Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ergonomi yang diampu oleh
Dr.Endah Kurniawati Purwaningtyas, M.Psi
Disusun oleh:
Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji
bagi Allah yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayahNya sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah yang berjudul Faktor-Faktor Psikologi dan Kelelahan Kerja ini
dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ergonomi. Banyak pihak
yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini, maka pada kesempatan ini kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr.Endah Kurniawati Purwaningtyas, M.Psi, sebagai dosen mata kuliah Ergonomi kami
yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
2. Orang tua yang telah memberikan fasilitas sehingga menjadikan penyusunan makalah ini
menjadi lebih efektif dan efisien.
3. Rekan-rekan yang memberi dukungan dan saling melengkapi dalam penyusunan makalah
ini
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, segala kritik, sara, dan masukan yang bersifat membangun guna menyempurnakan
makalah selanjutnya dikemudian hari.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penyusunan makalah
ini adalah:
1. Mengetahui apa saja faktor psikologi dalam dunia kerja.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kelelahan kerja.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kelelahan otiot.
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kewaspadaan.
5. Mengetahui apa yang dimaksud dengan rasa bosan.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Motivasi
Merupakan suatu penggerak atau dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan dan
mencapai suatu tujuan.
b. Persepsi.
Seseorang yang termotivasi, siap untuk bertindak. Bagaimana seseorang yang
termotivasi bertindak akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu.
c. Pembelajaran
Meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman
d. Sikap
Merupakan evaluasi, perasaam emosi, dan kecenderungan tindakan yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap
objek atau gagasan tertentu.
Fatigue berasal dari kata “fatigare” yang berarti hilang lenyap. Secara umum dapat
diartikan sebagai adanya perubahan yang lebih kuat kearah keadaan yang lebih lemah. Menurut
Suma’mur (Maharja, 2015) kelelahan kerja merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan
ketahanan juga daya tubuh untuk melakukan pekerjaan dan aktivitas kerja yang dilakukan
melibatkan semua organ tubuh, otot, dan otak, sehingga peningkatan aktivitas kerja
mengindikasikan terjadi peningkatan beban kerja. Sedangkan menurut Matthew (Grech dkk,
2009) kelelahan kerja termasuk keadaan psychophysiological yang ditandai dengan perasaan
kelelahan dan hilangnya energi. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa
kelelahan kerja yaitu akibat dari banyaknya beban kerja yang ada pada individu yang
menyebabkan kemampuan daya tahan kerja tubuh menurun, sehingga mengakibatkan individu
tidak dapat bekerja dengan maksimal bahkan berpotensi untuk melakukan kesalahan dalam
sebuah pekerjaan karena hilangnya daya konsentrasi dari individu tersebut.
2.3 Aspek-Aspek Kelelahan Kerja
Menurut Pines dan Aronsoon (1989) ada tiga aspek kelelahan kerja, yakni:
a. Kelelahan Fisik
Kelelahan yang berhubungan dengan fisik dan stamina fisik. Sakit fisik yang
dirasakan seperti sakit kepala, sakit punggung, susah tidur, gelisah, dan perubahan pola
makan.
b. Kelelahan Emosional
Kelelahan yang berhubungan diri individu itu sendiri dengan munculnya gejala
seperti putus asa, banyaknya beban pikiran, mudah tersinggung, depresi dan tidak
berdaya.
c. Kelelahan Mental
Kelelahan yang menyangkut pada rendahnya penghargaan pada diri sendiri dan
despersonalisasi. Gejala yang ditimbulkan seperti merasa tidak berharga, tidak
terampil, tidak berkompeten, dan merasa tidak puas terhadap suatu pekerjaan.
Menurut Setyowati, Salahuiah & Widjasena (2014), ada empat faktor yang mempengaruhi
kelelahan kerja:
a. Konflik Kerja
Biasanya timbul dalam suatu organisasi dikarenakan adanya masalah
komunikasi antar individu, hubungan pribadi antar individu, atau struktur organisasi
yang tidak sesuai dengan keinginan individu.
b. Lingkungan Fisik Tempat Kerja
Suatu keadaan dimana individu merasa bahwa keadaan fisik di sekitar tempat
kerja individu tersebut mempengaruhi individu secara langsung atau tidak langsung.
c. Kapasitas Kerja
Merupakan kemampuan individu dalam menyelesaikan pekerjaannya dan
bergantung kepada keterampilan, status kesehatan, usia, jenis kelamin, dll.
d. Stres Kerja
Suatu kondisi terjadinya ketegangan yang menciptakan ketidakseimbangan
fisik dan psikis yang dapat mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi individu.
Dengan adanya dorongan dari faktor internal, dapat menimbulkan stress kerja dan dapat
mendorong terjadinya kelelahan kerja.
Menurut A.M.Sugeng Budiono, dkk.,(2003) gejala otot dapat terlihat dari luar (Eksternal
signs) yang ditandai dengan tiga hal, yaitu:
1. Ketinggian beban yang mampu diangkat menurun.
2. Kontraksi dan relaksasi rendah.
3. Interval antara stimuli awal berkontraksi lebih lama
Selain tuga hal tersebut menurut Budiono , dkk (2003) kelelahan otit juga ditandai dengan
kemampuan tenaga kerja melemah dalam melakukan pekerjaan serta kesalahan dalam
melakukan kegiatan kerja sehingga dapat terjadi kecelakaan kerja.
Menurut Anies (2005) upaya dalam menghadapi kelelahan otot dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Seleksi yang baik (memilih tenaga kerja yang mempunyai kondisi yang
prima).
2. Adanya pengaturan jadwal dan istirahat.
3. Ruang istirahat (agar tenaga kerja tida beristirahat di tempat yang
sembarangan).
2.6 Kewaspadaan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata kewaspadaan berasal dari kata waspada yang
artinya berhati-hati dalam segala hal sedangkan arti kewaspadaan itu sendiri berarti
bersiap-siaga.
Grandjean (1985) mengatakan bahwa kewaspadaan atau vigiliance yaitu suatu
kemampuan dalam mempertahankan kesiagaan dalam waktu yang lama. Dorrian, dkk,
(2005) dalam Harnadini (2012) mengungkapkan bahwa vigiliance atau tingkat
kewaspadaan merupakan derajat kesiapan seseorang dalam memberikan tanggapan
terhadap suatu hal. Kewaspadaan berkaitan dengan konsentrasi yang tinggi dan berdasar
kepada sikap mental seseorang dalam menghadapi ancaman.
Indikator yang dapat digunakan dalam menentukan tingkat kewaspadaan psychomotor
vigilance test (PVT). pengukuran yang digunakan untuk mengetahui kecepatan reaksi,
dimana semakin tinggi atau besar skor yang dihasilkan maka tingkat kewaspadaan
semakin menurun.
2.7 Kebosanan
Kebosanan adalah suatu kelelahan psikologis yang mempunyai ciri tyaitu hilangnya minat
terhadap pekerjaan. Kebosanan kerja adalah suatu kelelahan psikologis yang memiliki ciri
yaitu hilangnya minat terhadap pekerjaan menurunnya semangat kerja, dan juga
mengakibatkan ketidakpuasan an an serta keinginan untuk mencapai tujuan dalam
pekerjaan berkurang Gray (2001). Menurut Anoraga (2014), kebosanan kerja juga dapat
disebut sebagai kelelahan mental karena na merupakan ungkapan yang kurang
menyenangkan, perasaan resah, dan lelah yang mengikis minat serta tenaga, dan juga
pekerjaan tidak dianggap menarik dan membosankan.
Geiwitz (1996) berpendapat bahwa kebosanan kerja ialah hal yang kompleks dan bersifat
individual karena setiap orang dapat bertahan sesuai dengan pekerjaan yang sama dan
berulang-ulang. Kebosanan kerja juga merupakan aktivitas karyawan yang sama
sederhana dan dilakukan berulang-ulang setiap beberapa menit atau ratusan kali setiap hari
sehingga untuk mengurangi rasa bosan memerlukan pengembangan dalam pekerjaan
untuk menciptakan suasana kerja yang nyaman Wexley dan Yulk (2003).
3.2 SARAN
Faktor – faktor psikologis dan kelelahan kerja adalah salah satu bahasan dari ilmu
Ergonomi sendiri, penulis menyarankan agar adannya penjelasan mengenai faktor – faktor
psikolgi, kelelahan kerja, kelelahan otot, kewaspadaan, dan rasa bosan pembaca bisa
mengerti serta dapat menanggunlaingi faktor – faktor psikologis dan kelelahan kerja yang
dialami oleh pembaca.
Daftar Pustaka
Kurniawan, S., Prawatya, Y. E., & Rahmahwati, R. Evaluasi Pengaruh Beban Kerja Fisik
Terhadap Tingkat Kewaspadaan Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota
Pontianak. Jurnal TIN Universitas Tanjungpura, 3(2).
Rahadhi, A., & Sriyanto, S. (2016). Pengaruh Beban Kerja Mental, Kelelahan Kerja, Dan
Tingkat Kantuk Terhadap Penurunan Tingkat Kewaspadaan Perawat (Studi Kasus Di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Puri Asih, Salatiga). Industrial Engineering
Online Journal, 5(2).