang diberikan terhadap penghargaan karyawan tidak jelas sehingga karyawan merasa
tidak adil dan karyawan merasa tidak adil terhadap apa yang telah dilakukannya
sehingga karyawan kurang bersemangat dalam menjalankan pekerjaannya.
10. Kurangnya motivasi dalam diri karyawan, dalam hal ini pada saat karyawan
melakukan aktivitas pekerjaannya motivasi dari karyawan baik eksternal maupun
internal tidak ada sehingga karyawan tidak merasakan dukungan an-nur kukan aktivitas
pekerjaannya
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Faktor Psikologi menurut Ferrinadewi (2008) meliputi adanya motivasi, persepsi,
pembelajaran, keyakinan, dan sikap. Dimana motivasi adalah suatu penggerak atau
dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan atau mencapai suatu tujuan, persepsi
adalah seseorang yang termotivasi untuk bertindak yang di pengaruhi olehpersepsi orang
tersebut, pembelajaran adalah peruahan perilaku seseoarng atas hasil engalaman, sikap
adalah evaluasi perasaan, emosi, serta kecebderungan tindakan yang menguntungkan atau
tidak dan bertahan lama pada diri seseorang.
Keleahan kerja adalah suiatu keadaan perubahan kea rah yang lebih lemah, adapun aspek
kelelahan kerja meliputi keleahan fisik, kelelahan emosional, kelelahan mental. Serta
beberapa faktor dari kelelahan kerja yaitu adanya konflik kerja, stress kerja, faktor
lingkungan fisik tempat kerja, serta faktor kapasitas kerja.
Kelelahan otot atau muscle fatigue adalah kondisi dimana otot yang beraktivitas tidak dapat
merespon rangsangan dengan aktivitas sesuai kemampuan kontraksi otot.
Kewaspadaan adalah derajat kesipaan seseoarang dalam menanggapi suatu hal.
Kebosanan adalah suatu kelelahan psikologis yang mempunyai ciri seperti hilangnya minat
terhadap pekerjaan.

3.2 SARAN
Faktor – faktor psikologis dan kelelahan kerja adalah salah satu bahasan dari ilmu
Ergonomi sendiri, penulis menyarankan agar adannya penjelasan mengenai faktor – faktor
psikolgi, kelelahan kerja, kelelahan otot, kewaspadaan, dan rasa bosan pembaca bisa
mengerti serta dapat menanggunlaingi faktor – faktor psikologis dan kelelahan kerja yang
dialami oleh pembaca.
Daftar Pustaka

Dimas Fauzie, E. Y. (2016). Pengaruh Faktor Psikologis Konsumen Terhadap Keputusan


Pembelian. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol.40 No.1, 1-7.

Jihan Khalida, S. K. (2016). Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Psikologi Konsumen Terhadap


Keputusan Pembelian. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 35 No. 1 , 59-67.

https://kbbi.web.id/waspada (diakses pada 19 April 2021 pukul 03;13)

Kurniawan, S., Prawatya, Y. E., & Rahmahwati, R. Evaluasi Pengaruh Beban Kerja Fisik
Terhadap Tingkat Kewaspadaan Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota
Pontianak. Jurnal TIN Universitas Tanjungpura, 3(2).

Negara, N. F. S. (2018). Hubungan Antara Persepsi Lingkungan Kerja Fisik Dengan


Kebosanan Kerja Pada Karyawan Di Perusahaan Reytama Konveksi Yogyakarta (Doctoral
dissertation, Universitas Mercu Buana Yogyakarta).

Lestari, W. S. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kelelahan pada Pekerja


Pembuat Tahu di Pabrik Tahu Kelurahan Sumurrejo Kecamatan Gunungpati
Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).

Rahadhi, A., & Sriyanto, S. (2016). Pengaruh Beban Kerja Mental, Kelelahan Kerja, Dan
Tingkat Kantuk Terhadap Penurunan Tingkat Kewaspadaan Perawat (Studi Kasus Di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Puri Asih, Salatiga). Industrial Engineering
Online Journal, 5(2).

Ramadhani, M. (2019). Dipetik April 12, 2021, dari uii.ac.id:


https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/17549/05.2%20bab%202.pdf?seq
uence=7&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai