anggun.resdasari@gmail.com; harlina_nc@yahoo.com
Abstract
Psychological successful such as satisfaction and happiness is needed by every worker, unfortunately stress can not be
denied. One of coping stress is laugh therapy. It uses humor and laughter to help worker release their problem included
physical and mental problems. Subjects of this research are 36 workers of human resource management division in PT
Kereta Api DAOP IV Semarang that taken by saturation sampling. Mann-Whitney U test is used to compare posttest
score between experiment group and control group. The result is 0,001 (p<0,05), means that hypothesis can accepted.
Abstrak
Kesuksesan secara psikologis seperti merasakan kepuasan, kenyamanan dan kebahagiaan dalam bekerja dibutuhkan
oleh setiap pekerja, akan tetapi dalam kenyataan banyak pekerja yang mengalami stres kerja. Salah satunya pegawai
PT. Kereta Api bagian SDM DAOP IV Semarang yang memiliki tuntutan harus menangani masalah-masalah
pengembangan sistem dan tata kelola ketenagakerjaan di perusahaan. Penanganan stres dapat menggunakan terapi tawa,
yaitu metode terapi dengan humor dan tawa untuk membantu individu menyelesaikan masalah dan gangguan fisik
maupun mental. Sampling yang digunakan adalah sampling jenuh, yang melibatkan 36 orang karyawan.
Analisis data penelitian menggunakan statistik nonparametrik Mann-Whitney U-Test. Terlihat bahwa nilai p hitung
berdasarkan statistik z adalah 0,000 yang lebih kecil dari taraf nyata (p<0,05). Hal ini menunjukkan data posttest antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki perbedaan yang signifikan, dengan demikian hipotesis penelitian
dapat diterima.
Kesuksesan dalam pekerjaan pasti dibutuhkan Namun dalam kenyataannya, seringkali di-
oleh setiap pekerja, bukan hanya secara materi jumpai individu atau kelompok individu
ataupun hasil pekerjaan tetapi juga kesuksesan menunjukkan ciri-ciri kepribadian yang tidak
psikologis. Kesuksesan psikologis adalah sesuai dengan tuntutan tersebut. Hal ini
pekerja merasakan kepuasan, kenyamanan, terutama disebabkan oleh benturan-benturan,
dan kebahagiaan di dalam pekerjaan. Tetapi ketegangan, tekanan atau penyesuaian dirinya
kenyataan yang dihadapi adalah banyak yang kurang harmonis dengan lingkungan dan
pekerja yang berdasarkan berbagai macam pada akhirnya menimbulkan stres serta mem-
hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja pengaruhi efektivitas organisasi (Setiawan,
mengalami stres kerja. Stres kerja dapat terjadi 2009).
ketika individu-individu tersebut dituntut lebih
banyak menciptakan keunggulan kompetitif PT. Kereta Api Indonesia (KAI), menuntut
melalui peningkatan pengetahuan, peng- karya-wannya untuk mengutamakan pelayanan
alaman, keahlian dan komitmen serta hu- dan keselamatan pada konsumen (Yuhans,
bungan dengan rekan sekerja maupun pihak 2010. Di sisi lain, kinerja karyawan PT. KAI
lain di luar perusahaan (Stranks, 2005). sering disorot karena dalam satu dekade
59
60 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.1, April 2012
terakhir ini sering terjadi kecelakaan yang Secara umum, ada 3 macam manajemen stres
merenggut nyawa manusia hingga ratusan (Budiningwati & Meuraksa, 2010), yaitu:
jiwa. 1. Lapis pertama ~ primary prevention, yaitu
dengan mengubah atau melakukan
Akar persoalan human factor tersebut adalah perbaikan manajemen diri dengan memiliki
masalah sistem dan tata kelola ketenaga- ketrampilan yang relevan. Misal: manaje-
kerjaan di PT KAI yang masih amburadul men waktu, ketrampilan mendelegasikan,
(Yuhans, 2010). Kondisi ini terlihat dari ketrampilan mengorganisasikan, menata.
perhatian manajemen yang masih kurang 2. Lapis kedua ~ Secondary prevention,
terhadap beban kerja dan hak-hak normatif menyiapkan diri menghadapi stressor, de-
karyawan PT KAI seperti masalah pembagian ngan cara exercise, diet, rekreasi, istirahat,
shift, tekanan waktu, kesejahteraan pegawai. meditasi, dan lain-lain.
Selain itu juga ada masalah terkait peman- 3. Lapis ketiga ~ Tertiary prevention,
faatan teknologi dan informasi yang masih menangani dampak stres yang terlanjur ada,
terbatas seperti sistem informasi dan kalau diperlukan meminta bantuan jaringan
komunikasi untuk pegawai kereta api front suportif dan terapis.
liner (masinis, PPKA, teknisi lokomotif dan
gerbong, serta teknisi persinyalan dan empla- Penanganan stres yang dilakukan adalah pada
semen stasiun). Masalah-masalah peng- Lapis ketiga ~ Tertiary prevention, yaitu
embangan sistem dan tata kelola ketenaga- strategi untuk menurunkan tingkat stress
kerjaan tersebut merupakan tugas kerja yang dengan menerapkan terapi tawa. Firmanto
harus diselesaikan oleh pegawai bagian SDM. (2006) membuktikan bahwa terapi tawa efektif
Beban atau tuntutan pekerjaan yang tinggi menurunkan stres kerja pada Pegawai
pada pegawai bagian SDM PT. KAI itulah Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Surabaya di
yang dapat menyebabkan stres kerja. Desa Kebon Agung Kecamatan Porong.
Tingkat stres kerja berlebihan dapat Terapi Tawa merupakan metode terapi dengan
berdampak negatif terhadap prestasi kerja menggunakan humor dan tawa, yang
karyawan PT.KAI yang pada akhirnya dapat dikombinasikan dengan yoga dan meditasi,
merugikan perusahaan. Apalagi jika stres kerja untuk membantu individu mengurangi
tersebut berada dalam taraf tinggi tentu akan gangguan fisik maupun gangguan mental.
memberikan dampak negatif. Penggunaan tawa dalam terapi akan
menghasilkan perasan lega karena tawa secara
Dampak negatif dapat berupa rendahnya
alami menghasilkan pereda stres dan rasa sakit
tingkat produktivitas, minimnya kreativitas,
(psikologizone, 2010).
kurangnya motivasi, pengambilan keputusan
yang tidak efektif, kualitas komunikasi antar Stres Kerja
karyawan yang rendah, tingkat absensi atau
ketidakhadiran pegawai yang tinggi, bahkan Maramis (2004) menjelaskan bahwa stres
munculnya tindakan kekerasan dalam didefinisikan sebagai semua jenis perubahan
lingkungan kerja (Stranks, 2005). Untuk itu, yang menyebabkan fisik, emosi atau tekanan
agar pekerja bisa menemukan kebahagiaan dan psikologis. Riggio (2003) mengatakan bahwa
kesuksesan di dalam pekerjaannya yaitu dapat stres adalah suatu reaksi fisiologis terhadap
mengembangkan kondisi psikologisnya se- kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan
hingga kinerjanya bisa optimal, maka pekerja yang dirasa mengancam. Reaksi fisiologis
perlu dibekali ketrampilan manajemen stres seperti meningkatnya kerja jantung, tekanan
(Mindtools, 2008). darah dan meningkatnya pengeluaran keringat
dari tubuh. Reaksi psikologis meliputi
kecemasan, ketakutan, frustrasi.
Prasetyo, Nurtjahjanti, Pengaruh Penerapan Terapi Tawa 61
terhadap Penurunan Tingkat Stres Kerja pada Pegawai Kereta Api
2. Organisasi, seperti kebijakan, budaya 1. Tuntutan pekerjaan terlalu berat atau terlalu
organisasi, dan manajemen organisasi. rendah.
Secara lebih spesifik penyebab stres kerja 2. Pekerja tidak punya hak atau tidak
dari organisasi, adalah sebagai berikut: diikutkan dalam mengorganisir kerja
a. Ketidakseimbangan jumlah pegawai mereka.
dengan jumlah pekerjaan yang harus 3. Dukungan rendah dari manajemen dan
diselesaikan. teman sekerja.
b. Adanya beberapa unit kerja yang tidak 4. Konflik karena tuntutan yang tinggi seperti
terisi oleh pegawai sehingga pegawai tercapainya kualitas dan produktivitas.
harus menjalankan beberapa tugas
sekaligus. Tanda-tanda Stres Kerja
c. Kurangnya koordinasi antar departemen.
Aamodt (2004) melihat tanda-tanda stres kerja
d. Kurangnya pelatihan yang tepat bagi
sebagai respon individu terhadap adanya stres
pegawai.
kerja yang meliputi respon psikologis,
e. Kurangnya informasi pada pegawai
fisiologis dan perilaku. Respon psikologis
tentang apa yang harus mereka lakukan.
meliputi adanya perasaan tertekan, kecemasan,
f. Prosedur kerja yang sangat ketat.
kemarahan dan gangguan tidur. Respon
g. Tidak ada waktu bagi pegawai untuk
fisiologis terlihat dari tanda-tanda kesehatan
rekreasi atau melakukan perubahan.
yang menurun, masalah jantung, sakit kepala
h. Inkonsistensi antar manajer.
dan tulang sendi nyeri. Respon perilaku dapat
i. Kompetisi kerja yang sangat ketat.
terlihat dari perilaku merokok, perilaku
j. Prosedur kerja yang tidak jelas dan
meminum minuman keras, penyalahgunaan
sering berubah.
obat, meningkatnya absen, turnover,
3. Peran pegawai di dalam organisasi, seperti
produktivitas rendah dan kekerasan di tempat
ambiguitas peran, konflik peran, tanggung
kerja.
jawab yang terlalu sedikit, kurangnya
dukungan dari manajer senior. Cooper dan Straw (dalam Retnaningtyas,
4. Hubungan di dalam organisasi: kurangnya 2005) membagi gejala stres kerja menjadi tiga
hubungan yang baik dengan atasan yang yaitu:
menyebabkan pegawai kurang mengerti 1. Gejala fisik, seperti nafas memburu, mulut
tanggung jawab dan tugas-tugas yang harus dan kerongkongan kering, tangan lembab,
dikerjakan, konflik pribadi dengan rekan merasa panas, otot tegang, pencernaan
kerja, perbedaan bahasa, kepribadian, jenis terganggu, mencret-mencret, sembelit, letih
kelamin, pengetahuan, tingkat pendidikan, yang tak beralasan, sakit kepala, salah urat,
serta ras, dan tidak adanya umpan balik dari gelisah.
manajer senior atau atasan sehingga 2. Gejala-gejala dalam wujud perilaku berupa:
menyebabkan perasaan isolasi dan putus a. Perasaan, seperti bingung, cemas, dan
asa. sedih, jengkel, salah paham, tak berdaya,
5. Pengembangan karir, promosi yang terlalu tak mampu berbuat apa-apa, gelisah,
berlebihan sehingga pegawai tidak bisa gagal, tak menarik, kehilangan se-
berfungsi secara efektif atau promosi yang mangat.
kurang. b. Kesulitan dalam: berkonsentrasi, berfikir
6. Masalah personal dan sosial, seperti jernih, membuat keputusan.
pelecehan seksual, rasisme, konflik ke- c. Hilangnya: kreatifitas, gairah dalam
luarga, dan masalah keuangan. penampilan, minat terhadap orang lain.
Manuaba (2005) menyebutkan bahwa stres 3. Gejala-gejala di tempat kerja, antara lain:
yang berkaitan dengan pekerjaan, dapat a. Kepuasan kerja rendah.
disebabkan oleh: b. Kinerja yang menurun.
Prasetyo, Nurtjahjanti, Pengaruh Penerapan Terapi Tawa 63
terhadap Penurunan Tingkat Stres Kerja pada Pegawai Kereta Api
khawatir jika karyawannya mengalami stres dalam darah. Sel-sel darah menjadi lapar dan
yang ringan. Alasannya karena pada tingkat kosong, menghasilkan depresi, kecemasan,
stres tertentu akan memberikan akibat positif, dan kemarahan (Plutchik, 2002). Otak yang
karena stres akan mendesak karyawan me- dialiri darah beroksigen tinggi akan bekerja
lakukan tugas dengan lebih baik. Maka lebih baik daripada saat kekurangan oksigen.
manajemen mungkin akan berpikir untuk
memberikan tugas yang menyertakan stress Otak mengingat sesuatu untuk kurun waktu
ringan untuk memberikan dorongan bagi yang sangat lama, sehingga seseorang lupa
karyawan. Namun, oleh karyawan dorongan sepenuhnya terhadap kejadian yang pernah
ini dapat diartikan sebagai tekanan. Oleh dialami merupakan kondisi yang agak
karena itu diperlukan pendekatan yang tepat mustahil. Jika individu tersenyum atau merasa
dalam mengelola stres. Ada dua pendekatan senang, otak akan mengingat bahwa di masa
yaitu pendekatan individu dan pendekatan lalu ekspresi ini berkaitan dengan keba-
organisasi. hagiaan, dan akan segera menanggapinya de-
1. Pendekatan Individual ngan cara melepaskan neurotransmiter-
Karyawan dapat berusaha sendiri untuk neurotransmiter yang tepat. Hasilnya individu
mcngurangi level stresnya. Strategi indivi- akan menjadi lebih berbahagia dan merasa
dual yang cukup efektif seperti pengelolaan lebih positif (Plutchik, 2002).
waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan
Aspek-aspek emosi, termasuk tertawa, “diatur”
dukungan sosial.
oleh pusat emosi di dalam struktur otak yang
2. Pendekatan Organisasional
dinamakan sistem limbik (limbic system).
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan
Sistem limbik berasal dari kata “limbus” yang
dari tugas dan peran serta struktur
berarti “batas”. Limbik dibentuk oleh beberapa
organisasi yang dikendalikan manajemen.
komponen otak, antara lain hippocampus,
Strategi-strategi yang dapat digunakan
gyrus limbic, dan amiygdale. Sistem limbik ini
seperti seleksi dan penempatan, penetapan
memainkan peranan dalam mengatur emosi
tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan ke-
manusia baik itu emosi positif ataupun negatif
putusan partisipatif, komunikasi organi-
(Aswin, 2005; & Pasiak, 2004).
sasional, dan program kesejahteraan. Me-
lalui strategi-strategi tersebut akan menye- Sistem limbik yang berbentuk seperti
babkan karyawan memperoleh pekerjaan lingkaran, berkaitan dengan perilaku tertentu.
sesuai dengan kemampuan dan bekerja Ketika inti dari lingkarang dirusak, maka
untuk tujuan yang diinginkan serta adanya individu yang bersangkutan menunjukkan
hubungan interpersonal yang sehat dan suatu emosi yang tidak tepat atau kacau.
perawatan terhadap kondisi fisik dan Artinya, secara tidak sengaja orang ini bisa
mental. mudah marah, tetapi gampang pula tertawa
terbahak-bahak meskipun tidak lucu. Itu
Terapi Tawa karena lingkaran yang juga merupakan pusat
emosi manusia itu terputus. Kalau salah satu
Tertawa adalah ekspresi jiwa atau emosional bagian dari lingkaran ini rusak, maka memori
yang diperlihatkan melalui raut wajah dan dapat hilang. Hal ini terjadi pada orang yang
bunyi-bunyian tertentu. Tertawa secara fisio- sudah pikun (Terapi Tawa, 2010).
logis dapat diibagi menjadi dua, yaitu satu set
gerakan dan produk suara (Muhammad, 2011). Menurut Dr. Lee Berk (Terapi Tawa, 2010),
Tertawa merupakan tindakan yang sehat dan seorang imunolog dari Loma Linda University
memberi tambahan oksigen bagi sel dan di California USA, tertawa bisa mengurangi
jaringan. Sebaliknya, merasa dan berperilaku peredaran dua hormon dalam tubuh, yaitu
murung mengakibatkan pengurangan oksigen efinefrin dan kortisol (hormon yang
Prasetyo, Nurtjahjanti, Pengaruh Penerapan Terapi Tawa 65
terhadap Penurunan Tingkat Stres Kerja pada Pegawai Kereta Api
dikeluarkan ketika stres) yang dikeluarkan bantu individu menyelesaikan masalah, baik
oleh hipotalamus. jika kedua hormon tersebut dalam bentuk gangguan fisik maupun gang-
dikeluarkan maka bisa menghalangi proses guan mental. Penggunaan tawa dalam terapi
penyembuhan penyakit. Jadi dalam keadaan akan menghasilkan perasan lega pada individu.
bahagia ataupun tertawa, maka hipotalamus Ini disebabkan tawa secara alami meng-
akan mengeluarkan hormon endorpine, yang hasilkan pereda stres dan rasa sakit (Terapi
berfungsi mengurangi rasa sakit dan me- Tawa, 2010).
ningkatkan kekebalan tubuh.
Pemberian stimulasi humor dalam pelaksanaan
Zajonc (Terapi Tawa, 2010) menyatakan terapi diperlukan untuk membantu beberapa
bahwa terapi ini dapat digunakan untuk mem- orang yang mengalami kesulitan memulai
bantu merawat pasien yang mengalami gang- tertawa tanpa adanya alasan yang jelas.
guan psikosomatis dan kondisi-kondisi negatif Stimulasi humor yang dimaksud dapat
seperti depresi dan kecemasan. Jika pasien diberikan dalam bentuk berbagai media,
cemas dan depresi dapat diajari untuk seperti VCD, notes, badut, dan komik. Apabila
mengendalikan otot-otot wajah yang tepat stimulasi humor diberikan sebagai satu-
sehingga terlihat bahagia, maka individu satunya stimulus untuk menghasilkan tawa
menyadari bahwa perasaan individu benar- dalam setting terapi, maka terapi yang
benar berubah lebih baik, tanpa harus diberikan akan disebut sebagai terapi humor,
mengubah apapun. namun jika dikombinasikan dengan hal-hal
lain untuk menciptakan tawa alami (misalnya
Terapi tawa atau humor adalah cara alami dengan yoga atau meditasi) akan disebut se-
untuk menghadapi sakit mental dan perasaan bagai terapi tawa (Kataria, 2004). Jadi dalam
tertekan. Meskipun cara ini tidak dijamin pelaksanaannya, terapi tawa melibatkan proses
berhasil untuk semua kasus, dan humor, tawa, yoga tawa, relaksasi, dan
keberhasilannya tergantung pada seberapa meditasi.
lama gangguan itu dialami, akan tetapi
Terapi tawa modern terjadi sekitar tahun 1930-
setidak-tidaknya tersenyum akan membuat
an. Beberapa rumah sakit mengundang badut
penderita lebih riang dan sementara terbebas
untuk menghibur anak-anak penderita polio.
dari masalah.
Tahun 1964, Norman Cousins menerbitkan
Anatomy of an Illness (Terapi Tawa, 2010; &
Hasil-hasil penelitian ilmiah terbaru mem-
Muhammad, 2011) yang mendokumentasikan
perlihatkan bahwa kebahagiaan bukan hanya
kasus nyata tentang dampak positif peng-
terletak dalam pikiran, tetapi terkandung
gunaan humor terhadap penyakit. Pada waktu
dalam otot-otot dan hormon. Tindakan meng-
itu, Norman Cousins didiagnosa menderita
gerakkan otot-otot wajah membentuk ekspresi
Cousins Ankylosing Spondylitis, yaitu penyakit
yang berkaitan dengan kesukacitaan dapat
mematikan yang menyebabkan disintegrasi
menghasilkan efek positif yang berdampak
pada jaringan spinalis. Para dokter mem-
pada sistem saraf. Paul Ekman (Terapi Tawa,
berikan prognosis kesembuhan pada Cousin
2010), peneliti utama dalam bidang ini,
sebesar 1:500 kasus. Menghadapi tipisnya
meyakini bahwa mekanika gerakan otot-otot
angka peluang untuk sembuh, Cousins
wajah sangat berkaitan dengan sistem saraf
memutuskan untuk melakukan terapi humor
otonom, yang mengatur denyut jantung,
untuk menghibur dirinya sendiri. Dalam
pernapasan, dan fungsi-fungsi yang tidak bisa
pelaksanaannya, Cousins menemukan bahwa
dikendalikan secara sadar (Terapi Tawa,2010).
15 menit tertawa terbahak-bahak dapat
Terapi Tawa merupakan metode terapi dengan menghasilkan tidur tanpa rasa sakit selama ± 2
menggunakan humor dan tawa untuk mem- jam. Sampel darah juga menunjukkan bahwa
tingkat penyebaran penyakit telah menurun
66 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.1, April 2012
mengayun, tawa singa, tawa ponsel, tawa kiri dan ke kanan. Lakukan secara
memaafkan dan keakraban. pelahan. Tidak dianjurkan untuk
5. Mental Relaxation melakukan gerakan memutar leher, karena
Mental relaxation terdapat pada penutupan bisa terjadi cidera pada otot leher.
akhir sesi tawa yaitu meneriakkan 2 slogan Peregangan dilakukan dengan memutar
dan saat teduh dengan mengangkat kedua pingang ke arah kanan kemudian ditahan
tangan ke atas dan memejamkan mata beberapa saat, lalu kembali ke posisi
dalam beberapa menit. Gerakan pada teknik semula. Peregangan juga dapat dilakukan
penutupan ini mendasarkan kepada prinsip dengan otot-otot bagian tubuh lainnya.
dasar Hasya Yoga dimana mental Semua gerakan dilakukan masing-masing
relaxation dilakukan untuk menyelaraskan lima kali.
antara tubuh, pikiran dan jiwa sehingga 4. Langkah Keempat: Tawa Bersemangat.
dapat menekan kecemasan atau stres. Tutor memberikan aba-aba untuk memulai
(Kataria, 2004) tawa, 1, 2, 3.... semua orang tertawa
serempak. Jangan ada yang tertawa lebih
Tahapan Terapi Tawa dulu atau belakangan, harus kompak
seperti nyanyian koor. Dalam tawa ini
Masing-masing sesi dalam terapi adalah
tangan diangkat ke atas beberapa saat lalu
kombinasi antara latihan pernapasan,
diturunkan dan diangkat kembali,
peregangan dan berbagai teknik tawa stimulus.
sedangkan kepala agak mendongak ke
Satu sesi tawa memakan waktu antara 20-30
belakang. Melakukan tawa ini harus
menit. Sedangkan satu putaran tawa memakan
bersemangat. Jika tawa bersemangat akan
waktu antara 30-40 detik (Firmanto, 2006).
berakhir maka sang tutor mengeluarkan
1. Langkah Pertama kata, ho ho ho..... ha ha ha..... beberapa
Pemanasan dengan tepuk tangan serentak kali sambil bertepuk tangan.
semua peserta, sambil mengucapkan ho ho Setiap selesai melakukan satu tahap
ho... ha ha ha ... dianjurkan menarik napas secara pelan
Tepuk tangan sangat bermanfaat karena dan dalam.
saraf-saraf di telapak tangan akan ikut 5. Langkah Kelima: Tawa Sapaan
terangsang sehingga menciptakan rasa Tutor memberikan aba-aba agar peserta
aman dan meningkatkan energi dalam tertawa dengan suara-suara sambil
tubuh. mendekat dan bertegur sapa satu sama
2. Langkah Kedua lainnya. Dalam melakukan sesi ini mata
Pernapasan dilakukan seperti pernapasan peserta saling memandang satu sama lain.
biasa yang dilakukan semua cabang- Peserta dianjurkan menyapa sambil
cabang olahraga pada awal latihan yaitu: tertawa pelan. Cara menyapa ini sesuai
me-lakukan pernapasan dengan dengan kebiasaan masing-masing. Setelah
mengambil napas melaui hidung, lalu itu peserta menarik napas secara pelan dan
napas ditahan selama 15 detik dengan dalam.
pernapasan perut. Kemudian keluarkan 6. Langkah Keenam: Tawa Penghargaan
perlahan-lahan me-lalui mulut, dilakukan Peserta membuat lingkaran kecil dengan
lima kali berturut-turut. menghubungkan ujung jari telunjuk de-
3. Langkah Ketiga. ngan ujung ibu jari. Kemudian tangan
Memutar engsel bahu ke depan dan ke digerakkan ke depan dan ke belakang se-
arah belakang. Kemudian menganggukkan kaligus memandang anggota lainnya de-
ke-pala ke bawah sampai dagu hampir ngan melayangkan tawa manis sehingga
me-nyentuh dada, lalu mendongakkan terlihat seperti memberikan penghargaan
kepala ke atas belakang. Lalu menoleh ke kepada orang yang dituju. Kemudian
68 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.1, April 2012
mulut dibuka lebar-lebar dan lidah 17. Langkah Ketujuhbelas: Tawa dari Hati
dijulurkan ke luar semaksimal mungkin, ke Hati.
mata dibuka lebar seperti melotot, dan Tawa ini merupakan sesi terakhir dari
tangan diangkat ke depan di mana jari-jari tahapan terapi. Semua peserta terapi saling
di baut seperti akan mencakar, seolah-olah berpegangan tangan sambil berdekatan
seperti singa mau mencakar mangsanya. sekaligus bersama-sama tertawa dengan
Pada saat itula peserta tertawa dari perut. saling bertatapan dengan perasaan lega.
Setelah selesai lakukan kembali gerakan Peserta juga bisa saling bersalaman atau
menarik napas secara dalam dan pelan. berpelukan sehingga terjalin rasa ke-
13. Langkah Ketigabelas: Tawa Ponsel. akraban yang mendalam.
Peserta dibagi dalam dua kelompok yang
saling berhadapan dan masing-masing Hipotesis
seolah-olah memegang handphone. Tutor
meminta peserta saling menyeberang Hipotesis yang diajukan adalah ada penurunan
sambil memegang handphone. Pada saat hasil tingkat stres kerja pegawai Kereta Api
itulah perserta tertawa sambil saling DAOP IV semarang, setelah diberi perlakuan
berpandangan dan setelah itu kembali ke terapi tawa.
posisi semula. Setelah selesai tarik napas
dalam dan pelan. METODE
14. Langkah Keempatbelas: Tawa Bantahan
Anggota kelompok dibagi dalam dua Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
bagian yang bersaing dengan dibatasi penerapan terapi tawa. Sedangkan variabel
jarak. Biasanya dibagi dalam kelompok tergantung adalah stres kerja.
pria dan wanita. Dalam kelompok, peserta
Penelitian ini menggunakan 36 orang yang
saling berpandangan sekaligus tertawa dan
terbagi atas kelompok eksperimen dan
saling menuding dengan jari telunjuk
kelompok kontrol yang berjumlah sama.
kepada kelompok dihadapannya. Setelah
Penentuan subjek penelitian menggunakan
selesai tarik napas dalam dan pelan agar
sampling jenuh. Untuk menyamakan
kembali segar dan tenang.
karakteristik kelompok eksperimen dan
15. Langkah Kelimabelas: Tawa Memaaf-
kontrol menggunakan dasar bahwa subjek
kan berasal dari divisi yang memiliki beban kerja
Peserta memegang cuping telinga masing-
sama.
masing sekaligus menyilangkan lengan
dan berlutut diikuti dengan tawa. Muatan Alat ukur yang digunakan adalah skala stress
dari tawa ini adalah saling memaafkan sa- kerja berdasarkan indikator atau gejala stress
tu sama lain jika ada perselisihan. Setelah sebagai berikut:
selesai tarik napas dalam dan pelan. Gejala fisik: yaitu gejala stres yang dialami
16. Langkah Keenambelas: Tawa Bertahap oleh pekerja yang berdampak pada fisik
Tutor menginstruksikan agar peserta berupa otot tegang, nafas menjadi lebih cepat,
mendekatinya. Tutor mengajak peserta merasa panas, nafsu makan dan pencernaan
untuk tersenyum kemudian secara terganggu, letih yang tak beralasan, sakit
bertahap menjadi tertawa ringan, berlanjut kepala, gelisah.
menjadi tawa sedang dan terakhir menjadi Gejala perilaku: yaitu gejala stres dalam wujud
tertawa lepas penuh semngat. Ketika perilaku yang mencakup: perasaan negatif,
melakukan tawa ini sesama anggota saling kesulitan dalam berkonsentrasi, sulit berpikir
berpandangan. Tawa ini dilakukan selama jernih, sukar membuat keputusan, ber-
satu menit. Setelah selesai tarik napas kurangnya kreatifitas, berkurangnya gairah
dalam pelan. dalam penampilan, kepuasan kerja minat
70 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.1, April 2012
terhadap orang lain., kepuasan kerja rendah, Teknik statistik yang digunakan dalam
kinerja yang menurun, semangat dan energi penelitian ini adalah statistik nonparametrik,
hilang, dan komunikasi tidak lancar. yaitu Mann-Whitney U-Test. Perhitungan U-
Test dengan membandingkan (1) nilai pretest
Perlakuan yang diberikan berupa terapi tawa
antara kelompok eksperimen dan kontrol, dan
dengan tutor yang berkompeten di bidangnya
(2) nilai posttest antara kelompok eksperimen
dengan dibantu asisten yang telah dilatih
dan kontrol.
sebelumnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan U-Test pada data posttest antara
kelompok eksperimen dan kelompok, terlihat
Ujicoba skala stres kerja adalah menggunakan bahwa nilai p hitung berdasarkan statistik z
ujicoba terpakai. Skala stres kerja yang sudah adalah 0,000. Nilai p hitung lebih kecil dari
diujicobakan tersebut kemudian dilakukan taraf nyata (p) sebesar 0,05, maka hipotesis
pengukuran dengan menggunakan pendekatan penelitian dapat diterima yaitu ada pengaruh
alpha cronbach. Item-item yang dipilih untuk penerapan terapi tawa terhadap penurunan
dipergunakan sebagai alat ukur pretes dan stres kerja.
postes adalah yang memiliki koefisien daya
beda minimal 0,28. Dari 40 item berdasarkan
hasil seleksi daya beda item menunjukkan ada
12 item yang gugur.