Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecelakaan kerja merupakan suatu masalah yang sering didengar di
dunia industri baik di Indonesia maupun di dunia. Jumlah kecelakaan kerja di
Indonesia sesuai yang dilaporkan jamsostek tahun 2014, angka kecelakaan dari
januari-april 2014 terdapat 8.900 kasus kecelakaan kerja, tahun 2011 lalu
mencapai 99.491 kasus kecelakaan kerja. Pada tahun 2007, tercatat 83.714 kasus
kecelakaan, tahun 2008 sebanyak 94.736 kasus kecelakaan, tahun 2009 sebanyak
96.314 kasus kecelakaan, dan pada tahun 2010 sebanyak 98.711 kasus
kecelakaan kerja. Sedangkan data pekerja yang mengalami kecelakaan kerja pada
tahun 2004, di Indonesia setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja, 27,8%
disebabkan kelelahan yang tinggi, lebih kurang 9,5 % atau 39 orang mengalami
cacat (Depnakertrans,2004).

Kelelahan berasal dari kata lelah yang menunjukan suatu keadaan yang
berasa baik secara fisik dan mental. Tetapi semua mengakibatkan penurunan daya
kerja dan kekurangan ketahanan tubuh untuk terus melakukan pekerjaan.
Kelelahan adalah keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan tubuh
dalam melakukan pekerjaan. Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda
dari setiap individu, tetapi semua akan berdampak pada kehilangan efisiensi dan
penurunan kapasitas kerja serta kelelahan merupakan mekanisme perlindungan
tubuh agar terhindar dari kerusakan yang lebih lanjut, sehingga terjadi pemulihan
(Umyati, 2010). Kelelahan sering disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari
faktor individu dan dari faktor luar individu. Karakteristik individu yaitu umur,
masa kerja, riwayat penyakit dan status gizi. Kelelahan kerja juga disebabkan
oleh kurangnya waktu tidur, kesehatan pekerja, lingkungan kerja, beban kerja,
shift keja dan umur. Hal yang serupa disampaikan oleh Setyawati (2007) pada
umur yang lebih tua terjadi penurunan kekuatan otot, tetapi keadaan ini diimbangi
dengan stabilitas emosi yang lebih baik dibandingkan dengan tenaga kerja yang
umurnya tua dapat berakibat positif dalam melakukan pekerjaan.

1
2

Menurut Tarwaka (2004) ada beberapa faktor yang menyebabkan


terjadinya kelelahan pekerja di dunia industri. Faktor tersebut adalah intensitas
dan lama kerja fisik dan mental, lingkungan kerja (iklim kerja, penerangan,
kebisingan, getaran, dan lain-lain), problem fisik (tanggung jawab, kekawatiran,
dan konflik), kenyerian dan kondisi kesehatan, circadian rhythm (ritem
sirkadian), nutrisi. Dari penjelasan tersebut sesuai dengan hasil dari penelitian
Susetyo dkk (2008) pengukuran kelelahan pada pengerajin perak yang
menggunakan alat tidak ergonomi dapat dinilai dengan keluhan subjektif yang
dikelompokkan menjadi 3, yaitu pelemahan kegiatan dengan hasil lelah pada
seluruh tubuh (66,7%), pelemahan motivasi dengan hasil tidak dapat konsentrasi
(66,8%), pelemahan fisik dengan hasil kaku pada bahu (66,7%), nyeri pada
punggung (66,7%). Kelelahan yang terjadi pada pengerajin perak disebabkan
sikap kerja yang tidak alamiah akibat alat yang tidak ergonomi dan intensitas
lingkungan kerja yang kurang memadai.
Menurut studi epidemilogi di Amerika Serikat bahwa kelelahan kerja
merupakan suatu kelelahan yang termasuk sering dijumpai di masyarakat. Hal
tersebut ditunjukkan dengan data bawah 24% orang dewasa yang datang ke
poliklinik menderita kelelahan. Sedangkan di Inggris terkait kelelahan yang
dialami sebanyak 25% dari seluruh pekerja wanita dan pekerja pria 20%
mengalami kelelahan (Kennedy, 2010:1). Akibat dari kelelahan yang dibiarkan
akan berakibat kepada kecelakan dari pekerja, hal tersebut akan merugikan
pekerja itu sendiri karena baik ekonomi maupun secara fisik.
Indonesia merupakan salah satu negara besar di dunia yang memiliki
jumlah penduduk usia kerja (penduduk diatas 15 tahun) 165,6 juta orang (BPS,
2014:1). Dari data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara
yang sangat perpeluang besar dalam bidang penyedia tenaga kerja di tingkat
internasional. Dalam hal ini membuat negara Indonesia sebagai penyumbang
sumber tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar yang dapat membantu
pemenuhan kebutuhan tenaga kerja ditingkat dunia (BPS, 2018:1).
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin melakukan penelitian
dengan judul pengaruh tinggi badan dan lingkungan kerja terhadap kelelahan
pada saat praktikum kerja bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo.
3

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut yang sudah dipaparkan, maka
rumusan masalah peneliti sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh tinggi badan terhadap kelelahan pada saat


praktikum kerja bengkel?
2. Apakah ada pengaruh lingkungan kerja terhadap kelelahan pada saat
praktikum kerja bengkel?
3. Apakah ada pengaruh tinggi badan dan lingkungan kerja terhadap
kelelahan pada saat praktikum kerja bengkel?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka
penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh tinggi badan terhadap kelelahan pada saat


praktikum kerja bengkel.
2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap kelelahan pada
saat praktikum kerja bengkel.
3. Untuk mengetahui pengaruh tinggi badan dan lingkungan kerja terhadap
kelelahan pada saat praktikum kerja bengkel.

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis peneletian ini sebagai berikut:

1. Ada pengaruh tinggi badan terhadap kelelahan pada saat praktikum kerja
bengkel.
2. Ada pengaruh lingkungan kerja terhadap kelelahan pada saat praktikum
kerja bengkel.
3. Ada pengaruh tinggi badan dan lingkungan kerja terhadap kelelahan pada
saat praktikum kerja bengkel.
4

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan bagi Jurusan untuk mendesain ruangan sesuai dengan nilai
ambang batas ruangan dan jenis aktivitas untuk meningkatkan
kenyamanan dan produktivitas penggunanya.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Memberikan informasi bagi siswa untuk menjadiakan tambahan wawasan
tentang faktor yang menjadikan suatu kelelahan kerja dan dampak dari
kelelahan kerja.

b. Bagi SMK Muhammadiyah 3 Dolopo


Sebagai referensi yang berhubungan dengan pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dan dapat memberikan informasi serta gambaran
mengenai kelelahan kerja.

c. Bagi peneliti
Hasil dari peneliti ini dapat dipergunakan sebagai bahan rujukan bagi peneliti
selanjutnya yang berkaitan dengan kelelahan kerja, serta sebagai referensi
tambahan dalam penelitian sejenis sesuai dengan kebutuhan.

F. Asumsi Penelitian
Asumsi dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Semua karakter dan sikap siswa dianggap sama.


2. Jenis pekerjaan sebelum praktikum kerja bengkel dianggap sama.
3. Status kesehatan dianggap sama yaitu dianggap sehat.
4. Umur siswa dianggap sama.
5. Faktor etnis siswa tidak dibedakan dalam pengukuran kelelahan.
6. Asupan gizi pada siswa dianggap sama.
7. Waktu istirahat atau jam tidur siswa dianggap sama.
8. Pecahayaan ruangan kerja.
5

G. Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Penelitian


1. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini akan meneliti pengaruh dari tinggi badan dan
lingkungan kerja pada siswa yang sedang praktikum dan untuk tempat
penelitian di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo.
2. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti keterbatasan dalam menetukan
kesungguhan siswa dalam menjawab pertanyaan yang ada pada lembar
kuisioner. Yang terkait, dengan tujuan mempermudah peneliti dalam
memberikan kesimpulan, maka peneliti memberikan batasan penelitian
hanya mengambil sampel di bengkel praktikum kerja bengkel Smk
Muhammadiyah 3 Dolopo

H. Definisi Operasional
1. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan ukuran posisi tubuh berdiri (vertical) dengan
kaki menempel pada lantai, posisi kepala dan leher tegak, pandangan
rata-rata air, dada dibusungkan, perut datar dan tarik nafas beberapa
saat.
2. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan kondisi sekitar dari tempat yang
digunakan untuk kegiatan praktik kerja bangku. kondisi sekitar harus
sesuai dengan standar yang sudah ditentukan oleh undang-undang yang
sedang berlaku dilihat dari segi suhu, kebisingan, kelembaban dan
pencahayaan dari ruangan tersebut.
3. Kelelahan
Istilah kelelahan menunjukan kondisi yang berbeda-beda dari setiap
individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisensi dan
penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh yang secara umum
gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian kelelahan fisik
atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental fatigue.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kelelahan Kerja
Menurut sutanto dkk (2008:10) kelelahan dapat diartikan sebagai
perubahan dari keadaan kuat berubah menjadi yang lebih lemah. Hal
serupa dinyatakan oleh Farida (2009) kelahan dapat diartikan sebagai
sinyal ilmiah yang diberikan oleh tubuh karena adanya penurunan fungsi
tubuh akibat proses kerja membutuhkan keseimbangan pada seluruh
sistem di dalam tubuh. kelelahan dapat menurukan kinerja dari seseorang
dan dapat meningkatkan kesalahan pada saat bekerja. meningkatnya
kesalahan dalam bekerja akan meberikan peluang terjadinya kecelakaan
kerja dalam industri.Pembebanan otot secara static atau static muscalar
loading jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan
mengakibatkan RSI atau Repetitien Strain Injuries, yaitu nyeri otot, tulang,
tendon, dan lain-lain yang disebabkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat
berulang atau repetitive (Nurmianto, 2003). terdapat empat kelompok
penyebab kelelahan kerja yaitu; keadaan monoton, beban pekerjaan baik
fisik maupun mental, keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan
dan kebisingan, keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran
atau konflik, Penyakit atau perasaan sakit (Suma’mur, 1996).

Menurut Kuswana (2017:233) kelelahan dapat disebabkan secara


fisik dan mental, kelelahan fisik atau kelelahan otot adalah
ketidakmampuan fisik sementara otot untuk tampil maksimal. Permulaan
kelelahan otot selama aktivitas fisik secara bertahap, dan bergantung pada
tingkat kebugaran fisik individu dan juga faktor-faktor lainnya. Sedangkan
kelelahan mental adalah ketidakmampuan sementara untuk
mempertahankan kinerja kognitif yang optimal. Permulaan kelelahan
mental selama kegiatan kognitif secara bertahap, tergantung pada
kemampuan kognitif seseorang, dan juga faktor-faktor lain,seperti kurang
tidur dan kesehatan secara keseluruhan. Sedangkan menurut Tarwaka

6
(2004) faktor penyebab kelelahan sangat bervariasi, dan untuk memelihara
atau mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus
dilakukan diluar tekanan. Penyegaran terjadi terutama pada saat tidur di
malam hari, tetapi periode istirahat dan waktu berhenti kerja atau

7
7

istirahat juga dapat memberikan penyegaran. Faktor-faktor


penyebab terjadinya kelelahan kerja adalah intensitas lama kerja fisik dan
mental, lingkungan kerja (iklim kerja, penerangan, kebisingan, getaran dan
lain-lain), problem fisik (tanggung jawab, kekawatiran, dan konflik),
kenyerian dan kondisi kesehatan, circadian rhythm (Ritme sirkadian) dan
nutrisi

B. Asam Laktat
Asam laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaeronik.
Proses metabolisme anaeronik ini berlangsung tanpa adanya bantuan
oksigen dalam keadaan istirahat. Asam laktat juga ada didalam tubuh dan
kadarnya akan bertambah pada saat beraktivitas. Konsentrasi asam laktat
di dalam darah akan meningkat dengan cepat ketika penggunaan kekuatan
antara 50 sampai 70% dari beban kerja maksimal (Chuma dan Nazar,
2010:287). Kadar asam laktat darah pada orang sehat dalam kondisi
beristirahat berkisar antara 1-2 mmol/L darah. Aktivitas dengan intensitas
yang tinggi berkontribusi dan berakumulasi pada asam laktat darah. Proses
pemulihan asam laktat menurut Purnomo (2011:162) dalam keadaan
proses pemulihan pasif memerlukan waktu 1 jam, sedangkan dengan
pemulihan aktif membutuhkan waktu 20-30 menit.

Penurunan kadar asam laktat terjadi jika tersedia oksigen yang


cukup. Menurut Sughiharto (2014:253) pengeluaran asam laktat pada
proses pemulihan terjadi karena beberapa hal, yaitu; 1) Asam laktat akan
dikeluarkan lewat urine dan keringat, 2) Asam laktat diubah menjadi
glukosa dan glikogen di hati, 3) asam laktat juga akan diubah menjadi
asam amino atau alanin, 4) Dioksidasi menjadi C02 dan H2O dengan
bantuan oksigen.

C. Tinggi Badan
Kuswana (2015:73) mendefinisikan tinggi badan merupakan jarak
vertikal dari alas lantai yang tegak lurus ke titik puncak atau mahkota
kepala. Tinggi badan merupakan salah satu faktor antropometri yang
memberikan informasi pertumbuhan skeletal seseorang. Selain itu, tinggi
8

badan merupakan ukuran yang memiliki hubungan masa tubuh terhadap


tinggi tubuh. Anak-anak normal pertumbuhan tubuhnya selaras dengan
pertambahan usia, sedangkan pada orang dewasa lebih dari 21 tahun relatif
tidak bertambah. Tinggi badan siswa akan mempengaruhi tinggi meja
yang akan digunakan untuk melakukan praktek kerja bangku. Menurut
Kusawana (2017:147) posisi kerja yang baik adalah dimana jangkauan
gerakan dari batang tubuh tidak dipaksakan atau bebas bergerak ke depan
ataupun ke belakang, dan postur tulang belakang lumbar sebagai
persentase dari lingkungan lumbar maksimum untuk pinggul yang
berbeda-beda dan sudut lutut seperti gamabar 2.1.

Gambar 2.1 Dimensi Posisi kerja berdiri

(sumber: Kuswana 2017:147)

D. Lingkungan Kerja
Sutrino (2010:118) mendefinisikan lingkungan kerja berkaitan
dengan sesuatu yang ada disekitar pekerja pada saat bekerja,seperti kondisi
ruangan, suasana ruangan, penerangan ruangan, alat-alat yang digunakan
pada saat melakukan sebuah pekerjaan, stanar keamanan dalam melakukan
pekerjaan yang mampu meningkatkan suasana kondusif, semangat, dan
menyenangkan dalam melakukan pekerjaan. Menurut Yassierli dan
iridiastadi (2014:217) kinerja seseorang dalam melakukan pekerjaannya
9

sering bergantung pada lingkungan fisik tempat pekerjaan tersebut


dilakukan.disamping dapat berdampak buruk pada kinerja, lingkungan
fisik yang tidak dirancang dengan baik dapat mempengaruhi kesehatan dan
bahkan keselamatan dari pekerja. lingkungan yang memiliki temperatur
lebih dari suhu tubuh, kecenderungan untuk mengurangi kekuatan,
terutama dengan udara lembab, mobilitas tubuh dan keterampilan jari
secara langsung akan memudahkan penurunan ( kelelahan ) ( Kuswana,
2015:47 ).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja


merupakan suasana atau kondisi disekitar pekerjaan yang akan berdampak
pada kesehatan, kelelahan dan bahkan apabila lingkungan kerja tidak
diatur dengan baik dapat mengakibatkan sebuah kecelakaan kerja. Alat
yang akan digunakan untuk penilitian ini adalah Multifunction
Environment Meter, alat ini bisa digunakan untuk mengukur sound meter
lever, higro meter, termo meter, dan lux meter. Sedangkan untuk mengukur
sirkulasi udara menggunakan anemo meter.

Gambar 2.2 Multifunction Enviroment Meter


(sumber: https://darmasakti.com/jual/4-in-1-multifunction-environment-meter-cem-
dt-8820)

E. Suhu Udara
Paparan suhu lingkungan kerja diatas nilai ambang batas
memberikan tekanan pada pekerja dimana pekerja akan merasa tidak
nyaman berada pada lingkungan kerjanya sendiri, hal ini juga dapat
10

membuat pekerja dehidrasi sehingga membuat pekerja mudah lelah, tidak


fokus, sehingga mengalami stres akibat kerja. Hal ini dapat mengakibatkan
berkurangnya efisiensi, efektifitas, dan produktivitas dalam bekerja
(Tarwaka, 2015).

Sedangkaan menurut Kuswana (2017:169) jika kondisi


lingkungan memiliki temperatur > 34 ℃ akan berpengaruh terhadap tubuh
dan terjadi tiga tahap yang ditimbulkan jika terpapar dengan suhu suhu
yang tinggi ekstrim, tahapnya yaitu; 1) heat cramps gejalanya adalah kram
otot yang amat menyakitkan dan biasanya terjadi pada otot tangan atau
kaki. 2) heat exhaustion gejalanya adalah kulit yang dingin, lembap atau
memar, sakit kepala, mual, pusing, lemas, dan lelah. 3) heat stroke
gejalanya antara lain kulit panas, memerah, dan tidak berkeringat (kering),
penurunan,kesadaran, denyut nadi yang cepat dan lemah, pernapasan yang
cepat dan dalam. Pada umumnya tubuh manusia dalam kondisi nyaman
berada pada suhu 37℃, suhu ini dapat dipertahankan dengan mengikuti
kondisi lingkungan dan pakaian yang digunakan. Tubuh manusia merasa
kepanasan jika tidak dapat melepaskan panas dalam waktu yang tepat.
Panas tubuh dikeluarkan melalui cara: 1) Radiasi panas ke udara sekeliling
yang lebih sejuk sebesar 40%- 60%. 2) Penyaluran panas secara langsung
(konduksi) melalui telapak kaki. 3) Perpindahan kalor 25% - 30% ke udara
secara konveksi. 4) Penguapan keringat dan pernafasan 25% - 30%.
faktor-faktor yang mempengaruhi dari suhu udara sebagai berikut:

1. Sirkulasi Udara
Udara yang tidak baik dalam suatu rungan kerja dapat
mengakibatkan gangguan terhadap paru-paru, darah, kulit, dan lai-lain.
Temperatur dalam ruangan akan dipengaruhi oleh kelembaban dan
kecepatan gerak dari udara. Oleh karena itu, untuk mencuptakan sirkulasi
udara yang baik dibutuhkan ventilasi udara yang cukup dan memadai.
Menurut Yoto (2015:137) untuk penempatan ventilasi harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut.
11

1. Harus diletakkan sedemikian rupa sehingga merupakan cross


ventilation, artinya diletakkan pada satu jurusan angin.
2. Luas ventilasi harus memnuhi dan menurut perbandingan luas
bengkel yang memerlukan ventilasi yaitu kurang lebih 20%.
3. Ventilasi perlu dipertimbangkan untuk keamanan ruangan.
2. Kelembaban
Kelembaban adalah konsentrasi uap air yang terkandung dalam
udara (%), angka konsentrasi ini dapat diekspresikan dalam kelembaban
absolut, kelembaban spesifik atau kelembaban relatif (Kuswana,
2017:210). Alat untuk mengukur kelembaban disebut higrometer, dan
humadistat digunakan untuk mengukur tingkat kelembaban udara dalam
bangunan dengan sebuah pengawal lembab (dehumidifier). standar
kelembaban pada tempat kerja yakni 65% - 95%. kelembaban absolut
mendefinisikan massa dari uap air pada volume tertentu campuran udara
atau gas, dan umumnya dilaporkan dalam gram per meter kubik.
Sedangkan (Geograph, 2016) menyatakan sebagai berikut:

Kelembaban udara dapat dinyatakan dalam kelembaban


nisbi/relatif dan kelembaban mutlak.  Kelembaban nisbi adalah
perbandingan banyaknya uap air dalam udara dengan jumlah
uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara dalam
suhu yang sama. Kelembaban mutlak adalah banyaknya uap air
yang terkandung dalam 1 m3 udara. Rumus untuk menghitung
kelembaban nisbi adalah sebagai berikut:

Berdasarkan rumus tersebut contoh soalnya sebagai berikut:

3
Dalam 1 m udara pada suhu 20º C terdapat 25 gram uap air. Jumlah uap
3
air maksimum dalam 1 m udara pada suhu 20º C adalah 50 gram.
Berapa nilai kelembaban relatifnya?

Jawab: 
12

25
Kelembaban relatif  =   ×100 %=50 %
50
Jadi dapat disimpulkan bahwa kelembabannya adalah 50%

F. Kebisingan
Bising (noise) adalah suara yang tidak dikehendaki (unwanted or
undesired sound), suara yang tidak mempunyai kualitas musik, atau suara
yang mengganggu (Marji, 2013: 1). Menurut Anizar (2012:159)
kebisingan dapat menyebabkan kehilangan pendengaran, mengganggu
pidato dan pendengaran, menyebabkan kejengkelan, dan merusak
pekerjaan pada sejumlah batas. Satuan yang digunakan untuk mengukur
tekanan suara, dan intensitas suara yaitu desibel (dB). frekuensi suara yang
dapat didengar oleh telinga manusia berkisar 20-20.000 Hz dan 20-12.000
Hz (orang yang berusia lanjut).

Di Indonesia nilai ambang batas untuk kebisingan telah


ditetapakan yakni 85 dB (menurut surat edaran menteri tenaga kerja,
transmigrasi dan koperasi no 1 tahun 1978). kebisingan dalam ruangan
kerja yang diatas abang batas membuat seseorang mudah marah, gelisah,
tidak bisa tidur bahkan yang terparah dapat mengakibatkan orang tersebut
tuna rungu.

Adapun gangguan yang terjadi jika kebisingan melebihi dari nilai


abang batas yang ditetapkan sebagai berikut:

1) Gangguan Fisiologis Gangguan fisiologis adalah gangguan yang


mula-mula timbul akibat kebisingan. Pembicaraan atau instruksi
dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas, pembicara
terpaksa berteriak-teriak selain memerlukan ekstra tenaga juga
menambah kebisingan (Departemen Kesehatan RI, 2003).
Kebisingan juga dapat menurunkan kinerja otot yaitu
berkurangnya kemampuan otot untuk melakukan kontraksi dan
relaksasi, berkurangnya kemampuan otot tersebut menunjukkan
terjadi kelelahan pada otot (Suma’mur P.K., 2009).
13

2) Gangguan Psikologis Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja


adalah mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu
komunikasi, mengurangi konsentrasi (A.M. Sugeng Budiono,
dkk., 2003). Kebisingan mengganggu perhatian tenaga kerja yang
melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap suatu proses
produksi atau hasil serta dapat membuat kesalahan-kesalahan
akibat terganggunya konsentrasi. Kebisingan yang tidak
terkendalikan dengan baik, juga dapat menimbulkan efek lain
yang salah satunya berupa meningkatnya kelelahan tenaga kerja
(Suma’mur P.K., 2009). Kelelahan adalah reaksi fungsionil dari
pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh dua
sistem antagonistik 11 yaitu sistem penghambat atau inhibisi dan
sistem penggerak atau aktivasi, dimana keduanya berada pada
susunan syaraf pusat. Sistem penghambat terdapat dalam thalamus
yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan
menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Adapun sistem
penggerak terdapat dalam formatio retikularis yang dapat
merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari
dalam tubuh ke arah bekerja. Maka keadaan seseorang pada suatu
saat tergantung pada hasil kerja diantara dua sistem antagonistik
tersebut. Apabila sistem aktivasi lebih kuat maka seseorang dalam
keadaan segar untuk bekerja, sebaliknya manakala sistem
penghambat lebih kuat maka seseorang dalam keadaan kelelahan
(Suma’mur P.K., 2009).
3) Gangguan Patologis Organisasi, Pengaruh kebisingan terhadap
alat pendengaran yang paling menonjol adalah menimbulkan
ketulian yang bersifat sementara hingga permanen (Departemen
Kesehatan RI, 2003). Kebisingan dapat menurunkan daya dengar,
dan tuli akibat kebisingan (A.M. Sugeng Budiono, dkk., 2003).
Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah
kerusakan pada indera-indera pendengar yang menyebabkan
ketulian progresif. Pemulihan terjadi secara cepat sesudah
14

dihentikan kerja di tempat bising untuk efek kebisingan


sementara. Tetapi paparan bising terus menerus berakibat
kehilangan daya dengar 12 yang menetap dan tidak pulih kembali,
biasanya dimulai pada frekuensi sekitar 4000 Hz dan kemudian
menghebat dan meluas ke frekuensi sekitarnya dan akhirnya
mengenai frekuensi yang digunakan untuk percakapan (Suma’mur
P.K., 2009). Seseorang yang terpapar kebisingan secara terus
menerus dapat menyebabkan dirinya menderita ketulian.

G. Kerja Bangku
Kerja bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai dalam
mengerjakan benda kerja secara manual, Pekerjaan kerja bangku
melakukan penekanan pada pembuatan benda kerja dengan alat tangan dan
dilakukan di bangku kerja (Sumolang, 2019:10). untuk ketinggian meja
kerja harus bisa disesuaikan dengan tinggi badan. Menurut Kuswana
(2017:146) menyatakan sebagai berikut:

Untuk menyesuaikan ketinggian meja kerja yang dimaksud untuk


digunakan oleh beberapa orang (sebagai hasil dari paruh waktu kerja,
kerja tim atau rotasi tugas), atau setiap kali tugas yang berbeda (misalnya
dengan berbeda ukuran benda kerja) harus dilakukan di meja yang sama.
Harus memungkinkan untuk mudah menyesuaikan meja dari normal
posisi kerja. Sebuah meja kerja dimaksudkan untuk berdiri yang
digunakan untuk tugas yang diberikan, dan di mana ada benda dengan
ketebalan yang berbeda yang digunakan, harus memiliki berbagai
penyesuaian minimal 15 cm untuk memenuhi perbedaan individu dalam
ukuran tubuh.
Jadi dari pendapat diatas disimpulkan bahwa kenyamanan kerja
juga akan bergantung pada faktor tinggi meja yang digunakan.
Standarnya, meja kerja yang ideal itu memiliki tinggi 70-75 cm dengan
lebar sekitar 120 cm. Meja yang terlalu tinggi maupun rendah dapat
mengganggu kosentrasi dan tentunya bisa mengganggu tulang belakang,
yang mana hal tersebut jika dibiarkan dapat mempercepat terjadinya
kelelahan pada siswa yang sedang melakukan praktikum kerja bangku.

Selain meja kerja yang baik, untuk menciptakan kenyamanan saat


mengerjakan tugas maka harus didukung dengan tempat kerja atau bengkel
15

yang baik juga. Menurut (Yoto, 2015) bengkel kerja yang baik itu sebagai
2
berikut, untuk luas bangunan adalah 160 m , untuk jenis lantai yang baik
menggunakan Beton dengan permukaan kasar, untuk ventilasiruang
bengkel yang baik kurang lebih 20% dari luas lantai, umtuk tinggi langit-
langit jika diukur dari lantai tingginya kurang lebih 4 sampai 5 m, untuk
pencahayaan alam dengan luas kaca/tembus cahaya kurang lebih 25% dari
luas lantai dan cahaya listrik kurang lebih 500 lux, dan yang terakhir untuk
utilitas supply daya 1 phase dan 3 phase dilengkapi dengan exhaust fan.
16

H. Kerangka Konseptual
Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini dapat dilihat pada
gambar 2.2.

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konseptual

Dari Gambar 2.2, dapat dilihat bagaimana alur terjadinya


kelelahan pada saat kerja atau lebih jelasnya pada saat praktikum kerja
bangku. Dari bagan dapat diketahui apa saja yang mempengaruhi
17

terjadinya kelelahan, mulai tinggi badan dan berat badan yang akan
berakibat pada jumlah asam laktat pada otot manusia. Jika jumlah asam
laktat semakin banyak maka kemungkinan terjadi kelelahan akan semakin
besar. Selain itu, lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya
kelelahan saat melakukan pekerjaan. Lingkungan yang tidak sehat atau
kurang baik contohnya suhu ruangan yang sangat panas akan mempercepat
terjadinya dehidrasi pada tubuh manusia.

Dari bagan tersebut yang akan dilakukan yang akan dilakukan


penelitian adalah garis arah panah yang tidak putus-putus, sedangkan yang
garis arah panah yang putus-putus tidak dilakukan penelitian. Penelitian
ini akan difokuskan pada praktik mengikir saja dan untuk faktor
lingkungan hanya akan diambil sirkulasi udara, suhu udara, kelembaban,
dan kebisingan. Setelah dilakukan langkah pengujian dari masing-masing
faktor yang mempengaruhi kelelahan akan diketahui bagaimana
dampaknya terhadap kelelahan pada saat praktikum kerja bengkel. Dari
bagian kajian pustaka, peneliti berhipotesis; 1) Terdapat pengaruh yang
signifiknan dari tinggi badan terhadap kelelahan pada saat praktikum kerja
bengkel, 2) Terdapat pengaruh yang signifikan dari lingkungan kerja
terhadap kelelahan pada saat praktikum kerja bengkel, 3) Terdapat
pengaruh yang signifikan dari tinggi badan dan lingkungan kerja terhadap
kelelahan kerja pada saat praktikum kerja bengkel.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian destriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Karena mencari pengaruh antara variabel bebas (Independen)
yaitu variabel tinggi badan dan lingkungan kerja dengan variabel terikat
(dependen) yaitu kelelahan kerja. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian korelasional karena mengidentifikasi pengaruh dari suatu
variabel terhadap variabel lainnya, metode yang digunakan adalah expost
facto causal research karena data diambil berasal dari peristiwa yang telah
terjadi sehingga peneliti hanya menjelaskan data sesuai fakta berdasarkan
pengukuran responden dengan menggunakan kuisioner.

Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada skema berikut:

H1

H3

H3

Gambar 3.1 Pengaruh Variabel X 1 dan


X2

Terhadap Variabel Y

17
18

Keterangan:
a. Variabel tinggi badan ( X 1)
b. Variabel lingkungan kerja (X ¿ ¿2)¿
c. Variabel kelelahan kerja (Y)

d. Hipotesis tinggi badan terhadap kelelahan H1 

e. Hipotesis lingkungan kerja terhadap kelelahan (H 2)

f. Hipotesis tinggi badan dan lingkungan kerja terhadap kelelahan ( H 3 )

B. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Dalam penelitian ini, populasi penelitian yang digunakan siswa kelas 10
TKRO A yang sedang praktikum kerja bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah
3 Dolopo. Karena untuk mengetahui apakah ada yang mngelami kelelahan pada
saat pratik kerja bengkel.

2. Sampel
Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini penulis
menggunakan total sampling. Total sampling adalah pengambilan sampel yang
sama dengan jumlah populasi yang ada. Pengambilan sampel untuk siswa yang
praktikum kerja bengkel di Smk Muhammadiyah 3 Dolopo menggunakan seluruh
populasi (total sampling) yaitu 23 siswa. Respondennya antara lain sebagai
berikut:

N
O NAMA LENGKAP
1 ALFITO FRENDY KURNIAWAN
2 ANDRI
3 BAGAS PRIYO WAHYUDI
4 BAGUS CAHYA PUTRA PERDANA
5 BAYU HERDIANSYAH PRATAMA
6 BIMA PUTRA AMARTA
7 DITO PRASTYO UTOMO
19

8 DZAMAR FARID AZZAHRON


9 FAIZ AZZIM
10 FAJAR ARDIAN RAMADANI
11 FERI BAGUS SAPUTRA
12 IRFAN WAHYU RIANTO
13 JOHAN MUCHAGE
14 LUTHFI LIZKYA JAMALUDIN
15 M. RINO CAHYO PAMBUDI
16 MOH. SAIFULOH AL AZIZ
17 MUHAMAD MIFTAKHUL NGAZIZ
18 MUHAMMAD ARIFIN
19 NANANG WAHYU SANJAYA
20 PURWADI
21 RAHMAD SURYA ANDIKA
22 RANGGA ADITYA PAMUNGKAS
23 RIFANTRI ALI GUFRON
Tabel 3.1. daftar responden

C. Teknik Pengumpulan Data


Ada tiga tahap dalam prosedur pengumpulan data, yaitu tahap persiapan,
pelaksanaan, dan pengolahan data penelitian.
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan, adalah mengurus permohonan ijin penelitian pada
Fakultas Teknik Universiatas Negeri Malang. Dilanjutkan untuk
merekonmendasikan ke bengkel praktikum kerja bengkel Smk Muhammadiyah 3
Dolopo Selanjutnya dilakukan penyusunan angket yang mencakup item-item
pertanyakan untuk mendapatkan informasi.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanan penelitian, setelah mendapatkan surat ijin penelitian
dan angket sudah selesai dibuat, kemudian langsung menemui kepala bengkel
SMK Muhammadiyah 3 Dolopo untuk mengadakan penelitian di bengkel. Pada
tahap berikutnya menyerahkan angket untuk diisi oleh responden, observasi untuk
mengetahui kelelahan kerja pada setiap siswa yang sedang praktikum kerja
bengkel, dan dokumentasi untuk mengumpulkan data. Setelah data terkumpul
kemudian dilakukan pengolahan data oleh peneliti.

3. Pengolahan Data
20

Apabila data dan infromasi diinginkan sudah terpenuhi, maka proses


selanjutnya adalah mengolah data mentah tersebut. Pengolahan mengunakan
SPSS 2018 dimulai dengan menyeleksi data, pengkodean pada data, dan
kemudian ditabulasikan dalam tabel dan diagaram untuk mempermudah
menganalisis dan menginterpretasi data sesuasi dengan rumus yang digunakan
dan hasilnya dipaparkan dalam bab IV penelitian ini.
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan kuisioner untuk intrumen
penelitiannya, karena data yang dihasilkan nanti sesuai dengan yang diinginkan
oleh peneliti. Skala yang digunakan dalam instrumen yaitu skala Likert.
Menggunakan skala likert karena untuk mempermudah responden dalam
memahami pernyataan dan menjawab pernyataan yang ada di dalam kuisioner.
Skala Likert digunakan untuk mengetahui sikap, persepsi, dan pendapat seseorang
atau kelompok orang terhadap potensi dan permasalahan suatu objek, rencana
suatu produk, proses pembuatan produk, dan produk yang telah dikembangkan
atau diciptakan. (Sugiyono, 2016:165).
Indikator variabel dijabarkan dengan membuat item instrumen yang
berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap
jawaban dihubungkan dengan pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan
dengan kata-kata dimana setiap pertanyaan diberi scoring dengan skala likret ( 4
skala). peneliti menggunakan 4 skala agar responden mempunyai jawaban dan
tidak menjawab netral. Penyekoran sebagai berikut:
3.2 Skor Setiap Item

Pilihan jawaban Skor Jawaban

Tidak pernah merasakan 0

Kadang-kadang merasakan 1

Sering merasakan 2

Sangat Sering merasakan 3

Tabel 3.2 penyekoran setiap item

Hasil perhitungan kemudian dikategorikan sebagai berikut:


21

1. Rendah / tidak lelah, dengan skor total 0-21


2. Sedang / kurang lelah, dengan skor 22-24
3. Tinggi / lelah, dengan skor 45-64
4. Sangat tinggi / sangat lelah, dengan skor 68-90
Dalam penelitian ini kuisioner kelelahan kerja yang diadopsi dari
Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang. Yang berisi tentang gejala
kelelahan umum yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif.
Kueisoner ini berisi 30 pertanyaan sebagai indikator yang terdiri dari 10
pertanyaan sebagai indikator tentang pelemahan kegiatan, 10 pertanyaan sebagai
indikator tentang pelemahan motivasi, dan 10 pertanyaan sebagai indikator
tentang gambaran kelelahan fisik.

E. Teknik Analisis Data


Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tinggi badan dan
lingkungan kerja terhadap kelelahan kerja siswa yang sudah melaksanakan
praktikum kerja bengkel di Smk Muhammadiyah 3 Dolopo.
1. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian regresi, terlebih dahulu harus dilakukan
pengujian asumsi klasik yang berguna untuk mengetahui apakah data yang
digunakan telah memenuhi ketentuan dalam model regresi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data berdistribusi normal,
sehingga analisis dengan validitas, reabilitas uji-t, korelasi, regresi, dapat
dilaksanakan. Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-
Smirnov Test.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (In dependen), karena
untuk model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi antara variabel
independen. Multikolonieritas didalam model regresi, dapat dideteksi dengan
melihat pada nilai Variance Inflation Factor (VIF), yaitu dengan cara:
1) Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa
tidak terdapat multikolonieritas pada penelitian tersebut
22

2) Jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF 10, maka dapat diartikan bahwa
terdapat masalah multikolonieritas pada penelitian tersebut.
VIF adalah suatu estimasi berapa besar multikolonieritas meningkatkan
varian pada suatu koefesien estimasi sebuah variabel penjelas. Dimana VIF yang
tinggi menunjukkan bahwa multikolonieritas telah menaikkan sedikit varian pada
koefesien estimasi, akibat menurunnya nilat t. (Sujianto, 2009:79).

c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah uji melihat korelasi yang terjadi antara anggota
observasi yang terletak berdekatan. Biasanya terjadi pada data time resies. Untuk
mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Wastons (DW)
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) 1,65 < DW < 2,35 maka tidak ada autokorelasi
2) 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 maka tidak dapat
disimpulkan
3) DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi autikorelasi
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedestisitas bertujuan untuk melihat penyebaran data yang
dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel
independen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Apabila dalam grafik
tersebut tidak terdapat pola tertentu yang teratur (menyebar), maka didefinisikan
tidak terdapat heteroskedastisitas.

2. Analisis Regresi Linier Berganda


Analisis regeresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu lebih digunakan untuk mengatasi permasalahan analisis regresi yang
melibatkan hubungan dari dua atau lebih variabel bebas dengan menggunakan
persamaan analisis regeresi linier berganda. Pada penelitian ini yang menjadi
variabel bebasnya yaitu tinggi badan dan lingkungan kerja. Sedangkan untuk
variabel terikatnya adalah kelelahan kerja siswa praktikum kerja bengkel. Dalam
analisis yang digunakan data yang diperoleh dapat dihitung menggunakan rumus
persamaan dari regresi linier berganda sebagai berikut:
Y =a+ β 1+ β2 x 2+ e
23

Keterangan:
Y = Kelelahan kerja
a = Kostanta persamaan regresi
β 1 . β 2 = Koefisien regresi linier variabel independen
x1 = Tinggi badan
x2 = Lingkungan Kerja
e = Variabel penggangu atau faktor-faktor diluar variabel tidak dimasukkan
sebagai variabel model diatas (kesalahan residium / nilai error)
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah suatu pernyataan mengenai keadaan populasi
(parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari
sampel penelitian (statistik) atau dapat dikatakan sebagai suatu taksiran keadaan
populasi melalui data sampel (Sugiyono, 2015, 213). Dalam penelitian ini, uji
hipotesis yang digunakan adalah uji signifikasi parsial (t-Test) dan uji signifikansi
secara bersama-sama (uji F), berikut penjelasannya:
a. Uji signifikansi secara Parsial (t-Test)
Uji statistik t-test digunakan untuk mengetahui atau menunjukkan
seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel
dependen. Apakah memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak. Dalam
pengujian ini dilakukan dengan sistem pengambilan keputusan. Jika hasil yang
t
didapat hitung kritis, Dapat disimpulkan H 0 diterima. Sedangkan apabila hasil

thitung
tidak kritis, dapat disimpulkan H 0 ditolak (Santoso,2010:144). Dalam

penelitian ini uji t digunakan untuk menjawab hipotesis 1 dan 2 dengan cara
sebagai berikut:
1. Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut sebagai berikut.
Apabila nilai t hitung lebih tinggi (>) dari nilai t tabel, maka artinya
menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel
independen secara individu (parsial) untuk lebih jelasnya dapat ditulis sebagai
berikut:
Jika t hitung < t tabel maka hipotesis tidak teruji
24

Jika t hitung> t tabel maka hipotesis teruji


2. Jika nilai signifikasi α < 0,05 maka Ho ditolak yang berarti bahwa ada
pengaruh secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen.
Sedangkan jika nilai signifikasi α > 0,05 maka Ho diterima yang berarti
bahwa tidak ada pengaruh secara signifikan variabel independen terhadap
variabel dependen (Kuncoro, 2011:105). Untuk jelasnya dapat ditulis sebagai
berikut:
Jika sig > 0,05 maka hipotesis tidak teruji
Jika sig < 0,05 maka hipotesis teruji
b. Uji Secara Bersama-sama (Uji-F)
Uji statistik F digunakan untuk menunjukan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukan dalam model, mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadapa variabel dependen atau terikat. Uji F digunakan
untuk menjawab hipotesis ke 3 dengan menggunakan kriteria pengambilan
keputusan sebagai berikut:
1. Membandingkan nilai F hitung dengan dengan nilai F tabel. Apabila nilai F
hitung lebih besar > daripada nilai F tabel, maka Ho ditolak dan menerima
H1. Untuk lebih jelasnya dapat ditulis sebagai berikut:

Fhitung
Jika < Ftabel maka hipotesis teruji
Fhitung
Jika > Ftabel ma a ipotesis teruji
k h

2. Jika nilai signifikasi α < 0,05 maka Ho ditolak yang berati bahwa ada
pengaruh secara parsial variabel independen terhadapa variabel dependen.
Sedangkan jika α > 0,05 maka Ho diterima berarti bahwa tidak ada pengaruh
secara signifikan variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk
lebih jelasnya dapat ditulis sebagai berikut:
Jika sig > 0,05 maka hipotesis tidak teruji
Jika sig < 0,05 maka teruji
4. Uji Koefesien Determinasi ( R2 ¿
2
Uji koefesien determinasi R digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai determinan
25

2
antara nol (0) dan satu (1), apabila diperoleh nilai R yang terkecil berarti
kempuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
sangat terbatas, apabilai nilai yang diperoleh satu (1) berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Data yang diperoleh untuk penelitian ini adalah dari bengkel SMK
Muhammadiyah 3 Dolopo. Dengan jumlah sampel dalam penelitian ini
sebanyak 23 Siswa yang sedang praktikum kerja bangku. Data penelitian
di ambil dari 1 kelas di kelas 11 TKROA.

B. Karateristik Responden dan Hasil Pengukuran

Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu akan dijelakan mengenai


data-data 30 responden yang digunakan sebagai sampel penelitian
pengaruh tingi badan dan lingkungan kerja terhadap kelelahan kerja pada
saat praktikum kerja bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo.
1. Jenis Kelamin Responden
Adapun data mengenai jenis kelamin responden pada siswa
Teknik Mesin Univertas Negeri Malang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Karateriktik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah %


1 Laki-laki 23 100%
2 Perempuan 0 0%
Jumlah 23 100%

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa jenis


kelamin responden siswa SMK Muhammadiyah 3 Dolopo, yang
menunjukan jumlah responden laki-laki yang dominan yaitu 100%
sedangkan jumlah responden perempuan yaitu 0 atau 0%.

2. Tinggi Badan Responden


Adapun data mengenai tinggi badan responden pada siswa
SMK Muhammadiyah 3 Dolopo adalah sebagai berikut:

25
26

N Tinggi
O NAMA LENGKAP Badan
1 ALFITO FRENDY KURNIAWAN 171
2 ANDRI 164
3 BAGAS PRIYO WAHYUDI 168
4 BAGUS CAHYA PUTRA PERDANA 165
5 BAYU HERDIANSYAH PRATAMA 180
6 BIMA PUTRA AMARTA 172
7 DITO PRASTYO UTOMO 168
8 DZAMAR FARID AZZAHRON 173
9 FAIZ AZZIM 163
l10 FAJAR ARDIAN RAMADANI 157
11 FERI BAGUS SAPUTRA 171
12 IRFAN WAHYU RIANTO 170
13 JOHAN MUCHAGE 173
14 LUTHFI LIZKYA JAMALUDIN 175
15 M. RINO CAHYO PAMBUDI 168
16 MOH. SAIFULOH AL AZIZ 174
17 MUHAMAD MIFTAKHUL NGAZIZ 161
18 MUHAMMAD ARIFIN 168
19 NANANG WAHYU SANJAYA 168
20 PURWADI 169
21 RAHMAD SURYA ANDIKA 173
22 RANGGA ADITYA PAMUNGKAS 165
23 RIFANTRI ALI GUFRON 168
Tabel 4.2. Daftar nama dan tinggi badan responden
3. Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja
a) Suhu Udara
Hasil pengukuran suhu udara yang berada di bengkel kerja
bangku SMK Muhammadiyah 3 Dolopo sebagai berikut:
N Hasil
O Pengukuran
1 28.2
2 28.3
3 28.2
4 28.3
5 28.2
6 28.3
7 28.2
8 28.3
9 28.2
10 28.3
11 28.3
27

12 28.2
13 28.3
14 28.2
15 28.3
Tabel 4.3. Hasil pengukuran suhu udara
b) Kelembaban
Hasil pengukuran suhu udara yang berada di bengkel kerja
bangku SMK Muhammadiyah 3 Dolopo sebagai berikut:
N Hasil
O Pengukuran
1 60.1
2 59.5
3 59.3
4 60.3
5 60.1
6 59.5
7 59.3
8 60.3
9 59.9
10 60.9
11 59.5
12 59.3
13 60.3
14 59.9
15 60.9
Tabel 4.4. Hasil pengukuran kelembaban
c) Kebisingan
Hasil pengukuran suhu udara yang berada di bengkel kerja
bangku SMK Muhammadiyah 3 Dolopo sebagai berikut:
N Hasil
O Pengukuran
1 742
2 798
3 843
4 858
5 843
6 742
7 798
8 798
9 843
10 858
11 843
28

12 742
13 798
14 798
15 843
Tabel 4.5. Hasil pengukuran kebisingan
d) Sirkulasi Udara
Hasil pengukuran suhu udara yang berada di bengkel kerja
bangku SMK Muhammadiyah 3 Dolopo sebagai berikut:
Hasil
NO Pengukuran
1 1.9
2 1.8
3 1.8
4 1.8
5 1.9
6 1.8
7 1.8
8 1.8
9 1.75
10 1.72
11 1.8
12 1.8
13 1.8
14 1.75
15 1.72
Tabel 4.6. Hasil pengukuran sirkulasi udara

C. Deskriptif Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan terndiri dari tinggi


badan dan lingkungan kerja sebagai variabel independent dan kelelahan
kerja siswa sebagai variabel dependent. Dari ketiga variaabel tersebut yang
angket yaitu variabel kelelahan kerja yang terdiri dari 30 pertanyaan dibagi
menjadi tiga kategori yaitu:

1. Pertanyaan 1-10 digunakan untuk mengetahui gejala yang


menunjukan melemahnya kegiatan.
2. Pertanyaan 11-20 digunakan untuk mengetahui gejala yang
menunjukan melemahnya motivasi .
29

3. Dan pertanyaan 21-30 digunakan untuk mengetahui gejala yang


menunjukan kelelahan fisik.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui gambaran tanggapan


dari seluruh responden sebagaimana dipaparkan sebagai berikut ini:

Tabel 4.7 Frekuensi Jawaban Kuisioner Variabel Kelelahan Kerja (Y)

SKOR JAWABAN
ITEM SS S KK TP
F % F % F % F %
Y1 12 52% 10 43% 1 4% 0 0%
Y2 1 4% 17 74% 5 22% 0 0%
Y3 10 43% 7 30% 5 22% 1 4%
Y4 2 9% 14 61% 7 30% 0 0%
Y5 10 43% 10 43% 3 13% 0 0%
Y6 3 13% 12 52% 8 35% 0 0%
Y7 6 26% 11 48% 5 22% 1 4%
Y8 14 61% 8 35% 1 4% 0 0%
Y9 18 78% 4 17% 1 4% 0 0%
Y10 10 43% 7 30% 4 17% 2 9%
Y11 10 43% 9 39% 4 17% 0 0%
Y12 14 61% 6 26% 3 13% 0 0%
Y13 13 57% 8 35% 1 4% 1 4%
Y14 6 26% 15 65% 2 9% 0 0%
Y15 7 30% 13 57% 2 9% 1 4%
Y16 9 39% 10 43% 3 13% 1 4%
Y17 11 48% 8 35% 2 9% 2 9%
Y18 6 26% 12 52% 4 17% 1 4%
Y19 13 57% 9 39% 1 4% 0 0%
Y20 9 39% 10 43% 3 13% 1 4%
Y21 11 48% 10 43% 2 9% 0 0%
Y22 8 35% 10 43% 4 17% 1 4%
Y23 9 39% 8 35% 4 17% 2 9%
Y24 14 61% 6 26% 2 9% 1 4%
Y25 1 4% 11 48% 5 22% 6 26%
Y26 14 61% 6 26% 3 13% 0 0%
Y27 10 43% 10 43% 2 9% 1 4%
Y28 7 30% 11 48% 4 17% 1 4%
Y29 12 52% 7 30% 2 9% 2 9%
Y30 10 43% 12 52% 1 4% 0 0%
Sumber: Data hasil SPSS 25 Statistic For Windows
30

Dari tabel 4.7 di atas diketahui terdapat 23 responden. Nomor item


Y1 jumlah responden yang memilih TP (tidak pernah) sebanyak 0
responden, jumlah responden yang memilih KK (kadang-kadang)
sebanyak 1 responden, dan jumlah responden yang memilih S (sering)
sebanyak 10 responden, dan jumlah responden yang memilih SS (sangat
sering) sebanyak 12 responden . Nomor item Y2 jumlah respon yang
memilih TP (tidak pernah) sebanyak 0 responden, yang memilih KK
(kadang-kadang) sebanyak 5 responden, dan yang memilih S (sering)
sebanyak 17 responden, dan jumlah responden yang memilih SS (sangat
sering) sebanyak 1 responden. Nomor item Y3 jumlah responden yang
memilih TP (tidak pernah) sebanyak 1 responden, dan yang memilih KK
(kadang-kadang) sebanyak 5 responden, yang memilih S (sering) sebanyak
7 responden, dan yang memilih SS (sangat sering)10 responden. Nomor
item Y4 jumlah responden yang memilih TP (tidak pernah) sebanyak 0
responden, sedangkan yang memilih KK (kadang-kadang) sebanyak 7
responden, kemudian yang memilih S (sering) sebanyak 14 responden, dan
jumlah responden yang memilih SS (sangat sering) sebanyak 2 responden.
Nomor item Y5 jumlah responden yang memilih TP (tidak pernah)
sebanyak 0 responden, yang memilih KK (kadang-kadang) sebanyak 3
responden, yang memilih S (sering) sebanyak 10 responden, dan jumlah
responden yang memilih SS (sangat sering) sebanyak 10 responden.
Nomor item Y6 jumlah responden yang memilih TP (tidak pernah)
sebanyak 0 responden, yang memilih KK (kadang-kadang) sebanyak 8
responden, dan yang memilih S (sering) sebanyak 12 responden, dan
jumlah responden yang memilih SS (sangat sering) sebanyak 3 responden.
Nomor item Y7 jumlah jumlah responden yang memilih TP (tidak pernah)
sebanyak 1 responden, yang memilih KK (kadang-kadang) 5 responden,
sedangkan yang yang memili S (sering) sebanyak 11 responden, dan yang
memilih SS (sangat sering)sebanyak 6 responden. Nomor item Y8 jumlah
responden yang memilih SS (sangat sering)10 responden, yang memilih
KK (kadang-kadang) 1 responden, yang memilih S (sering) 8 responden,
dan jumlah responden yang memilih SS (sangat sering) sebanyak 14
31

responden. Nomor item Y9 jumlah responden yang memilih SS (sangat


sering)1berjumlah 0 responden, yang memilih KK (kadang-kadang)
berjumlah 1 rsponden, jumlah responden yang memilih S (sering)
sebanyak 4 responden, dan jumlah responden yang memilih SS (sangat
sering) sebanyak 18 responden. Nomor item Y10 jumlah responden yang
memilih TP (tidak pernah) sebanyak 2 responden, yang memilih KK
(kadang-kadang) sebanyak 4 responden, kemudian yang memilih S
(sering) sebanyak 7 responden, sedangkan yang memilih SS (sangat
sering)sebanyak 10 responden.

Nomor item Y11 jumlah responden yang memilih TP (tidak


pernah) sebanyak 0 responden, kemudian yang memilih KK (kadang-
kadang) sebanyak 4 responden, dan yang memilih S (sering) sebanyak 9
responden, dan jumlah responden yang memilih SS (sangat sering)
sebanyak 10 responden. Nomor item Y12 jumlah responden yang memilh
TP (tidak pernah) sebanyak 0 responden, kemudian yang memilh KK
(kadang-kadang) sebanyak 3 responden, sedangkan yang memilih S
(sering) sebanyak 6 responden, dan jumlah responden yang memilih SS
(sangat sering) sebanyak 14 responden. Nomor item Y13 jumlah
responden yang memilih TP (tidak pernah) sebanyak 1 responden, yang
memilh KK (kadang-kadang) sebanyak 1 responden, kemudian yang
memilih S (sering) sebanyak 8 responden, sedangkan yang memilih SS
(sangat sering)sebanyak 13 responden. Nomor item Y14 jumlah jumlah
responden yang memilih TP (tidak pernah) sebanyak 0 responden,
responden yang memilih KK (kadang-kadang) sebanyak 2 responden,
responden yang memilih S (sering) sebanyak 15 responden, dan jumlah
responden yang memilih SS (sangat sering) sebanyak 6 responden. Nomor
item Y15 jumlah responden yang memilih TP (tidak pernah) sebanyak 1
responden, jumlah yang memilih KK (kadang-kadang) sebanyak 2
responden, kemudian jumlah yang memilih S (sering) sebanyak 13
responden , dan jumlah yang memilih SS (sangat sering)sebanyak 7
responden. Nomor item Y16 jumlah responden yang memilh TP (tidak
pernah) sebanyak 1 responden, jumlah yang memilih KK (kadang-kadang)
32

sebanyak 3 responden, kemudian jumlah yang memilh S (sering) sebanyak


10 responden, dan jumlah yang memilih SS (sangat sering)sebanyak 9
responden. Nomor item Y17 jumlah responden yang memilih TP (tidak
pernah) sebanyak 2 responden, jumlah yang memilih KK (kadang-kadang)
sebanyak 2 responden, jumlah yang memilih S (sering) 8 responden, dan
yang memilih SS (sangat sering)11 responden. Nomor item Y18 jumlah
responden yang memilih TP (tidak pernah) sebanyak 1 responden, jumlah
responden yang memilih KK (kadang-kadang) sebanyak 4 responden,
yang memilih S (sering) 12 responden, dan yang memilih SS (sangat
sering)6 responden. Nomor item Y19 jumlah responden yang memilih TP
(tidak pernah) sebanyak 0 responden, jumlah responden yang memilih KK
(kadang-kadang) 1 responden, jumlah responden yang memilih S (sering)
9 responden, dan jumlah responden yang memilih SS (sangat sering)
sebanyak 13 responden. Nomor item Y20 jumlah responden yang memilih
TP (tidak pernah) sebanyak 1 responden, jumlah yang memilih KK
(kadang-kadang) sebanyak 3 responden, jumlah yang memilih S (sering)
10 responden, dan yang memilih SS (sangat sering)sebanyak 9 responden.

Nomor item Y21 jumlah responden yang memilih TP (tidak


pernah) sebanyak 0 responden, jumlah yang memilih KK (kadang-kadang)
sebanyak 2 responden, yang memilih S (sering) 10 responden, dan jumlah
responden yang memilih SS (sangat sering) sebanyak 11 responden.
Nomor item Y22 jumlah responden yang memilih TP (tidak pernah)
sebanyak 1 responden, responden yang memilih KK (kadang-kadang)
sebanyak 4 responden kemudian responden yang memilih S (sering) 10
responden, dan yang memilih SS (sangat sering) sebanyak 8 responden.
Nomor item Y23 jumlah responden yang memilih TP (tidak pernah)
sebanyak 2 responden, jumlah yang memilih KK (kadang-kadang)
sebanyak 4 responden, kemudian yang memilih S (sering) sebanyak 8
responden, dan yang memilih SS (sangat sering)sebanyak 9 responden.
Nomor item Y24 jumlah responden yang memilih TP (tidak pernah)
sebanyak 1 responden, responden yang memilih KK (kadang-kadang)
sebanyak 2 responden, yang memilih S (sering) sebanyak 6 responden, dan
33

yang memilih SS (sangat sering)14 responden. Nomor item Y25 jumlah


responden yang memilih TP (tidak pernah) sebanyak 1 responden,
responden yang memilih KK (kadang-kadang) sebanyak 6, responden
yang memilih S (sering) 11, dan yang memilih SS (sangat sering)sebanyak
1 responden. Nomor item Y26 jumlah responden yang memilih TP (tidak
pernah) sebanyak 0 responden, responden yang memilih KK (kadang-
kadang)1 sebanyak 3 responden, dan yang memilih S (sering) 6 responden,
dan jumlah responden yang memilih SS (sangat sering) sebanyak 14
responden. Nomor item Y27 jumlah yang memilih TP (tidak pernah)
sebanyak 1 responden, responden yang memilih KK (kadang-kadang)
sebanyak 2 responden, kemudian yang memilih S (sering) sebanyak 10
responden, dan yang memilih SS (sangat sering)sebanyak 10 responden.
Nomor item Y28 jumlah responden yang memilih TP (tidak pernah)
sebanyak 1 responden, jumlah responden yang memilh KK (kadang-
kadang) sebanyak 4 responden, jumlah yang memilih S (sering) sebenyak
11, dan yang memilih SS (sangat sering)7 responden. Nomor item Y29
jumlah responden yang memilih TP (tidak pernah) sebanyak 2 responden,
jumlah responden yang memilih KK (kadang-kadang) sebanyak 2
responden, jumlah yang memilih S (sering) sebanyak 7 responden dan
yang memilih SS (sangat sering)12 responden. Nomor item Y30 jumlah
yang memilih TP (tidak pernah) sebanyak 0 responden, jumlah respomden
yang memilih KK (kadang-kadang) sebanyak 1 responden, dan yang
memilih S (sering) sebanyak 12 responden, dan jumlah responden yang
memilih SS (sangat sering) sebanyak 10 responden

D. Analisis Data
Penalitian ini didasarkan pada data kuisoner yang disebarkan pada
siswa yang sudah melakukan praktikum kerja bangku di bengkel SMK
Muhammadiyah 3 Dolopo sebagai responden. Sehingga dapat dilakukan
analisis atas data yang diperoleh, yaitu meliputi analisis variabe-variabel
independen berupa tinggi badan dan lingkungan kerja terhadap kelelahan
kerja pada saat praktikum kerja bangku di bengkel SMK Muhammadiyah
34

3 Dolopo. Perhitungan variabel-variabel dilakukan dengan menggunakan


komputer melalui progam SPSS 25 Statistic For Windows. Berikut ini
deskripsi statistic berdasarkan data yang telah dioleh dengan menggunakan
SPSS 25 Statistic For Windows.

1. Uji Validitas dan Reliabilitas


a. Uji Validitas

Uji Validiatas yaitu analisis untuk mengukur valid atau


tidaknya butir-butir angket menggunakan metode Peaeson Product
Moment Corellation. Berikut ini adalah dari pengujian validitas
dapat dilihat dibawah ini:

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas

Variabel Butir Corrected Keterangaan


Pertanyaan Item Total
Correlation
Kelelahan Y1 0.000 Valid
Kerja (Y) Y2 0.006 Valid
Y3 0.003 Valid
Y4 0.003 Valid
Y5 0.026 Valid
Y6 0.000 Valid
Y7 0.001 Valid
Y8 0.020 Valid
Y9 0.001 Valid
Y10 0.000 Valid
Y11 0.000 Valid
Y12 0.038 Valid
Y13 0.000 Valid
Y14 0.001 Valid
Y15 0.000 Valid
Y16 0.000 Valid
Y17 0.000 Valid
Y18 0.000 Valid
Y19 0.310 Tidak Valid
Y20 0.000 Valid
Y21 0.000 Valid
Y22 0.003 Valid
Y23 0.006 Valid
Y24 0.000 Valid
Y25 0.053 Tidak Valid
Y26 0.002 Valid
Y27 0.002 Valid
35

Y28 0.001 Valid


Y29 0.001 Valid
Y30 0.003 Valid
Sumber: Data hasil SPSS 25 Statistic For Windows

Berdasarkan tabel 4.8 diatas diketahui bahwa, ada 28 item


pernyataan dari kuisioner Kelelahan Kerja (Y) adalah valid karena
nilai Corrected Item Total Correlation lebih kecil dibandingkan
0,05. Sedangkan, ada 2 item pernyataan yang dinyatakan tidak
valid karena nilai Corrected Item Total Correlation lebih besar dari
0,05. Dalam penelitian ini berarti ada 28 item dalam isntrumen
memenuhi persyaratan validitas atau shahih secara statistic serta
dapat mengukur dengan tepat dan ada 2 item dalam instrument
tidak memenuhi persyaratan validitas atau shahih secara statistic.

b. Uji Reabilitas
Uji Reabilitas instrumen digunakan untuk mendapatkan data
yang sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal
tersebut, dilakukan uji reabilitas dengan menggunakan skala Alpha
Cronbach’s 0 sampai dengan 1

Tabel. 4.9 Hasil Uji Reabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan

Kelelahan Kerja (Y) 0,815 Reliable

Sumber. Data hasil SPSS 25 Statistic For Windows.


Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa, dari
setiap item variabel memiliki nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,60
(α > 0,60), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Y sangat
reliable.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas

Untuk menguji data berdistribusi normal, harus dilaukan uji


normalitas yaitu dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
Dimana data dikatakan normal jika signifikansi atau nilai
36

probability > 0,05. Pengujianya normalitas data dapat dilihat pada


tabel berikut ini:

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data dengan Kolmogorov-Smirnow

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 23
Normal Parameters a,b
Mean .0000000
Std. Deviation 3.43551915
Most Extreme Differences Absolute .103
Positive .103
Negative -.090
Test Statistic .103
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber. Data hasil SPSS 25 Statistic For Windows.

Berdasarkan tabel 4.10 diatas, menunjukkan bahwa


hasil uji normalitas data Kolmogorov-smirnov dengan residual, dan
dapat diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) untuk nilai
residulanya adalah sebesar 0,200. Dari pembahasan diatas
diketahui bahwa nilai signifikasi untuk nilai residualnya dalah >
0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa data yang telah diteliti
berdistribusi normal dan model regresi telah memenuhi asumsi
normalitas.

a. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk mendeteksi adanya
multikolinieritas jika Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih
dari 10 dan ttolerance value diatas lebih dari 0 maka model
terbebas dari multikolineritas atau tidak terjadi multikolinieritas.
37

Tabel. 4.11 Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Std.
Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 3.210 3.417 .939 .359
TINGGI BADAN .545 .252 .468 2.163 .043 .516 1.940
LINGKUNGAN .293 .203 .311 1.440 .165 .516 1.940
KERJA
a. Dependent Variable: KELELAHAN KERJA

Sumber. Data hasil SPSS 25 Statistic For Windows.


Berdasarkan data pada table 4.11 diatas, dapat di
interpresentasikan dalam analisis statistic sebagai berikut :

1. Nilai tolerance dari variable tinggi badan (X1)


adalah 0,461 lebih besar dari 0. Sedangkan nilai VIF
dari variable tinggi badan (X1) adalah 1,940 lebih
kecil dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa variable
tinggi badan (X1) tidak terjadi multikolonieritas.
2. Nilai tolerance dari variable lingkungan kerja (X2)
adalah 0,461 lebih besar dari 0. Sedangkan nilai VIF
dari variable lingkungan kerja (X2) adalah 1,940

lebih kecil dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa


variable tinggi badan (X1) tidak terjadi
multikolonieritas.
b. Uji Heteroskedastisitas

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada


suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot. Pola gambar
scatterplot bisa dilihat pada gambar berikut:
38

Gambar 4.1 Uji Heteroskedastisitas


(Sumber: Output SPSS 16.0 Ststistic for windows)

Berdasarkan hasil scatterplot diatas terlihat bahwa:


a) Titik-titik data penyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka
0.
b) Titik-titik tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja.
c) Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
d) Penyebaran titik – titik data tidak berpola.
Sehingga dapat disimpulkan dari hasil uji
heteroskedastisitas diatas bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi, sehingga model regresi yang baik dan ideal
dapat terpenuhi.

3. Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan dalam penelitian ini


dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat. Perhitungan statistic dalam menganalisis
regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan bantuan program komputer SPSS 25 Statistic For
Windows.
39

Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3.210 3.417 .939 .359
TINGGI BADAN .545 .252 .468 2.163 .043
LINGKUNGAN KERJA .293 .203 .311 1.440 .165
a. Dependent Variable: KELELAHAN KERJA

Sumber. Data hasil SPSS 25 Statistic For Windows.

Dari tabel 4.7 diatas dapat diperoleh regresi sebagai berikut:

Y = 3,210 + 0,545 (X1) + 0,293 (X2)

a. Nilai konstanta 3,210 menyatakan bahwa jika dalam keadaaan


konstanta tetap variabel tinggi badan nilainya adalah 0 (tidak ada)
maka kelelahan kerja pada saat praktikum kerja bengkel di bengkel
SMK Muhammadiyah 3 Dolopo nilainya positif 3,249 satuan.
b. Koefisien regresi X1 (Tinggi Badan) sebesar 0,545 menyatakan
bahwa setiap penambahan 1 satuan pada variabel, akan
meningkatkan nilai kelelahan kerja pada siswa saat praktikum kerja
bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo sebesar 0,545
satu satuan. Artinya semakin meningkat atau menurunnya tinggi
badan akan mempengaruhi kelelahan kerja pada saat praktikum
kerja bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo.
c. Koefisien regresi X2 (lingkungan kerja) sebesar 0,293 menyatakan
bahwa setiap penambahan 1 satuan pada variabel lingkungan kerja,
akan meningkatkan kelelahan kerja siswa pada saat praktikum
40

kerja bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo sebesar


0,293 satu satuan.
d. Tanda (+) dan (-) dari nilai koefisien regresi bukanlah menyatakan
tanda aljabar, melainkan menyatakan arah hubungan atau lebih
tegasnya menyatakan pengaruh variabel independen X terhadap
variabel dependen Y. Tanda (+) menandakan pengaruh yang
searah, sedangkan tanda (-) menunjukkan pengaruh yang
berbanding terbalik antara variabel independen X dengan variabel
dependen Y.
e. Dari hasil regresi diatas menunjukkan bahwa variabel tinggi badan
(X1) memiliki pengaruh lebih besar terhadap kelelahan kerja pada
saat praktikum kerja bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3
Dolopo (Y) dibandingkan dengan lingkungan kerja (X2). Hal ini
dapat dilihat dari tabel regresi diatas melalui nilai koefisien beta
tinggi badan (X1) sebesar 0,545 yang lebih besar dari nilai
koefisien beta dari tinggi mobil (X2) yaitu 0,293.

4. Uji Hipotesis
a. Uji Hipotesis secara parsial (Uji t)

Diketahui bahwa t tabel untuk df = n-k (dimana n adalah jumlah


responden dan k adalah jumlah variabel x) dengan signifikansi 0,025 (5%
atau 0,025/2 = 0,025). Untuk mengetahui hipotesa apakah hipotesa yang
diajukan adalah signifikan atau tidak, maka perlu membandingkan antara
t-hitung dengan t-tabel. Dimana jika nilai t hitung> t tabel maka hipotesa 1
dapat diterima dan sebaliknya jika t hitung< t tabel maka hipotesa 1 tidak
dapat diterima. Hasil analisis menggunakan SPSS 25 Statistic For
Windows sebagai berikut:

Tabel 4.13 Hasil Uji T-test tinggi badan (X1)

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
41

1 (Constant) 3.682 3.487 1.056 .303


TINGGI BADAN .797 .185 .684 4.300 .000
a. Dependent Variable: KELELAHAN KERJA

Sumber. Data hasil SPSS 25 Statistic For Windows.


1. Berdasarkan table 4.13 diatas, hasil uji t (parsial) menunjukkan
bahwa nilai signifikasi pengaruh tinggi badan (X1) terhadap
kelelahan kerja siswa pada saat praktikum kerja bengkel di
bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo (Y) 0,000 < 0.05 dan
nilai t hitung 4,300 > t tabel2,079. Maka H 0 ditolak dan H 1 diterima.
Artinya terdapat pengaruh tinggi badan terhadap kelelahan kerja
secara signifikan.

Tabel 4.14 Hasil Uji T-test lingkungan kerja (X2)

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 7.867 2.876 2.736 .012
LINGKUNGAN KERJA .599 .158 .637 3.784 .001
a. Dependent Variable: KELELAHAN KERJA

Sumber. Data hasil SPSS 25 Statistic For Windows.

2. Berdasarkan table 4.14 hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa


nilai signifikasi pengaruh lingkungan kerja (X1) terhadap
kelelahan kerja siswa pada saat praktikum kerja bengkel di
bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo (Y) 0,000 < 0.05 dan
nilai t hitung 3,784 > t tabel2,079. Maka H 0 ditolak dan H 1 diterima.
Artinya terdapat pengaruh lingkungan kerja terhadap kelelahan
kerja secara signifikan.
a. Uji Hipotesis secara silmutan (Uji F)
Tabel 4.15 Hasil uji F

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
42

1 Regression 279.208 2 139.604 10.753 .001b


Residual 259.661 20 12.983
Total 538.870 22
a. Dependent Variable: KELELAHAN KERJA
b. Predictors: (Constant), LINGKUNGAN KERJA, TINGGI BADAN
Sumber. Data hasil SPSS 25 Statistic For Windows.

Dari tabel 4.15 dapat diketahui nilai signifikansi untuk pengaruh tinggi
badan (X1) dan lingkungan kerja (X2) terhadap kelelahan kerja (Y)
adalah sebesar 0,000 < 0,05 dan f hitung 10,753 > nilai f table 3,47.
Artinya dari hasil tersebut dapat disimpilkan bahwa H 0 ditolak dan H 1
diterima. Artinyaterdapat pengaruh tinggi badan (X1) dan lingkungan
kerja (X2) terhadap kelelahan kerja (Y) secara signifikan.

5. Koefesien Determinasi ( R2)


Tabel 4.16 Hasil Uji Koefesien Determinasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .720a
.518 .470 3.603
a. Predictors: (Constant), LINGKUNGAN KERJA, TINGGI BADAN
b. Dependent Variable: KELELAHAN KERJA

Sumber. Data hasil SPSS 25 Statistic For Windows.

Sesuai Model Summary pada tabel 4.16 di atas adalah:


a. R Square merupakan angka menunjukkan korelasi atau hubungan
antara variabel independen (tinggi badan dan lingkungan kerja)
terhadap kelelahan kerja pada saat praktikum kerja bengkel di
bengkel
b. Berdasarkan table 4.10 nilai koefisien R square ( R2) sebesar 0,518
atau 51,8%. Jadi bisa disimpulkan besar pengaruh variable tinggi
badan dan lingkungan kerja terhadap kelelahan sebesar 0,518 atau
51,8%.
43
BAB V
PEMBAHASAN

A. Pengaruh Tinggi Badan Terhadap Kelelahan Kerja Kerja pada saat


praktikum kerja bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo

Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan dan deskripsi pada bab
sebelumnya, hasil pengujian hipotesis pertama menyatakan bahwa tinggi
badan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kelelahan kerja pada
saat praktikum kerja bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo.
Hal ini sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan, berdsarkan hasil
analisis deskriptif pada tabel 4.13 yang menjelaskan tinggi badan
berpengaruh terhadap kelelahan kerja kerja pada saat praktikum kerja
bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo. Dapat diketahui
bahawa nilai t hitung 4,300 > t tabel2,079. Artinya tinggi badan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kelelahan kerja kerja pada saat praktikum
kerja bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo.

Fakta di lapangan Pengikiran benda kerja dilakukan oleh siswa


dengan sikap berdiri tangan kanan memegang kikir dengan menggerakkan
maju dan mundur di atas permukaan benda kerja pada ragum di meja
kerja. Hal ini dilakukan berkali-kali sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan pada jobsheet atau perintah kerja. Mekanisme kerja yang
sifatnya repetitif, secara ergonomi ini mempunyai kelemahan yaitu;
memerlukan konsentrasi yang tinggi, cepat lelah sehingga hasilnya kurang
teliti dan mengganggu kesehatan siswa. (Grandjean,E 1998) pekerjaan
yang dilakukan secara repetitif akan cepat menimbulkan kelelahan dan
gangguan pada otot tubuh. Hasil pengukuran kedudukan ragun di meja
kerja tingginya 104 cm, tinggi tubuh siswa rata-rata 169,23 cm, tinggi
siku rata-rata 87,5 dan tidak sesuai dengan antropometri tubuh siswa
artinya tinggi badan mempengaruhi tinggi dari siku.

43
44

Hal ini sesuai dengan Teori Intoksinasi, yang dijelaksan kelelahan


terjadi karena adanya aktifias manusia, maka terjadilah penambahan zat
dalam tubuh, dan munculah produk pembakaran, yang diserah oleh darah
kemudian diangkat sesususn syaraf sentral, bahkan ada zat-zat makan yang
menjadi sisa pembakaran yang tidak berguna bagi tubuh (Dakir,
1993:124). Hal tersebut sejalan dengan Pendapat (Santoso, 2004)
kontruksi otot yang lama dan kuat, dimana proses metabolisme tubuh tidak
mampu lagi meneruskan suplay energi yang dibutuhkan serta membuang
sisa metabolisme, khusunya asam lakat. Jika asam latat yang banyak dari
persendian ATP terkumpul, otot akan kehilangan kemampuan.
Terbatasnya aliran darah pada otot ketika berkontraksi, otot menekan
pembuluh darah dan membawa oksigen sehingga menyebabkan kelelahan.
Terbukti bahwa karyawan praktikum kerja bengkel mengalami kelelahan
sangat bekerja dan berdampak keproduktifias kerjanya.

Dengan demikian, dapat dikatakan tinggi badan mempengaruhi


tingkat kelelahan kerja pada saat praktikum kerja bengkel, karena
mempengaruhi antropometri atau sudut siku dari siswa. Hal tersebut dapat
mempengaruhi cepatnya tejadi kelelahan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
tinggi badan mempengaruhi faktor kelelahan kerja kerja pada saat
praktikum kerja bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo..

B. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kelelahan Kerja pada saat


praktikum kerja bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa lingkungan kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kelelahan kerja kerja pada saat
praktikum kerja bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo.
Fakta yang terjadi di lapangan bahwa lingkungan kerja untuk praktikum
kerja bengkel maka akan semakain membutuhkan akan mempengaruhi
terjadinya kelelahan kerja.
Berdasarkan dari analisis deskripsi pada tabel 4.14 pada bab IV,
yang menunjukan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhdapat kelelahan kerja kerja pada saat praktikum kerja bengkel di
bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo. Dari tabel di atas dapat
45

diketahui nilai t hitung 3,784 > t tabel2,079. Artinya lingkungan kerja


berpengaruh positif dan signifikan terhdapat kelelahan kerja pada saat
praktikum kerja bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar


pekerja (74,3%) sudah merasa nyaman dengan suhu lingkungan kerjanya
walaupun suhu tersebut melebihi NAB dan tidak sesuai dengan suhu
nyaman bagi orang Indonesia. Hal ini sesuai dengan teori Suma’mur
(2009) yang menyatakan walaupun telah ditetapkan NAB dan suhu
nyaman bagi orang Indonesia, namun suhu nyaman untuk setiap individu
dapat berbeda-beda dan ada kemungkinan tidak sesuai dengan NAB. Oleh
sebab itu standar suhu lingkungan kerja yang digunakan untuk
mengendalikan kelelahan kerja tidak lagi menggunakan NAB namun
menggunakan kenyamanan faktor manusia dalam melakukan pekerjaanya.

Proses adaptasi fisiologis dengan suhu lingkungan kerja


memerlukan waktu 7 hingga 10 hari, sedangkan masa praktikum kerja
bengkel melebihi 10 hari sehingga sehingga disepuluh hari awal siswa
yang praktikum akan meraskan kelelahan. Selain suhu udara ada factor
lain yang mengakibatkan terjadinya kelelahan, factor tersebut adalah nilai
kebisingan suatu ruangan kerja. Di Indonesia nilai ambang batas untuk
kebisingan telah ditetapakan yakni 85 dB (menurut surat edaran menteri
tenaga kerja, transmigrasi dan koperasi no 1 tahun 1978). kebisingan
dalam ruangan kerja yang diatas abang batas membuat seseorang mudah
marah, gelisah, tidak bisa tidur bahkan yang terparah dapat mengakibatkan
orang tersebut tuna rungu. Berdasarkan hasil pengukuran nilai kebisingan
yang berada di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo rata-rata 800 dB.
Yang artinya sudah tidak memenuhi standar yang ditetapka oleh
pemerintah Indonesia.

C. Pengaruh Tinggi Badan dan Lingkungan kerja terhadap Kelelahan


Kerja pada saat praktikum kerja bengkel di bengkel SMK
Muhammadiyah 3 Dolopo
46

Berdasarkan hasil uji dalam penelitian ini, tinggi badan dan


lingkungan kerja secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kelelahan kerja kerja pada saat praktikum kerja
bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo. Dilihat dari hasil
analisi pada bab IV dapat digunakan sebagai jawaban untuk rumusan
masalah yakni apakan ada pengaruh tinggi badan dan lingkungan
kerjaterhadap kelelahan pada siswa praktikum kerja bengkel di bengkel
SMK Muhammadiyah 3 Dolopo. Terdapat ada pengaruh tinggi badan dan
lingkungan kerja terhadap kelelahan kerja pada saat praktikum kerja
bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo.

Terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat


diketahui dari hasil analisis dengan programm SPSS 25 statistic for
windows seperti pada tabel 4.15 yang terdapat dalam bab IV. Untuk
mengetahui signifikansi hubungan antara pengaruh tinggi badan dan
lingkungan kerja terhaadap kelelahan kerja kerja pada saat praktikum kerja
bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo. dengan
membandingkan antara f hitung dengan nilai f tabel. Dimana kriteria
pengujuanya adalah jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel maka
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Dari hasil analisi didapat nilai f hitung= 10,753 dengan
taraf (sig) 0,000.

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa f hitung


10,753 dengan signifikansi (Sig.) 0,05 maka sig. < α = 0,000 < 0,05.
Karena f hitung > f tabel dan nilai sig. < α maka dapat disimpulkan untuk
menolak H 0 dan terima H 1, yang berati variabel tinggi badan dan
lingkungan kerjasecara bersama-sama berpengaruh signifikan terhdapat
variaabel kelelahan kerja kerja pada saat praktikum kerja bengkel di
bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo.

Fakta di lapangan Pengikiran benda kerja dilakukan oleh siswa


dengan sikap berdiri tangan kanan memegan kikir dengan menggerakkan
maju dan mundur di atas permukaan benda kerja pada ragum di meja
47

kerja. Hal ini dilakukan berkali-kali sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan pada jobsheet atau perintah kerja. Mekanisme kerja yang
sifatnya repetitif, secara ergonomi ini mempunyai kelemahan yaitu;
memerlukan konsentrasi yang tinggi, cepat lelah sehingga hasilnya kurang
teliti dan mengganggu kesehatan siswa. Hal ini didukung oleh (Nurmianto
1996) yang menjelaskan penyebab kelelahan karena adanya pembebanan
otot secara ststis sehingga aliran darah ke otot berkurang yang
mengakibatkan asam laktat terakumulasi. Hal tersebut diperjelas pendapat
(Kuswana 2017:169) jika kondisi lingkungan memiliki temperatur > 34 ℃
akan berpengaruh terhadap tubuh dan terjadi tiga tahap yang ditimbulkan
jika terpapar dengan suhu suhu yang tinggi ekstrim, tahapnya yaitu; 1)
heat cramps gejalanya adalah kram otot yang amat menyakitkan dan
biasanya terjadi pada otot tangan atau kaki. 2) heat exhaustion gejalanya
adalah kulit yang dingin, lembap atau memar, sakit kepala, mual, pusing,
lemas, dan lelah. 3) heat stroke gejalanya antara lain kulit panas,
memerah, dan tidak berkeringat (kering), penurunan,kesadaran, denyut
nadi yang cepat dan lemah, pernapasan yang cepat dan dalam.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja cukup banyak,


diantaranya siswa harus melakukan pekerjaan yang tidak menaarik,
bekerja secara rutin atau monoton dan melakukan pekerjaan yang terus
menerus dan berulang-ulang sehingga menimbulkan kebosanan serta tidak
ada minat dari karyawan untuk melakukan pekerjaan sehingga semangat
dan motivasi kerja yang lain, faktor yang lain pekerja dibebani pekerjaan
baik secara fisik maupun psikis yang sangat berat tidak sesui dengan
kemampuan karyawan. Menurut (Suma’mur 1996) terdapat empat
kelompok sebab kelelahan yaitu: keadaan yang monoton, beban pikiran
baik fisik maupun mental, keadaan lingkungan seperti cuaca kerja,
penerangan dan kebisingan, keadaan kejiwaan seperti tangung jawan,
kekhawatiran atu konflik, penaykit atau perasaat sakit.

Semua aktivitas tubuh manusia diatur dan dilakukan oleh sistem


susuan syaraf. Demikian terjadiny kelelahan diatur secara sentral oleh
otak. Menurur (Suma’mur 1996) terjadinya kelelahan aadalah karena tidak
48

adanya keserasaian dan kebisingan antara istem aktivitas dan sistem


inhibisi yang terdapat dalam susunan syaraf pusat. Efesiensi maksimal
dicapai dengan hari kerja delapan jam. Dimulai dari puluk 07.00 sampai
pukul 16.00. namun antara pukuk 12.00 sampai dengan pukul 13.00
digunakan istirahat untuk menghindari kelelahan. (Nurmanto 1996)
berpandapat bahwa terjadinya kelelahan karena adanya pembebanan otot
yang ststis sehingga aliran darah ke otot berkurang yang mengakibatkan
asam laktat terakumulasi.

Berdadarkan hasil peneliti dan pendapat para ahli, dapat


disimpulkan bahawa tinggi badan dan lingkungan kerja berpengaruh
terhadap kelelahan kerja pada saat praktikum kerja bengkel di bengkel
SMK Muhammadiyah 3 Dolopo. Siswa yang tingginya tidak sesuai
dengan antropometri akan kesuliatan untuk mengerjakan praktikum kerja
bengkel yang , karena membutihkan jangkaun dan energi yang lebih untuk
mengjangkau tersebut, sehingga memperlukan energi yang cukup yang
dibutuhkan. Pembebanan otot secara ststis sehingga aliran darah ke otot
berkurang yang mengakibatkan asam latkat terakumulasi, selain itu
dikarenakan tekanan darah pada tubuh dan konsumsi oksigen menurun.

Berdarkan pembahasan mengenai semua hasil uji hipotesis diatas,


maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara persial maupun simultan
masing-masing variabel yang terdiri dari tinggi badan dan lingkungan
kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kelelahan kerja
kerja pada saat praktikum kerja bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah
3 Dolopo.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan dan diolah


menggunakan SPSS 25 for windows. Maka peneliti menemukan hasil dan
dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tinggi badan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kelelahan


kerja pada saat praktikum kerja bengkel di bengkel SMK
Muhammadiyah 3 Dolopo. Karena hasil pengukuran kedudukan
ragum di meja kerja tingginya 104 cm, tinggi tubuh siswa rata-rata
169,23 cm, tinggi siku rata-rata 87,5 dan tidak sesuai dengan
antropometri tubuh siswa artinya tinggi badan mempengaruhi tinggi
dari siku. Hal tersebut yang dapat menyebabkan siswa mengalami
kelelahan.
2. Lingkungan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kelelahan kerja pada saat praktikum kerja bengkel di bengkel SMK
Muhammadiyah 3 Dolopo. Karena, berdasarkan hasil pengukuran
nilai kebisingan yang berada di bengkel SMK Muhammadiyah 3
Dolopo rata-rata 800 dB. Yang artinya sudah tidak memenuhi standar
yang ditetapka oleh pemerintah Indonesia. Hal tersebut yang dapat
menyebabkan siswa mengalami kelelahan.
3. Tinggi badan dan tinggi mobil berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kelelahan kerja pada saat praktikum kerja bengkel di bengkel
SMK Muhammadiyah 3 Dolopo. . Karena hasil pengukuran
kedudukan ragum di meja kerja tingginya 104 cm, tinggi tubuh siswa
rata-rata 169,23 cm, tinggi siku rata-rata 87,5 dan tidak sesuai dengan
antropometri tubuh siswa artinya tinggi badan mempengaruhi tinggi
dari siku. Dan berdasarkan hasil pengukuran nilai kebisingan yang
berada di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo rata-rata 800 dB.
Yang artinya sudah tidak memenuhi standar yang ditetapka oleh

49
pemerintah Indonesia yang sudah menetapkan NAB untuk kebisingan
adalah 85 dB.

50
51

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah disajikan,
maka selanjutnya peneliti menyampaikan saran yang kiranya dapat
memberikan hal yang bermanfaat kepada pihak-pihak terlibat atas peneliti
ini. Adapun saran-saran yang akan disampaikam oleh peneliti adalah
sebagi berikut:
1. Bagi Bengkel Teknik Mesin.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bengkel,
sebagai khusunya kepala bengkel yang nantinya bisa mendesain meja
praktik. Dengan mempertimbangkan kriteria tinggi badan dari siswa
atau meja didesain agar bisa fleksibel sesuai dengan tinggi badan
siswa.
2. Bagi Siswa
Khususnya bagi siswa yang sedang praktikum kerja bangku
diharapkan untuk menambah wawasan akan berpengaruhnya tinggi
dan rendahnya tinggi badan terhadap kelelahan kerja.
3. Bagi Jurusan Teknik Mesin
Penelitian ini dapat diharapkan bermanfaat bagi akademik,
sebagai sumbang pikiran, sarana dan informasi serta bahan rujukan
makasiswa teknik mesin. Dan sebagai tambahan refrensi khusunya
dibidang Keselamatan dan Kesehantan Kerja (K3) dan dapat
memberikan informasi serta gambaran menenai kelelahan kerja.
4. Bagi Peneliti Lain
Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi
sumbangsih pemikiran dan diharpkan dapat dikembangkan atau
menambah variabel yang lebih luas, atau sebagai pengembangan dan
rujukan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khusunya kelelahan
kerja.

Anda mungkin juga menyukai