BAB I
PENDAHULUAN
Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada ibu selama
persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses persalinan, membuat ibu
lebih yakin untuk menjalani proses persalinan serta untuk mendeteksi komplikasi yang
mungkin terjadi selama persalinan dan ketidaknormalan dalam proses persalinan.
1.2 Tujuan
A. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan melaksanakan asuhan persalinan
normal pada Ny”DI” Umur 17 Tahun G1P0000 UK 37 Minggu 4 Hari Preskep U
puki T/H Intrauterine PK I fase Aktif di ruang PONEK RSUD KLUNGKUNG.
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan persalinan normal pada Ny”DI”
Umur 17 Tahun G1P0000 UK 37 Minggu 4 Hari Preskep U puki T/H
Intrauterine PK I fase Aktif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah
cukup bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2005).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran
seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya
selama sembilan bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk
melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk
mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga memberikan
bantuan dan dukungan pada ibu bersalin. Persalinan adalah proses membuka dan
menipisnya servik dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses
dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 Minggu), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala yang cukup
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janinnya.
d. Psyche (Psikologis)
Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab
lamanya persalinan, his menjadi mkurang baik, pembukaan menjadi
kurang lancar
Perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan
rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan
dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama.
e. Penolong
Memilih Penolong persalian yang berkompeten, seperti: bidan, dokter,
perawat atau tenaga kesehatan yang terlatih.
G. Persalinan kala I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan
nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung
tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2
cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat
diperkirakan.
a. Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam,
pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2
jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase
deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan
dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala
I berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada multigravida 8 jam. Pembukaan
primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm tiap 2 jam.
H. Persalinan kala II
Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong
keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung 1,5 jam pada primigravida dan setengah jam
pada multipara.
a. Tanda dan Gejala Kala II Persalinan
Ibu ingin meneran bersamaan dengan kontraksi
Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rektrum/vaginal
Perineum terlihat menonjol
Vulva vagina dan sfinger membuka
Peningkatan pengeluaran lendir & darah
J. Persalinan kala IV
Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang dilakukan melihat
tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan
pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.
K. Langkah- Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)
Persalinan merupakan proses fisiologis yang tidak akan habis sejalan
dengan kelangsungan hidup manusia di muka bumi ini. Asuhan Persalinan
Normal (APN) disusun dengan tujuan terlaksananya persalinan dan pertolongan
pada persalinan normal yang baik dan benar, target akhirnya adalah penurunan
angka motalitas ibu dan bayi di Indonesia. Pada awalnya APN terdiri dari 60
Langkah, namun setelah direvisi menjadi 58 Langkah, sebagai berikut :
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin dan memasukan alat suntik ke dalam wadah
partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan degan sabun
dan air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan
untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakan kembali ke dalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan
vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan
selaput ketuban sudah pecah).
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan
DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin
meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
(pada saat ada his), bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia
merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian b[awah bokong ibu
16. Letakkan kain bersih di bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat,
dan bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang
handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksiluar secara
spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan
jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas bayi menangis kuat, warna kulit kemerahan
dan bayi gerakan aktif .
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi di atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik.
29. Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
33. Selimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah
dorsokrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya
dan mengulangi prosedur.
37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorsokranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua
tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta
dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan) pada fundus
uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian
palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan
untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir
lengkap, dan masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri
anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis
B di paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian
bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%
melepaskansarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5%.
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf. (Asuhan Persalinan Normal, 2008)
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
Ny”DI” Umur 17 Tahun G1P0000 UK 37 Minggu 4 Hari Preskep U
Puki T/H Intrauterine PK I fase Aktif
DI RSUD KLUNGKUNG
TANGGAL 24-10-2014
A. PENGKAJIAN DATA
I. DATA SUBYEKTIF ( Tanggal, 24-10-2014, pukul 06.00 wita)
1. Identitas
IBU SUAMI
NAMA NY “DI” TN “ES”
UMUR 17 Tahun 19 Tahun
AGMA Hindu Hindu
SUKU BANGSA Indonesia Indonesia
PENDIDIKAN SMP SMA
PEKERJAAN Tidak Bekerja Swasta
ALAMAT Dsn. Penasan, Tihingan Dsn. Penasan, Tihingan
3. Pemeriksaan Obstetrik
VT oleh bidan pukul 06.00 (24-10-2014)
v/v normal, tidak ada oedema dan varces, portio lunak, pembukaan 6 cm
penipisan 60% ketuban (+), preskep, denominator UUK kiri depan, moulase 0,
penurunan H III, tidak teraba bagian kecil janin / TP, kesan panggul normal.
4. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
B. DIAGNOSA AKTUAL
Ny”DI” Umur 17 Tahun G1P0000 UK 37 Minggu 4 Hari Preskep U
Puki T/H Intrauterine PK I fase Aktif
C. PENATALAKSANAAN
1. Lakukan informed consent pada ibu dan suami sebelum malekukan tindakan
R/ : Informed consent penting untuk membantu melancarkan tindakan
yang akan dilakukan, serta melindungi tenaga kesehatan dari
kemungkinan bahaya
2. Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan suami
R/ : Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami sangat
penting agar dapat mengetahui perkembangan janin dan dirinya
3. Memasukkan ibu cairan infus RL secara IM
R/ : Memberikan ibu cairan infus RL secara IM dengan tetesan ( )/
menit bertujuan untuk mengganti cairan yang hilang akibat ketuban
ibu sudah pecah dini juga untuk menghindari ibu mengalami resiko
shock
4. Memberikan ibu antibiotika ( ) dengan dosis ( ) pada pukul 07.00 wita
R/ : Untuk mencegah infeksi pada ibu dan janin akibat ketuban pecah
dini
5. Ajari ibu tehnik relaksasi, napas dalan, dan posisi miring kiri
R/ : Tehnik relaksasi dalam menjelang persalinan dapat dilakukan
dengan cara napas dalam secara teratur membuat ibu dan bayi dapat
lebih banyak mendapatkan O2 dan meredakan rasa sakit saat his
maupun saat proses bersalin, cara napas dalam dengan cara bernapas
lewat hidung sampai hitungan ke 3 dan menghembuskan lewat
mulut mulut dalam hitumgam keempat serta dengan mengubah
berbagai posisi dapat mengurangi rasa lelah ibu terutama dengan
posisi miring kiri berguna untuk mengurangi tekanan pada vena
cava inferior dan meningkatkan aliran darah ke fundus
6. Berikan ibu makan dan minum disela-sela his
R/ : Dengan memberikan ibu makan dan minum disela-sela his
bertujuan agar nutrisi ibu dapat terpenuhi dan ibu tidak mengalami
kelelahan saat persalinan
7. Sarankan adanya pendamping untuk menemani ibu saat bersalin
R/ : Dengan menyarankan adanya pendamping untuk menemani ibu
saat bersalin, ibu akan merasa lebih nyaman, ada yang memberi
dukungan saat proses persalinan, serta rasa sayang ibu terpenuhi
8. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih
R/ : Kandung kemih yang penuh dapat menghambat penurunan kepala
janin dan komtraksi
9. Siapkan alat dan bahan untuk pertolongan persalinan
R/ :Alat persalinan yang sesuai standart dan mencegah infeksi silang
10. Observasi keadaan janin dan kemajuan persalinan ibu dengan partograft WHO
R/ :Dapat mengetahui perkembangan janin dan melihat kemajuan
persalinan ibu
D. IMPLEMENTASI NOTE
Nama : NY “KW” JK : perempuan
Umur : 28 tahun Alamat : Penasan-Tihingan
09.00
S : Ibu sangat senang karena bayi lahir dengan
selamat
O : Bayi lahir Spt.B langsung menangis, warna
kulit kemerahan dan gerak aktif
A : G1P0000 P.Spt.B + PK II dengan vigerous
baby
P : Melakukan MAK III
- Menyuntikkan oksitosin 10 iu pada paha
1/3 lateroanteral
- Melakukan PTT
E. EVALUASI
1. Ibu sudah dipindahkan keruang nifas