net/publication/323650633
Hubungan antara Lama Tidur dengan Akumulasi Kelelahan Kerja pada Dosen
CITATIONS READS
0 122
3 authors, including:
Gurdani Yogisutanti
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung
31 PUBLICATIONS 17 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Gurdani Yogisutanti on 23 October 2018.
Gurdani Yogisutanti
Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung
Abstract
Fatigue is a normal phenomenon that can be reduced by rest and sleep. The aims of this
study was to uncover the relationship between lecturers’ sleep duration and their job
burnout. This research was conducted at 2013. The cross sectional design was applied to
236 participants from eight private Health Sciences School in West Java. Sleep durations
were measured by a questionnaire and Self-diagnosis Check List for Assessment of Worker’s
accumulated fatigue was used to measure lecturers’ job burnout. Results have shown that
rates of the sleep duration in a day were around 6,23±1,1 hours. Product moment test
has shown that the sleep duration had negative correlation with subjective fatigue (r=-
0.132; p<0.05), working conditions (r=-0.169; p<0.05), and working accumulation (r=-
0.173; p<0.05). The more sleep duration the lower job burnout. Long term sleepiness can be
affected to quality of live. Adequat sleep one of best way to deal with job burnout problems.
Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel
Bandung, Jl. Kopo 161 Bandung, 40234, Indonesia
Email: gurdani@yahoo.com
Gurdani Yogisutanti / Lama Tidur dan Akumulasi Kelelahan Kerja
60
KEMAS 11 (1) (2015) 59-64
61
Gurdani Yogisutanti / Lama Tidur dan Akumulasi Kelelahan Kerja
Tabel 2. Akumulasi kelelahan kerja pada dosen kuantitas tidur. Selain itu, karena bekerja pada
sekolah tinggi ilmu kesehatan waktu yang tidak normal yang seharusnya
Akumulasi Kelelahan Kerja n % digunakan untuk tidur, tetapi digunakan untuk
Gejala Kelelahan Subjektif bekerja atau karena aktivitas fisik dan mental
I 15 6,4 yang tidak sesuai di tempat kerja.
II Kelelahan kerja merupakan pengalaman
82 34,7
III normal yang dialami oleh tenaga kerja setiap
95 40,3
IV harinya. Apabila seseorang menderita kelelahan
43 18,3 kerja, maka dapat berakibat pada kinerjanya
Kondisi Kerja ataupun penampilan kerjanya di tempat kerja
A 40 16,9 maupun di rumah. Kelelahan kerja yang
B 31 13,1 diderita seseorang dalam waktu yang lama
C 65 27,5 menyebabkan tidak masuk kerja dan lama-
D 98 41,5 kelamaan menyebabkan ketidakmampuan
Akumulasi kelelehan kerja dalam bekerja (Beurskens, 2000).
Rendah 65 27,5 Mengantuk atau tidur pada saat rapat
Agak tinggi 29 12,3 maupun ujian sering ditemui pada aktivitas
Tinggi akademik di kampus-kampus. Mengantuk
56 23,7
Sangat tinggi merupakan gejala atau tanda bahwa tubuh
83 35,2
Sumber : Data Primer
memerlukan istirahat dan bahkan tidur.
n = 236 Kurangnya kuantitas dan kualitas tidur
* persentase tidak semuanya berjumlah 100% merupakan alasan umum dosen mengalami
karena ada missing data. mengantuk. Kurangnya waktu tidur tersebut
disebabkan dosen mengerjakan tugas untuk
sangat tinggi sebesar 35,2%, dan hanya 27,5% mempersiapkan bahan ajar dan tugas lain di
responden yang termasuk akumulasi kelelahan rumah pada waktu malam hari yang seharusnya
kerja dalam kategori rendah. digunakan untuk tidur. Waktu yang seharusnya
Hasil uji hubungan antara lama tidur digunakan untuk beristirahat digunakan oleh
dengan akumulasi kelelahan kerja pada dosen dosen untuk bekerja di rumah. Lamanya
adalah sebagai berikut: a) ada hubungan yang bekerja dosen menjadi lebih panjang karena
signifikan antara lama tidur dengan gejala ditambah dengan jam kerja yang dilakukan
kelelahan kerja pada dosen (r= -0,132; p<0,05); di rumah. Apabila hal tersebut berlangsung
b) ada hubungan yang signifikan antara lama dalam waktu lama, maka akan menyebabkan
tidur dengan kondisi kerja yang dialami dosen kurang tidur bagi dosen dan akibatnya banyak
(r= -0,169; p<0,05); dan c) ada hubungan penyakit yang dapat timbul. Hasil penelitian ini
antara lama tidur dengan akumulasi kelelahan sejalan dengan penelitian Otsuka et al. (2008)
kerja yang dirasakan dosen (r= -0,173; mengungkapkan bahwa lama waktu kerja
p<0,05). Korelasi antara variabel bebas dan berkaitan dengan kejadian fatigue dan tingkat
terikat tersebut bernilai negatif, artinya bahwa konsentrasi pada pekerja.
semakin tinggi lama waktu tidur pada dosen, Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
maka semakin rendah akumulasi kelelahan rerata lama lama tidur pada dosen yaitu
kerja yang dirasakan dosen. 6,23±1,1jam per hari. Lama tidur yang efektif
Profesi dosen ternyata tidak lepas menurut Kurina (2013), adalah 6 jam per hari.
dari permasalahan kelelahan (fatigue) yang Bila rerata waktu tidur kurang dari 6 jam per
dapat dikategorikan sebagai penyakit akibat hari dapat menyebabkan gangguan kesehatan
kerja (Tamaela, 2011). Kelelahan kerja adalah sampai dengan kematian. Hasil uji statistik
berkurang atau hilangnya kesiagaan/kecepatan menunjukkan bahwa ada korelasi negatif antara
bereaksi dan kemampuan untuk menampilkan variabel bebas dan variabel terikat. Semakin
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang lama waktu tidur, maka kelelahan yang
tinggi saat bekerja, yang pada umumnya terjadi semakin rendah. Untuk menurunkan
disebabkan oleh rendahnya kualitas dan akumulasi kelelahan kerja perlu memastikan
62
KEMAS 11 (1) (2015) 59-64
cukup waktu tidur dan istirahat. Waktu istirahat seorang dosen. Apabila hal ini berlangsung
normal tidak kurang dari 8 jam per hari, dan terus-menerus, maka dapat mengakibatkan
minimal waktu tidur yang efektif tidak kurang rendahnya kinerja dosen di tempat kerja. Lama
dari 6 jam per hari. Selain itu, mengurangi kerja di rumah untuk menyelesaikan tugas atau
jam kerja yang berlebihan untuk mencegah pekerjaan akan mengganggu stabilitas waktu
terjadinya akumulasi kekelahan kerja, dan yang diperlukan keluarga, sehingga perlu diatur
mengusahakan lamanya waktu kerja di rumah kembali agar tidak merugikan waktu untuk
tidak lebih dari 45 jam dalam sebulan, karena keluarga. Menurut Kitamura (2013), masa kerja
pada penelitian ini terbukti bahwa lama tidur tidak berhubungan dengan kejadian kelelahan
menjadi penyebab utama terjadinya akumulasi kerja pada pegawai lokal pemerintahan di
kelelahan kerja pada dosen. Jepang. Penelitian ini juga menyimpulkan
Bila lama waktu tidur dosen kurang dan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja
terakumulasi dalam waktu yang lama, maka dengan kejadian kelelahan kerja pada dosen.
dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Hasil Seorang dosen yang mengalami
penelitian ini juga sesuai dengan penelitian kekurangan waktu tidur akan menyebabkan
yang dilakukan oleh Hamaguchi (2011), yang risiko kelelahan kerja menjadi lebih tinggi bila
menunjukkan bahwa rerata lama tidur per hari dibandingkan dengan dosen yang mempunyai
berhubungan dengan kelelahan kerja pada waktu tidur cukup. Hasil penelitian didapatkan
pegawai di Jepang. Penyebab utama kelelahan data bahwa ternyata rerata lama tidur dosen
kerja yang terjadi di Jepang ternyata waktu adalah 6,23 jam dengan standar deviasi 1,1 jam
tidur yang kurang dari 6 jam per hari. per hari. Hal tersebut harus menjadi perhatian
Tugas ataupun pekerjaan dosen yang bagi dosen dalam menjaga kesehatannya.
seharusnya bisa dilakukan di kampus atau Seperti dikemukakan oleh Hamaguchi (2011),
di tempat kerja terpaksa dibawa oleh dosen bahwa lama waktu tidur pada pegawai di
pulang ke rumah karena membutuhkan waktu Jepang telah menjadi masalah sosial, sebanyak
yang lama untuk mengerjakannya. Dengan 40 responden yang mengalami kelelahan kerja
membawa pekerjaan ke rumah, akibatnya ternyata waktu tidurnya kurang dari 6 jam per
jam istirahat dan waktu untuk bersosialisasi hari. Penyebab kelelahan yang utama pada
dengan keluarga menjadi berkurang. Apabila dosen karena lama tidur yang kurang memadai,
waktu istirahat berkurang setiap hari, lama- dan dari hasil uji statistik disimpulkan bahwa
lama akan terjadi sleep debt yang akan dapat semakin kurang waktu tidur, maka semakin
mengakibatkan penyakit apabila terjadi dalam tinggi tingkat kelelahan kerja yang terjadi pada
waktu yang lama dan tidak dikendalikan. dosen. Menurut Gutiérrez (2005), semakin
Dibutuhkan peraturan dan kebijakan lama waktu tidur, maka kelelahan yang terjadi
dari pimpinan dan institusi berkaitan dengan semakin rendah. Akumulasi kelelahan kerja
tugas dosen yang dikerjakan di rumah tersebut. dapat diturunkan dengan cara memastikan
Sebagian dosen mengerjakan pekerjaan di waktu tidur dan istirahat bagi dosen cukup.
rumah karena pada saat di tempat kerja Keterbatasan dalam penelitian ini adalah
digunakan untuk kepentingan lain yang penggunakan kuesioner untuk mendapatkan
bukan merupakan aktivitas akademisi. Untuk data waktu lama tidur, sehingga masih
mengurangi pekerjaan yang harus dibawa ke merupakan rerata kasar dari lama tidur aktual
rumah, seorang dosen harus berdisiplin untuk pada dosen. Untuk penelitian selanjutnya dapat
membagi waktu dan mengerjakan tugasnya menggunakan desain penelitian cohort agar
sesuai dengan tempat dan waktu kerjanya. dapat dilihat rerata aktual lama tidur pada
Lama waktu yang digunakan oleh dosen dosen per hari, per minggu maupun per bulan.
untuk menyelesaikan pekerjaan yang dibawa Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah
ke rumah merupakan waktu yang seharusnya belum mempertimbangkan karakteristik
digunakan oleh dosen untuk beristirahat/tidur individu dalam hubungan antara variabel
dan bersosialisasi atau berinteraksi dengan tersebut, mengingat faktor demografi juga
lingkungan sosialnya. Lama waktu kerja di dapat berpengaruh pada tingkat kelelahan kerja
rumah mempengaruhi jumlah jam istirahat dosen. Analisis lebih lanjut dengan karakteristik
63
Gurdani Yogisutanti / Lama Tidur dan Akumulasi Kelelahan Kerja
64