Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/323650633

Hubungan antara Lama Tidur dengan Akumulasi Kelelahan Kerja pada Dosen

Article  in  Jurnal Keperawatan Padjadjaran · April 2015


DOI: 10.24198/jkp.v2i1.78

CITATIONS READS

0 122

3 authors, including:

Gurdani Yogisutanti
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung
31 PUBLICATIONS   17 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Exploring Fatigue among Lecturer View project

All content following this page was uploaded by Gurdani Yogisutanti on 23 October 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KEMAS 11 (1) (2015) 59-64

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

LAMA TIDUR DAN AKUMULASI KELELAHAN KERJA (ACCUMULATED


FATIGUE) PADA DOSEN

Gurdani Yogisutanti

Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Fatigue merupakan fenomena normal bagi setiap orang yang dapat dikurangi dengan is-
Diterima 10 April 2015 tirahat maupun tidur. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan lama waktu tidur
Disetujui 5 Juni 2015 dengan akumulasi kelelahan kerja pada dosen. Penelitian dilakukan pada tahun 2013
Dipublikasikan Juli 2015
dengan desain cross sectional digunakan dalam penelitian terhadap 236 partisipan beras-
Keywords: al dari 8 sekolah tinggi ilmu kesehatan swasta di Jawa Barat. Lama waktu tidur per hari
Breakfast; fatigue; job burn- diukur menggunakan kuesioner dan akumulasi kelelahan kerja diukur menggunakan
out; lecturer; sleep duration instrumen self-diagnosis Check List for Assessment of Worker’s accumulated fatigue. Re-
rata waktu tidur adalah 6,23±1,1 jam per hari). Hasil uji statistik menggunakan Product
DOI Moment didapatkan lama waktu tidur berkorelasi negatif dengan gejala kelelahan sub-
http://dx.doi.org/10.15294/ jektif (r=-0,132; p<0,05), kondisi kerja(r= -0,169; p<0,05) dan akumulasi kerja (r=-0,173;
kemas.v11i1.3467 p<0,05). Semakin tinggi lama tidur, maka semakin rendah kelelahan kerja yang terjadi.
Kurangnya waktu tidur dalam jangka waktu yang lama dapat berakibat pada kualitas
hidup dosen dan dapat menyebabkan sakit. Untuk mengurangi akumulasi kelelahan
kerja harus cukup waktu tidur dan beristirahat.

SLEEP DURATION AND ACCUMULATED FATIGUE IN LECTURE

Abstract
Fatigue is a normal phenomenon that can be reduced by rest and sleep. The aims of this
study was to uncover the relationship between lecturers’ sleep duration and their job
burnout. This research was conducted at 2013. The cross sectional design was applied to
236 participants from eight private Health Sciences School in West Java. Sleep durations
were measured by a questionnaire and Self-diagnosis Check List for Assessment of Worker’s
accumulated fatigue was used to measure lecturers’ job burnout. Results have shown that
rates of the sleep duration in a day were around 6,23±1,1 hours. Product moment test
has shown that the sleep duration had negative correlation with subjective fatigue (r=-
0.132; p<0.05), working conditions (r=-0.169; p<0.05), and working accumulation (r=-
0.173; p<0.05). The more sleep duration the lower job burnout. Long term sleepiness can be
affected to quality of live. Adequat sleep one of best way to deal with job burnout problems.

© 2015 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel
Bandung, Jl. Kopo 161 Bandung, 40234, Indonesia
Email: gurdani@yahoo.com
Gurdani Yogisutanti / Lama Tidur dan Akumulasi Kelelahan Kerja

Pendahuluan dosen. Bahkan, penilaian akreditasi program


Keselamatan dan kesehatan kerja studi dalam institusi perguruan tinggi pun
merupakan unsur yang sangat penting dalam tidak melibatkan aspek-aspek tersebut. Kondisi
perlindungan terhadap tenaga kerja untuk tersebut dapat artikan bahwa monitoring
dapat meningkatkan produktivitas. Salah satu atau pengawasan terhadap pelaksanaan
aspek yang perlu mendapat perhatian adalah perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
perlindungan tenaga kerja melalui program pada dosen dari pemerintah masih sangat lemah.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Tidak ada pengawasan terhadap pelaksanaan
Program K3 bertujuan untuk menjamin setiap perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
tenaga kerja dan orang-orang yang berada di di perguruan tinggi (Yogisutanti, 2011).
tempat kerja dalam keadaan aman dan selamat Profesi dosen ternyata tidak lepas
dari risiko kecelakaan kerja yang mungkin dari permasalahan kelelahan (fatigue) yang
terjadi. Dibandingkan dengan banyaknya dapat dikategorikan sebagai penyakit akibat
profesi lain, pekerjaan di sektor pendidikan kerja. Kelelahan kerja adalah berkurang atau
lebih banyak menimbulkan kelelahan kerja. hilangnya kesiagaan/kecepatan bereaksi dan
Profesi dosen berisiko tinggi untuk terjadinya kemampuan untuk menampilkan keselamatan
stres akibat kerja dan kelelahan akibat kerja, dan kesehatan kerja (K3) yang tinggi saat
terutama kelelahan psikologis. Masalah bekerja, yang pada umumnya disebabkan oleh
kelelahan kerja dosen masih jarang dibahas rendahnya kualitas dan kuantitas tidur, di
dalam literatur yang ada sampai saat ini samping karena bekerja pada waktu yang tidak
(Shernoff, 2011). normal yang seharusnya tidur tetapi bekerja
Beberapa penyakit atau gejala yang dapat atau karena aktivitas fisik dan mental yang
timbul di sektor pendidikan adalah burnout, tidak sesuai di tempat kerja (Yogisutanti, 2013).
depresi, kelelahan mental, mangkir kerja, Penelitian yang dilakukan terhadap 10
gangguan tidur bahkan sampai insomnia, orang dosen yang berasal dari perguruan tinggi
penyakit kardiovaskuler dan gejalanya, migren, swasta dan pemerintah menggunakan teknik
hipertensi, gangguan fungsi lambung, merokok, focus group discussion, mendapatkan informasi
minuman keras dan narkotika, psikotropika dan bahwa seluruh peserta mengalami kelelahan
zat adiktif. Dibandingkan dengan banyaknya kerja, baik fisik maupun psikologis, dan
profesi, pekerjaan di sektor pendidikan lebih penyebab kelelahan kerja yang mereka alami
banyak menimbulkan stres dan kelelahan kerja, tersebut, disebabkan waktu istirahat dan waktu
yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya tidur yang tidak adekuat (Yogisutanti, 2013).
sakit dan dapat menyebabkan beberapa orang Kurangnya perhatian dan pengetahuan
meninggalkan profesi tersebut (Aitken, 2002 dosen tentang aspek keselamatan dan
cited in Verdugo, 2003). Kelelahan psikologis kesehatannya ditandai dengan gaya hidup (life
yang dialami dosen, secara umum menimbulkan style) yang tidak sehat. Hasil studi pendahuluan
hilangnya perhatian, kepercayaan, ketertarikan pada 24 orang dosen mendapatkan data bahwa
dan semangat dalam bekerja. sebanyak 4 orang (16,67%) tidak membiasakan
Dalam Undang-Undang Republik mengkonsumsi sarapan pagi, sebagian besar
Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dosen tidak membagi waktu tidur dengan baik
dan Dosen, pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 disebutkan dan hanya 1 orang dosen yang mempunyai
bahwa dosen adalah salah satu komponen waktu tidur lebih dari 8 jam per hari. Pada
esensial dalam suatu sistem pendidikan di suatu sekolah tinggi kesehatan swasta di
perguruan tinggi (Dirjen Dikti, 2010). Dosen wilayah Kopertis IV Jawa Barat, hampir semua
harus mendapatkan perlindungan dari risiko dosen dalam dua bulan terakhir absen bekerja
gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, antara 5-10 hari. Focus group discussion pada
kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, 7 orang dosen di sekolah tinggi swasta di
kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko Jawa Barat yang dilaksanakan pada tanggal 8
lain akibat pekerjaannya. Tidak banyak Februari 2012 mendapatkan data bahwa dosen
institusi pendidikan tinggi yang memberikan mengalami kelelahan kerja baik fisik maupun
jaminan perlindungan secara nyata kepada psikologis. Beberapa penyebab kelelahan

60
KEMAS 11 (1) (2015) 59-64

diungkapkan karena kurangnya pengetahuan Tabel 1. Skor Akumulasi Kelelahan Kerja


tentang kelelahan dan keselamatan dan Kondisi Kerja
kesehatan kerja di tempat kerja, karena mereka A B C D
tidak medapatkan pelatihan maupun informasi I 0 0 2 4
tentang kondisi tempat kerja dan bahayanya
Gejala II 0 1 3 5
pada saat awal bekerja, kurang tidur karena
Subjektif III 0 2 4 6
membawa pekerjaan ke rumah dan tidak
IV 1 3 5 7
sempat untuk makan pagi karena terkadang
Sumber: Data Primer
mereka harus mengajar di pagi hari.
Apabila kurangnya waktu tidur pada kerja. Subvariabel gejala kelelahan kerja
dosen berlangsung lama, maka kualitas diukur menggunakan 13 item pertanyaan
dosen akan menurun dan akibatnya kualitas mengenai keluhan subjektif yang dirasakan
mahasiswa atau lulusan yang dihasilkannya akan dalam 1 bulan terakhir, dengan rentang skor
menurun. Oleh karena itu perlu diupayakan jawaban mulai dari 0-3. Penilaian terhadap
untuk pencegahan terjadinya kelelahan kerja gejala subjektif dengan menjumlahkan skor
pada dosen. Untuk mengetahui penyebab dari dari 13 pertanyaan tersebut, dengan kategori:
kelelahan kerja dosen yang spesifik, maka I bila skor 0–4, II bila skor 5–10 poin, III bila
peneliti ingin melakukan analisis terhadap skor 11–20 poin dan IV bila skor lebih dari
faktor penyebab spesifik kelelahan kerja pada 20. Subvariabel kondisi kerja dalam 1 bulan
dosen belum yang banyak diungkapkan secara terakhir diukur dengan menggunakan 7
khusus, yaitu untuk mengetahui hubungan pertanyaan yang berkaitan dengan beban fisik
antara lama waktu tidur dengan akumulasi maupun mental yang dirasakan responden.
kelelahan kerja pada dosen. Penelitian ini telah Penentuan kategori untuk subvariabel kondisi
mendapatkan persetujuan dari Komite Etik kerja adalah sebagai berikut: A bila skor 0, B
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada bila skor 1-2, C bila skor 3-5 dan D bila skor
Yogyakarta. lebih dari 5. Akumulasi kelelahan kerja pada
dosen dihitung berdasarkan kedua subvariabel
Metode tersebut dengan mengikuti tabel 1.
Metode penelitian yang digunakan
adalah cross-sectional design. Populasi penelitian Hasil dan Pembahasan
berasal dari 25 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rerata lama waktu tidur pada 236
(STIKes) di Jawa Barat (EPSBED, 2012), dengan orang responden adalah 6,23 jam per hari
jumlahnya paling tinggi dibandingkan dengan dengan standar deviasi sebesar 1,1 jam per
kopertis lain di Indonesia. Sampel diambil hari. Hasil pengukuran akumulasi kelelahan
secara kuota sampling berdasarkan waktu kerja menggunakan self-diagnosis check list
dan biaya penelitian. Jumlah populasi sasaran for assessment of worker’s accumulated fatigue
yang diambil yaitu diambil sebanyak 8 STIKes dapat dilihat pada tabel 2.
yang bersedia untuk mengikuti penelitian ini. Sebagian besar responden mengalami
Pengambilan data dilakukan secara accidental gejala kelelahan subjektif pada level III sebanyak
sampling, sehingga dosen yang dapat ditemui 40,3%. Responden yang mengalami kelelahan
dan bersedia mengikuti pelatihan yang kerja pada level IV sebanyak 18,3%. Kondisi
diikutsertakan dalam penelitian ini. Jumlah kerja yang dirasakan responden, sebagian
responden yang mengumpulkan kembali besar dalam kategori D, yaitu sebesar 41,5%,
kuesioner penelitian sebanyakk 236 orang. dan hanya 16,9% yang masuk dalam kondisi
Variabel bebas penelitian ini adalah kerja kategori A. Kategori untuk akumulasi
rerata lama tidur per hari, sedangkan variabel kelelahan kerja pada dosen dibuat menjadi
terikatnya adalah akumulasi kelelahan kerja beberapa kategori berdasarkan gejala kelelahan
pada dosen yang diukur menggunakan self- kerja subjektif dan kondisi kerja seperti yang
diagnosis check list for assessment of worker’s tercantum dalam tabel 1. Hasil pengukuran
accumulated fatigue, yang terdiri dari 2 akumulasi kelelahan kerja didapatkan data
subvariabel, yaitu gejala subjektif dan kondisi bahwa sebagian besar termasuk dalam kondisi

61
Gurdani Yogisutanti / Lama Tidur dan Akumulasi Kelelahan Kerja

Tabel 2. Akumulasi kelelahan kerja pada dosen kuantitas tidur. Selain itu, karena bekerja pada
sekolah tinggi ilmu kesehatan waktu yang tidak normal yang seharusnya
Akumulasi Kelelahan Kerja n % digunakan untuk tidur, tetapi digunakan untuk
Gejala Kelelahan Subjektif bekerja atau karena aktivitas fisik dan mental
I 15 6,4 yang tidak sesuai di tempat kerja.
II Kelelahan kerja merupakan pengalaman
82 34,7
III normal yang dialami oleh tenaga kerja setiap
95 40,3
IV harinya. Apabila seseorang menderita kelelahan
43 18,3 kerja, maka dapat berakibat pada kinerjanya
Kondisi Kerja ataupun penampilan kerjanya di tempat kerja
A 40 16,9 maupun di rumah. Kelelahan kerja yang
B 31 13,1 diderita seseorang dalam waktu yang lama
C 65 27,5 menyebabkan tidak masuk kerja dan lama-
D 98 41,5 kelamaan menyebabkan ketidakmampuan
Akumulasi kelelehan kerja dalam bekerja (Beurskens, 2000).
Rendah 65 27,5 Mengantuk atau tidur pada saat rapat
Agak tinggi 29 12,3 maupun ujian sering ditemui pada aktivitas
Tinggi akademik di kampus-kampus. Mengantuk
56 23,7
Sangat tinggi merupakan gejala atau tanda bahwa tubuh
83 35,2
Sumber : Data Primer
memerlukan istirahat dan bahkan tidur.
n = 236 Kurangnya kuantitas dan kualitas tidur
* persentase tidak semuanya berjumlah 100% merupakan alasan umum dosen mengalami
karena ada missing data. mengantuk. Kurangnya waktu tidur tersebut
disebabkan dosen mengerjakan tugas untuk
sangat tinggi sebesar 35,2%, dan hanya 27,5% mempersiapkan bahan ajar dan tugas lain di
responden yang termasuk akumulasi kelelahan rumah pada waktu malam hari yang seharusnya
kerja dalam kategori rendah. digunakan untuk tidur. Waktu yang seharusnya
Hasil uji hubungan antara lama tidur digunakan untuk beristirahat digunakan oleh
dengan akumulasi kelelahan kerja pada dosen dosen untuk bekerja di rumah. Lamanya
adalah sebagai berikut: a) ada hubungan yang bekerja dosen menjadi lebih panjang karena
signifikan antara lama tidur dengan gejala ditambah dengan jam kerja yang dilakukan
kelelahan kerja pada dosen (r= -0,132; p<0,05); di rumah. Apabila hal tersebut berlangsung
b) ada hubungan yang signifikan antara lama dalam waktu lama, maka akan menyebabkan
tidur dengan kondisi kerja yang dialami dosen kurang tidur bagi dosen dan akibatnya banyak
(r= -0,169; p<0,05); dan c) ada hubungan penyakit yang dapat timbul. Hasil penelitian ini
antara lama tidur dengan akumulasi kelelahan sejalan dengan penelitian Otsuka et al. (2008)
kerja yang dirasakan dosen (r= -0,173; mengungkapkan bahwa lama waktu kerja
p<0,05). Korelasi antara variabel bebas dan berkaitan dengan kejadian fatigue dan tingkat
terikat tersebut bernilai negatif, artinya bahwa konsentrasi pada pekerja.
semakin tinggi lama waktu tidur pada dosen, Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
maka semakin rendah akumulasi kelelahan rerata lama lama tidur pada dosen yaitu
kerja yang dirasakan dosen. 6,23±1,1jam per hari. Lama tidur yang efektif
Profesi dosen ternyata tidak lepas menurut Kurina (2013), adalah 6 jam per hari.
dari permasalahan kelelahan (fatigue) yang Bila rerata waktu tidur kurang dari 6 jam per
dapat dikategorikan sebagai penyakit akibat hari dapat menyebabkan gangguan kesehatan
kerja (Tamaela, 2011). Kelelahan kerja adalah sampai dengan kematian. Hasil uji statistik
berkurang atau hilangnya kesiagaan/kecepatan menunjukkan bahwa ada korelasi negatif antara
bereaksi dan kemampuan untuk menampilkan variabel bebas dan variabel terikat. Semakin
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang lama waktu tidur, maka kelelahan yang
tinggi saat bekerja, yang pada umumnya terjadi semakin rendah. Untuk menurunkan
disebabkan oleh rendahnya kualitas dan akumulasi kelelahan kerja perlu memastikan

62
KEMAS 11 (1) (2015) 59-64

cukup waktu tidur dan istirahat. Waktu istirahat seorang dosen. Apabila hal ini berlangsung
normal tidak kurang dari 8 jam per hari, dan terus-menerus, maka dapat mengakibatkan
minimal waktu tidur yang efektif tidak kurang rendahnya kinerja dosen di tempat kerja. Lama
dari 6 jam per hari. Selain itu, mengurangi kerja di rumah untuk menyelesaikan tugas atau
jam kerja yang berlebihan untuk mencegah pekerjaan akan mengganggu stabilitas waktu
terjadinya akumulasi kekelahan kerja, dan yang diperlukan keluarga, sehingga perlu diatur
mengusahakan lamanya waktu kerja di rumah kembali agar tidak merugikan waktu untuk
tidak lebih dari 45 jam dalam sebulan, karena keluarga. Menurut Kitamura (2013), masa kerja
pada penelitian ini terbukti bahwa lama tidur tidak berhubungan dengan kejadian kelelahan
menjadi penyebab utama terjadinya akumulasi kerja pada pegawai lokal pemerintahan di
kelelahan kerja pada dosen. Jepang. Penelitian ini juga menyimpulkan
Bila lama waktu tidur dosen kurang dan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja
terakumulasi dalam waktu yang lama, maka dengan kejadian kelelahan kerja pada dosen.
dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Hasil Seorang dosen yang mengalami
penelitian ini juga sesuai dengan penelitian kekurangan waktu tidur akan menyebabkan
yang dilakukan oleh Hamaguchi (2011), yang risiko kelelahan kerja menjadi lebih tinggi bila
menunjukkan bahwa rerata lama tidur per hari dibandingkan dengan dosen yang mempunyai
berhubungan dengan kelelahan kerja pada waktu tidur cukup. Hasil penelitian didapatkan
pegawai di Jepang. Penyebab utama kelelahan data bahwa ternyata rerata lama tidur dosen
kerja yang terjadi di Jepang ternyata waktu adalah 6,23 jam dengan standar deviasi 1,1 jam
tidur yang kurang dari 6 jam per hari. per hari. Hal tersebut harus menjadi perhatian
Tugas ataupun pekerjaan dosen yang bagi dosen dalam menjaga kesehatannya.
seharusnya bisa dilakukan di kampus atau Seperti dikemukakan oleh Hamaguchi (2011),
di tempat kerja terpaksa dibawa oleh dosen bahwa lama waktu tidur pada pegawai di
pulang ke rumah karena membutuhkan waktu Jepang telah menjadi masalah sosial, sebanyak
yang lama untuk mengerjakannya. Dengan 40 responden yang mengalami kelelahan kerja
membawa pekerjaan ke rumah, akibatnya ternyata waktu tidurnya kurang dari 6 jam per
jam istirahat dan waktu untuk bersosialisasi hari. Penyebab kelelahan yang utama pada
dengan keluarga menjadi berkurang. Apabila dosen karena lama tidur yang kurang memadai,
waktu istirahat berkurang setiap hari, lama- dan dari hasil uji statistik disimpulkan bahwa
lama akan terjadi sleep debt yang akan dapat semakin kurang waktu tidur, maka semakin
mengakibatkan penyakit apabila terjadi dalam tinggi tingkat kelelahan kerja yang terjadi pada
waktu yang lama dan tidak dikendalikan. dosen. Menurut Gutiérrez (2005), semakin
Dibutuhkan peraturan dan kebijakan lama waktu tidur, maka kelelahan yang terjadi
dari pimpinan dan institusi berkaitan dengan semakin rendah. Akumulasi kelelahan kerja
tugas dosen yang dikerjakan di rumah tersebut. dapat diturunkan dengan cara memastikan
Sebagian dosen mengerjakan pekerjaan di waktu tidur dan istirahat bagi dosen cukup.
rumah karena pada saat di tempat kerja Keterbatasan dalam penelitian ini adalah
digunakan untuk kepentingan lain yang penggunakan kuesioner untuk mendapatkan
bukan merupakan aktivitas akademisi. Untuk data waktu lama tidur, sehingga masih
mengurangi pekerjaan yang harus dibawa ke merupakan rerata kasar dari lama tidur aktual
rumah, seorang dosen harus berdisiplin untuk pada dosen. Untuk penelitian selanjutnya dapat
membagi waktu dan mengerjakan tugasnya menggunakan desain penelitian cohort agar
sesuai dengan tempat dan waktu kerjanya. dapat dilihat rerata aktual lama tidur pada
Lama waktu yang digunakan oleh dosen dosen per hari, per minggu maupun per bulan.
untuk menyelesaikan pekerjaan yang dibawa Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah
ke rumah merupakan waktu yang seharusnya belum mempertimbangkan karakteristik
digunakan oleh dosen untuk beristirahat/tidur individu dalam hubungan antara variabel
dan bersosialisasi atau berinteraksi dengan tersebut, mengingat faktor demografi juga
lingkungan sosialnya. Lama waktu kerja di dapat berpengaruh pada tingkat kelelahan kerja
rumah mempengaruhi jumlah jam istirahat dosen. Analisis lebih lanjut dengan karakteristik

63
Gurdani Yogisutanti / Lama Tidur dan Akumulasi Kelelahan Kerja

demografi sebagai kovariat diperlukan untuk Daftar Pustaka


menjelaskan hubungan antara kebiasaan Beurskens, et al. (2000). Fatigue among Working
makan pagi, lama tidur dan kelelahan kerja People: Validity of a Questionnaire Measure.
pada dosen. Occupational Environmental Medicine, 57:
353-357.
Gutiérrez, J.,L., et al. 2005. Spanish Version of The
Penutup
Swedish Occupational Fatigue Inventory
Dapat disimpulkan bahwa ada korelasi (SOFI): Factorial Replication, Reliability and
negatif antara lama tidur dengan akumulasi Validity, International Journal of Industrial
kelelahan kerja pada dosen. Semakin tinggi Ergonomics, 35: 737-746.
waktu tidur, semakin rendah akumulasi Hamaguchi, M., et al. 2011. Characteristics of
kelelahan kerja yang dirasakan oleh dosen dan Chronic Fatigue Syndrom in Japanese
begitu juga sebaliknya. Untuk menurunkan Community Population; Chronic Fatigue
akumulasi kelelahan kerja dapat dilakukan Syndrome in Japan. Clin Rheumatol, 30: 895-
dengan menambah lama waktu tidur minimal 906.
6 jam per hari dan mengurangi mengerjakan Kitamura, H., et al. 2013. Personality and Resilience
Associated with Perceived Fatigue of Local
tugas atau pekerjaan di rumah, karena dapat
Government Employees Responding to
menyebabkan berkurangnya waktu tidur. Disasters. Journal of Occupational Health, 55:
Sebaiknya dosen mengefektifkan waktu di tempat 1-5.
kerja, sehingga tidak membawa pekerjaan ke Kurina, LM., et al. 2013. Sleep Duration and All-
rumah yang dapat menyebabkan berkurangnya causes mortality: a Critical Review of
waktu tidur. Perlunya pembuatan leaflet atau Measurement and Association, Anals of
modul tentang pengendalian kelelahan kerja Epidemiology, 23: 361-370.
pada dosen untuk menjaga agar pengetahuan Otsuka Yasumasa, Sasaki Takeshi, Mori Ippei.
dan kesadaran dosen terhadap keselamatan dan 2008. Working Hours. Coping Skills, and
kesehatan kerja dapat terpelihara, memberikan Psychological Health in Japanese Daytime
Workers, Industrial Health, 47: 22-32.
pelatihan dan sosialisasi tentang keselamatan
Shernoff, Elisa, S., et al. (2011). A Qualitative Study
dan kesehatan kerja di tempat kerja terutama of The Sources and Impact of Stress Among
di sektor pendidikan bagi semua karyawan, Urban Teachers, School Mental Health, 3: 59-
serta membuat kebijakan tentang pemanfaatan 69.
waktu kerja yang efektif. Tamaela, Eduard Yohannis. 2011. Konsekuensi
Konflik Peran, Kelebihan Beban Kerja
Ucapan Terima Kasih danMotivasi Intrinsik terhadap Burnout
Ucapan terima kasih kepada Direktorat pada Dosen yangMerangkap Jabatan
Jendral Pendidikan Tinggi melalui Kopertis Struktural. Aset, 13(2): 111-122
IV yang telah memberikan bantuan hibah Yogisutanti, G., dkk. (2013). Kebiasaan Makan Pagi,
Lama Tidur dan Kelelahan Kerja (Fatigue)
untuk pembiayaan penelitian ini melalui hibah
pada Dosen, Kemas, 9(1): 53-57.
desentralisasi untuk penelitian disertasi doktor
tahun 2013.

64

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai