Anda di halaman 1dari 7

Stress adalah satu abstraksi, pembangkit stress tidaklah dapat dibuat melainkan yang dapat

diliat adalah akibat dari pembangkit stress. Menurut seorang ahli faal Dr. Hens Selye, sebagai
“penemu Stress, ia sangat tertarik padabagaiman cara stress mempengaruhi badan Ia
mengamati serangkaian perubahan biokimia dalam sejumlah organisme yang beradaptasi
erhadap berbagai macam tuntutan lingkungan. Rangkaian perubahan ini dinamakan general
adaptation Syndrome, yang terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Alarm (Tahap Bahaya)


Tahap ini dimana organisme berorientasi pada tuntunan yang diberikan oleh lingkungannya
dan muilai menghayati sebagai ancaman.
2. Tahap Resistance (Tahap Perlawanan)
Karena tahap pertama tidak bisa bertahan lama maka ia akan masuk pada tahap dimana
organisme memobilisasi sumber-sumbernya supaya mampu menghadapi tuntutan
3. Tahap Exhaustion (Kehabisan Tenaga)
Jika tuntutan berlangsung terlalu lama, maka ia akan mencapai tahapa terakhir dimana
sumber-sumber penyesuaian ini mulai habis.

Menurut Seyle jika reaksi badan tidak cukup, berlebihan, atau salah, maka reaksi badan itu
sendiri dapat menimbulkan penyakit, hal ini dinamakan disease of adaptation (penyakit dari
adaptasi) karena penyakit-penyakit tersebut lebih disebabkan oleh reaksi adaptif yang kacau
dari badan kita dari pada oleh hasil yang merusak langsung dari penimbul stress.

Menurut Fincham dan Rhodes penelitian sekarang tentang stress didasarkan pada asumsi
bahwa stress yang disimpulkan dari gejala-gejala dan tanda-tanda faal, prilaku, psikologikal
dan somatik, adalah hasil dari tidak kurang adanya kecocokan antara orang (dalam arti
kepribadiaanya, bakatnya, dan kecakapannya) dan lingkungan yang mengakibatkan
kemampuannya untuk menghadapi berbagai tuntunan terhadap dirinya secara efektif.
Seyle membedakan stress menjasi dua yaitu, stress yang positif dan stress yang negative,
karena stress sangat diperlukan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan bentuk U terbalik asntara stress dan unjuk-
kerja pekerja sebagainmana gambar dibawah
Tampak bahwa stress tingkat rendah dan tingkat tinggi dua-duanya menghasilkan unjuk-kerja
pekerjaan yang rendah
Makin tinggi dorongannya untuk berprestasi, makin tinggi tingkat stress dan makin tinggi
juga produktifitas dan efesiennya. Sters dalam jumlah tertentu dapat mengarah ke gagasan
yang inovatif dan keluaran yang konstruktif. Sampai titik tertentu bekerja dengan tekanan
batas waktu tertentu dapat merupakan proses kreativ yang merangsang. Seseorang yang
bekerja pada tingkat optimal merupakan antusiasme, semangat yang tinngi, kejelasan dalam
berfikir dan pertimbangan yang baik. Jika orang terlalu ambisius memmiliki dorongan kerja
yang besar atau jika beban kerja menjadi berlebihan, tuntutan pekerjaan tinggi maka unjuk
kerja menjadi rendah lagi karena stress menguras kesehatan dan kekuatan orangnya.
Meskipun sebab-sebab stress adalah khusus dan hasil dari stress juga kusus (misalnya sakit
perut, sakit kepala, serangan jantung, dan tekanan darah tinggi) tidak ada sebab khusus yang
menghasilkan hasil khusus, suatu factor stress dapat menghasilkan berbagai penyakit
badaniah. Stress diungkapkan melalui gejala- gejala umum, keadaan ini bagi seseorang dapat
menghasilkan penurunan dalam unjuk kerjanya, bagi orang lain hanya sampai dapat
dirasakan sebagai gangguan bagi orang lain disekitarnya.
PEMBANGKIT STRES ( stressors)
Setiap aspek di [pekerjaan dapat menjadi pembangkit stress. Tenaga kerja dalam interaksinya
di tempat lain, di rumah, di sekolah, di tempat p[erkumpulan, dan sebagainya.
Factor – factor di pekerjaan yang berdasarkan penelitian dapat menimbulkan stres, stres dapat
di golongkan ke dalam lima kategori besar. Factor factor intrinsic dalam pekerjaan Termasuk
kedalam kategori ini adalah tuntunan fisik dan tuntunan tugas, tuntunan fisik, meliputi:
bising, vibrasi, hygiene.
Sedangkan factor factor tugas : kerja shift/kerja malam, beban kerja, dan penghayatan dari
resiko dan bahaya.
A. Tuntunan Fisik
Kondisi fisik sangat mempengaruhi terhadap kondisi faal dan psikologis diri seorang tenaga
kerja. Kondisi fisik dapat merupakan pembangkit stres.
Bising : bising selain dapat menimbulkan gangguan sementara atau tetap pada alat
pendengaran kita, juga dapat merupakan sumber stress yang menyebabkan peningkatan dari
kesiagaan dan ketidak keseimbangan kita.kondisi terebut memudahkan timbulnya
kecelakkan. Misalnya tidak mendengar suara – suara peringatan sehinga timbul kecelakaan.
Ivancevich dan Matteson (1980)berpendapat bahwa bising yang berlebihan (sekitar 80
desibel)yang berulang kali di dengar , untuk jangka waktu yang lama, dapat menimbulkan
stress.dampak psikososial dari bising yang berlebihan adalah mengurangi toleransi dari
tenaga kerja terhadap pembangkit stress yang lain./
Paparan (exposure) terhadap bising berkaitan dengan rasa lelah, sakit kepala, lekas
tersinggung dan tidak dapat untuk konsentrasi.
Vibrasi (getaran) : vibrasi merupakan sumber stress yang kuat yang mengakibatkan
peningkatan tarraf catecholamine dan perubahan dari berfungsinya sesorang secara
spikologika neurological.
Vibrasi atau getaran yang beralih dari benda benda fisik ke badan dapat dapat berpengaruh
yang tidak baik pada unjuk kerja. Dalam penelitian dari Sutherland Cooper (1986) ditemukan
bahwa kondisi kerja yang tidak menyenangkan kaena adanya getran dinilai sebagai
pembangkit stress oleh 37% dari pekerja.
Hygiene : lingkungan yang kotor dan tidak sehat merupakan pembangkit stress. Akomodasi
pada waktu istirahat yang kurang baik , toilet yang kurang memadai. Hal ini dinilai oleh para
pekerja sebagai factor tinggi pembangkit stress.
B.tuntunan tugas
Kerja shift / kerja malam: penelitian menunjukan bahwa kerja merupakan sumber utama dari
stress.para pekerja lebih sering mengeluh tentang kelelahan dan gangguan perut dari pada
para pekerja pagi / siang dan dampak dari kerja terhadap kebiasaan makan yang mungkin
menyebabkan gangguan perut. Pengaruh adalaha emosional dan biological, karena gangguan
ritme circadian dari tidur / daur keadaan bangun, pola suhu, dan ritme.
Menurut Monk dan Folkard (1983) ada tiga factor yang harus baik keadaannya agar dapat
berhasil menghadapi kerja: tidur, kehidupan social dan keluarga.
Beban kerja : beban kerja yang berlebihan dan beban kerja terlalu sedikit merupakan
pembangkit stress.
Everly dan Girdano (1980) menambahkan kategori lain dari beban kerja, yaitu koombinasi
dari beban berlebihan kuantitatif dan kualitatif. Kategori ini biasanya di temukan pada
kedudukan manajemen, di semua taraf dari industri penjualan dan di usaha usaha wirausaha
1. beban berlebihan kuantitatif
kuantitatif secara fisikal ataupun mental, yaitu harus melakukan terlalu banyak hal,
merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan.unsur yang menyebabkan beban berlebihan
adalah desakan waktu. Waktu dalam masyarakat industri merupakan unsure yang sangat
penting. Setia tugas harus diselesaikan pada tepat waktu oleh karena itulah waktu merupakan
salah satu ukuran efisiensi. Pedoman yang banyak didengar orang “Cepat dan Selamat” atas
dasar ini oaring bekerja berkejaran dalam waktu.tugas harus di selesaikan sebelum waktu
akhir.
beban terlalu sedikit kuantitatif
kuantitatif juga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis sesorang.kemajuan teknologi
dan peningkatan otomasi dalam industri di satu pihak dapat mengarah pada makin
menjadinya majemuk pekerjaan.
beban berlebihan kuantatif
dengan kemajuan teknologi makin dirasakan kehidupan menjadi lebih majemuk. Pkerjaan
yang sederhana, pekerjaan yang dilakukan dengan tangan (pekerja manual) makin banyak
tidak dilakukan oleh tenaga kerja, tetapi telah digantikan pleh mesin atau robot. Kemajukan
pekerjaan meningkat karena factor-faktor
a. peningkatan dari jumlah informasi yang harus digunakan
b. peningkatan dari canggihnya informasi atau dari keterampilanyang di perlukan pekerjaan
c. perluasan atau tambahan alternative dari metode-metode pekerjaan
d. introduksi dari rencana-rencana
penelitian menunjukan bahwa kelelahan emosional dan mental, sakit kepala, dan gangguan
gangguan pada perut merupakan hasil dari kondisi kronis dari beban berlebih kualitatif.
beban terlalu sedikit kualitatif
Beban terlalu sedikit yang di sebabkan kurang adanya ranggsangan akan mengarah ke
semangat dan motivasi yang rendah untuk kerja.menurut Udris, beban berlebihan kualitatif
berhubungan dengan ketidakpuasan, ketegangan, harga diri rendah, sedangkan beban terlalu
sedikit berkaitan dengan ketidak puasan, depresi, cepat tersinggung, dan keluhan
psikosomatik.
beban berlebihan kuantitatif dan kualiotatif
factor-faktor berikut ini menentukan derajat besarnya stress dalam proses pengambilan
keputusan (Everly & Girdano)
a. pentingnya akibat – akibat dari keputusan
b. derajat kemajemukan keputusan
c. kelengkapan informasi yang dimiliki
d. yang bertanggung jawab terhadap keputusan
e. jumlah waktu yang diberikan untuk proses pengambilan keputusan
f. harapan dan keberhasialn
harapan dan keberhasilan
jumlah dari stress yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan dapatt diungkapkan
sebagai berikut:
stress pengambilan keputusan = kepentingan + kemajemukan + kurang informasi + tanggung
jawab + kurang waktu + kurang kepercayaan.
Peran individu dalam organisasi
a. konflik peran
konflik peran timbul jika seorang tenaga kerja mengalami adanya :
1. pertentangan antara tugas-tugas yang harus ia lakukan damn antara tanggung jawab yang ia
miliki
2. tugas-tugas yang harus ia lakukan yang menurut pandangannya bukan merupakan bagian
dari pekerjaannya
3. tuntunan-tuntunan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahannya, atau orang lain yang
dinilai penting bagi dirinya
4. pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribaddinya sewaktu melakukan tugas
pekerjaannya,
Miles dan Perreault (1976) membedekan 4 jenis konflik peran
1.konflik peran pribadi
2. konflik intrasendir
3. konflik intersender
Peran dengan beban berlebih.
Ketaksaan peran
Factor-faktor yang dapat menimbulkan ketaksaan peran menurut Everly dan Girdano ialah :
a. ketidak jelasan dari sasaran-sasaran kerja
b. kesamaran tentang tanggung jawab
c. ketidakjelasan tentang produser kerjja
d. kurang adanya balikan, atau ketidak pastian tentang untuk kerja pekerjaan.
Hubungan dalam pekerjaan
Hubungan social yang menunjang dengan rekan-rekan kerrja, atasan, dan bawahan di
pekerjaan, tidak akan menimbulkan tekanan-tekanan antarpribadi yang berhunbungan dengan
persaingan.stres juga dapat timbul karena tenaga kerja harus bekerja sama dengan tenaga
kerja lain yang kepribadian “kasar” orang yang tidak memperhatikan perasan dan kepekaan
dalam interaksi social, dan orang yang dingin di lain pihak mereka orang yang berrprestasi.
A.kepribadian
Banyak penelitian telah dilakukan untuk mencari hubungan antara hasil tes kepribadian
tertentu ( test Minnesota Mulphasic Personality Inventory, MMPI, Cattell’s 16 Personality
Factors scale, 16 PF, Eysenck personality invertory/Questionnaire, EPI/EPQ) dengan reaksi
terhadap stress dan ppenyakit yang berkaitan denga stress..
Kajian-kajian yang menggunakan 16 PF menunjukan adanya hubungan anatara
ketidakstabilan emosional, konformitas tingi, kepatuhan, keseriusan yang tinggi.
Kepatuhan, keseriusan, self-sufficiency tinggi dengan angina pectoris.mereka yang
berkepribadian introvert bereaksi lebih negative dan menderita keteganganyang lebih besar
daripada mereka yang berkepribadian extrovert, pada konflik peran.
Locus of control: konsep ini didasarkan pada teori pembelajaran social bahwa induvidu
belajar dari linkungan melalui ‘pembutan model’ dan pengalaman lampau. Locus of control
mengacu pada derajat kendali yang diamati terhadap situasi tertentu yang terberikan. Orang
yang berorientasi ‘internal’ percaya bahwa keputusan dan tindakan pribadi mempengaruhi
hasil. Orang yang berorientasi eksternal percaya bahwa hasil lebih ditentukan oleh kepurusan
dan keyakinan dari orang lain atau ditentukan oleh nasi
Kecakapan
Kecakapan merupakan variable yang ikut menetukan stress
Setiap organisasi mempunyai kebudayaanya masing-masing. Kebudayaan yang terdiri dari
keyakinan keyakinan, nilai nilai dan norma norma perilaku yang menunjang organisasi dalam
usahanya mengatasi masalah – masalah adaptasi eksternal dan panduan (intergrasi)
internal.proses sosialisasi tidak berlangsung lancar untuk semua tenaga kerja. Ada yang gagal
dan ada pula yang berhasil.
Memanajemeni stress
Sebelum kita masuk ke dalam kategori memanajemeni stress, lebih baik kita mengenal apa
itu Manajemen stress, manajemen sterss adalah kemampuan penggunaan sumber daya
manusia secara efektif untuk mengatasi gannguan atau kekacauan mental dan emosional yang
muncul karena tanggapan respon. Tujuan dari manajemen stress itu sendiri adalah untuk
memperbaiki kualitas hidup individu agar lebih baik oleh maka itu kita harus dapat
memanajemen stress di dalam diri kita.
Sedangkan memanajemeni stress berarti berusaha mencegah timbulnya stress, meningkatkan
ambang stress dari individu dan menampung fisiologikal dari stress, yang bertujuan
mencegah berkembangnya stress jangka pendek menjadi jangka panjang atau stress yang
kronis
Reaksi stress dibedakan atas beberapa macam, yaitu :
1. reaksi fisik, reaksi yang mudah terlihat
2. reaksi emosional, reaksi yang cendrung mengarah kepada kepada sifat, seperti marah,
pesimis, dan lain-lain yang bersifat negative
3. reaksi kognitif, reaksi yang berpengaruh kepada otak, seperti sulit konsentrasi, sulit berfikir
dan masih banyak macam contoh yang lain
tetapi reaksi yang banyak kita lihat dan kita hadapi bila stress itu datang adalah reaksi yang
dinamakan fight or fight atau sama dengan melarikan diri secara fisik maupun psikis tetapi
kenyatannya apabila kita melarikan diri kita bukanlah menyelesaikan masalah melainkan
hanya akan menambah masalah saja umumnya.
Pandangan interaktif mengatakan bahwa stress ditentukan oleh faktor-faktor di lingkungan
dan factor-faktor dari individualnya. Dalam memanajemeni stress dapat diusahakan untuk :
a. mengubah factor di lingkungan agar tidak merupakan pembangkit stress
b. mengubah factor-faktor dalam individu
tingkat-tingkat yang dapat digunakan adalah
1. kerekayasaan organisasi
teknik berusaha untuk mengubah lingkungan kerja agar tidak cepat dirasakan sebagai
lingkungan yang penuh stress, yang terutama perlu diubah adalah factor pembangkit stress.
2. kerekayasaan pribadi
stretegi yang digunakan dalam kerekayasaan kepribadian ialah upaya yang menimbulkan
perubahan-perubahan dalam kepribadian individu agar dapat dicegah timbulnya stress dan
agar ambang stress dapat ditingkatkan
3. teknik penenangan pikiran
teknik ini digunakan untuk mengurangi aktivitas kerja otak yang bersifat merencanakan
berkhayal, mengingat dan lain sebagainya yang dapat menimbulkan kestresan pada kita.
Cara yang dapat digukan seperti meditasi,pelatihan relaksasi autogenic, pelatihan relaksasi
neuromuscular, serta bagi orang islam, shalat juga dapat menenangkan pikiran bagi orang
yang mengerjakan shalatnya.
4. teknik penenangan melalui aktivitas fisik
tujuan uama penggunaan teknik ini adalah untuk menggunakan sampai habis hasil-hasil stress
yang diproduksi oleh ketakutan dan ancaman yaitu dengan melatih fisik salah satunya seperti
berolahraga
Sumber stress
Tingkat ekstrim pada stres bisa disebabkan oleh keadaan krisis dan oprasional kantor sehari
hari, secara umum orang berpendapat bahwa jika seseorang dihadapkan pada tuntunan
pekerjaan yang melampaui individu tersebut maka dikatakan individu tersebut akan
mengalami stres kerja.
Kesimpulan dan Saran
Stres adalah suatu hal yang biasa bagi setiap manusia tetapi jika stres mengalami kemunduran
maka stres itu akan menjadi suatu hal yang berbahaya bagi kita, stres dapat meningkatkan
factor kecelakanan bagi setiap manusia yang mengalaminya, oleh sebab itu stres haruslah
tetap dijaga agar ia dapat menguntungkan bagi kita karena stres juga dapat meningkatkan
kualitasdan pendorong apa yang kita kerjakan.
Banyak pengusaha yang meninggal pada usia mudanya karena mereka tidak dapat
memanajemini stres dengan baik, menurut Dr. Alexis Carel Seorang professor dalam bidang
penyakit saraf di Amerika Serikat.

Anda mungkin juga menyukai