Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stres kerja merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh

karyawan dalam lingkungan kerjanya, sumber stres dapat

terjadi karena pengaruh internal perusahaan maupun ekstrenal

perusahaan

Menurut data dari International labour organization (ILO) dalam job

ayodele Eundayo (2014), menunjukkan bahwa sekitar 10% pekerja

mengalami depresi, stress, dan kecemasan di Amerika Serikat, inggris,

jerman dan Finlandia, ada 50% pekerja yang melaporkan tanda-tanda

stress. Kusuma Andhika.W. 2018. Stres Kerja: Penyebab, Dampak, Dan

Solusinya. Yogyakarta: Program Studi Magister Manajemen Universitas

Islam Indonesia

Northwestern National Life Insurance melakukan penelitian tentang

dampak stress ditempat kerja, menunjukkan yaitu satu juta absensi di

tempat kerja berkaitan dengan masalah stres, 27% mengatakan bahwa

aspek pekerjaan menimbulkan stress paling tinggi dalam hidup mereka,

46% menganggap tingkat stress kerja sebagai tingkat stress yang sangat

tinggi, sepertiga pekerja berniat untuk langsung mengundurkan diri karena

stress dalam pekerjaan mereka dan 70% berkata stress kerja telah

1
merusak kesehatan fisik dan mental mereka. Losyk (dalam Marchelia,

2014) (Ayu Diah.P. 2015. Hubungan Antara Stres Kerja Dengan

Perilaku Berbahaya Pada Pekerja Shift Malam

[Skripsi]. Malang: fakultas Psikologi universitas muhammadiyah)

National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)

Didalam penelitian Ibrahim (2016) menyatakan Amerika Serikat mencatat

sejak pada tahun 90-an, 80% biaya kompensasi kesehatan tenaga kerja

digunakan untuk penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (Work

Related Diseases) yaitu Stress Related Disorder dan sedangkan di

Inggris(UK) tercatat sebesar 71% manager mengalami gangguan

kesehatan fisik dan mental akibat dari stress kerja dan juga dijumpai di

Australia. (Ibrahim Hasbi,dkk. 2016. Faktor - Faktor yang Berhubungan

Dengan Stres Kerja Pada Pekerja Factory 2 PT. Maruki Internasional

Indonesia Makassar. FKIK UIN Alauddin Makassar)

Mental health commission Canada (2016), mencatat bahwa

setidaknya terdapat 1 dari 5 orang kanada yang mengalami masalah

kesehatan psikologis pada tahun tertentu, serta terdapat 47% kanada

menganggap bahwa pekerjaan mereka merupakan bagian yang paling

menyebabkan stress dalam kehidupan sehari-hari.(Budi Satrio.P.R. 2017.

Factor determinan terhadap stress kerja pada pekerja bagian

produksi PT. Indogravure [Skripsi]. Jakarta: fakultas kedokteran dan

ilmu kesehtan UIN Syarif Hidayatullah

2
Berdasarkan hasil survey yang diperoleh dari CFO innovation Asia

Staf (2016), tingkat stress kerja dinegara – Negara seperti Malaysia

mencapai 57%, hongkong 62%, singapura 63%, Vietnam 71%, cina 73%,

Indonesia 73%, dan Thailand 75%(habibi Julius & jefri. 2018. Analisis

Faktor Risiko Stres Kerja Pada Pekerja Di Unit Produksi Pt. Borneo

Melintang Buana Export. Bengkulu:Fakultas ilmu kesehatan universitas

dehasen

Perwakilan Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia

(perdoki), Nuri Purwito Adi mengatakan kondisi di Indonesia, sebesar

60,6% pekerja industry kecil menengah mengalami depresi, 57,6%

insomnia (kemenkes RI . 2018. Tempat kerja bikin stress).

Menurut data dari Indonesia police watch(IPW), sejak tahun 2011

hingga 2016 terdapat puluhan polisi telah melakukan aksi bunuh diri. hasil

riset mabes polri yang menyebutkan 80% anggota polisi reserse kriminal

(reskrim) dan polisi lalu lintas (polentas), mengalami stress akibat beban

atau tekanan kerja (anonimous).(Majid Nurafian.P, dkk. 2018. Faktor-

Faktor Yang Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada Anggota Polisi

Satuan Lalu Lintas Polres Metro Bekasi Kota. FKM. Universitas

Diponegoro

Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, Provinsi

dengan prevalensi gangguan mental emosional atau stres tertinggi adalah

Sulawesi tengah sebesar 11,6%, Sedangkan prevalensi penduduk

3
Sulawesi Tenggara yang mengalami gangguan mental emosional atau

stress sebesar 4,1% data ini menempatkan Sulawesi tenggara berada

diurutan 9 dengan prevalensi jumlah gangguan mental dan emosional

terendah dan data ini masih dibawah data nasional jumlah gangguan

mental dan emosional.(Manabung Apriliana R,dkk.2018.Hubungan antara

masa kerja dan BebanKerja dengan stress kerja pada tenaga kerja di

Pt.Pertamina Tbbm Bitung. FKM.Universitas Sam Ratulangi)

Studi pendahuluan Nur Qalbi (2012) di PT. Maruki Internasional

Indonesia Makassar terhadap 21 tenaga kerja bagian produksi tentang

stres kerja diperoleh sebanyak 12 orang (57,1%) yang mengalami stres

kerja dan yang tidak mengalami stres kerja sebanyak 9 orang (42,9%).

Jadi berdasarkan data dapat digambarkan lebih banyak tenaga kerja yang

mengalami stress

Hasil penitian lainya kusuma (2017) dilakukan pada pekerja di PT

Fresnel Perdana Mandiri Jakarta Selatan dari hasil uji statistik dengan

metode chisquare menunjukan bahwa terdapat hubungan antara beban

kerja dengan stres kerja.(Manabung Apriliana R,dkk.2018.Hubungan

antara masa kerja dan BebanKerja dengan stress kerja pada tenaga kerja

di Pt.Pertamina Tbbm Bitung. FKM.Universitas Sam Ratulangi)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan di CSSD

mengalami beban kerja mental yang dibagi menjadi beban kerja sedang

sebanyak 7 orang dan 4 orang yang mengalami beban kerja mental

4
rendah. Selain itu terdapat hubungan antara beban kerja mental dengan

kejadian stres kerja. Tercatat karyawan yang mengalami stress kerja

sedang sebanyak 6 orang dan 5 orang mengalami stres kerja rendah.

Secara keseluruhan gambaran kejadian beban kerja mental dan stres

kerja berada pada kondisi sedang.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andri Satriadi P pada PT.

Newmont Nusa Tenggara menyebutkan bahwa ada korelasi yang

bermakna antara shift kerja dengan masalah stres kerja (Hasan

Amirun,dkk.2018. Hubungan Antara Beban Kerja Mental Dan Shift

Kerja Terhadap Stres Kerja Pada Pekerja Central Control.

FKM.Universitas Diponegoro).berdasarkan penjelasan tersebut peneliti

ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara beban kerja mental

dan juga shift kerja terhadap stres kerja di TERMINAL PETIKEMAS

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan

masalah yang akan diteliti yaitu:

1. Apakah ada hubungan beban kerja mental dengan stress kerja pada

pekerja di ….?

2. apakah ada hubungan shift kerja dengan stress kerj pada pekerja

di…?

5
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

untuk mengetahui apakah ada hubungan beban kerja mental dan shift

kerja dengan stress kerja pada pekerja di PT.X?

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui apakah ada hubungan beban kerja mental

dengan stress kerja pada pekerja di

b. Untuk mengetahui apakah ada hubungan shift kerja dengan stress

kerj pada pekerja di…

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Bagi Jurusan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Penelitian ini dapat menambah kepustakaan dalam pengembangan

ilmu kesehatan masyarakat khususnya kesehatan dan keselamatan

kerja.

2. Manfaat Bagi Perusahaan

Sebagai masukan bagi perusahaan bagaimana stress itu terjadi,

mengetahui analisa factor stress kerja, dan bagaimana cara

melakukan penanggulangan dan pengendalian stress ditempat kerja.

6
3. Manfaat Bagi Pekerja

Diharapkan penelitian ini, pekerja mengetahui factor apa saja

yang dapat menyebabkan stress kerja sehingga dapat mencegah

serta mengatasi stress kerja yang mereka alami

4. Manfaat Bagi Peneliti

Untuk memperdalam dan mengembangkan pengetahuan

dibidang kesehatan dan keselamatan kerja serta memberikan

pengalaman langsung dalam pelaksanaan dan penulisan penelitian.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Stres kerja

1. Definisi stress kerja

National Institute of Occuoational Safety and Health (NIOSH).

Stres kerja adalah suatu respon adaptif, dihubungkan oleh karakteristik

dan atau proses psikologi individu yang merupakan suatu konsekuensi

dari setiap tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang

menempatkan tuntutan psikologis dan atau fisik khusus pada

seseorang. (Ayu Diah.P. 2015. Hubungan Antara Stres Kerja

Dengan Perilaku Berbahaya Pada Pekerja Shift Malam[Skripsi].

Malang: fakultas Psikologi universitas muhammadiyah)

Stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik

fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkunganya yang

dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.

(Anoraga, 2001). Budhi Arifin.W. 2012. Dampak Beban Kerja

Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rsud Prof. Dr. Soekandar

Mojokerto[Skripsi]. Surabaya:FKM. Universitas air langga

Stres kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian diperantarai

oleh perbedaan- perbedaan individu dan atau proses psikologis yang

8
merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar

(lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan

psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang. (Gibson, 1996)

Budhi Arifin.W. 2012. Dampak Beban Kerja Terhadap Stres Kerja

Pada Perawat Rsud Prof. Dr. Soekandar Mojokerto[Skripsi].

Surabaya:FKM. Universitas air langga

Luthans(dalam minto 2010) mengatakan bahwa stress kerja

merupakan suatu respon penyusaian respon terhadap situasi eksterna

yang menyebabkan penyimpangan-penyimpangan fisik, psikologis dan

tingkah lagu bagi partisipan organisasi.eveylene tamara.P. 2016.

Hubungan antara presepsi risiko kecelakaan kerja dan stress

kerja pada karyawan PT. freeport Indonesia.yogyakarta:universitas

sanata dharma

Mendelson (1990) mendefinisikan stress akibat kerja secara

lebih sederhana, di mana stress merupakan suatu ketidak mampuan

pekerja untuk menghadapi tuntutan tugas dengan akibat suatu ketidak

nyamanan dalam kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas . ISBN: 979-

98339-0-6

9
2. sumber stress kerja

pada dasarnya berbagai sumber stress dapat digolongkan pada

yang berasal dari pekerjaan dan dari luar pekerjaan seseorang.

Berbagai hal yang dapat menjadi sumber stress yang berasal dari

pekerjaan pun dapat beraneka ragam seperti beban tugas yang terlalu

berat, desakan waktu, penyediaan yang kurang baik, iklim kerja yang

menimbulkan rasa tidak aman, kurangnya informasi dari umpan balik

tentang prestasi kerja seseorang, ketidakseimbangan antara

wewenang dan tanggung jawab, ketidakjelasan peranan karyawan

dalam keseluruhan kegiatan organisasi, frustasi yang ditimbulkan oleh

intervensi pihak lain yang terlalu sering sehingga seseorang merasa

terganggu konsentrasinya, konflik antara karyawan dengan pihak lain

di dalam dan diluar kelompok kerjanya, perbedaan system nilai yang

dianut oleh karyawan dan yang dianut oleh organisasi dan perubahan

yang terjadi pada umumnya menimbulkan rasa ketidak

pastian.(SIAGAN,Sondang P. 2018. MANAJEMEN SUMBER DAYA

MANUSIA. Jakarta:PT Bumi Aksara)

3. Gejala Stress Kerja

Teori Tery Behr dan Newman membagi gejala stres menjadi

tiga aspek yaitu gejala psikologis, gejala fisik dan perilaku. Budhi

Arifin.W. 2012. Dampak Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Pada

10
Perawat Rsud Prof. Dr. Soekandar Mojokerto[Skripsi].

Surabaya:FKM. Universitas air langga

a. Gejala psikologis terdiri dari :

1) Kecemasan, ketegangan

2) Bingung, marah, sensitive

3) Memendam perasaan

4) Komunikasi tidak efektif, menurunnya fungsi intelektual

5) Mengurung diri, ketidak puasan bekerja

6) Depresi, kebosanan, lelah mental

7) Merasa terasing dan mengasingkan diri, kehilangan daya

konsentrasi

8) Kehilangan spontanitas dan kreativitas

9) Kehilangan semangat hidup, menurunnya rasa percaya diri

b. Gejala fisik

1) Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah

2) Meningkatnya sekresi adrenalin

3) Gangguan gastrointestinal, missal gangguan lambung

4) Mudah terluka, gangguan kardiovaskuler

5) Gangguan pernafasan, mudah lelah secara fisik

6) Lebih sering berkeringat, gangguan pada kulit

7) Ketengangan otot, problem tidur.

11
c. Gejala perilaku

1) Menunda atau menghindari pekerjaan atau tugas

2) Penurunan prestasi dan produktifitas

3) Meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk

4) Perilaku sabotase

5) Meningkatnya frekuensi absensi

6) Perilaku makan yang tidak normal

7) Kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat

badan

8) Kecenderungan perilaku yang beresiko tinggi

9) Meningkatnya agresifitas, dan kriminalitas

10) Penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan

keluarga dan teman

4. Penyebab stress akibat kerja

Menurut Cartwright et. al. (1995) ada enam factor penyebab

stress, diantaranya adalah: Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas . ISBN: 979-

98339-0-6

a. Faktor intrinsik pekerjaan.

Ada beberapa factor intrinsik dalam pekerjaan di mana

sangat potensial menjadi penyebab terjadinya stress dan dapat

mengakibatkan keadaan yang buruk pada mental. Faktor tersebut

12
meliputi keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman (bising ,

berdebu, bau, suhu panas dan lembab dll ), stasiun kerja yang

tidak ergonomis, kerja shift, jam kerja yang panjang, perjalanan ke

dan dari tempat kerja yang semakin macet, pekerjaan beresiko

tinggi dan berbahaya, pemakaian teknologi baru, pembebanan

berlebih, adaptasin pada jenis pekerjaan baru dll.

b. Faktor peran individu dalam organisasi kerja.

Beban tugas yang bersifat mental dan tanggung jawab dari

suatu pekerjaan lebih memberikan stress yang tinggi dibandingkan

dengan beban kerja fisik. Karasek et al (1988) dalam suatu

penelitian tentang stress akibat kerja menemukan bahwa karyawan

yang mempunyai beban psikologis lebih tinggi dan ditambah

dengan keterbatasan wewenang untuk mengambil keputusan

mempunyai resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan

darah yang lebih tinggi serta mempunyai kecenderungan merokok

yang lebih banyak dari karyawan yang lain.

c. Faktor hubungan kerja.

Hubungan baik antara karyawan di tempat kerja adalah faktor

yang potensial sebagai penyebab terjadinya stress. Kecurigaan antara

pekerja, kurangnya komunikasi, ketidak nyamanan dalam melakukan

pekerjaan merupakan tanda-tanda adanya stress akibat kerja

(Cooper&Payne,1988). Tuntutan tugas yang mengharuskan seorang

13
tenaga kerja berkerja dalam tempat terisolasi, sehingga tidak dapat

berkomunikasi dengan pekerja lain (seperti; operator telepon, penjaga

mercu suar, dll) juga merupakan pembangkit terjadinya stress.

d. Faktor pengembangan karier.

Perasaan tidak aman dalam pekerjaan, posisi dan

pengembangan karier mempunyai dampak cukup penting sebagai

penyebab terjadinya stress. Menurut Wantoro (1999) faktor

pengembangan karier yang dapat menjadi pemicu stress adalah

1) ketidakpastian pekerjaan seperti adanya reorganisasi

perusahaan dan mutasi kerja dll.

2) promosi berlebihan atau kurang: promosi yang terlalu cepat

atau tidak sesuai dengan kemampuan individu akan

menyebabkan stress bagi yang bersangkutan atau sebaliknya

bahwa seseorang merasa tidak pernah dipromosikan sesuai

dengan kemampuannya juga menjadi penyebab stress.

e. Faktor struktur organisasi dan suasana kerja.

Penyebab stress yang berhubungan dengan struktur organisasi

dan suasana kerja biasanya berawal dari budaya organisasi dan

model manajemen yang dipergunakan. Beberapa factor penyebabnya

antara lain, kurangnya pendekatan partisipatoris, konsultasi yang tidak

efektif, kurangnya komunikasi dan kebijaksanaan kantor. Selain itu

14
seringkali pemilihan dan penempatan karyawan pada posisi yang tidak

tepat juga dapat menyebabkan stress.

f. Faktor di luar pekerjaan

Faktor kepribadian seseorang (ekstrovert atau introvert) sangat

berpengaruh terhadap stressor yang diterima. Konflik yang diterima

oleh dua orang dapat mengakibatkan reaksi yang berbeda satu sama

lain. Perselisihan antar anggota keluarga, lingkungan tetangga dan

komunitas juga merupakan faktor penyebab timbulnya stress yang

kemungkinan besar masih akan terbawa dalam lingkungan kerja.

5. Dampak Stress Kerja

Menurut Mathews(1989) dampak strees kerja diantaranya adalah:

a. Reaksi Psikologis

Stress biasanya merupakan perasaan subjektif seseorang

sebagai bentuk kelelahan, kegelisahan (anxiety) dan depresi. Reaksi

psikologis kepada stress dapat dievaluasi dalam bentuk beban mental,

kelelahan dan perilaku (arousal).

b. Respon sosial.

Setelah beberapa lama mengalami kegelisahan, depresi, konflik

dan stress di tempat kerja, maka pengaruhnya akan dibawa ke dalam

lingkungan keluarga dan lingkungan social.

c. Respon stress kepada gangguan kesehatan atau reaksi fisiologis

15
Bila tubuh mengalami stress, maka akan terjadi perubahan

fisiologissebagai jawaban atas terjadinya stress. Adapaun sistem di

dalam tubuh yang mengadakan respon adalah diperantarai oleh

saraf otonom, hypothalamic-pituitari axis dan pengeluaran katekolamin

yang akan mempengaruhii fungsi-fungsi organ di dalam tubuh seperti

sistem kardiovaskuler, system gastro intestinal dan gangguan penyakit

lainnya(Wantoro, 1999).

d. Respon Individu

Pengaruhnya sangat tergantung dari sifat dan kepribadian

seseorang.. Dalam menghadapi stress, individu dengan kepribadian

introvert akan bereaksi lebih negatif dan menderita ketegangan lebih

besar dibandingkan dengan mereka yang berkepribadian ekstrovert.

Seseorang dengan kepribadian fleksibel atau luwes akan mengalami

ketegangan yang lebih besar dalam suatu konflik, dibandingkan

dengan mereka yang berkepribadian rigid.

6. Pencegahan Dan Pengendalian Stress Akibat Kerja

Sauter, et a.l (1990) dikutip dari National Institute for Occupational

Safety and Health (NIOSH) memberikan rekomendasi cara untuk

mengurangi stress akibat kerja :

a. Beban kerja baik fisik maupun mental harus disesuaikan dengan

kemampuan atau kapasitas kerja pekerja yanag bersangkutan dengan

16
menghindarkan adanya beban berlebih maupun beban yang terlalau

ringan.

b. Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun

tanggung jawab di luar pekerjaan.

c. Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan

karier, mendapatkan promosi dan pengembangan kemanpuan

keahlian.

d. Membentuk lingkungan sosial yang sehat, hubungan antara tenaga

kerja yang satu dengan yang lain, tenaga kerja-supervisor yang baik

dan sehat dalam organisasi akan membuat situasi yang nyaman.

e. Tugas-tugas pekerjaan harus didesain untuk dapat menyediakan

stimulasi dan kesempatan agar pekerja dapat menggunakan

keterampilannya. Rotasi tugas dapat dilakukan untuk meningkatkan

karier dan pengembangan usaha

B. Tinjaun Umum Tentang Beban Kerja Mental

1. Definisi Beban Kerja Mental

Menurut Henry R. Jex, 1998, dalam bukunya “Human Mental

Workload”, beban kerja mental adalah: "Beban kerja yang merupakan

selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas

maksimum beban mental seseorang dalam kondisi termotivasi. Alfina

17
tahta. 2017. Beban kerja mental. Fakultas teknologi idustri universitas

islam indonesia

Beban kerja mental harus disesuaikan dengan kemampuan

tubuh seseorang, apabila beban kerja mental lebih besar daripada

kemampuan tubuh maka akan terjadi rasa tidak nyaman, kelelahan,

kecelakaan, cidera, rasa sakit, penyakit, stres dan produktivitas

menurun (Santoso,2004).

setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan unsur persepsi,

interpretasi dan proses mental dari suatu informasi yang diterima oleh

organ sensor untuk diambil suatu keputusan atau proses mengingat

informasi yang lampau. (Grandjean,1993).Natalia Laura C.S,dkk.

2017. Hubungan Beban Kerja Mental Dan Shift Kerja Terhadap

Stres Kerja Pada Pekerja Checker Pt. Indofood Cbp Sukses

Makmur,Tbk Palembang. FKM. Universitas diponegoro

Beban kerja mental adalah suatu keadaan yang melibatkan

proses berpikir dari otak untuk menyelesaikan tugas yang harus

diselesaikan pada waktu tertentu. Pekerjaan ini akan mengakibatkan

kelelahan mental akibat beban mental yang diterima bila kerja tersebut

dalam kondisi yang lama, bukan diakibatkan oleh aktivitas fisik secara

langsung melainkan akibat kerja otak (Wignjosoebroto, 2008). Gita Tri

Puspitasari; 072110101041; 2012; 68 hlm. Bagian Kesehatan Lingkungan dan

18
Kesehatan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Jember.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja Mental

Faktor yang mempengaruhi beban kerja mental seseorang

dalam suatu pekerjaan antara lain adalah jenis pekerjaan, situasi

pekerjaan, waktu respons, waktu penyelesaian yang tersedia dan

faktor individu seperti: tingkat motivasi, keahlian, kelelahan,

kejenuhan, serta toleransi performansi yang diijinkan (Adelima

Risma.S. 2010 Analisis Pengaruh Shift Kerja Terhadap Beban

Kerja Mental Dengan Metode Subjective Workload Assessment

Technique (Swat)). Yogyakarta:teknologi industry institute sains dan

teknologi AKPRIND

3. Gejala Beban Kerja Mental Berlebihan

Ada beberapa gejala yang merupakan dampak dari kelebihan

beban mental berlebih (Hancock dan Meshkati ,1988), yaitu:

a. Gejala fisik

Sakit kepala, sakit perut, mudah terkejut, gangguan pola tidur, lesu,

kaku leher belakang sampai punggung, nafsu makan menurun dan

lain-lain.

19
b. Gejala mental

Mudah lupa, sulit konsentrasi, cemas, was-was, mudah marah,

mudah tersinggung, gelisah, dan putus asa.

c. Gejala sosial atau perilaku

Banyak merokok, minum alkohol, menarik diri, dan menghindar.

4. Hubungan beban mental dengan stress kerja

Terdapat pengaruh yang signifikan antara beban kerja mental

tehadap stres kerja. Beban kerja mental yang berlebihan akan

mengakibatkan adanya stres kerja. Menurut Lazarus, stres kerja

adalah kejadian–kejadian disekitar kerja yang merupakan bahaya atau

ancaman seperti rasa takut, cemas, rasa bersalah, marah sedih, putus

asa, bosan, dan timbulnya stress kerja disebabkan beban kerja yang

diterima melampaui batas–batas kemampuan pekerja yang

berlangsung dalam waktu yang relatif lama pada situasi dan kondisi

tertentu.

C. Tinjauan Umum Tentang Shift Kerja

1. Definisi Shift Kerja

ILO (1983) menyatakan pergantian shift yang normal 8 jam/shift.

Shift kerja yang dilaksanakan 24 jam termasuk hari Minggu dan hari

libur memerlukan 4 regu kerja Taufik achmad.H. 2011. Analisis

Pengaruh Shift Kerja Terhadap Beban Kerja Pada Pekerja Di PT.

20
Primarindo Asia Infrastructur. Bandung:Fakultas Teknik Universitas

Islam Bandung

shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada

tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan

biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. (Suma’mur 2009)

(Khalid ahmad. 2014. perbedaan Stress Kerja Pada Tenaga Kerja

Shift Pagi, Shift Siang, Dan Shift Malam Di Bagian Weaving Pt.

Iskandar Indah Printing Textile. Surakarta:fakultas ilmu kesehatan

universitas muhammadiyah

shift kerja berbeda dengan hari biasa, dimana pada hari pekerja

biasa pekerjaan dilakukan secara teratur pada waktu yang ditentukan

sebelumnya, sedangkan shift kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali

untuk memenuhi jadwal 24 jam/hari. Biasanya perusahaan secara

kontinu menerapkan aturan shift kerja ini (Nurmianto,2004). Taufik

achmad.H. 2011. Analisis Pengaruh Shift Kerja Terhadap Beban Kerja

Pada Pekerja Di PT. Primarindo Asia Infrastructur. Bandung:Fakultas

Teknik Universitas Islam Bandung

Menurut William yang dikutip oleh Sri Ramayuli (2004) dikenal

dua macam sistem shift kerja yang terdiri dari :

21
a. Shift Permanen

Tenaga kerja bekerja pada shift yang tetap setiap harinya.

Tenaga kerja yang bekerja pada shift malam yang tetap adalah

orang-orang yang bersedia bekerja pada malam hari dan tidur

pada siang hari.

b. Sistem Rotasi

Tenaga kerja bekerja tidak terus-menerus di tempatkan pada

shift yang tetap. Shift rotasi adalah shift rotasi yang paling

menggangu terhadap irama sircardian dibandingkan dengan shift

permanen bila berlangsung dalam jangka waktu panjang

2. Efek Shift Kerja

Shift kerja berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan

tenaga kerja. Hal ini berhubungan dengan irama sirkardian. Fungsi

tubuh seperti suhu tubuh, kemampuan mental dan denyut nadi pada

siang hari meningkat dan pada malam hari untuk pemulihan. Tingkat

sejauh mana sikardian tenaga kerja menyusaikan diri mempengaruhi

penampilan kerja tenaga kerja. Penampilan kerja menyebabkan

menurunya produktivitas khususnya pada shift malam. Adapun efek

shift kerja yang dapat dirasakan antara lain (Fish yang dikutip oleh

Hery Firdaus ,2005):

22
a. Efek Fisiologis

1) Kualitas tidur: tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak

gangguan dan biasanya dipelukan waktu istirahat untuk

menebus kurang tidur selama kerja malam.

2) Menurunnya kapasitas kerja fisik kerja akibat timbulnya

perasaan mengantuk dan lelah.

3) Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.

b. Efek Psikososial

Efek menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis,

antara lain adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya

waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman,

dan menggangu aktivitas kelompok dalam masyarakat.

pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan

masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari.

Sementara pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk

istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat beradaptasi aktif dalam

kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.

(Saksono,1991).

c. Efek Kinerja

Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan

oleh efek fisiologis dan psikososial. Menurunnya kinerja dapat

mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh

23
terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali

dan pemantauan.

d. Efek Terhadap Kesehatan

Shift kerja menunjukkan keterkaitan langsung dengan

kesehatan. Gangguan kesehatan yang dimaksud adalah

gangguan keshatan mental dan fisik. Pada gangguan kesehatan

mental akan berpengaruh terhadap emosi, motivasi kerja dan

mood kerja, sedangkan pada gangguan kesehatan fisik akan

berpengaruh terhadap nafsu makan, pencernaan, kualitas, dan

kuantitas tidur.

e. Efek Terhadap Keselamatan Kerja

Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan

keselamatan kerja yang dilakukan Smithet. al, melaporkan bahwa

frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift

kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69%

pertenaga kerja.Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan

bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift

malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung

banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift

malam. (Adiwardana dalam Khairunnisa, 2001).

24
3. Penanggulangan Dampak Buruk Shift Kerja

Upaya-upaya mengurangi dampak buruk akibat kerja shift

melalui pendekatan organisasi dapat dilakukan dengan pengaturan

shift kerja secara adil. Terdapat 2 macam pembagian shift kerja, yaitu

2 shift dan 3 shift. Pembagian satu hari kerja menjadi 2 shift yaitu shift

pagi (day shift) dengan jam kerja pukul 06.00-18.00 dan shift malam

(night shift) dengan jam kerja pukul 18.00-06.00. Sedangkan untuk

pembagian menjadi 3 shift adalah shift pagi yaitu pukul 08.00-16.00,

siang yaitu pukul 16.00-00.00 dan malam yaitu pukul 00.00-08.00.

Pengaturan shift kerja yang baik adalah dengan pergantian shift

yang pendek misal 2-3 hari sekali, tidak terlalu lama apalagi

pergantian tiap minggu sekali. Apabila diperlukan shift kerja malam

maka ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh pihak pengusaha dan

pekerja, seperti :

a. Pergantian shift tidak lama (2-3 hari sekali)

b. Usia pekerja antara 20-50 tahun agar diperoleh kematangan

mental yang cukup.

c. Pekerja tidak menderita penyakit kronis seperti penyakit paru-paru

kronis, tekanan darah tinggi, kencing manis, pekerja memiliki

penyakit gangguan tidur.

d. Pekerja tidak mengalami gangguan psikososial.

e. Lingkungan hidup pekerja tenang.

25
f. Pekerja tidak menderita gangguan lambung maupun memiliki

tingkat emosi yang labil.

g. Tidak kekurangan gizi, stres dan gangguan jantung.

h. Keluarga pekerja yang menunjang. Seyogianya sebelum pekerja

dinas malam

i. pekerja telah cukup istirahat/ tidur sehingga berangkat bekerja

dalam keadaan segar (Suma’mur, 1996 ).

4. Hubungan Shift Kerja Dengan Stress Kerja

Terdapat pengaruh yang signifikan antara shift kerja terhadap

stress kerja. Shift kerja yang tidak dapat diatur dengan baik akan

mempengaruhi kinerja karyawan dan salah satunya adala stress. Shift

malam berpotensi menyebabkan stress kerja karena pekerja merasa

sulit tidur, hilang konsentrasi sehingga dapat menyebabkan kecelakan

kerja Shift kerja juga akan berpengaruh kepada kehidupan keluarga,

hilangnya waktu luang untuk keluarga, kecil kesempatan untuk

berinteraksi dengan teman, dan menggangu aktivitas kelompok dalam

masyarakat sehingga dapat menyebabkan stress .

26
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel

1. Beban Kerja Mental

Beban kerja mental yang berlebihan akan mengakibatkan stress.

Timbulnya stress kerja disebabkan beban kerja yang diterima tidak

sesuai dengan kemampuanya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang

diberikan dalam waktu yang singkat sehingga mengakibatkan

kelelahan mental dan memicu terjadinya stress.

2. Shift Kerja

Shift kerja yang tidak dapat diatur dengan baik akan menurunkan

produktivitas pekerja. Shift kerja menyebabkan sulit tidur, hilang

konsentrasi, hilangnya waktu luang untuk keluarga sehingga dapat

memicu terjadinya stress.

27
B. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Beban Kerja Mental

Shift Kerja

Masa Kerja STRESS KERJA

Umur

Jenis Kelamin

Keterangan:

:Variabel Bebas : Variabel Terikat

: Tidak Diteliti

C. Definisi Operasional

1. Definisi

a. Stress kerja

Keluhan stress yang dialami pekerja berdasarkan perubahan

secara psikologis.

28
b. Beban Kerja Mental

Beban kerja mental adalah tugas yang sangat berlebihan dan tidak

dapat menyelesaikan tugas dalam waktu tertentu.

c. Shift Kerja

Pola pengaturan jam kerja sebagai pengganti atau tambahan

kerja siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan.

2. Kriteria Objektif

a. Stress kerja

1) Stress : Terdapat stress ditempat kerja

2) Tidak Stress : tidak ada stress ditempat kerja

b. Beban Kerja Mental

1) Beban Kerja Berat :Tugas yang tidak dapat diselesaikan dalam

Waktu tertentu

2) Beban Kerja Ringan : Tugas yang tidak dapat diselesaikan

c. Shift kerja

1) Shift Pagi : 08.00-16.00

2) Shift Malam : 16.00-23.00

D. Hipotesis

1. Ada hubungan antara beban kerja mental dengan stress kerja

2. Ada hubungan antara shift kerja dengan stress kerja

29
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Berdasarkan metode yang digunakan dalam penelitian adalah

cross sectiona studyl dimana penelitian yang dilakukan pada satu waktu

dan satu kali, untuk mencari hubungan antara variabel independen

dengan variabel independen.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di PT. X sedangkan waktu

penelitiannya mulai dari bulan Februari 2019

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut

masalah yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua

tenaga kerja dibagian PT.X.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan obyek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Metode dalam

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan

sampling jenuh (sensus), karena sampel jenuh adalah teknik

30
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil,

kurang dari 30 orang.

D. Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian

1. Pengumpulan Data

Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Data primer, Data primer adalah pengumpulan data yang

dilakukan dengan menggunakan kuesioner yaitu daftar pertanyaan

yang dibuat untuk memperoleh data dalam penelitian ini. Kuesioner

tersebut disebarkan untuk diisi oleh responden yang menjadi sampel

penelitian untuk memperoleh data yang lengkap pada semua valiabel

yang diteliti.

2. Instrument Penelitian

Untuk memudahkan peneliti mengumpulkan data maka

dipergunakan instrumen penelitian dengan alat bantu berupa daftar

pertanyaan (kuesioner), dimana keseluruhan jawaban diklasifikasikan

kedalam empat kategori.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah daftar

pertanyaan yang mengacu pada variabel bebas. Instrumen penelitian

merupakan pengukuran terhadap fenomena sosial di mana peneliti

pada prinsipnya akan menggunakan alat ukur atau instrumen

penelitian secara spesifik terhadap variabel yang akan diteliti.

31
E. Pengolahan Dan Penyajian Data

Pengolahan Data digunakan dengan system komputerisasi melalui

alat bantu program SPSS 16,0 untuk memperoleh nilai statistic dalam

bentuk tabel dari data hasil observasi melalui kusioner. Penyajian data

disajikan dalam bentuk tabel distribusi disertai penjelasan-penjelasan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma Andhika.W. 2018. Stres Kerja: Penyebab, Dampak, Dan

Solusinya. Yogyakarta: Program Studi Magister Manajemen Universitas

Islam Indonesia

(Ayu Diah.P. 2015. Hubungan Antara Stres Kerja Dengan

Perilaku Berbahaya Pada Pekerja Shift Malam

[Skripsi]. Malang: fakultas Psikologi universitas muhammadiyah)

Ibrahim Hasbi,dkk. 2016. Faktor - Faktor yang Berhubungan Dengan

Stres Kerja Pada Pekerja Factory 2 PT. Maruki Internasional Indonesia

Makassar. FKIK UIN Alauddin Makassar)

Budi Satrio.P.R. 2017. Factor determinan terhadap stress kerja

pada pekerja bagian produksi PT. Indogravure [Skripsi]. Jakarta:

fakultas kedokteran dan ilmu kesehtan UIN Syarif Hidayatullah

habibi Julius & jefri. 2018. Analisis Faktor Risiko Stres Kerja

Pada Pekerja Di Unit Produksi Pt. Borneo Melintang Buana Export.

Bengkulu:Fakultas ilmu kesehatan universitas dehasen

kemenkes RI . 2018. Tempat kerja bikin stress

Majid Nurafian.P, dkk. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Stres Kerja Pada Anggota Polisi Satuan Lalu Lintas Polres

Metro Bekasi Kota. FKM. Universitas Diponegoro

33
.(Manabung Apriliana R,dkk.2018.Hubungan antara masa kerja

dan BebanKerja dengan stress kerja pada tenaga kerja di Pt.Pertamina

Tbbm Bitung. FKM.Universitas Sam Ratulangi)

Hasan Amirun,dkk.2018. Hubungan Antara Beban Kerja Mental

Dan Shift Kerja Terhadap Stres Kerja Pada Pekerja Central Control.

FKM.Universitas Diponegoro

eveylene tamara.P. 2016. Hubungan antara presepsi risiko

kecelakaan kerja dan stress kerja pada karyawan PT. freeport

Indonesia.yogyakarta:universitas sanata dharma

Budhi Arifin.W. 2012. Dampak Beban Kerja Terhadap Stres

Kerja Pada Perawat Rsud Prof. Dr. Soekandar Mojokerto[Skripsi].

Surabaya:FKM. Universitas air langga

34

Anda mungkin juga menyukai