Anda di halaman 1dari 30

HUBUNGAN POSTUR KERJA DAN LAMA KERJA DENGAN

KELELAHAN KERJA PADA OPERATOR CONTAINER CRANE PT.

TERMINAL PETI KEMAS MAKASSAR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelelahan kerja merupakan salah satu permasalahan

keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat menjadi faktor risiko

terjadinya kecelakaan pada saat bekerja. Kelelahan kerja penting

untuk diperhatikan, karena kelelahan pada pekerja dapat berdampak

terhadap penurunan produktivitas. Jika perkembangan perindustrian

tidak diimbangi dengan Kesehatan dan keselamatan kerja maka akan

muncul masalah-masalah khususnya di bidang kesehatan, salah satu

masalah paling umum adalah kelelahan.(Nurrina Riska Amalia, dkk,

2017)

Data dari International Labour Organitation (2013),

menyebutkan sebanyak dua juta pekerja menjadi korban setiap tahun

karena kecelakaan kerja akibat faktor kelelahan. Penelitian yang

dilakukan International Labour Organitation (2013), menjelaskan

bahwa sebanyak 58.118 sampel dari 18.828 sampel (32,8%) di

antaranya mengalami kelelahan dan berpengaruh pada produktivitas

kerja. (Verawati, 2016)


Pada survei di USA, kelelahan merupakan masalah yang besar.

Ditemukan sebanyak 24% dari seluruh orang dewasa yang datang ke

poliklinik menderita kelelahan kronik. Data yang hampir sama terlihat

dalam komunitas yang dilaksanakan oleh Kendel di Inggris yang

menyebutkan bahwa, 25% wanita dan 20% pria selalu mengeluh lelah.

Penelitian lain yang mengevaluasi 100 orang penderita kelelahan

menunjukkan bahwa 64% kasus kelelahan disebabkan karena faktor

psikis, 3%, faktor fisik dan 33% dari kedua faktor tersebut.(Anjar

Permatasari, Farit Rezal, 2017)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementrian Tenaga Kerja

Jepang terhadap 12.000 perusahaan yang melibatkan sekitar 16.000

pekerja di negara tersebut yang dipilih secara acak menunjukkan

bahwa 65% pekerja mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja rutin,

28% mengeluhkan kelelahan mental dan sekitar 7% pekerja mengeluh

stress berat dan merasa tersisihkan. Kesehatan dan keselamatan kerja

yang buruk dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja. Sedangkan data yang didapat dari Departeman

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia (Depnakertrans RI)

menyatakan jumlah kecelakaan kerja tahun 2011 terjadi 9.891 kasus,

tahun 2012 sebanyak 21.735, tahun 2013 sebanyak 35.917, dan pada

2014 sebanyak 24.9106. Lebih dari 65% pekerja di Indonesia datang

ke poliklinik perusahaan dengan keluhan kelelahan kerja.(Anjar

Permatasari, Farit Rezal, 2017)


Di Indonesia ada beberapa perusahan yang bergerak dalam

bidang bongkar muat salah satunya di PT. Terminal Peti Kemas

Makassar. Pekerjaan bongkar muat di Terminal Peti Kemas Makassar

hanya dapat dilaksanakan oleh Operator yang terdaftar di kantor

Terminal Peti Kemas Makassar. PT. Terminal Peti Kemas Makassar

memiliki beberapa alat yang beroperasi dalam proses bongkar muat

peti kemas salah satunya adalah container crane yang dioperasikan

oleh operator selama 24 jam dengan pembagian tiga shift. Operator

yang bekerja cukup lama dengan postur kerja yang tidak ergonomis

memiliki potensi merasakan kelelahan pada saat selesai bekerja. Ada

beberapa faktor yang menyebabkan operator container crane

merasakan kelelahan ketika selesai bekerja. Operator container crane

dituntut bekerja pada ketinggian 30-40 meter diatas permukaan laut

dalam waktu yang cukup lama dengan postur kerja yang tidak

ergonomis, kepala membungkuk menghadap kebawah untuk melihat

container yang akan di ambil dan tangan memegang tombol untuk

menggerakan mesin pengangkat container serta kaki menekuk dan

pergelangan tangan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan

masalah yang akan ditelitih yaitu:


1. Apakah ada hubungan postur kerja dengan keluhan kelelahan kerja

pada operator container crane di PT. TERMINAL PETI KEMAS

MAKASSAR.

2. Apakah ada hubungan lama kerja dengan keluhan kelelahan kerja

pada operator container crane di PT. TERMINAL PETI KEMAS

MAKASSAR.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada hubungan postur kerja dan lama

kerja dengan keluhan kelelahan pada operator container crane di

PT. PETI KEMAS MAKASSAR

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui apakah ada hubungan postur kerja dengan

Kelelahan kerja pada operator container crane di PT.PETI

KEMAS MAKASSAR.

b. Untuk mengetahui apakah ada hubungan lama kerja dengan

Kelelahan kerja pada operator container crane di PT. PETI

KEMAS MAKASSAR.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi perusahaan

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi dan

masukan bagi perusaaan terutama dibagian manajemen k3

diperusahaan
2. Manfaat bagi penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan dan saran

pengembangan teori yang telah di dapat dalam

perkuliahansehinggga diperoleh pengalaman langsung khususnya

mengenai kesehatan keselamatan kerja.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun umum kelelahan

1. Definisi kelelahan

Konsep mengenai kelelahan sering ditemui pada pengalaman

pribadi, kata kelelahan digunakan untuk menunjukan kondisi yang

berbeda yaitu semua yang menyebabkan penurunan kapasitas

kerja dan ketahanan. Kondisi kelelahan seharusnya dimanfaatkan

seseorang untuk menghentikan sejenak pekerjaannya dan

beristirahat. Namun kenyataannya jika seseorang mengabaikan

perasaan ini dan memaksakan diri untuk terus bekerja maka

perasaan lelah meningkat dan berdampak buruk bagi kesehatan.

(Encyclopedia of Occupational Health and Safety, 1983)

Kelelahan adalah kondisi akut, yang dimulai dari rasa letih

yang kemudian mengarah pada kelelahan mental ataupun fisik dan

dapat menghalangi seorang untuk dapat melaksanakan fungsinya

dalam batas-batas normal. Perasaan lelah ini lebih dari sekedar

perasaan letih dan mengantuk, perasaan lelah ini terjadi ketika

seseorang telah sampai kepada batas kondisi fisik atau mental

yang dimilikinya (Australian Safety and Compentation Counsil,

2006).

Menurut Suma’mur (1996) Kelelahan bagi setiap orang

memiliki arti tersendiri dan bersifat subyektif. Lelah adalah aneka


keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam

bekerja. Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan tubuh

agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan

demikian terjadilah pemulihan.

Menurut Wignjosoebroto (2000) Kelelahan kerja merupakan

menurunnya proses efisiensi,performa kerja, dan berkurangnya

kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan

yang harus dilakukan.(Nurjannah, 2014)

Kelelahan kerja juga dapat diartikan sebagai suatu

mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan

lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. (Suma’mur,

2009)(Maulina Hariyanti, 2011)

Menurut Tarwaka (2010) Kelelahan kerja adalah keadaan

yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja.

Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda- beda, tetapi

semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan

ketahanan tubuh. Jadi efek pajanan bising pada tenaga kerja

adalah pengaruhnya terhadap kesehatan dan kinerjanya. Beberapa

diantaranya adalah gangguan pendengaran, komunikasi,

kelelahan, respon fisiologis dan psikologis.(Maulina Hariyanti, 2011)

Menurut (Wikipedia 2018) Kelelahan adalah

suatu kondisi yang memiliki tanda berkurangnya kapasitas yang


dimiliki seseorang untuk bekerja dan mengurangi efisiensi prestasi,

dan biasanya hal ini di sertai dengan perasaan letih dan lemah.

Menurut Cameron dalam tulisan Harlinda.S.Lubis (2009)

kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks yang tidak hanya

menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominan

hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, adanya perasaan

lelah, penurunan motivasi dan penurunan produktivitas

kerja.(Fitriana, 2012)

Cameron dalam tulisan Setyawati (2010) Kelelahan kerja

adalah respon total individu terhadap stress psikososial yang

dialami dalam satu periode waktu tertentu dan kelelahan kerja itu

cenderung menurunkan prestasi maupun motivasi pekerja

bersangkutan. Kelelahan kerja merupakan kriteria yang lengkap

tidak hanya menyangkut kelelahan yang bebsifat fisik dan psikis

saja tetapi lebih banyak kaitannya dengan adanya penurunan

kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motivasi, dan

penurunan produktivitas kerja.(Maulina Hariyanti, 2011)

Menurut Eko Nurmianto (2003) dalam Jhohana Kurnia

Widyasari (2010), kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan

menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja

akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam

industri. Pembebanan otot secara statis pun (static muscular

loading) jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan


mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot,

tulang, tendon, dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan

yang bersifat berulang (repetitive). Selain itu karakteristik kelelahan

akan meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan yang

dilakukan, sedangkan menurunnya rasa lelah (recovery) adalah

didapat dengan memberikan istirahat yang cukup.

2. Jenis kelelahan

Kelelahan kerja akan berakibat pada pengurangan kapasitas

kerja dan ketahanan tubuh, Kelelahan dapat dibedakan menjadi

beberapa macam, yaitu:

a. Berdasarkan proses dalam otot.

Menurut A.M Sugeng Budiono (2003) Terdapat dua jenis

kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum.

1) Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)

Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah

terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu disebut

kelelahan otot secara fisiologi, dan gejala yang ditunjukan

tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik, namun juga

semakin rendahnya gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik

ini dapat menyebabkan sejumlah hal yang kurang

menguntungkan seperti: melemahnya kemampuan tenaga

kerja dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatnya


kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja, sehingga dapat

mempengaruhi produktivitas kerjanya.(Putri, 2015)

2) Kelelahan Umum (General Fatigue)

Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih

yang luar biasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan

terhambat karena munculnya gejala kelelahan tersebut. Tidak

adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis,

segala terasa berat dan merasa mengantuk.(Putri, 2015)

b. Berdasarkan waktu terjadinya

Terdapat 2 jenis kelelahan berdasarkan waktu kerjanya,

yaitu:

1) Kelelahan Akut

Kelelahan akut terjadi terutama disebabkan oleh kerja

suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.

2) Kelelahan Kronis

Kelelahan kronis biasanya terjadi bila kelelahan

berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan

kadang-kadang telah terjadi pada sebelum memulai suatu

pekerjaan. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat kelelahan

kronis dapat dicirikan seperti:

a) Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga menjadi

kurang toleran atau anti sosial terhadap orang lain

b) Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan


c) Depresi yang berat (Wignjosoebroto, 2000).

c. Berdasarkan penyebab kelelahan, meliputi:

1) Kelelahan fisiologis merupakan kelelahan yang disebabkan

karena adanya faktor lingkungaan fisik, seperti penerangan,

kebisingan, panas dan suhu.

2) Kelelahan psikologis terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal

diluar diri yang berwujud pada tingkah laku atau perbuatan

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti suasana

kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun dengan

atasan (Depnaker, 2004).

3. Mekanisme Kelelahan

Keadaan dan perasaan lelah adalah reaksi fungsional pusat

kesadaran yaitu otak (cortex celebri), yang dipengaruhi oleh dua

sistem antagonistis yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem

penggerak (aktivasi). Sistem penghambat bekerja terhadap talamus

(thalamus) yang mampu menurunkan kemampuan manusia

bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Adapun

sistem penggerak terdapat dalam formasio retikularis (formation

reticularis) yang dapat merangsang pusat vegetatif untuk konversi

ergotropis dari organ dalam tubuh kearah kegiatan bekerja,

berkelahi, melarikan diri, dan lain-lain. Maka berdasarkan konsep

tersebut keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung

kepada hasil kerja antara dua sistem antagonistis yang dimaksud.


Apabila sistem penghambat berada pada posisi lebih kuat daripada

sistem penggerak, seseorang berada dalam kondisi lelah.

Sebaliknya, apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem

penghambat, maka seseorang berada dalam keadaan segar untuk

aktif dalam kegiatan termasuk bekerja atau dapat diartikan orang

tersebut tidak berada dalam kondisi lelah (Suma‟mur P.K.,

2014:408).

Siklus Krebs menghasilkan karbondioksida dan energi yang

berbentuk Adenosin Triphosfat (ATP). ATP merupakan sumber

utama energi tubuh yang digunakan untuk melakukan aktivitas

sehari-hari atau bekerja. Kelelahan sebagai akibat dari akumulasi

asam laktat di otot dan di dalam aliran darah. Akumulasi asam

laktat dapat menyebabkan penurunan kerja otot dan kemungkinan

faktor saraf tepi dan sentral berpengaruh terhadap proses

terjadinya kelelahan. Pada saat otot berkontraksi, glikogen diubah

menjadi asam laktat dan asam ini merupakan produk yang dapat

menghambat kontinuitas kerja otot sehingga terjadi kelelahan


Dalam stadium pemulihan terjadi proses yang mengubah

sebagian asam laktat kembali menjadi glikogen sehingga

memungkinkan otot dapat berfungsi normal kembali. Penyediaan

oksigen berpengaruh terhadap kecepatan pemulihan fungsi otot.

Bila beban kerja otot tidak terlampau besar maka otot dapat

mempertahankan keseimbangan, asam laktat yang berlebih tidak

terakumulasi sehingga kapasitas kerja otot kembali normal, tidak

menurun. Menurut Simpson dalam bukunya Lientje Setyawati K.M.

(2011:25). kelelahan otot terjadi karena adanya kekurangan

oksigen dan adanya penimbunan hasil metabolit otot (berupa asam

laktat dan CO2) yang tidak masuk ke dalam aliran darah.

Secara neurofisiologi, siaga merupakan keadaan tertentu

pada sistem saraf yang disebabkan oleh aktivitas antagonis sistem

aktivasi dan inhibisi batang otak. Grandjean mengutarakan bahwa

bila pengaruh sistem aktivasi lebih kuat maka tubuh dapat secara
cepat menjawab setiap stimuli. Bila pengaruh sistem inhibisi lebih

kuat atau proses aktivasi sebagian besar menurun maka tubuh

mengalami penurunan kesiagaan beraksi terhadap suatu rangsang.

Kelelahan dapat terjadi berupa penurunan kesiagaan dan

perubahan waktu reaksi disamping adanya perasaan kelelahan

kerja (Lientje Setyawati K.M., 2011:25).

Kelelahan terjadi karena terakumulasinya produk sisa

pembakaran dalam otot dan peredaran darah (asam laktat). Asam

laktat bersifat membatasi aktivitas otot dan mempengaruhi serat

saraf dan sistem saraf pusat, sehingga terjadi perlambatan dalam

bekerja. Zat yang mengandung glikogen mengalir dalam tubuh

melalui peredaran darah. Setiap kontraksi otot selalu diikuti oleh

peristiwa kimia (oksidasi glukosa) yang mengubah glikogen menjadi

tenaga, panas, dan asam laktat sebagai produk sisa. Pada

dasarnya kelelahan timbul karena terakumulasinya produk sisa

dalam otot dan tidak seimbangnya antara kerja dengan proses

pemulihan. Terdapat tiga penyebab terjadinya kelelahan fisik,

yaitu:

a. Oksidasi glukosa dalam otot menimbulkan karbon dioksida dan

sisa oksida yang lain.

b. Persediaan glikogen dalam hati menipis dan kelelahan akan

timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati tinggal 0,7%.


c. Reaksi oksidasi dalam tubuh tidak seimbang dengan

pembentukkan asam laktat (Soedirman dan Suma‟mur P.K.,

2014:151).

3. Faktor yang menyebabkan kelelahan kerja

Penyebab kelelahan kerja secara garis besar disebabkan

oleh beban kerja baik berupa beban kerja faktor eksternal berupa

tugas (task) itu sendiri, organisasi (waktu kerja, istirahat, shift kerja,

kerja malam,postur kerja dan sebagainya), sedangkan beban kerja

faktor internal yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri berupa

faktor somatis (umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, kondisi

kesehatan, status gizi) dan faktor psikis (motivasi, kepuasan kerja,

keinginan).

Menurut Siswanto (1991) faktor penyebab kelelahan kerja

berkaitan dengan:

a. Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan

rekreasi, variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang

tidak serasi dengan pekerjaan.

b. Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir

yang berlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun.

c. Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta

tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan

pekerja.

d. Status kesehatan (penyakit) dan status gizi.


e. Monoton (pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan)

Menurut Kroemer (2000) juga menjelaskan bahwa faktor

penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan

untuk memelihara/mempertahankan kesehatan dan efesiensi,

proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan (cancel out the

stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam,

tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat

memberikan penyegaran.

Menurut Tarwaka (2004), penyebab kelelahan ada beberapa

macam diantaranya, aktivitas kerja fisik, aktivitas kerja mental,

stasiun kerja tidak ergonomis, sikap paksa, kerja statis, kerja

bersifat monotoni, lingkungan kerja ekstrim, psikologis, kebutuhan

kalori kurang, waktu kerja-istirhat tidak tepat.

Faktor-faktor penyebab kelelahan diilustrasikan dalam

gambar Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kelelahan dan

Penyegaran (Requperation) seperti gambar dibawah ini :


Selain itu, beberapa penyebab yang cukup mempengaruhi

kelelahan kerja, seperti yang dilansir dari beberapa sumber, antara

lain pekerjaan yang berlebihan, kekurangan sumber daya manusia

yang kompeten mengakibatkan menumpuknya pekerjaan yang

seharusnya dikerjakan dengan jumlah karyawan yang lebih banyak

dan batas waktu yang diberikan singkat sehingga kekurangan

waktu.

4. Gejala-gejala kelelahan kerja

Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms)

secara subyektif dan obyektif antara lain( Budiono dkk, 2000) :

a. perasaan lesu, ngantuk dan pusing

b. kurang mampu berkonsentrasi

c. berkurangnya tingkat kewaspadaan

d. persepsi yang buruk dan lambat

e. berkurangnya gairah untuk bekerja


f. menurunnya kinerja jasmani dan rohani

Beberapa gejala tersebut dapat menyebabkan penurunan

efisiensi dan efektifitas kerja fisik dan mental. Sejumlah gejala

tersebut manifestasinya timbul berupa keluhan oleh tenaga kerja

dan seringnya tenaga kerja tidak masuk kerja (Budiono dkk, 2000).

Suma’mur (2013) membuat suatu daftar gejala yang ada

hubungannya dengan kelelahan yaitu perasaan berat di kepala,

menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa berat, menguap, merasa

kacau pikiran, mengantuk, merasakan berat pada mata, kaku dan

canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, mau

berbaring, merasa susah berpikir, lelah bicara, gugup, tidak dapat

berkonsentrasi, tidak memfokuskan perhatian pada sesuatu,

cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan diri, cemas terhadap

sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, tidak dapat tekun dalam

melakukan pekerjaan, sakit kepala, kekauan di bahu, merasa nyeri

di punggung, merasa pernafasan tertekan, merasa haus, suara

serak, merasa pening, spasme kelopak mata, tremor pada anggota

badan dan merasa kurang sehat. Gejala-gejala tersebut

menunjukan pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi dan

gambaran fisik akibat keadaan umum.


E. Tinjaun umum postur kerja

Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisis

keefektifan dari suatu pekerjaan, apabila postur kerja yang dilakukan

oleh pekerja sudah baik dan ergonomis maka dapat dipastikan hasil

yang diperoleh pekerja tersebut akan baik. Namun apabila postur kerja

tidak baik maka pekerja tersebut akan mudah mengalami kelelahan.

Apabila pekerja mudah mengalami kelelahan maka hasil pekerjaan

yang dilakukan pekerja tersebut juga akan mengalami penurunan dan

tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis

memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan

keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga

orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu

mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif,

aman, dan nyaman.Salah satu faktor yang mempengaruhi ergonomi

adalah postur dan sikap tubuh pada saat melakukan aktivitas tersebut.

Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena hasil produksi

sangat dipengaruhi oleh apa yang dilakukan pekerja. Bila postur kerja

yang digunakan pekerja salah atau tidak ergonomis, pekerja akan

cepat lelah sehingga konsentrasi dan tingkat ketelitiannya menurun.

Pekerja menjadi lambat, akibatnya kualitas dan kuantitas hasil produksi

menurun yang pada akhirnya menyebabkan turunnya produktivitas.


Postur kerja sangatlah erat kaitannya dengan keilmuan ergonomi

dimana pada keilmuan ergonomi dipelajari bagaimana untuk

meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya

pencegahan cedera akibat postur kerja yang salah dan penyakit akibat

kerja serta menurunkan beban kerja fisik dan mental, oleh karena itu

perlu dipelajari tentang bagaimana suatu postur kerja dikatakan efektif

dan efisien, tentu saja untuk mendapatkan postur kerja yang baik kita

harus melakukan penelitian-penelitian serta memiliki pengetahuan

dibidang keilmuan ergonomi itu sendiri dengan tujuan agar kita dapat

menganalisis dan mengevaluasi postur kerja yang salah dan kemudian

mampu memberikan postur kerja usulan yang lebih baik sebab

masalah postur kerja sangatlah penting untuk diperhatikan karena

langsung berhubungan ke proses operasi itu sendiri, dengan postur

kerja yang salah serta dilakukan dalam jangka waktu yang lama dapat

mengakibatkan operator akan mengalami beberapa gangguan-

gangguan otot (Musculoskeletal yang mengakibatkan kelelahan.

Musculoskeletal adalah risiko kerja mengenai gangguan otot yang

disebabkan oleh kesalahan postur kerja dalam melakukan suatu

aktivitas kerja. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-

bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan

sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis

secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat

menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan


tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya di istilahkan

dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada

sistem musculoskeletal yang mengakibatkan setiap orang atau

pekerja sering merasakan kelelahan. Ada beberapa postur kerja yang

tidak baik sering dilakukan oleh pekerja pada saat melakukan

pekerjaannya diantaranya membungkuk dan duduk terrlalu lama.

F. TINJAUAN UMUM LAMA KERJA

Lama kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga

kerja itu bekerja disuatu tempat (Tarwaka,2010). Lama kerja

merupakan salah satu alat yang dapat mempengaruhi kemampuan

seseorang, dengan melihat masa kerjanya kita dapat mengetahui telah

berapa lama seseorang bekerja dan kita dapat menilai sejauh mana

pengalamannya (Bachori, 2006).

Siagian (2008) menyatakan bahwa masa kerja menunjukan

berapa lama seseorang bekerja pada masing-masing pekerjaan atau

jabatan. Kreitner dan Kinicki (2004) menyatakan bahwa masa kerja

yang lama akan cenderung membuat seorang pegawai lebih merasa

betah dalam suatu organisasi, hal ini disebabkan diantaranya karena

telah beradaptasi dengan lingkungan yang cukup lama sehingga

seorang pekerja akan merasa nyaman dengan pekerjaannya.

Penyebab lain juga dikarenakan adanya kebijakan dari instansi atau

perusahaan mengenai jaminan hidup di hari tua.


Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan

bertambah sesuai dengan usia, masa kerja di perusahaan dan

lamanya bekerja ditempat kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja yang

baru biasanya belum mengetahui secara mendalam pekerjaan dan

keselamatannya, selain itu tenaga kerja baru mementingkan

selesainya sejumlah pekerjaan yang diberikan kepada mereka. Dalam

suatu perusahaan pekerja-pekerja baru yang kurang pengalaman

sering mendapat kecelakaan sehingga perhatian khusus perlu

diberikan kepada mereka. Lama kerja seseorang dapat dikaitkan

dengan pengalaman yang didapatkan di tempat kerja. Semakin lama

seorang pekerja semakin banyak pengalaman dan semakin tinggi

pengetahuannya dan keterampilannya. Masa kerja yang lebih lama

menunjukkan pengalaman yang lebih seseorang dibandingkan dengan

rekan kerja lainnya, sehingga sering masa kerja/pengalaman kerja

menjadi pertimbangan sebuah perusahaan dalam mencari pekerja.

(Rivai, 2009).

Menurut Hani (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi masa

kerja diantaranya:

a. Tingkat kepuasan kerja

b. Stres lingkungan kerja

c. Pengembangan karir

d. Kompensasi hasil kerja


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar pemikiran variable

Postur kerja yang salah atau tidak ergonomis yang dilakukan

oleh pekerja atau operator akan sering merasakan kelelahan pada

saat selesai bekerja. Operator yang berkerja dengan postur kerja yang

salah dengan waktu yang cukup lama akan berpotensi lebih cepat

merasakan kelelahan.

Lama kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

operator akan merasakan kelelahan kerja.

B. Kerangka konsep

Postur Kerja

Lama Kerja Kelelahan

Umur

Keterangan:

: Variabel Bebas

: Tidak di Teliti

: Variabel Terikat
C. Definis Operasional dan Kriteria objektif

1. Definis Operasional

a. Kelelahan

Kelelahan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Suatu

kondisi atau keadaan tubuh yang lelah, letih yang dapat

menyebabkan terhambatnya aktivitas seseorang

b. Postur kerja

Postur kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gaya atau

postur tubuh yang salah pada seseorang dalam bekerja yang

menyebabkan kelelahan.

c. Lama kerja

Lama kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lamanya

seseorang bekerja dalam suatu pekerjaan.

2. Kriteria Objektif

a. Kelelahan

b. Tidak kelelahan

D. Hipotesis

1. Apakah ada hubungan postu kerja dengan kelelahan kerja

2. Apakah ada hubungan lama kerja dengan kelelahan kerja


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

cross-sectional study (potong lintang) yang akan membuktikan

hubungan kausal antara variabel bebas (independent variable) yaitu

postu kerja dan lama kerja dengan varibel terikat (dependent variabel)

yaitu kelelahan kerja.

B. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di PT. TERMINAL PETI KEMAS

MAKASSAR bagian Bongkar Muat sedangkan waktu penelitiannya

kurang lebih satu bulan.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap dan

umumnya dapat berupa orang, obyek, transaksi atau kejadian.

Populasi dalam penelitian ini seluruhnya berjumlah 18 orang dan

kesemuanya merupakan seluruh operator container crane di

terminal peti kemas Makassar.

2. Sampel

Sampel adalah suatu himpunan atau bagian dari unit

populasi. Metode dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan sampel jenuh. Karena sampel jenuh adalah teknik


pengambilan sampel secara keseluruhan dengan menggunakan

semua anggota populasi yaitu sebanyak 18 orang.

D. Pengumpulan data dan instrument penelitian

1. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini dengan kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang dibuat

untuk memperoleh data dalam penelitian ini. Kuesioner tersebut

disebarkan untuk diisi oleh responden yang menjadi sampel

penelitian untuk memperoleh data yang lengkap pada semua

valiabel yang diteliti.

2. Instrument Penelitian

Untuk memudahkan peneliti mengumpulkan data maka

dipergunakan instrumen penelitian dengan alat bantu berupa daftar

pertanyaan (kuesioner), dimana keseluruhan jawaban

diklasifikasikan kedalam empat kategori.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah daftar

pertanyaan yang mengacu pada variabel bebas. Instrumen

penelitian merupakan pengukuran terhadap fenomena sosial di

mana peneliti pada prinsipnya akan menggunakan alat ukur atau

instrumen penelitian secara spesifik terhadap variabel yang akan

diteliti.
E. Pengolahan dan penyajian data

1. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber,


antara lain buku-buku, laporan-laporan, karya ilmiah dan hasil

penelitian terdahulu.

2. Data Primer adalah data yang diperoleh melalui hasil penelitian


langsung terhadap obyek yang diteliti dengan menggunakan

bantuan kuesioner.
Daftar Pustaka

Anjar Permatasari, Farit Rezal, S. M. fakultas kesehatan masyarakat

universitas halu oleo. (2017). Faktor yang berhubungan dengan

kelelahan kerja pada karyawan di matahari department store cabang

lippo plaza kendari tahun 2016.

Fitriana, program studi kesehatan masyarakat fakultas ilmu kesehatan

universitas islam negeri alauddin gowa. (2012). faktor yang

berhubungan dengan kelelahan kerja pada karyawan bagian produksi

PT. Eastren Pearl Flour Mills (EPEM).

Maulina Hariyanti, program diploma I. kesehatan kerja fakultas

kedokteran universitas sebelas maret. (2011). Pengaruh beban kerja

terhadap kelelahan kerja pada pekerja liting manual di PT. Djitoe

Indonesia Tobacco Surakarta.

Nurjannah, program studi kesehatan masyarakat fakultas ilmu kesehatan

universitas muhammadiyah surakarta. (2014). Hubungan antara

beban kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan bagian Cutting

PT. Dan Liris Banaran Kabupaten Sukoharjo.

Nurrina Riska Amalia, dkk, fakultas kesehatan maksyarakat U. D. (2017).

Hubungan postur kerja dengan keluhan kelelahan pada operator

container crane PT. Terminal Peti Kemas Semarang.

Putri, R. (2015). Proposal Penelitian.


Verawati, L. ikatan alumni kesehatan masyarakat indonesia [IAKMI]

provinsi jawa timur. (2016). Hubungan tingkat kelelahan subjektif

dengan produktivitas pada tenaga kerja bagian pengemasan di cv

sumber barokah.

Anjar Permatasari, Farit Rezal, S. M. fakultas kesehatan masyarakat

universitas halu oleo. (2017). Faktor yang berhubungan dengan

kelelahan kerja pada karyawan di matahari department store cabang

lippo plaza kendari tahun 2016.

Fitriana, program studi kesehatan masyarakat fakultas ilmu kesehatan

universitas islam negeri alauddin gowa. (2012). faktor yang

berhubungan dengan kelelahan kerja pada karyawan bagian produksi

PT. Eastren Pearl Flour Mills (EPEM).

Maulina Hariyanti, program diploma I. kesehatan kerja fakultas

kedokteran universitas sebelas maret. (2011). Pengaruh beban kerja

terhadap kelelahan kerja pada pekerja liting manual di PT. Djitoe

Indonesia Tobacco Surakarta.

Nurjannah, program studi kesehatan masyarakat fakultas ilmu kesehatan

universitas muhammadiyah surakarta. (2014). Hubungan antara

beban kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan bagian Cutting

PT. Dan Liris Banaran Kabupaten Sukoharjo.

Nurrina Riska Amalia, dkk, fakultas kesehatan maksyarakat U. D. (2017).

Hubungan postur kerja dengan keluhan kelelahan pada operator


container crane PT. Terminal Peti Kemas Semarang.

Putri, R. (2015). Proposal Penelitian.

Verawati, L. ikatan alumni kesehatan masyarakat indonesia [IAKMI]

provinsi jawa timur. (2016). Hubungan tingkat kelelahan subjektif

dengan produktivitas pada tenaga kerja bagian pengemasan di cv

sumber barokah.

Anda mungkin juga menyukai