PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecelakaan kerja merupakan suatu masalah yang sering didengar di
dunia industri baik di Indonesia maupun di dunia. Jumlah kecelakaan kerja di
Indonesia sesuai yang dilaporkan jamsostek tahun 2014, angka kecelakaan dari
januari-april 2014 terdapat 8.900 kasus kecelakaan kerja, tahun 2011 lalu
mencapai 99.491 kasus kecelakaan kerja. Pada tahun 2007, tercatat 83.714 kasus
kecelakaan, tahun 2008 sebanyak 94.736 kasus kecelakaan, tahun 2009 sebanyak
96.314 kasus kecelakaan, dan pada tahun 2010 sebanyak 98.711 kasus
kecelakaan kerja. Sedangkan data pekerja yang mengalami kecelakaan kerja pada
tahun 2004, di Indonesia setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja, 27,8%
disebabkan kelelahan yang tinggi, lebih kurang 9,5 % atau 39 orang mengalami
cacat (Depnakertrans,2004).
Kelelahan berasal dari kata lelah yang menunjukan suatu keadaan yang
berasa baik secara fisik dan mental. Tetapi semua mengakibatkan penurunan daya
kerja dan kekurangan ketahanan tubuh untuk terus melakukan pekerjaan.
Kelelahan adalah keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan tubuh
dalam melakukan pekerjaan. Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda
dari setiap individu, tetapi semua akan berdampak pada kehilangan efisiensi dan
penurunan kapasitas kerja serta kelelahan merupakan mekanisme perlindungan
tubuh agar terhindar dari kerusakan yang lebih lanjut, sehingga terjadi pemulihan
(Umyati, 2010). Kelelahan sering disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari
faktor individu dan dari faktor luar individu. Karakteristik individu yaitu umur,
masa kerja, riwayat penyakit dan status gizi. Kelelahan kerja juga disebabkan
oleh kurangnya waktu tidur, kesehatan pekerja, lingkungan kerja, beban kerja,
shift keja dan umur. Hal yang serupa disampaikan oleh Setyawati (2007) pada
umur yang lebih tua terjadi penurunan kekuatan otot, tetapi keadaan ini diimbangi
dengan stabilitas emosi yang lebih baik dibandingkan dengan tenaga kerja yang
umurnya tua dapat berakibat positif dalam melakukan pekerjaan.
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut yang sudah dipaparkan, maka
rumusan masalah peneliti sebagai berikut:
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka
penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis peneletian ini sebagai berikut:
1. Ada pengaruh tinggi badan terhadap kelelahan pada saat praktikum kerja
bengkel.
2. Ada pengaruh lingkungan kerja terhadap kelelahan pada saat praktikum
kerja bengkel.
3. Ada pengaruh tinggi badan dan lingkungan kerja terhadap kelelahan pada
saat praktikum kerja bengkel.
4
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan bagi Jurusan untuk mendesain ruangan sesuai dengan nilai
ambang batas ruangan dan jenis aktivitas untuk meningkatkan
kenyamanan dan produktivitas penggunanya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Memberikan informasi bagi siswa untuk menjadiakan tambahan wawasan
tentang faktor yang menjadikan suatu kelelahan kerja dan dampak dari
kelelahan kerja.
c. Bagi peneliti
Hasil dari peneliti ini dapat dipergunakan sebagai bahan rujukan bagi peneliti
selanjutnya yang berkaitan dengan kelelahan kerja, serta sebagai referensi
tambahan dalam penelitian sejenis sesuai dengan kebutuhan.
F. Asumsi Penelitian
Asumsi dalam penelitian ini sebagai berikut:
H. Definisi Operasional
1. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan ukuran posisi tubuh berdiri (vertical) dengan
kaki menempel pada lantai, posisi kepala dan leher tegak, pandangan
rata-rata air, dada dibusungkan, perut datar dan tarik nafas beberapa
saat.
2. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan kondisi sekitar dari tempat yang
digunakan untuk kegiatan praktik kerja bangku. kondisi sekitar harus
sesuai dengan standar yang sudah ditentukan oleh undang-undang yang
sedang berlaku dilihat dari segi suhu, kebisingan, kelembaban dan
pencahayaan dari ruangan tersebut.
3. Kelelahan
Istilah kelelahan menunjukan kondisi yang berbeda-beda dari setiap
individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisensi dan
penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh yang secara umum
gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian kelelahan fisik
atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental fatigue.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kelelahan Kerja
Menurut sutanto dkk (2008:10) kelelahan dapat diartikan sebagai
perubahan dari keadaan kuat berubah menjadi yang lebih lemah. Hal
serupa dinyatakan oleh Farida (2009) kelahan dapat diartikan sebagai
sinyal ilmiah yang diberikan oleh tubuh karena adanya penurunan fungsi
tubuh akibat proses kerja membutuhkan keseimbangan pada seluruh
sistem di dalam tubuh. kelelahan dapat menurukan kinerja dari seseorang
dan dapat meningkatkan kesalahan pada saat bekerja. meningkatnya
kesalahan dalam bekerja akan meberikan peluang terjadinya kecelakaan
kerja dalam industri.Pembebanan otot secara static atau static muscalar
loading jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan
mengakibatkan RSI atau Repetitien Strain Injuries, yaitu nyeri otot, tulang,
tendon, dan lain-lain yang disebabkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat
berulang atau repetitive (Nurmianto, 2003). terdapat empat kelompok
penyebab kelelahan kerja yaitu; keadaan monoton, beban pekerjaan baik
fisik maupun mental, keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan
dan kebisingan, keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran
atau konflik, Penyakit atau perasaan sakit (Suma’mur, 1996).
6
(2004) faktor penyebab kelelahan sangat bervariasi, dan untuk memelihara
atau mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus
dilakukan diluar tekanan. Penyegaran terjadi terutama pada saat tidur di
malam hari, tetapi periode istirahat dan waktu berhenti kerja atau
7
7
B. Asam Laktat
Asam laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaeronik.
Proses metabolisme anaeronik ini berlangsung tanpa adanya bantuan
oksigen dalam keadaan istirahat. Asam laktat juga ada didalam tubuh dan
kadarnya akan bertambah pada saat beraktivitas. Konsentrasi asam laktat
di dalam darah akan meningkat dengan cepat ketika penggunaan kekuatan
antara 50 sampai 70% dari beban kerja maksimal (Chuma dan Nazar,
2010:287). Kadar asam laktat darah pada orang sehat dalam kondisi
beristirahat berkisar antara 1-2 mmol/L darah. Aktivitas dengan intensitas
yang tinggi berkontribusi dan berakumulasi pada asam laktat darah. Proses
pemulihan asam laktat menurut Purnomo (2011:162) dalam keadaan
proses pemulihan pasif memerlukan waktu 1 jam, sedangkan dengan
pemulihan aktif membutuhkan waktu 20-30 menit.
C. Tinggi Badan
Kuswana (2015:73) mendefinisikan tinggi badan merupakan jarak
vertikal dari alas lantai yang tegak lurus ke titik puncak atau mahkota
kepala. Tinggi badan merupakan salah satu faktor antropometri yang
memberikan informasi pertumbuhan skeletal seseorang. Selain itu, tinggi
8
D. Lingkungan Kerja
Sutrino (2010:118) mendefinisikan lingkungan kerja berkaitan
dengan sesuatu yang ada disekitar pekerja pada saat bekerja,seperti kondisi
ruangan, suasana ruangan, penerangan ruangan, alat-alat yang digunakan
pada saat melakukan sebuah pekerjaan, stanar keamanan dalam melakukan
pekerjaan yang mampu meningkatkan suasana kondusif, semangat, dan
menyenangkan dalam melakukan pekerjaan. Menurut Yassierli dan
iridiastadi (2014:217) kinerja seseorang dalam melakukan pekerjaannya
9
E. Suhu Udara
Paparan suhu lingkungan kerja diatas nilai ambang batas
memberikan tekanan pada pekerja dimana pekerja akan merasa tidak
nyaman berada pada lingkungan kerjanya sendiri, hal ini juga dapat
10
1. Sirkulasi Udara
Udara yang tidak baik dalam suatu rungan kerja dapat
mengakibatkan gangguan terhadap paru-paru, darah, kulit, dan lai-lain.
Temperatur dalam ruangan akan dipengaruhi oleh kelembaban dan
kecepatan gerak dari udara. Oleh karena itu, untuk mencuptakan sirkulasi
udara yang baik dibutuhkan ventilasi udara yang cukup dan memadai.
Menurut Yoto (2015:137) untuk penempatan ventilasi harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut.
11
3
Dalam 1 m udara pada suhu 20º C terdapat 25 gram uap air. Jumlah uap
3
air maksimum dalam 1 m udara pada suhu 20º C adalah 50 gram.
Berapa nilai kelembaban relatifnya?
Jawab:
12
25
Kelembaban relatif = ×100 %=50 %
50
Jadi dapat disimpulkan bahwa kelembabannya adalah 50%
F. Kebisingan
Bising (noise) adalah suara yang tidak dikehendaki (unwanted or
undesired sound), suara yang tidak mempunyai kualitas musik, atau suara
yang mengganggu (Marji, 2013: 1). Menurut Anizar (2012:159)
kebisingan dapat menyebabkan kehilangan pendengaran, mengganggu
pidato dan pendengaran, menyebabkan kejengkelan, dan merusak
pekerjaan pada sejumlah batas. Satuan yang digunakan untuk mengukur
tekanan suara, dan intensitas suara yaitu desibel (dB). frekuensi suara yang
dapat didengar oleh telinga manusia berkisar 20-20.000 Hz dan 20-12.000
Hz (orang yang berusia lanjut).
G. Kerja Bangku
Kerja bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai dalam
mengerjakan benda kerja secara manual, Pekerjaan kerja bangku
melakukan penekanan pada pembuatan benda kerja dengan alat tangan dan
dilakukan di bangku kerja (Sumolang, 2019:10). untuk ketinggian meja
kerja harus bisa disesuaikan dengan tinggi badan. Menurut Kuswana
(2017:146) menyatakan sebagai berikut:
yang baik juga. Menurut (Yoto, 2015) bengkel kerja yang baik itu sebagai
2
berikut, untuk luas bangunan adalah 160 m , untuk jenis lantai yang baik
menggunakan Beton dengan permukaan kasar, untuk ventilasiruang
bengkel yang baik kurang lebih 20% dari luas lantai, umtuk tinggi langit-
langit jika diukur dari lantai tingginya kurang lebih 4 sampai 5 m, untuk
pencahayaan alam dengan luas kaca/tembus cahaya kurang lebih 25% dari
luas lantai dan cahaya listrik kurang lebih 500 lux, dan yang terakhir untuk
utilitas supply daya 1 phase dan 3 phase dilengkapi dengan exhaust fan.
16
H. Kerangka Konseptual
Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini dapat dilihat pada
gambar 2.2.
terjadinya kelelahan, mulai tinggi badan dan berat badan yang akan
berakibat pada jumlah asam laktat pada otot manusia. Jika jumlah asam
laktat semakin banyak maka kemungkinan terjadi kelelahan akan semakin
besar. Selain itu, lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya
kelelahan saat melakukan pekerjaan. Lingkungan yang tidak sehat atau
kurang baik contohnya suhu ruangan yang sangat panas akan mempercepat
terjadinya dehidrasi pada tubuh manusia.
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian destriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Karena mencari pengaruh antara variabel bebas (Independen)
yaitu variabel tinggi badan dan lingkungan kerja dengan variabel terikat
(dependen) yaitu kelelahan kerja. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian korelasional karena mengidentifikasi pengaruh dari suatu
variabel terhadap variabel lainnya, metode yang digunakan adalah expost
facto causal research karena data diambil berasal dari peristiwa yang telah
terjadi sehingga peneliti hanya menjelaskan data sesuai fakta berdasarkan
pengukuran responden dengan menggunakan kuisioner.
H1
H3
H3
Terhadap Variabel Y
17
18
Keterangan:
a. Variabel tinggi badan ( X 1)
b. Variabel lingkungan kerja (X ¿ ¿2)¿
c. Variabel kelelahan kerja (Y)
2. Sampel
Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini penulis
menggunakan total sampling. Total sampling adalah pengambilan sampel yang
sama dengan jumlah populasi yang ada. Pengambilan sampel untuk siswa yang
praktikum kerja bengkel di Smk Muhammadiyah 3 Dolopo menggunakan seluruh
populasi (total sampling) yaitu 23 siswa. Respondennya antara lain sebagai
berikut:
N
O NAMA LENGKAP
1 ALFITO FRENDY KURNIAWAN
2 ANDRI
3 BAGAS PRIYO WAHYUDI
4 BAGUS CAHYA PUTRA PERDANA
5 BAYU HERDIANSYAH PRATAMA
6 BIMA PUTRA AMARTA
7 DITO PRASTYO UTOMO
19
3. Pengolahan Data
20
Kadang-kadang merasakan 1
Sering merasakan 2
2) Jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF 10, maka dapat diartikan bahwa
terdapat masalah multikolonieritas pada penelitian tersebut.
VIF adalah suatu estimasi berapa besar multikolonieritas meningkatkan
varian pada suatu koefesien estimasi sebuah variabel penjelas. Dimana VIF yang
tinggi menunjukkan bahwa multikolonieritas telah menaikkan sedikit varian pada
koefesien estimasi, akibat menurunnya nilat t. (Sujianto, 2009:79).
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah uji melihat korelasi yang terjadi antara anggota
observasi yang terletak berdekatan. Biasanya terjadi pada data time resies. Untuk
mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Wastons (DW)
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) 1,65 < DW < 2,35 maka tidak ada autokorelasi
2) 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 maka tidak dapat
disimpulkan
3) DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi autikorelasi
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedestisitas bertujuan untuk melihat penyebaran data yang
dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel
independen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Apabila dalam grafik
tersebut tidak terdapat pola tertentu yang teratur (menyebar), maka didefinisikan
tidak terdapat heteroskedastisitas.
Keterangan:
Y = Kelelahan kerja
a = Kostanta persamaan regresi
β 1 . β 2 = Koefisien regresi linier variabel independen
x1 = Tinggi badan
x2 = Lingkungan Kerja
e = Variabel penggangu atau faktor-faktor diluar variabel tidak dimasukkan
sebagai variabel model diatas (kesalahan residium / nilai error)
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah suatu pernyataan mengenai keadaan populasi
(parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari
sampel penelitian (statistik) atau dapat dikatakan sebagai suatu taksiran keadaan
populasi melalui data sampel (Sugiyono, 2015, 213). Dalam penelitian ini, uji
hipotesis yang digunakan adalah uji signifikasi parsial (t-Test) dan uji signifikansi
secara bersama-sama (uji F), berikut penjelasannya:
a. Uji signifikansi secara Parsial (t-Test)
Uji statistik t-test digunakan untuk mengetahui atau menunjukkan
seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel
dependen. Apakah memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak. Dalam
pengujian ini dilakukan dengan sistem pengambilan keputusan. Jika hasil yang
t
didapat hitung kritis, Dapat disimpulkan H 0 diterima. Sedangkan apabila hasil
thitung
tidak kritis, dapat disimpulkan H 0 ditolak (Santoso,2010:144). Dalam
penelitian ini uji t digunakan untuk menjawab hipotesis 1 dan 2 dengan cara
sebagai berikut:
1. Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut sebagai berikut.
Apabila nilai t hitung lebih tinggi (>) dari nilai t tabel, maka artinya
menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel
independen secara individu (parsial) untuk lebih jelasnya dapat ditulis sebagai
berikut:
Jika t hitung < t tabel maka hipotesis tidak teruji
24
Fhitung
Jika < Ftabel maka hipotesis teruji
Fhitung
Jika > Ftabel ma a ipotesis teruji
k h
2. Jika nilai signifikasi α < 0,05 maka Ho ditolak yang berati bahwa ada
pengaruh secara parsial variabel independen terhadapa variabel dependen.
Sedangkan jika α > 0,05 maka Ho diterima berarti bahwa tidak ada pengaruh
secara signifikan variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk
lebih jelasnya dapat ditulis sebagai berikut:
Jika sig > 0,05 maka hipotesis tidak teruji
Jika sig < 0,05 maka teruji
4. Uji Koefesien Determinasi ( R2 ¿
2
Uji koefesien determinasi R digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai determinan
25
2
antara nol (0) dan satu (1), apabila diperoleh nilai R yang terkecil berarti
kempuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
sangat terbatas, apabilai nilai yang diperoleh satu (1) berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Data yang diperoleh untuk penelitian ini adalah dari bengkel SMK
Muhammadiyah 3 Dolopo. Dengan jumlah sampel dalam penelitian ini
sebanyak 23 Siswa yang sedang praktikum kerja bangku. Data penelitian
di ambil dari 1 kelas di kelas 11 TKROA.
25
26
N Tinggi
O NAMA LENGKAP Badan
1 ALFITO FRENDY KURNIAWAN 171
2 ANDRI 164
3 BAGAS PRIYO WAHYUDI 168
4 BAGUS CAHYA PUTRA PERDANA 165
5 BAYU HERDIANSYAH PRATAMA 180
6 BIMA PUTRA AMARTA 172
7 DITO PRASTYO UTOMO 168
8 DZAMAR FARID AZZAHRON 173
9 FAIZ AZZIM 163
l10 FAJAR ARDIAN RAMADANI 157
11 FERI BAGUS SAPUTRA 171
12 IRFAN WAHYU RIANTO 170
13 JOHAN MUCHAGE 173
14 LUTHFI LIZKYA JAMALUDIN 175
15 M. RINO CAHYO PAMBUDI 168
16 MOH. SAIFULOH AL AZIZ 174
17 MUHAMAD MIFTAKHUL NGAZIZ 161
18 MUHAMMAD ARIFIN 168
19 NANANG WAHYU SANJAYA 168
20 PURWADI 169
21 RAHMAD SURYA ANDIKA 173
22 RANGGA ADITYA PAMUNGKAS 165
23 RIFANTRI ALI GUFRON 168
Tabel 4.2. Daftar nama dan tinggi badan responden
3. Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja
a) Suhu Udara
Hasil pengukuran suhu udara yang berada di bengkel kerja
bangku SMK Muhammadiyah 3 Dolopo sebagai berikut:
N Hasil
O Pengukuran
1 28.2
2 28.3
3 28.2
4 28.3
5 28.2
6 28.3
7 28.2
8 28.3
9 28.2
10 28.3
11 28.3
27
12 28.2
13 28.3
14 28.2
15 28.3
Tabel 4.3. Hasil pengukuran suhu udara
b) Kelembaban
Hasil pengukuran suhu udara yang berada di bengkel kerja
bangku SMK Muhammadiyah 3 Dolopo sebagai berikut:
N Hasil
O Pengukuran
1 60.1
2 59.5
3 59.3
4 60.3
5 60.1
6 59.5
7 59.3
8 60.3
9 59.9
10 60.9
11 59.5
12 59.3
13 60.3
14 59.9
15 60.9
Tabel 4.4. Hasil pengukuran kelembaban
c) Kebisingan
Hasil pengukuran suhu udara yang berada di bengkel kerja
bangku SMK Muhammadiyah 3 Dolopo sebagai berikut:
N Hasil
O Pengukuran
1 742
2 798
3 843
4 858
5 843
6 742
7 798
8 798
9 843
10 858
11 843
28
12 742
13 798
14 798
15 843
Tabel 4.5. Hasil pengukuran kebisingan
d) Sirkulasi Udara
Hasil pengukuran suhu udara yang berada di bengkel kerja
bangku SMK Muhammadiyah 3 Dolopo sebagai berikut:
Hasil
NO Pengukuran
1 1.9
2 1.8
3 1.8
4 1.8
5 1.9
6 1.8
7 1.8
8 1.8
9 1.75
10 1.72
11 1.8
12 1.8
13 1.8
14 1.75
15 1.72
Tabel 4.6. Hasil pengukuran sirkulasi udara
SKOR JAWABAN
ITEM SS S KK TP
F % F % F % F %
Y1 12 52% 10 43% 1 4% 0 0%
Y2 1 4% 17 74% 5 22% 0 0%
Y3 10 43% 7 30% 5 22% 1 4%
Y4 2 9% 14 61% 7 30% 0 0%
Y5 10 43% 10 43% 3 13% 0 0%
Y6 3 13% 12 52% 8 35% 0 0%
Y7 6 26% 11 48% 5 22% 1 4%
Y8 14 61% 8 35% 1 4% 0 0%
Y9 18 78% 4 17% 1 4% 0 0%
Y10 10 43% 7 30% 4 17% 2 9%
Y11 10 43% 9 39% 4 17% 0 0%
Y12 14 61% 6 26% 3 13% 0 0%
Y13 13 57% 8 35% 1 4% 1 4%
Y14 6 26% 15 65% 2 9% 0 0%
Y15 7 30% 13 57% 2 9% 1 4%
Y16 9 39% 10 43% 3 13% 1 4%
Y17 11 48% 8 35% 2 9% 2 9%
Y18 6 26% 12 52% 4 17% 1 4%
Y19 13 57% 9 39% 1 4% 0 0%
Y20 9 39% 10 43% 3 13% 1 4%
Y21 11 48% 10 43% 2 9% 0 0%
Y22 8 35% 10 43% 4 17% 1 4%
Y23 9 39% 8 35% 4 17% 2 9%
Y24 14 61% 6 26% 2 9% 1 4%
Y25 1 4% 11 48% 5 22% 6 26%
Y26 14 61% 6 26% 3 13% 0 0%
Y27 10 43% 10 43% 2 9% 1 4%
Y28 7 30% 11 48% 4 17% 1 4%
Y29 12 52% 7 30% 2 9% 2 9%
Y30 10 43% 12 52% 1 4% 0 0%
Sumber: Data hasil SPSS 25 Statistic For Windows
30
D. Analisis Data
Penalitian ini didasarkan pada data kuisoner yang disebarkan pada
siswa yang sudah melakukan praktikum kerja bangku di bengkel SMK
Muhammadiyah 3 Dolopo sebagai responden. Sehingga dapat dilakukan
analisis atas data yang diperoleh, yaitu meliputi analisis variabe-variabel
independen berupa tinggi badan dan lingkungan kerja terhadap kelelahan
kerja pada saat praktikum kerja bangku di bengkel SMK Muhammadiyah
34
b. Uji Reabilitas
Uji Reabilitas instrumen digunakan untuk mendapatkan data
yang sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal
tersebut, dilakukan uji reabilitas dengan menggunakan skala Alpha
Cronbach’s 0 sampai dengan 1
a. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk mendeteksi adanya
multikolinieritas jika Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih
dari 10 dan ttolerance value diatas lebih dari 0 maka model
terbebas dari multikolineritas atau tidak terjadi multikolinieritas.
37
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Std.
Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 3.210 3.417 .939 .359
TINGGI BADAN .545 .252 .468 2.163 .043 .516 1.940
LINGKUNGAN .293 .203 .311 1.440 .165 .516 1.940
KERJA
a. Dependent Variable: KELELAHAN KERJA
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3.210 3.417 .939 .359
TINGGI BADAN .545 .252 .468 2.163 .043
LINGKUNGAN KERJA .293 .203 .311 1.440 .165
a. Dependent Variable: KELELAHAN KERJA
4. Uji Hipotesis
a. Uji Hipotesis secara parsial (Uji t)
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
41
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 7.867 2.876 2.736 .012
LINGKUNGAN KERJA .599 .158 .637 3.784 .001
a. Dependent Variable: KELELAHAN KERJA
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
42
Dari tabel 4.15 dapat diketahui nilai signifikansi untuk pengaruh tinggi
badan (X1) dan lingkungan kerja (X2) terhadap kelelahan kerja (Y)
adalah sebesar 0,000 < 0,05 dan f hitung 10,753 > nilai f table 3,47.
Artinya dari hasil tersebut dapat disimpilkan bahwa H 0 ditolak dan H 1
diterima. Artinyaterdapat pengaruh tinggi badan (X1) dan lingkungan
kerja (X2) terhadap kelelahan kerja (Y) secara signifikan.
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .720a
.518 .470 3.603
a. Predictors: (Constant), LINGKUNGAN KERJA, TINGGI BADAN
b. Dependent Variable: KELELAHAN KERJA
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan dan deskripsi pada bab
sebelumnya, hasil pengujian hipotesis pertama menyatakan bahwa tinggi
badan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kelelahan kerja pada
saat praktikum kerja bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo.
Hal ini sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan, berdsarkan hasil
analisis deskriptif pada tabel 4.13 yang menjelaskan tinggi badan
berpengaruh terhadap kelelahan kerja kerja pada saat praktikum kerja
bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo. Dapat diketahui
bahawa nilai t hitung 4,300 > t tabel2,079. Artinya tinggi badan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kelelahan kerja kerja pada saat praktikum
kerja bengkel di bengkel SMK Muhammadiyah 3 Dolopo.
43
44
kerja. Hal ini dilakukan berkali-kali sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan pada jobsheet atau perintah kerja. Mekanisme kerja yang
sifatnya repetitif, secara ergonomi ini mempunyai kelemahan yaitu;
memerlukan konsentrasi yang tinggi, cepat lelah sehingga hasilnya kurang
teliti dan mengganggu kesehatan siswa. Hal ini didukung oleh (Nurmianto
1996) yang menjelaskan penyebab kelelahan karena adanya pembebanan
otot secara ststis sehingga aliran darah ke otot berkurang yang
mengakibatkan asam laktat terakumulasi. Hal tersebut diperjelas pendapat
(Kuswana 2017:169) jika kondisi lingkungan memiliki temperatur > 34 ℃
akan berpengaruh terhadap tubuh dan terjadi tiga tahap yang ditimbulkan
jika terpapar dengan suhu suhu yang tinggi ekstrim, tahapnya yaitu; 1)
heat cramps gejalanya adalah kram otot yang amat menyakitkan dan
biasanya terjadi pada otot tangan atau kaki. 2) heat exhaustion gejalanya
adalah kulit yang dingin, lembap atau memar, sakit kepala, mual, pusing,
lemas, dan lelah. 3) heat stroke gejalanya antara lain kulit panas,
memerah, dan tidak berkeringat (kering), penurunan,kesadaran, denyut
nadi yang cepat dan lemah, pernapasan yang cepat dan dalam.
49
pemerintah Indonesia yang sudah menetapkan NAB untuk kebisingan
adalah 85 dB.
50
51
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah disajikan,
maka selanjutnya peneliti menyampaikan saran yang kiranya dapat
memberikan hal yang bermanfaat kepada pihak-pihak terlibat atas peneliti
ini. Adapun saran-saran yang akan disampaikam oleh peneliti adalah
sebagi berikut:
1. Bagi Bengkel Teknik Mesin.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bengkel,
sebagai khusunya kepala bengkel yang nantinya bisa mendesain meja
praktik. Dengan mempertimbangkan kriteria tinggi badan dari siswa
atau meja didesain agar bisa fleksibel sesuai dengan tinggi badan
siswa.
2. Bagi Siswa
Khususnya bagi siswa yang sedang praktikum kerja bangku
diharapkan untuk menambah wawasan akan berpengaruhnya tinggi
dan rendahnya tinggi badan terhadap kelelahan kerja.
3. Bagi Jurusan Teknik Mesin
Penelitian ini dapat diharapkan bermanfaat bagi akademik,
sebagai sumbang pikiran, sarana dan informasi serta bahan rujukan
makasiswa teknik mesin. Dan sebagai tambahan refrensi khusunya
dibidang Keselamatan dan Kesehantan Kerja (K3) dan dapat
memberikan informasi serta gambaran menenai kelelahan kerja.
4. Bagi Peneliti Lain
Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi
sumbangsih pemikiran dan diharpkan dapat dikembangkan atau
menambah variabel yang lebih luas, atau sebagai pengembangan dan
rujukan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khusunya kelelahan
kerja.