Anda di halaman 1dari 11

LITERATURE REVIEW

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ISTIRAHAT DAN TIDUR

Ni Kade Sri Apriliyanti1 , Mochamad Heri2 , Gede Ivan Kresnayana3


Program Studi Profesi Ners, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng.Jl.Raya
air Sanih Km.11, Bungkulan, Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali 81171
Email:ajaapril06@gmail.com

ABSTRACT

Background: Rest and sleep are basic needs that absolutely must be met by
everyone. Adequate rest and sleep will allow the body to function optimally.

Purposes: To determine the efforts to fulfill the basic needs of rest and sleep.

Methods: This literature review was conducted by searching electronic


databases, namely Google Scholar and Pubmed. The articles were filtered again
according to the inclusion criteria for the publication year of the last 3 years from
2017-2020, using the keywords rest and sleep.

Results: The last articles used in this literature review were 10 articles that met
the inclusion criteria, using 8 national journals and 2 international journals.

Conclusion: Insufficient rest and sleep needs can have an impact on growth. A
person can sleep or not be affected by several factors, one of which is feeling
anxious. Feelings of anxiety will cause disturbances in sleep frequency, this is
due to anxious conditions that will increase blood noropinephrine through the
sympathetic nervous system, this substance will reduce one's sleep fulfillment.

Keywords: Rest and Sleep


PENDAHULUAN
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi
oleh semua orang. Istirahat dan tidur yang cukup, akan membuat tubuh baru dapat
berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda
pada setiap individu. Istirahat berarti suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan
emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Beristirahat bukan berarti tidak
melakukan aktivitas sama sekali. Berjalan-jalan di taman terkadang juga bisa
dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat. (Hidayat, 2018).

Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang
minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan
penurunan respon terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari waktu
individu digunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur
dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas,
mengurangi stres dan kecemasan, serta dapat meningkatkan

kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari.

Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar dapat mempertahankan


status kesehatan pada tingkat yang optimal. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidur terutama sangat penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat
memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut
cukup, maka jumlah energi yang diharapkan untuk memulihkan status kesehatan
dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi. Masalah
yang umum dihadapi pasien hospitalisasi yaitu gangguan tidur hampir 56% pasien
hospitalisasi. Hospitalisasi atau dirawat di rumah sakit terbukti dapat menyebabkan
gangguan istirahat-tidur, ketidakmampuan pasien mendapatkan posisi yang
nyaman dan rasa nyeri merupakan penyebab tersering gangguan istirahat-tidur.
Gangguan pola istirahat-tidur secara umum merupakan suatu keadaan dimana
individu mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas
pola istirahat -tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan. Gangguan ini terlihat
pada pasien dengan kondisi yang memperlihatkan perasaan lelah, mudah
terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman didaerah sekitar mata, kelopak
mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit
kepala dan sering menguap atau mengantuk (Suhartini, 2019). Dampak yang bisa
ditimbulkan akibat gangguandan perubahan kualitastidur yaitu penurunan kualitas
hidup, aktivitas sehari-hari terganggu, menurunkan sistem imun tubuh.

METODE PENCARIAN LITERATURE

Metode yang digunakan dalam penyusunan literature review ini yaitu


menggunakan strategi secara komprehensif, seperti pencarian artikel dalam
database jurnal penelitian, pencarian jurnal melalui internet, dan tinjauan ulang
artikel. Media internet yang digunakan meliputi Google Scholar, Pubmed. Kata kunci
yang digunakan dalam pencarian artikel nasional (Bahasa Indonesia) pada
database Google Scholar adalah dengan 3 kata kunci. Kata kunci pertama yang
digunakan yaitu “Pemenuhan Kebutuhan Dasar Istirahat dan Tidur” yang sudah
sesuai dengan penentuan PICO sebelumnya sesuai dengan topik bahasan (P:
Kebutuhan Dasar Istirahat dan Tidur; I: - ; C: - ; O; -), kemudian artikel tersebut
difilter kembali sesuai dengan kriteria inklusi tahun publikasi 3 tahun terakhir dari
tahun 2018-2020.

Strategi pencarian artikel studi Internasional (bahasa Inggris) yang relevan


dengan topik dilakukan dengan menggunakan database Pubmed. Keyword yang
digunakan saat pencarian sama dengan kata kunci kedua pencarian didatabase
artikel nasional dengan menggunakan PICO yang sudah ditentukan sebelumnya (P:
elderly AND; I: Rest and Sleep - ; C: -; O: -) kemudian difilter kembali dengan tahun
publikasi 3 tahun terakhir sejak tahun 2018 - 2020, lalu kriteria inklusi dan eksklusi
hanya dipilih 2 artikel. Jadi, total jumlah artikel nasional dan internasional yang akan
dilakukan analisis yakni sebanyak 10 artikel, lalu selanjutnya diidentifikasi dan
disajikan dalam bentuk table.

PEMBAHASAN

Istirahat merupakan kebutuhan fisioloigis setiap manusia. Kebutuhan


istirahat masing-masing individu berbeda dipengaruhi oleh kualitas tidur, status
kesehatan, pola aktivitas, gaya hidup dan umur. Kebutuhan istirahat orang sakit
kronis berbeda dengan orang sehat meskipun dalam rentang umur yang sama, hal
ini disebabkan oleh penyakit atau rasa nyeri yang dirasakan. Factor - faktor yang
mempengaruhi kualitas tidur yaitu penyakit yang di derita, lingkungan, motivasi,
kelelahan, kecemasan, alcohol dan obat-obatan. Gangguan kualitas tidur
disebabkan oleh perubahan lingkungan dan suasana saat seseorang menjalani
hospitalisasi, kecemasan yang dialami pasien hospitalisasi juga bisa menjadi
penyebab terjadinya perubahan dan gangguan kualitas tidur disebabkan oleh
peningkatan aktivitas saraf simpatis (Hidayat, 2018).

Jurnal pertama berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Suhartini, 2019)


yang berjudul “Pemenuhan Istirahat – Tidur Pasien melalui Tehnik Relaksasi
Progresif di Rumah Sakit Umum Daerah Bima” Pemenuhan Istirahat-Tidur Pasien
Melalui Tehnik Relaksasi Progresif di Rumah Sakit Umum Daerah Bima “ dengan
hasil uji statistik t-test didapatkan nilai t-hitung sebesar 11,481 dengan taraf
signifikansi 0,001, yang berarti ada pengaruh tehnik relaksasi progresif terhadap
pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur pasiendi RSUD Bima. Relaksasi progresif
merupakan kombinasi latihan pernapasan yang terkontrol dan rangkaian kontraksi
serta relaksasi kelompok otot. Pasien mulai latihan bernapas dengan perlahan dan
menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan
dan dada mengembang penuh. Saat pasien melakukan pola pernapasan yang
teratur, perawat mengarahkan pasien untuk melokalisasi setiap daerah yang
mengalami ketegangan otot, berpikir bagaimana rasanya, menegangkan otot
sepenuhnya, dan kemudian merelaksasikan otot-otot tersebut. Pemberian relaksasi
progresif pada pasien yang mengalami gangguan istirahat tidur dapat menurunkan
ketegangan fisiologis, meningkatkan relaksasi otot, menurunkan kecemasan
sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah. Aliran darah sistemik menjadi lancar,
denyut nadi menjadi normal, frekuensi pernapasan menjadi normal, dan
mengurangi evaporasi sehingga pasien menjadi nyaman dan pikiran menjadi
tenang, sebagai akibat dari penurunan aktivitas RAS (Reticullar Activating System)
dan peningkatan aktivitas batang otak. Sehingga mampu mengatasi keluhan
anxietas, insomnia, kelelahan, kram otot, serta tekanan darah tinggi.
Jurnal kedua berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Hayati & Nasution,
2020) yang berjudul “Hubungan Kebiasaan Bermain Game Online Pada Anak Usia
Sekolah Dengan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur Di Sd Negeri 010083 Kisaran
Kabupaten Asahan” Berdasarkan hasil analisa bivariat diketahui bahwa nilai p Value
= 0,000 (p value < 0,05), artinya Ho diterima, ini menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara hubungan kebiasaan bermain game online pada anak usia
sekolah dengan kebutuhan istirahat dan tidur di SD Negeri 010083 Kisaran
Kabupaten Asahan Tahun 2020. Dalam hasil penelitan ini mayoritas responden
bermain game online dalam waktu cukup dan lebih dari setengah responden
mengalami perubahan dalam pola tidur. Hal tersebut dijelaskan karena perubahan
rutinitas anak dalam pengaturan tidur yang menyebabkan siklus tidur bangun anak
berubah sehingga jumlah jam tidur menjadi berkurang. Terdapat dampak positif dan
negatif dalam kebiasaan bermain game online terutama bermain dalam jangka yang
panjang salah satunya yaitu mengganggu jam tidur atau istirahat anak karena tidur
merupakan suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa
kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badan berbeda. Sedangkan kualitas tidur yang
baik adalah kepuasan seseorang terhadap tidur sehingga seseorang tersebut tidak
memperlihatkan perasaan lelah, mudah merasa gelisah, lesu, apatis, kehitaman
disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian
terpecah- pecah, sakit kepala dan sering menguap.

Jurnal krtiga berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Bashir, 2020) yang
berjudul “Hubungan Nyeri dan Kecemasan dengan Pola Istirahat Tidur Pasien Post
Operasi di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Tengku Chik Ditiro Sigli” yang
mendapatkah hasil bahwa ada hubungan nyeri dan kecemasan dengan P value
0,002, hubungan kecemasan dan pola istirahat post operasi dengan P value 0,005
di Ruang bedah Rumah Sakit Umum Tgk Chik Ditiro tahun 2019. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas tidur pasien post operasi laparatomi dengan hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara psikologis dengan kualitas tidur
pada pasien post operasi laparatomi di RS PKU Muhamadiyah Gombong. Bukit
(2013) yang mengemukakan bahwa cemas, depresi dan stress mempengaruhi
kualitas tidur pesien. Gangguan psikologis menyebabkan gangguan kualitas tidur.
Nyeri dapat mempengaruhi kualitas tidur tapi pada sebagian orang nyeri tidak terlalu
mempengaruhi kualitas tidur karena persepsi masing- masing pasien yang berbeda
dan tingkat kebutuhan akan tidur yang bervariasi kepada setiap individu yang
dipengaruhi oleh sakit, lingkungan, keletihan, gaya hidup, stres emosional, diet,
motivasi dan obat-obatan.

Jurnal keempat berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Evawisna et al.,


2018) yang berjudul ” Istirahat Tidur Sebagai Faktor Risiko Kejadian Diabetes
Melitus (DM) Tipe II Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar”
penelitian ini presentase responden yang memilki istirahat tidur yang kurang baik
terdapat pada penderita diabetes melitus tipe II yaitu 76,7% sedangkan pada Non
diabetes hanya 43,3%. Setelah dilakukan uji Chi-Square dengan nilai kemaknaan p
= 0,008 (p < 0,005) yang berarti Ha diterima dan H0 ditolak yang artinya terbukti
ada hubungan faktor risiko istirahat tidur dengan kejadian diabetes melitus tipe II di
Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar. Secara signifikan seseorang
yang mengalami kurang tidur terus - menerus akan memperparah diabetes.
Seseorang yang menderita diabetes tipe II memiliki tingkat glukosa 9% ketika ia
mengalami kekurangan tidur. Selain itu, tingkat insulin yang dimilikinya menjadi 30%
lebih tinggi dibanding ketika pola tidurnya standar atau cukup. Dan resistensi
insulinnya juga lebih tinggi menjadi 43%.

Jurnal kelima berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Hidayat &


Mumpuningtias, 2018) yang berjudul “Terapi Kombinasi Sugesti Dan Dzikir Dalam
Peningkatan Kualitas Tidur Pasien” yang mendapatkan hasil Kualitas tidur
responden sebelum diberikan terapi kombinasi sugesti dan dzikir sebagian besar
buruksebanyak 75%. Kualitas tidur responden pada kelompok kontrol sesudah
diberikan terapi kombinasi sugesti dan dzikir sebagian besar baik buruk sebanyak
75% dan pada kelompok perlakuan sebagian besar baik sebanyak 75%. Ada
pengaruh pemberian terapi kombinasi sugesti dan dzikir dalam meningkatkan
kualitas tidur pasien di RSI Garam Kalianget Sumenep. Terapi kombinasi sugesti
dan dzikir dapat meningkatkan kualitas tidur pasien yang menjalani perawatan di
rumah sakit. Sugesti yang diberikan akan mempengaruhi kondisi alam bawah sadar
pasien sehingga lebih memudahkan pasien masuk ke dalam kondisi relaksasi.
Dzikir yang dilakukan saat pasien menerima sugesti menjadi penguat dalam
memasuki kondisi relaksasi. Dzikir merupakan bentuk pemasrahan diri seseorang
kepada penciptanya dan bentuk penerimaan atas kondisi yang dijalani saat ini.

Jurnal keenam berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Andri et al.,


2019) yang berjudul “Hubungan Antara Nyeri Fraktur Dengan Kualitas Tidur Pasien
Yang Di Rawat Inap” Berdasarkan hasil penelitian dari 30 responden, terdapat
kualitas tidur buruk berjumlah 22 pasien (73,3%) dan kualitas tidur baik berjumlah 8
pasien (26,7%) yang di rawat inap di Rumah Sakit di Provinsi Bengkulu Tahun 2015.
Tidur merupakan kebutuhan yang esensial yang harus dipenuhi dengan
menurunkan faktor-faktor yang menghambat. Namun, banyak klien yang sedang
dirawat di rumah sakit, termasuk salah satunya klien yang mengalami fraktur,
seringkali dijumpai mengalami kesulitan tidur selama perawatan. Mereka
merasakan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh adanya rasa nyeri fraktur dari
skala ringan sampai berat. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya keluhan
yang disampaikan oleh klien terkait dengan kurangnya tidur, yang berdampak pada
perubahan pola pemenuhan kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitasnya.

Jurnal ketujuh berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Kasad et al.,


2019) yang berjudul “Dampak Kecemasan Terhadap Pemenuhan Pola Isirahat
Tidur Pada Pasien Pre-oprasi Di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Langsa” Terkait
gabaran pola tidur dan tingkat kecemasan pasien diketahui bahwa terdapat sebesar
69.8% pasien yang mempunyai gangguan pola tidur atau pola tidur tidak bisa
terpenuhi secara sehat. Selain itu, juga terdapat sebesar 53.5% pasien yang
mempunyai tingkat kecemasan dengan katagori sedang, serta hanya 16.3% pasien
yang tidak mempunyai rasa cemas dalam mempersiapkan diri untuk operasi di
ruang rawat inap pada RSUD Kota Langsa. Yang mengatakan seseorang bisa tidur
ataupun tidak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
perasaan cemas. Perasaan cemas akan menyebabkan gangguan pada frekuensi
tidur. Hal ini disebabkan pada kondisi cemas akan meningkatnya noropinefrin darah
melalui sistem saraf simpatis, zat ini akan mengurangi pemenuhan tidur seseorang.

Jurnal kedelapan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Samsir &


Yunus, 2020) yang berjudul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Istirahat Tidur Pada
Pasien Post Oprasi Di Ruang Keperawatan Bedah” dengan hasil Penelitian ini
menunjukkan terdapat hubungan antara variabel dependen yaitu pemenuhan
kebutuhan istirahat tidur klien post operasi dengan variabel independen yaitu
kenyamanan ruang perawatan, kecemasan dan nyeri. Hasil penelitin ini
menggunakan uji statistik chi-square, antara variabel beban kerja dependendan
variabel independen. Hal ini dilihat dengan hasil penelitian yang memperoleh nilai ρ
= 0,00 < ɑ = 0,05 membuktikan bahwa ada hubungan kenyamanan ruang
perawatan dengan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur klien. Untuk variabel
kecemasan, hasil penelitian memperoleh nilai ρ = 0,05 < ɑ = 0,05 menunjukkan ada
hubungan kecemasan dengan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur klien, serta
variabel nyeri dengan hasil penelitian yang memperoleh nilai ρ = 0,00 > ɑ = 0,05
menunjukan ada hubungan nyeri dengan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
klien. Penting bagi perawat untuk menyadari bahwa pemenuhan kebutuhan istirahat
tidur menjadi hal yang luput dari perhatian perawat pelaksana di rumah sakit. Hal
ini disebabkan istirahat tidur menjadi hal yang sangat subyektif, dimana klien lebih
mengutamakan rasa nyari akibat pembedahan untuk diatasi terlebih dahulu,
sehingga perawat juga cenderung untuk memberikan terapi analgetik yang intens
kepada klien tanpa menanyakan hal penting lainnya yang dapat menghambat
penyembuhan pascaoperasi serta memicu komplikasi lebih lanjut seperti
kekurangan istirahat tidur. Oleh karena itu, hendaknya perawat lebih
mengintensifkan diri dalam pemenuhan berbagai kebutuhan dasar manusia
termasuk pemenuhan kebutuhan istirahat tidur klien post operasi.

Jurnal kesembilan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Taylor et al.,


2019) yang berjudul “Physical activity and sleep problems in homeless adults”
Sampel keseluruhan (N = 747; 68,7% direkrut di Oklahoma) terdiri 66,1% laki-laki
(n = 494) dan 52,8% dari semua peserta (n = 394) mengidentifikasi diri sebagai dari
kelompok ras / etnis minoritas (yaitu, 34,7 % Hitam atau Afrika Amerika, 0,7% Asia,
0,5% Penduduk Asli Hawaii atau Kepulauan Pasifik,8,4% Penduduk Asli Amerika
Indian / Alaska, 7,8%> satu ras, 0,7% lainnya). Lihat Tabel 1 untuk karakteristik
peserta secara keseluruhan dan kepatuhan pedoman aktivitas fisik. Dibandingkan
dengan mereka yang tidak memenuhi pedoman aktivitas fisik, peserta yang
memenuhi / melebihi pedoman aktivitas fisik secara signifikan lebih mungkin adalah
pria dibandingkan wanita (69,6% vs.61.0%), report excellent, very good or good
versus fair/poor health (72.3% vs 57.7%) and be from the Dallas versus Oklahoma
City sample (79.3% vs 61.5%).

Jurnal terakhir berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Valiensi et al.,


2019) yang berjudul “Sleep quality and related factors in postmenopausal women”
Rata-rata skor PSQI adalah 6,90 ± 4,43. Masalah tidur biasa terjadi, dengan 46,7%
peserta mendapat skor lebih dari 5 di PSQI. Mendengkur dilaporkan oleh 13%
pasien (PSQI item 10 A). Sementara 10% dari orang yang kurang tidur melaporkan
episode apnea selama istirahat (PSQI item 10B), 7,1% melaporkan kejang kaki
(PSQ I item 10C). Rata-rata skor COS total adalah 17,57 ± 7. Menurut COS item 1,
semua subjek melaporkan beberapa ketidakpuasan dengan kualitas tidur mereka.
Berdasarkan COS, prevalensi insomnia adalah 3,6% dengan kriteria ICD-10 dan
15,4% dengan kriteria DSM-IV. Rata-rata skor ESS adalah 6.12 ± 4.09. Wanita
pascamenopause cenderung mengeluhkan tidur yang terganggu. Hampir setengah
dari wanita dalam survei ini mengatakan kualitas tidur mereka terganggu, dan
sebagian besar dari kelompok itu akan diuntungkan fi t dari perhatian medis

KESIMPULAN

Dari beberapa pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa,


kebutuhan istirahat dan tidur yang kurang dapat berdampak terhadap pertumbuhan.

Seseorang bisa tidur ataupun tidak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah perasaan cemas. Perasaan cemas akan menyebabkan
gangguan pada frekuensi tidur, hal ini disebabkan pada kondisi cemas akan
meningkatnya noropinefrin darah melalui sistem saraf simpatis, zat ini akan
mengurangi pemenuhan tidur seseorang.

Rasa nyeri juga dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang, tetapi pada
sebagian orang ada tidak terlalu mempengaruhi kualitas tidur karena persepsi
masing- masing pasien yang berbeda dan tingkat kebutuhan tidur yang bervariasi
kepada setiap individu yang sakit, lingkungan, keletihan, gaya hidup, stres
emosional, diet, motivasi dan obat-obatan. Sedangkan kualitas tidur yang baik
adalah kepuasan seseorang terhadap tidur sehingga seseorang tersebut tidak
memperlihatkan perasaan lelah, mudah merasa gelisah, lesu, apatis, kehitaman
disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian
terpecah- pecah, sakit kepala dan sering menguap.

DAFTAR PUSTAKA

Andri, J., Panzilion, & Sutrisno, T. (2019). Hubungan Antara Nyeri Fraktur
Dengan Kualitas Tidur Pasien Yang Di Rawat Inap. 1, 55–64.

Bashir, A. (2020). Hubungan Nyeri dan Kecemasan dengan Pola Istirahat Tidur
Pasien Post Operasi di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Tengku Chik
Ditiro Sigli. VIII(1), 15–22.

Evawisna, Haskas, Y., & Kartini. (2018). Istirahat Tidur Sebagai Faktor Risiko
Kejadian Diabetes Melitus (DM) Tipe II Di Rumah Sakit Umum Daerah
Labuang Baji Makassar. 12(Dm), 454–458.

Hayati, N., & Nasution, H. S. (2020). Hubungan Kebiasaan Bermain Game


Online Pada Anak Usia Sekolah Dengan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur
Di Sd Negeri 010083 Kisaran Kabupaten Asahan. 3(3), 116–122.

Hidayat, S. (2018). Terapi Kombinasi Sugesti Dan Dzikir Dalam Peningkatan


Kualitas TidurPasien. 8487(3), 219–230.
Kasad, Azwani, & Hayani, N. (2019). Dampak Kecemasan Terhadap
Pemenuhan Pola Isirahat Tidur Pada Pasien Pre-oprasi Di Ruang Rawat
Inap RSUD Kota Langsa.

Rahayu, T., Syafril, S., Wekke, I. S., & Erlinda, R. (2019). Teknik Menulis Review
Literatur Dalam Sebuah Artikel Ilmiah.September. https :/ / doi.
org/10.31227/osf.io/z6m2y

Samsir, & Yunus, M. (2020). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Istirahat Tidur


Pada Pasien Post Oprasi Di Ruang Keperawatan Bedah.

Suhartini. (2019). Pemenuhan Istirahat – Tidur Pasien melalui Tehnik Relaksasi


Progresif di Rumah Sakit Umum Daerah Bima. Bima Nursing Journal,
1(1), 56–63.

Taylor, A., Murillo, R., & Businelle, M. S. (2019). Physical activity and sleep
problems in homeless adults.

Valiensi, S. M., Belardo, M. A., Pilnik, S., & Izbizky, G. (2019). Sleep Quality And
Related Factors In Post menopausal Woman. Maturitas. https : // doi. org
/ j . maturitas . 2019.02.008

Anda mungkin juga menyukai