PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI LOGISTIK SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN 2020 1.1 Pengertian Kepuasan kerja Pengertian kepuasan kerja menurut para ahli : 1. Lock (1995) Kepuasan kerja merupakan suatu ungkapan emosional yang bersifat positif atau menyenangkan sebagai hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau pengalaman kerja. 2. Robbins (1996) Kepuasan kerja merupakan sikap umum seorang karyawan terhadap pekerjaannya. 3. Porter (1995) Kepuasan kerja adalah perbedaan antara seberapa banyak sesuatu yang seharusnya diterima dengan seberapa banyak sesuatu yang sebenarnya dia terima. 4. Mathis dan Jackson (2000) Kepuasan kerja merupakan pernyataan emosional yang positif yang merupakan hasil evaluasi dari pengalaman kerja. 5. T.M. Fasher (1992) Kepuasan kerja, atau dalam arti yang lebih khusus kepuasan karyawan dalam bekerja, yang muncul bila keuntungan yang dirasakan dari pekerjaannya melampaui biaya marjinal yang dikeluarkan oleh karyawan tersebut dianggap cukup memadai.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa :
Kepuasan kerja dirasakan karyawan setelah karyawan tersebut membandingkan antara apa yang dia harapkan akan dia peroleh dari hasil kerjanya dengan apa yang sebenarnya dia peroleh dari hasil kerjanya. Kepuasan kerja mencerminkan beberapa sikap yang berhubungan. Kepusaan kerja merupakan sesuatu yang sangat sulit diukur yang bersifat subjektif karena setiap orang selalu mempunyai keinginan-keinginan yang ingin dipenuhi namun setelah terpenuhi muncul lagi keinginan-keinginan lainnya, seakan-akan manusia itu tidak mempunyai rasa puas dan setiap pegawai mempunyai kriteria sendiri yang menyatakan bahwa dirinya telah puas. Kepuasan kerja bisa dilihat atau dikatakan puas dalam bekerja jika pendapatan yang diperoleh telah dapat mencukupi kebutuhan pekerja tersebut, dan dalam perusahaan tersebut pegawai merasakan nyaman dalam bekerja dan tidk mempunyai kekhawatiran lain seperti kurang cukup gaji yang diterima, tidak adanya jaminan kesehatan/keselamatan kerja dan jaminan masa tua atau pension. Kepuasan kerja (job satisfaction) mengacu pada sikap individu secara umum terhadap pekerjaannya dapat juga dikatakan sebagai persepsi awal terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Kepuasan dalam Islam dilandasi dengan rasa ikhlas. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al-Hajj : 31.
1.2 Fungsi Kepuasan Kerja
Menurut George Strauss dan Leonard R. Sayles “Personnel: The Human Problems of Management" (1980: 5-6), kepuasan kerja penting untuk aktualisasi diri. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah untuk mencapai kematangan psikologis dan akan menjadi frustasi yang menyebabkan karyawan akan senang melamun, mempunyai semangat kerja rendah, cepat lelah atau bosan, emosi tidak stabil, sering absen dan mengakibatkan turunnya kinerja karyawan dan sebaliknya. Oleh karena itu kepuasan kerja mempunyai arti yang penting, baik bagi karyawan maupun perusahaan terutama karena menciptakan keadaan positif dalam lingkungan kerja (Hani Handoko, 1987: 145-146). Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi kepuasan kerja adalah: 1. Memingkatkan konsentrasi dan semangat karyawan sehingga karyawan akan melakukan pekerjaan dengan baik. 2. Para karyawan menjadi lebih tanggap dengan motivation yang diciptakan. 3. Mempengaruhi prestasi karyawan untuk masa yang akan datang. 1.3 Pengaruh Kepuasan Kerja 1.3.1 Kepuasan Kerja Terhadap Perputaran Karyawan Dan Absensi Dalam perusahaan selalu ada tata tertib yang nantinya akan di taati oleh seluruh karyawan perusahaan, di dalam tata tertib perusahaan juga harus menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap karyawanya. Kesejahteraan karyawan dan kenyamanan karyawan dalam bekerja sangat penting untuk di perhatikan bagi perusahaan, apabila itu terpenuhi maka karyawan akan bekerja dengan baik yang nantinya akan tercapai tujuan perusahaan. Karena apabila kepuasan kerja meningkat maka perputaran karyawan dan absensi akan menurun. Begitu pun sebaliknya, apabila kepuasan menurun maka perputaran dan absensi karyawan akan meningkat. Apabila karyawan telah nyaman bekerja di suatu perusahaan maka karyawan tersebut tidak akan keluar atau pindah bekerja di tempat lain. Kinerja karyawan sangat berpengaruh dalam jalannya operasional perusahaan. Selain itu fasilitas yang di dapat karyawan juga menunjangkinerja karyawan dalam bekerja. Pemilik perusahaan juga harus bijak dalam mengambil keputusan agar tidak merugikan karyawan yang bekerja. 1.3.2 Kepuasan Kerja Terhadap Umur dan Jenjang Pekerjaan Semakin tua umur karyawan, mereka cenderung lebih terpuaskan dengan pekerjaan-pekerjaan mereka. Ada sejumlah alasan yang melatarbelakangi kepuasan kerja mereka, seperti pengharapan-pengharapan yang lebih rendah dan penyesuaian-penyesuaian lebih baik terhadap situasi kerja karena mereka lebih berpengalaman. Para karyawan yang lebih muda, di lain pihak cenderung kurang terpuaskan, karena berbagai pengharapanyang lebih tinggi, kurang penyesuaian, dan penyebab-penyebab lainnya. Sedangkan untuk Karyawan dengan jenjang pekerjaan yang lebih tinggi cenderung merasa lebih puas dengan pekerjaan mereka. Biasanya karena mereka memperoleh gaji dan kondisi kerja yang lebih baik serta pekerjaan yang dilakukan memberi peluang untuk mengasah kemampuan mereka sepenuhnya. Oleh karena itu mereka memiliki alasan yang lebih kuat untuk merasa lebih puas. Dengan demikian para manajer atau tenaga ahli biasanya mereka lebih luas ketimbang pegawai terampil yang cenderung lebih puas dibandingkan dengan pegawai yang kurang atau tidak terampil, ini menunjukkan bahwa jenjang pekerjaan lebih berkaitan erat dengan kepuasan kerja daripada usia seorang karyawan bekerja.Pada pegawai dengan jenjang pekerjaan tinggi merasa jauh lebih baik, ketimbang pegawai yang jenjang pekerjaanyan rendah .
1.4 Stress Karyawan
1.4.1 Pengertian Stress Tujuan yang dicapai perusahaan tidak akan terlepas dari peran dan adil setiap karyawan yang menjadi penggerak kehidupan organisasi, sehingga sudah selayaknya peran dari pemimpin para manajer perusahaan untuk dapat memahami kondisi para karyawannya, apabila karyawan terdapat beban masalah yang dapat menghambat kinerja perusahaan maka secepatnya pimpinan dapat mengurangi dan menyelesaikan beban karyawan tersebut, terutama mengenai stress kerja yang seharusnya dikelola dengan penuh berkesinambungan agar tidak menghambat jalannya kinerja perusahaan. Banyak permasalahan manusiawi ini tergantung pada kemajemukan masyarakat dimana para karyawan itu berasal, makin maju suatu masyarakat maka semakin banyak permasalahan. Makin tinggi kesadaran karyawan akan hak-haknya, makin banyak permasalahan yang muncul. Pada orang yang bekerja, stress yang dialami disebut dengan stres kerja. Stress kerja merupakan keadaan ketegangan yang menjadikan tidak seimbangnya fisik dan psikis seorang pekerja sehingga mempengaruhi emosi, proses berpikir dan juga kondisinya. Pengertian lain dari stres kerja, yaitu perasaan tertekan yang dialami oleh karyawan dalam menghadapi pekerjaannya. Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang, stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Penyebab stress dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara fisik dan psikis yang dapat mempengaruhi proses dan kondisi karyawan, sehingga orang yang mengalami stress kerja menjadi nerveous. Oleh karena itu, penanganan stress kerja harus dilakukan dengan baik dan berkesinambungan. Menurut Rasmun (2004), stress dibagi menjadi tiga tingkatan. Stress ringan adalah stress yang tidak merusak aspek fisiologis dari seseorang. Stress ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa, ketiduran, dikritik, dan kemacetan. Stress ringan biasanya hanya terjadi dalam beberapa menit atau beberapa jam. Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus. Stress sedang dan stress berat dapat memicu terjadinya penyakit. Stress sedang terjadi lebih lama dari beberapa jam hingga beberapa hari. Contoh dari stressor yang dapat menimbulkan stress sedang adalah kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan, mengharapkan pekerjaan baru, dan anggota keluarga yang pergi dalam waktu yang lama. Stress berat adalah stress kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun 1.4.2 Penyebab – penyebab Sterss Sullivan & Bhagat (1992). Menyebutkan bahwa banyak penelitian mengenai pengaruh stress kerja terhadap kepuasan kerja dalam suatu organisasi. Hasil penelitian Alberto (1995), Praptini (2000) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja salah satunya adalah stres kerja. Lebih lanjut penyebab stress dapat dibagi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal, di mana salah satu penyebab stress yang berasal dari eksternal yaitu beban kerja yang dirasakan individu sebagaimana diungkapkan oleh Cooper (dalam Rice, 1999). Beban kerja yang dirasa cukup berat dapat berpengaruh pada kondisi fisik dan psikis seseorang. Smith (1981) mengemukakan bahwa konsep stres kerja dapat ditinjau dari beberapa sudut yaitu: pertama, stres kerja merupakan hasil dari keadaan tempat kerja. Kedua, stres kerja merupakan hasil dari dua faktor organisasi yaitu keterlibatan dalam tugas dan dukungan organisasi. Ketiga, stres karena”work load” atau beban kerja. Keempat, akibat dari waktu kerja yang berlebihan. Dan kelima, faktor tanggung jawab kerja. Stres kerja itu bisa diakibatkan karena pengaruh gaji atau salary yang diterima karyawan, seperti yang dikemukakan oleh Cooper & Payne (dlm Robins, 2001). pada saat sekarang ini perekonomian menjadi sangat sulit sehingga seseorang banyak yang mengalami stress karena kesulitan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Menurut Robbins (2008:370) ada tiga kategori potensi pemicu stres kerja yaitu:
Faktor-faktor Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Selain mempengaruhi desain struktur sebuah perusahaan, ketidakpastian
lingkungan juga mempengaruhi tingkat stres para karyawan dalam perusahaan. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi. 2. Ketidakpastian politik juga merupakan pemicu stres diantara karyawan. 3. Perubahan teknologi adalah faktor lingkungan ketiga yang dapat menyebabkan stres, karena inovasi-inovasi baru yang dapat membuat bentuk inovasi teknologi lain yang serupa merupakan ancaman bagi banyak orang dan membuat mereka stres.
Faktor-faktor Perusahaan
Faktor-faktor perusahaan dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang, meliputi: desain pekerjaan individual (otonomi, keragaman tugas, tingkat otomatisasi), kondisi kerja dan tata letak fisik pekerjaan. 2. Tuntutan peran adalah beban peran yang berlebihan dialami ketika karyawan diharapkan melakukan lebih banyak daripada waktu yang ada. Ambiguitas peran manakala ekspektasi peran tidak dipahami secara jelas dan karyawan tidak yakin apa yang harus ia lakukan. 3. Tuntutan antarpribadi yaitu tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain, tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk dapat menyebabkan stres.
Faktor-faktor Pribadi
Faktor-faktor pribadi ini terutama menyangkut masalah keluarga,
masalah ekonomi pribadi serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang. Berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak merupakan masalah hubungan yang menciptakan stres bagi karyawan yang lalu terbawa sampai ketempat kerja. Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja mereka.
Sullivan & Bhagat (1992) menyebutkan bahwa banyak penelitian
mengenai pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja dalam suatu organisasi. Hasil penelitian Lee (dalam Google.com,2008) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja salah satuny aadalah stress kerja. Selanjutnya penelitian Alberto (1995), mengungkapkan bahwa stress kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja staf audit. Penelitian yang senada juga ditemukan oleh Praptini (2000) yang menunjukkan bahwa stress berpengaruh terhadap kepuasan kerja yang dirasakan. Nilvia (2002) bahwa Kepuasan kerja karyawan merupakan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam usaha peningkatan kemampuan sumber daya manusia suatu organisasi, karena dengan kepuasan kerja yang dirasakan maka seorang karyawan mampu bekerja secara optimal. 1.5 Program Konseling 1.5.1 Pengertian Konseling 1.5.2 Fungsi Konseling Pelayanan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan konseling. Fungsi-fungsi tersebut ialah: 1. Fungsi pemahaman yaitu fungsi yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan konseling seperti pemahaman tentang diri sendiri, pemahaman tentang lingkungan keluarga dan pekerjaan, serta pemahaman tentang sosial dan budaya atau nilai-nilai. 2. Fungsi pencegahan yaitu fungsi yang akan menghasilkan tercegahnya dan terhindarnya konseling dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian tertentu dalam proses perkembangannya. 3. Fungsi penuntasan yaitu fungsi yang akan menghasilkan teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh konseling. 4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi yang akan menghasilkan terpeliharanya dan berkembangnya berbagai potensi dan 13 kondisi positif konseling dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung di dalam masing-masing fungsi itu. Setiap layanan dan kegiatan konseling harus mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang dicapainya dapat diidentifikasi dan dievaluasi secara jelas. Fungsi-fungsi diatas diwujudkan melalui implementasi nyata yaitu: 1. Pemberian Nasehat, pemberian nasehat dapat dilakukan oleh atasan atau pimpinan kepada bawahan atau karyawan sebagai motivasi kinerja ataupun berupa sebagai evaluasi kinerja sehingga karyawan dalam bekerja dapat mencapai kepuasan kerja. 2. Penentram Hati, penentram hati merupakan implementasi yang dilakukan pimpinan bersama dengan karyawan agar kinerja yang dilakukan berdasarkan hati dan sehingga dapat tercapai kepuasan kerja. 3. Komunikasi, poin berikutnya ini adalah implementasi fungsi konseling untuk mencapai kepuasan kerja yang mana mengandalkan komunikasi yang baik antara pimpinan dengan karyawan dan meminimalisir kesalahpahaman komunikasi (miss communication).